Anda di halaman 1dari 9

BAB 9

SISTEM KONEKSI

PENDAHULUAN
Proses penyatuan komponen-komponen struktur beton pracetak menjadi sebuah struktur
bangunan yang monolit merupakan hal yang amat penting dalam mengaplikasikan teknologi
beton pracetak. Material yang harus disatukan terdiri dari dua jenis. Yang pertama adalah
penyatuan material beton dan yang kedua adalah penyatuan material baja. sambungan
antarkomponen pracetak tidak hanya berfungsi sebagai penyalur beban tetapi juga harus
mampu secara efektif mengintegrasi komponen-komponen tersebut sehingga struktur secara
keseluruhan dapat berperilaku monolit. Gaya-gaya yang harus disalurkan dalam struktur
bangunan adalah gaya horizontal, yaitu gaya yang timbul akibat beban horizontal (beban
angina, beban gempa) dan gaya vertikal, yaitu gaya yang dutimbulkan akibat beban gravitasi
(berat sendiri komponen).
Penempatan sambungan antarkomponen beton pracetak harus diusahakan sedemikian
rupa sehingga terletak pada suatu tempat dimana momen yang terjadi relatif kecil dan hanya
sedikit komponen yang harus disatukan. Mengingat mahalnya biaya dan waktu yang
dibutuhkan untuk proses penyambungan, sebaiknya diusahakan sesedikit mungkin melakukan
penyambungan karena hal tersebut akan menambah durasi keseluruhan suatu proyek. Salah
satu cintihnya adalah komponen beton pracetak kolom. Jika memungkinkan (tergantung tinggi
bangunan), sebaiknya kolom diproduksi secara menerus (tanpa sambungan) dari kolom lantai
dasar sampai dengan lantai paling atas.

PEMILIHAN SAMBUNGAN
Metode yang digunakan dalam usaha menyatukan komponen-komponen beton pracetak
dibedakan menjadi dua. Yang pertama, dengan menggunakan sambungan kering. Sedangkan
yang kedua adalah dengan sambungan basah. Metode sambungan kering adalah metode
penyambungan komponen beton pracetak di mana sambungan tersebut dapat berfungsi secara
efektif. Yang termasuk dalam metode ini adalah alat sambung berupa las dan baut. Sambungan
basah adalah metote penyambungan komponen beton pracetak di mana penyambungan
tersebut baru akan berfungsi secara efektif setelah beberapa waktu tertentu. Yang termasuk
dalam jenis ini adalah sambungan in-situ concrete joint. Masing-masing metode tersebut di atas
mempunyai kelebihan dan kekurangan, sehingga pemanfaatannya disesuaikan dengan kondisi
yang ada.
Pemilihan metode dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:
 Sistem Struktur
Rangka bangunan yang terbentuk oleh kolom tanpa ada sambungan di sepanjang kolom
biasanya dengan ketinggian tidak lebih dari 30 meter. Hal ini disebabkan karena berat
sendiri komponen tersebut. Dengan bertambah panjangnya kolom maka akan
bertambah pula beratnya. Jika ini terjadi maka diperlukan peralatan dengan kapasitas
angkat yang lebih besar (belum tentu peralatan tersebut tersedia). Dengan demikian
dimensi ukuran komponen beton pracetak tergantung dari peralatan yang tersedia di
daerah di mana lokasi proyek tersebut berada.
 Metode Erection
Dalam penyatuan komponen beton pracetak dikenal dua metode erection, yaitu
metode vertikal dan metode horizontal. Metode vertikal adalah penyatuan komponen
beton pracetak pada arah vertikal ke atas sehingga sambungan-sambungan yang
dilaksanakan harus segera berfungsi secara efektif karena akan segera menerima dan
menyalurkan beban yang dipikul. Berbeda dengan metode horizontal, cara ini
memberikan kelonggaran waktu sebelum sambungan tersebut menerima beban.
Dengan demikian pemilihan alat sambung dipengaruhi oleh metode erection yang
digunakan.
Sebuah sambungan diharapkan dapat menyalurkan beban-beban yang bekerja
dengan sempurna. Hal tersebut dapat dicapai apabila sambungan bersifat kaki (rigid)

SAMBUNGAN KOMPONEN BETON PRACETAK


Cara penyambungan yang dapat dilakukan dibedakan menjadi dua yaitu sambungan
basah dan sambungan kering. Masing-masing sambungan mempunyai keuntungan dan
kerugian sehingga penentuan jenis sambungan tergantung dari berbagai faktor, yang
diantaranya adalah faktor biaya.

SAMBUNGAN BASAH
Sambungan basah dapatdibedakan menjadi dua, yaitu:
1. In-situ concrete joint
Sambungan jenis ini dapat diaplikasikan pada komponen-komponen beton
pracetak:
 Kolom dengan kolom
 Kolom dengan balok
 Plat dengan balok
Metode pelaksanaannya adalah dengan melakukan pengecoran pada pertemuan dari
komponen-komponen tersebut. Diharapkan hasil dari tiap komponen tersebut dapat
menyatu. Sedangkan untuk cara penyambungan tulangan dapat digunakan coupler
ataupun overlapping.
2. Pre-Packed Aggregate
Cara penyambungan jenis ini adalah dengan menempatkan aggregate pada
bagian yang akan disambung dan kemudian dilakuan injeksi air semen pada
bagian tersebut dengan menggunakan pompa hidrolis sehingga air semen
tersebut akan mengisi rongga dari aggregate terebut.
SAMBUNGAN KERING
Jenis sambungan ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Sambungan Las
Alat sambung jenis ini menggunakan plat baja yang ditanam dalam beton
pracetak yang akan disambung. Kedua plat ini selanjutnya disambung dengan
bantuan las. Melalui plat baja inilah gaya-gaya akan diteruskan ke komponen
yang terkait. Setelah pekerjaan pengelasan dilanjutkan dengan menutup plat
sambung tersebut dengan adukan beton yang bertujuan untuk melidungi plat
dari korosi.
2) Sambungan Baut
Pada penyambungan dengan cara ini juga diperlukan plat baja di kedua elemen
beton pracetak yang akan disatukan. Kedua komponen tersebut disatukan
melalui plat tersebut dengan cara sambung berupa baut dengan kuat Tarik
tinggi. Selanjutnya plat tersebut di cor dengan adukan beton guna melindungi
dari kososi.

IN-SITU CONCRETE JOINTS


Penempatan sambungan antara kolom bawah, kolom lntai di atasnya dengan
balok dapat terjadi pada satu titik yang sama atau berbeda. Pada penyambungan
komponen-komponen beton pracetak sebaiknya dihindari penyambungan
dengan jumlah komponen yang besar pada satu titik. Hal ini dapat diatasi
dengan menempatkan sambungan antarkolom di atas titik sambung in-situ
concrete joints berdasarkan tahap pelaksanannya dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
 Pelaksanaan Satu Tahap
Yang dimaksud di sini adalah proses pelaksanaan penyambungan antara
kolom-kolom-balok yang dicor dalam satu kali pengecoran.
Penyambungan baja dapat dilakukan menggunakan las atau overlapping.
 Pelaksanaan Dua Tahap
Pelaksanaan dua tahap diaplikasikan pada penyatuan komponen-
komponen beton pracetak yang dapat dikerjakan menjadi dua tahap.
Contoh keadaan ini adalah prosesn penyatuan kolom-kolom-balok, tahap
yang pertama adalah pelaksanaan penyambungan antara kolom dengan
balok kemudian dilanjutkan dengan antara kolom dengan kolom.
 Penyambungan Baja
Penyambungan baja tulangan dapat dilakukan dengan dua cara. Yang
pertama adalah dengan menggunakan coupler sedangkan cara yang
kedua dengan perpanjangan tulangan baja. Pada penyambungan antar
kolom, tulangan bagian bawah pada kolom atas dan tulangan bagian atas
pada kolom bawah dipasang coupler atau connector.

SAMBUNGAN LAS DAN BAUT


Alat sambung kering dalam menyatukan komponen beton pracetak
menggunakan plat baja yang ditanamkan dalam beton dan ditempatkan
pada ujung-ujung yang akan disatukan. Fungsi dari plat baja ini adalah
untuk menuruskan gaya-gaya sehingga plat baja ini harus benar-benar
menyatu dengan material betonnya. Dalam menyatukan komponen-
komponen beton pracetak dapat digunkan alat sambung berupa baut
atau las. Untuk menghindari terjadinya korosi pada plat baja, setelah
proses penyambungan selesai maka lubang sambungan tersebut harus di
grouting.
 Sambungan Kaku antara Balok-Kolom Menerus
Pada pertemuan antara balok dengan kolom, ujung balok didukung oleh
corbels yang menjadi satu dengan kolom. Penyatuan antara dua
komponentersebut menggunakan las yang dilaksanakan pad plat baja
yang tertanam dalam balok dengan plat baja yang telah disisipkan pada
sisi kolom.
Jika karena suatu hal makapada kolom tidak dihendaki adanya
corbels maka untuk menyatukan kedua komponen tersebut dapat
digunakan baja siku yang ditempatkan pada balok.
 Sambungan Sistem Lamda
Sambungan jenis ini digunakan untuk pelaksanaan antarbalok. Cara
penyambungannya adalah dengan menempatkan pin pada ujung balok
yang akan disatukan. Pin tersebut kemudian disatukan dengan alat
sambung berupa baut ataupun las dan diikuti dengan grounting untuk
menghindari korosi yang mungkin terjadi. Sambungan antarbalok
sebaiknya ditempatkan pada daerah dengan momen terkecil.
 Sambungan Kolom dengan Pin Joints
Untuk menyatukan dua buah kolom yang mempunyai tampang I dapat
digunakan pin yang terletak pada bagian atas dari kolom bawah dan
kemudian pada bagian bawah kolom atas disiapkan lubang untuk
memasukan pin tersebut. Penyatuan komponen-komponen tersebut
dilakukan dengan memasukan pin kedalam lubang keudiang
menggunakan baut sebagai alat bantunya. Ujung atas baut di-grounting
untuk menghindari terjadinya korosi.
Cara lainuntuk menyatukan kolom adakah menggunakan baja
profil I yang ditempatkan pada ujung atas dari kolom bagian bawah,
sedngkan ujung bawah dari kolom bagian atas diberi lubang untuk
menempatkan profil tersebut dan dilakukan grounting untuk
menyatukannya.
 Sambungan Baut pada Mushroom Structure
Penyatuan komponen beton pracetak type mushroom dapat dilakukan
dengan alat sambung baut.

SAMBUNGAN PRESTRESSED
Sambungan komponen beton pracetak dapat dilakukan dengan
prestressed.

PERBANDINGAN JENIS-JENIS ALAT SAMBUNG


Pada sistem sambungan yang menyatukan komponen pelat lantai dengan
komponen balok digunakan sambungan basah (in-situ concrete joint)
sedangkan untuk menyatukan tulangan digunakan las. Alas an utama
menggunakan sambungan basah adalah karena dapat menghasilkan
struktur yang monolit sehingga struktur bangunan menjadi lebih baku.
Sedangkan alas an yang lain adalah karena system ini mudah dikerjakan
oleh pelaksana konstruksi serta biaya yang dibutuhkan relatif lebih
murah. Pemakaian sambungan jenis ini memerlukan setting time bagi
beton sehingga sambungan pada lantai tidak dapat segera berfungsi.
Konsekuensi dari pemakaian sambungan basah adalah
harusmenggunakan metode pemasangan secara horizontal. Hal ini
dilakukan untuk memberi cukup waktu bagi pengerasan sambungannya.
Namun demikian harus dipertimbangkan pula luas bangunan yang akan
di pasang karena dengan luas yang relative sempit maka pekerjaan
pemasangan akan selesai kurang dari jam kerja setiap harinya. Jika
kondisi demikian terjadi maka pemakaian sambungan basah tidak efektif
sehingga harus dipilih alternatif lain.
Penggunaan sambungan kering pada komponen beton pracetak
terutama pelat lantai dengan balok sampai saat ini jarang digunakan. Hal
ini karena monolitas struktur kurang dapat dicapai. Las hanya digunakan
pada penyatuan tulangan pelat lantai (baik arah longintudinal maupun
transversal), dan selanjutnya dilakukan pengecoran untuk melindungi
tulangan dari korosi. Keunggulan dari system sambungan ini adalah
langsung dapat berfungsi secara efektif sehingga metode pemasangan
yang digunkan dapat dipilih antara metode horizontal atau vertikal atau
kombinasi dari keduanya. Metode sambungan ini efektif untk bangunan
gedung dengan luas lantai yang relatif kecil karena dengan sambungan ini
kegiatan pemasangan dimungkinkan untuk mencapai beberapa lantai
dalam sehari (jika sumberdaya memungkinkan).
Karena jenis komponen beton pracetak yang digunakan di
Indonesia terbatas hanya pada pelat lantai, sedangkan struktur rngka
yang digunakan adalah open frame (pelaksanaan dilapangan dengan cara
tradisional) maka tidak terjadi korelasi antara pemilihan jenis sambungan
dengan pemilihan metode pemasangan. Kondisi demikian sangat
dipengaruhi oleh kemampuan kontraktor dalam menyelesaikan rangka
bangunan sehingga layak dibebani pelat pracetak. Dengan system yang
ini metode pemasangan yang harus digunakan oleh kontraktor adalah
metode horizontal. Pertimbangan pemakaian ini didasarkan oleh hal-hal
sebagai berikut:
 Pelaksanaan pekerjaan open frame dilaksanakan pada setiap lantai (arah
horizontal) sehingga pekerjaan beton yang dikerjakan lebih awal akan
mengeras lebih cepat kemudian diikuti pekerjaan selanjutnya.
Pelaksanaan pemasangan pelat pracetak harus mengikuti urutan
pelaksanaan balok-kolom.
 Lantai setelah pekerjaan balok-kolom (cara tradisional) harus segera
berfungsi, karena lantai ini harus segera mendukung bekisting balok dam
kolom lantai selanjutnya. Untuk mempercepat pelaksanaan struktur
bangunan maka pekerjaan pemasangan lantai pracetak selalu mengikuti
pekerjaan balok-kolom cara tradisional (tentunya menunggu sampai
kekuatannya layak dibebankan).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pekerjaan bangunan
gedung yang menggunakan pelat pracetak harus selalu menggunakan metode
pemasangan secara horizontal jika hendak mereduksi durasi konstruksinya.
Sistem sambungan basah yang diaplikasikan pada struktur pelat pracetak
(HSC) dibedakan menjadi 2 (dua) lokasi, yaitu lokasi pada perletakan dan lokasi
sambungan arang longitudinal. Sambungan pada daerah perletakan bertujuan
untuk memindahkan/meneruskan beban vertikal dari pelat lantai kebalok, untuk
kondisi normal ataupun tidak normal (bila terjadi kebakaran). System ini dapat
diaplikasikan pada balok yang terbuat dari beton ataupun baja. Untuk
menyatukan komponen pelat dengan balok, pada ujung pelat terdpat celah yang
berfungsi untuk pengecoran beton. Jumlah celah ini dapat dibedakan menjadi 2
(dua). Pertama celah normal dan yang kedua, celah banyak.
Sambungan longitudinal adlah sambungan yang berada pada sisi
memanjang (tegak lurus perletakan) pelat. Sambungan ini menyatukan antara
pelat beton pracetak dengan balok ataupun dinding. Tujuan utama sambungan
longitudinal pelat dengan balok ataupun dinding adalah untuk mengatasi gaya-
gaya geser yang terjadi.

PERBAIKAN KOMPONEN PRACETAK


Jika terjadi kerusakan pada komponen beton pracetak maka sebaiknya
komponen tersebut tidak digunakan lagi. Pada batas-batas tertentu kerusakan
yang terjadi dapat diperbaiki, tetapi hal itu harus mendapat rekomendasi dari
tenaga ahli. Jika kerusakan terjadi setelah komponen beton pracetak terpasang
pada posisinya, hal yang harus dilakukan adalah mengevaluasi apakah komponen
tersebut masih layak digunakan. Salah satu cara untuk mengevaluasi hollow core
slab yang retak setelah terpasang adalah dengan melakukan pengujian beban
sederhana, yaitu dengan memberikan beban pada plat tersebut dan kemudian
mengecek lendutan yang terjadi. Jika hasil uji beban disimpulkan tidak layak
maka plat tersebut harus dilepas dan diganti dengan plat yang baru. Plat yang
sudah rua tidak dapat digunakan lagi dan harus dibuang.

Anda mungkin juga menyukai