I. PENGERTIAN
Sistem Kesehatan Nasional adalah Pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua
komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Perpres 72/2012 Pasal 1 angka 2).
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan
kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna
menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan
rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945 ( Depkes RI, 2004).
II. PENDANAAN
Subsistem pembiayaan kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya
penggalian, pengalokasian, dan pembelanjaan sumber daya keuangan secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Tujuan subsistem pembiayaan kesehatan adalah tersedianya pembiayaan kesehatan dengan
jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-
guna, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Unsur-unsur utama dari subsistem pembiayaan kesehatan yakni:
1. Penggalian dana (sumber dana)
Adalah kegiatan menghimpun dana yang diperlukan untuk penyelenggaraan upaya
kesehatan dan atau pemeliharaan kesehatan
2. Alokasi dana
Adalah penetapan peruntukan pemakaian dana yang telah berhasil dihimpun, baik yang
bersumber dari pemerintah, masyarakat maupun swasta.
3. Pembelanjaan dana
Adalah pemakaian dana yang telah dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja
sesuai dengan peruntukannyadan atau dilakukan melalui jaminan pemeliharaan kesehatan
wajib atau sukarela.
Standar WHO dan TAP MPR menekankan bahwa untuk pembiayaan kesehatan secara
bertahap 5% PDB atau 15% APBN/APBD. Dana pemerintah diarahkan pada “public goods” sedangkan
dana masyarakat/swasta untuk “private goods”. Untuk UKP dana pemerintah untuk masyarakat
rentan dan keluarga miskin dikelola secara efektif dan efisien serta diarahkan dalam bentuk JPK baik
wajib maupun sukarela.
Adapun prinsip subsistem pembiayaan kesehatan ini sebagai berikut:
1. Jumlah dana kesehatan harus cukup dan dikelola secara berdaya-guna, adil dan
berkelanjutan, didukung oleh transparansi dan akuntabilitas.
2. Dana pemerintah untuk pembiayaan UKM dan UKP bagi masyarakat rentan dan
keluarga miskin.
3. Dana masyarakat diarahkan untuk pembiayaan UKP yang terorganisir, adil, berhasil-guna
dan perdaya-guna melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
4. Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan melalui penghimpunan dana
sosial atau memanfaatkan dana masyarakat yang telah terhimpun
5. Pada dasarnya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan pembiayaan kesehatan di
daerah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah.
Bentuk pokok pembiayaannya sebagai berikut :
a. Penggalian dana (sumber dana)
Sumber dana untuk UKM terutama berasal dari pemerintah baik pusat maupun
daerah, melalui pajak umum, pajak khusus, bantuan dan pinjaman, serta berbagai
sumber lainnya. Sumber dana lain untuk upaya kesehatan masyarakat adalah swasta
serta masyarakat. Sumber dari swasta dihimpun dengan menerapkan prinsip public-
private partnership yang didukung dengan pemberian insentif, misalnya keringanan
pajak untuk setiap dana yang disumbangkan. Sumber dana dari masyarakat dihimpun
secara aktif oleh masyarakat sendiri guna membiayai upaya kesehatan masyarakat
misalnya dalam bentuk dana sehat, atau dilakukan secara pasif, yakni menambahkan
aspek kesehatan dalam rencana pengeluaran dari dana yang sudah terkumpul di
masyarakat, misalnya dana sosial keagamaan.
Sumber dana untuk UKP berasal dari masing-masing individu dalam satu kesatuan
keluarga. Bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin, sumber dananya berasal dari
pemerintah melalui mekanisme jaminan pemeliharaan kesehatan wajib.
b. Pengalokasian dana
Pembiayaan kesehatan bersumber pemerintah, pengalokasiannya diarahkan untuk
UKM sebagai “public goods” dan UKP bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin.
Secara bertahap diharapkan pembiayaan dari pemerintah yang dialokasikan untuk
kesehatan sebesar 15% dari total APB (anggaran pendapatan dan belanja).
c. Pembiayaan kesehatan bersumber dari masyarakat, pengalokasiannya untuk UKP
dikelola dalam bentuk Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (wajib atau sukarela). Cara
pengalokasian dana dengan cara ini diharapkan dapat lebih efektif dan efisien, karena
adanya kendali biaya sekaligus kendali mutu pelayanan.
d. Pembelanjaan dana
Pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan public-proivate partnership digunakan
untuk membiayai UKM. Pembiayaan kesehatan yang terkumpul dari Dana sehat dan
Dana Sosial Keagamaan digunakan untuk membiayai UKM dan UKP.
Pembelanjaan untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat rentan dan keluarga
miskin dilaksanakan melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan wajib. Sedangkan
pembelanjaan untuk pemeliharaan kesehatan keluarga mampu dilaksanakan melalui
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan wajib dan sukarela.
Di masa mendatang, biaya kesehatan dari pemerintah secara bertahap digunakan
seluruhnya untuk pembiayaan UKM dan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat
rentan dan keluarga miskin.
III. PENYELENGGARAAN
Penyelenggaraan SKN dilaksanakan secara bertahap sebagai berikut:
1. Penetapan SKN
Untuk memperoleh kepastian hukum yang mengikat semua pihak, SKN perlu ditetapkan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Sosialisasi dan Advokasi SKN
SKN perlu disosialisasikan dan diadvokasikan ke seluruh pelaku pembangunan kesehatan
dan seluruh pemangku kepentingan kesehatan untuk memperoleh komitmen dan
dukungan dari semua pihak.
Sasaran sosialisasi dan advokasi SKN adalah semua penentu kebijakan, baik di pusat
maupun daerah, baik di sektor publik maupun di sektor swasta.
3. Fasilitasi Pengembangan Kebijakan Kesehatan di Daerah
Dalam pembangunan kesehatan di Daerah perlu dikembangkan kebijakan kesehatan,
seperti: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP-D), (RPJM-D), Rencana
Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD), yang penyelenggaraannya
disesuaikan dengan kondisi, dinamika, dan masalah spesifik daerah dalam kerangka SKN.
Pemerintah Pusat memfasilitasi pengembangan kebijakan kesehatan di daerah,
memfasilitasi pengukuhannya dalam bentuk peraturan perundang-undangan daerah,
serta memfasilitasi sosialisasi dan advokasi penyelenggaraan pembangunan kesehatan di
daerah sesuai kebutuhan.