Anda di halaman 1dari 4

PAROTITIS

Emma Ayu Lirani

G99152102

A. Definisi
Parotitis merupakan peradangan kelenjar liur mayor yang disebabkan
oleh virus, bakteri, atau proses autoimun. Penyebab yang paling dominan dari
parotitis adalah infeksi virus (paramyxovirus) yang dikenal dengan penyakit
gondong (mumps). Penyakit ini menyebabkan peradangan yang ditandai dengan
edema disertai sebukan sel radang mononukleus dan nekrosis lokal (Kumar et al,
2007).

B. Epidemiologi
Mortalitas dan morbiditas parotitis sangat jarang karena hanya
merupakan komplikasi dari penyakit penyerta. Frekuensi penyakit ini pun merata
pada segala etnis dan jenis kelamin. Viral parotitis lebih sering terjadi ada anak-
anak, dengan puncak insden terjadi pada usia 5-9 tahun sedangkan parotitis yang
berhubungan dengan penyakit sistemik jarang terjadi. Di daerah dengan empat
musim, viral parotitis sering terjadi pada musim dingin dan musim semi.

C. Etiologi
1. Paramyxovirus yang merupakan jenis virus RNA dari family
Paramyxoviridae menyebabkan viral parotitis

2. Penyakit autoimun menyebabkan parotitis kronis

3. Bakteri menyebabkan parotitis bakterial kambuhan


4. Dehidrasi dengan aliran saliva yang statis menyebabkan parotitis akut
(Templer, 2017)

D. Patofisiologi
Patofisiologi parotitis bermacam-macam berdasarkan etiologinya. Parotitis
viral menyebar melalui droplet atau penyebaran langsung dari sekresi orofaring
yang mengandung paramyxovirus. Virus akan bereplikasi pada mukosa saluran
napas atas kemudian menyebar ke kelenjar limfe lokal dan diikuti viremia umum
setelah 12-25 hari yang berlangsung selama 3-5 hari. Selanjutnya virus menuju
kelenjar parotis, ovarium, pancreas, tiroid, ginjal, jantung, atau otak.

Setelah melewati masa inkubasi selama 14-24 hari, penderita akan


mengalami gejala dengan berbagai tingkatan. Masa prodromal ditandai rasa
lemas, nyeri otot terutama leher, sakit kepala, nafsu makan menurun, diikuti
pembesaran cepat salah satu atau kedua kelenjar parotis serta kelenjar liur yang
lain (Soedarmo et al, 2007).

Parotitis karena autoimun disebabkan kelainan utoimun yang menyerang


semua kelenjar liur besar, diantaranya kelenjar parotis. Kelenjar
parotismembengkak disertai pengurangan produksi air liur. Oleh karena itu mulut
mengalami xerostomia yang sangat menggangu dan menyebabkan kesulitan
menelan. Parotitis bakterial kambuhan dapat muncul karena adanya calculi atau
stenosis pada duktus karena adanya injury. (Sjamsuhidayat dan de Jong, 2010)

E. Diagnosis
1. Anamnesis
Pada parotitis viral, pasien mengeluh nyeri dan pembengkakan kelenjar
parotis dalam 5-9 hari disertai dengan malaise, anorexia, dan demam.
Umumnya pembengkakan terjadi secara bilateral
Pada parotitis bakterial akut, pasien mengeluhkan nyeri pembengkakan yang
progresif dari kelenjar parotis dan demam, nyeri bertambah parah saat
mengunyah

2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum dapat bervariasi dari tampak sakit ringan hingga berat

b. Suhu tubuh meningkat pada kasus parotitis terinfeksi

c. Pada area preaurikuler (lokasi kelenjar parotis), terdapat:

1) Edema

2) Eritema

3) Nyeri tekan (disangkal pada kasus parotitis HIV, tuberkulosis dan autoimun)

4) Pada kasus parotitis bakterial akut, bila dilakukan masase pada bagian kelenjar
dari arah posterior ke anterior, nampak saliva purulen keluar dari duktus
parotis.

3. Pemeriksaan penunjang
Anti SS-A, anti SS-B, dan faktor rematoid dilakukan untuk mengetahui
adanya penyakit autoimun. (Templer, 2017)

F. Komplikasi
Parotitis mumps dapat menimbulkan komplikasi berupa: epididimitis, orkitis, atau
atrofi testis pada laki-laki. Oovaritis dapat terjadi pada permepuan. Miokarditis,
tiroiditis, pankreatitis. Kerusakan permanen kelenjar parotis yang menyebabkan
gangguan fungsi sekresi saliva dan selanjutnya meningkatkan resiko terjadinya infeksi
oral atau karies gigi.Parotitis autoimun berhubungan dengan peningkatan insiden
limfoma.
G. Tatalaksana
1. Non-medikamentosa
a. Asupan gizi cukup
b. Hidrasi cukup
c. Istirahat cukup

2. Medikamentosa
a. Pencegahan dengan vaksin MMR pada anak

b. Analgesik

c. Antipiretik

d. Antibiotik pada parotitis bakterial berulang (Soedarmo et al, 2007).

Referensi
Kumar, V, Cotran RS, Robbins SL. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins Ed: 7. Jakarta: EGC

Sjamsuhidayat, R dan de Jong W. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed: 3. Jakarta: EGC

Soedarmo, SSP, Gama H, Hadinegoro SSR, Satari HI. 2008. Buku Ajar Infeksi & Pediatri
Tropis Ed: 2. Jakarta: Balai Penerbit IDAI

Templer, JW 2017. Parotitis. Medscape, WebMD dilihat 18 Oktober 2018,


<https://emedicine.medscape.com/article/882461-overview>

Anda mungkin juga menyukai