LAPORAN PRAKTIKUM
KEMAH KERJA
(Disusun untuk memenuhi tugas Kemah Kerja)
Disusun oleh :
Bayu Galih Prasetya 21110116130064
Bagas Ramadhan 21110116140072
Naufal Maziakiko Prathanazal 21110116140075
Sekar Melati Ramadhani 21110116140078
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktikum Kemah Kerja ini telah diperiksa, disetujui dan disahkan
oleh Dosen sebagai tugas mata kuliah Kemah Kerja Departemen Teknik Geodesi
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Disusun Oleh:
Kelompok VI B
1. Bayu Galih Prasetya 21110116130064
2. Bagas Ramadhan 21110116140072
3. Naufal Maziakiko Prathanazal 21110116140075
4. Sekar Melati Ramadhani 21110116140078
Kelompok VI-B ii
Laporan Praktikum Kemah Kerja
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan
Praktikum Kemah Kerja ini,
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada :
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan
ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Yudo Prasetyo,ST.MT, selaku ketua departemen Teknik
Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
2. Bapak Nurhadi Bashit, S.T., M.Eng dan Bapak Bambang Darmo Yuwono,
ST., MT, selaku dosen mata kuliah Kemah Kerja.
3. Bapak Bambang Darmo Yuwono, ST., MT, selaku ketua Laboratorium
Pengukuran dan Pemetaan Teknik Geodesi Universitas Diponegoro.
4. Seluruh pihak yang telah membantu kami dalam menyusun laporan
praktikum Kemah Kerja.
Laporan ini merupakan tugas setelah penulis mengetahui dan memahami
bagaimana sistematika pengukuran Kerangka Horizontal, Kerangka Vertikal dan
Detail Situasi di lapangan.
Penulis menyadari penulisan laporan ini masih sangat jauh dari sempurna,
karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh Karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Penulis,
II.8 AutoCAD...................................................................................................... 23
Kelompok VI-B vi
Laporan Praktikum Kemah Kerja
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Kebutuhan kita akan peta semakin kesini sudah tidak dapat dipungkiri lagi
kepentingannya. Kita memerlukan peta untuk berbagai perencanaan suatu masalah,
seperti pembuatan jalan, jembatan, pembangunan infrastruktur, pensertipikatan tanah,
petunjuk arah dan lain-lain. Penggunaan peta semakin berkembang, tidak hanya untuk
perencanaan, penggunaan peta dalam hidup kita sehari-hari seperti, peta wisata di
tempat wisata, aplikasi-aplikasi di smartphone yang berbasis data spasial yang semakin
banyak digunakan, contoh ojek online, jasa online shop. Tuntutan akan kenutuhan ini
secara tidak langsung mengisyaratkan bahwa semakin banyak pula tenaga ahli pembuat
peta yang dibutuhkan.
Salah satu metode pemetaan yang masih sering dipakai yaitu pemetaan terestris.
Pemetaan terestris dilakukan langsung di lapangan, atau proses pengambilan datanya
kita harus dilakukan di wilayah pemetaan. Data yang diambil berupa berbagai macam
seperti, bacaan benang, bacaan sudut, dan sebagainya, tergantung alat yang kita
gunakan. Pemetaan terestris merupakan pemetaan yang dipercaya sebagai metode
pemetaan yang paling teliti dibanding metode yang lain seperti fotogrametri,
penginderaan jauh dan lain-lain.
Pemetaan terestris dapat menggunakan beberapa alat diantaranya, yaitu
bernama waterpass dan theodolite, kedua benda tersebut masih menggunakan
teknologi manual. Waterpass, alat yang dapat mengukur beda tinggi dan jarak dengan
pembacaan benang atas, tengah dan bawah, sedangkan theodolite, alat yang memiliki
output berupa sudut dan bacaan benang yang diolah dan menghasilkan koordinat. Data
yang kita dapatkan pada saat pengukuran kemudian dihitung dan diolah sehingga
didapatkan informasi yang dibutuhkan dalam membuat peta seperti, koordinat dan
tinggi dari wilayah tersebut.
Oleh karena itu, sebagai mahasiswa Geodesi yang sudah seharusnya menguasai
keahlian dalam pemetaan terestris, kami kelompok VI B dalam praktikum kemah kerja
Kelompok VI-B 1
Laporan Praktikum Kemah Kerja
ini, ingin mempraktikkan pengukuran terestris yang terdiri dari rangkaian kegiatan,
pengambilan data di lapangan, yaitu pengukuran kerangka vertikal, kerangka
horizontal, detail situasi, perhitungan data, penggambaran peta manuskrip dan
penggambaran menggunakan software AutoCAD Map. Semester-semester
sebelumnya kita mempelajari pengukuran terestris menggunakan alat waterpass dan
teodolit sehingga kita dapat lebih memahami cara pemetaan yang merupakan bagian
dari ilmu Geodesi.
I.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah pada praktikum ini sebagai berikut :
1. Apakah pengukuran kerangka vertikal dan kerangka horizontal memenuhi
toleransi? Commented [WU4]: Kebalik
Kelompok VI-B 2
Laporan Praktikum Kemah Kerja
Kelompok VI-B 3
Laporan Praktikum Kemah Kerja
Kelompok VI-B 4
Laporan Praktikum Kemah Kerja
TINJAUAN PUSTAKA
berimpit dengan permukaan air laut rata-rata (mean sea level). Bidang equipotensial
juga disebut bidang nivo. Bidang-bidang ini selalu tegak lurus (plumbline) dengan arah
gaya berat di setiap permukaan bumi (Hani'ah, 2008).
Hasil-hasil dari pengukuran waterpass di antaranya digunakan untuk Commented [WU10]: 1 paragraf harus lebih dari 1
kalimat
perencanaan jalan, jalan kereta api, saluran, penentuan letak bangunan gedung yang
didasarkan atas elevasi tanah yang ada, perhitungan urugan dan galian tanah, penelitian
terhadap saluran-saluran yang sudah ada, dan lain-lain. Prinsip cara kerja dari alat ukur
waterpass adalah membuat garis sumbu teropong Horizontal. Bagian yang membuat
kedudukan menjadi Horizontal adalah nivo, yang berbentuk tabung berisi cairan
dengan gelembung di dalamnya.
Kelompok VI-B 5
Laporan Praktikum Kemah Kerja
Kelompok VI-B 6
Laporan Praktikum Kemah Kerja
pesawat arah Horizontal supaya kedudukan benang tepat pada objek yang
dibidik.
13. Klem Aldehide Horizontal merupakan bagian yang bertugas untuk mengunci Commented [WU13]: sama
h2
D .......................................................................................... (II.1)
2n
Keterangan:
μ : kesalahan menengah tiap km sipat datar
h : selisih beda tinggi pengukuran pergi-pulang
n : jumlah seksi
D : panjang / jarak seksi dalam km
Kesalahan menengah dapat dihitung dari:
a. Selisih antara pengukuran pergi-pulang tiap seksi
b. Selisih antara pengukuran pergi-pulang tiap trayek
c. Kesalahan penutup dari sipat datar keliling
Kesalahan menengah pukul rata pengukuran pergi-pulang (m) dinyatakan
dengan rumus:
2
m
.............................................................................................................. (II.2)
2
Kelompok VI-B 7
Laporan Praktikum Kemah Kerja
Sipat datar tingkat pertama m harus < 1 mm dan untuk tingkat yang lain antara
1-3 mm. Berdasarkan batas toleransi kesalahan menengah pengukuran pergi-pulang
(ms) dinyatakan dengan rumus:
ms 2 2 .................................................................................................................................... (II.3)
Kelompok VI-B 8
Laporan Praktikum Kemah Kerja
2. Benang mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu. Pada
pengukuran titik tinggi dengan cara menyipat datar, yang dicari selalu titik
potong garis bidik yang mendatar dengan mistar-mistar yang dipasang diatas
titik-titik, sedang diketahui bahwa garis bidik adalah garis lurus
yangmenghubungkan dua titik potong benang atau garis diagframa dengan titik
tengah lensa objektif teropong.
3. Garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nivo. Garis bidik adalah
garis lurus yang menghubungkan titik tengah lensa objektif dengan titik potong
dua garis diafragma, dimana pada garis bidik pada teropong harus sejajar
dengan garis arah nivo sehingga hasil dari pengukuran adalah hasil yang teliti
dan tingkat kesalahannya sangat kecil.
II.3 Kerangka Dasar Pemetaan Vertikal Commented [WU14]: Ditambah metode
-pergi pulang
Menurut (Sinaga, 1997), pada kerangka dasar yang sama juga dapat ditentukan -double stand
ketinggian dari masing titik ikat. Hal ini umumnya dilakukan dengan pengukuran beda
tinggi antar titik ikat tersebut.
Dari gambar ini jelas didapatkan hubungan ketinggian antara titik P dan Q,
yaitu :
𝐻𝑞 = 𝐻𝑝 = 𝑝𝑞 .............................................................................. (II.16) Commented [WU15]: digambarnya di bagian mana?
Keterangan?
Hal ini dapat disuratkan sebagai, tinggi titik sesudahnya didapat dari tinggi
titik sebelumnya ditambah dengan beda tinggi ( pq) kedua titik tersebut.
Kelompok VI-B 9
Laporan Praktikum Kemah Kerja
Menurut (Sinaga, 1997), apabila diperhatikan rumus dasar ilmu ukur tanah,
dapat disimpulkan bahwa koordinat titik selajutnya hanyalah didapatkan apabila
koordinat titik sebelumnya telah diketahui. Dengan demikian apabila masalahnya
ditarik mundur, maka yang menjadi pangkal masalah adalah koordinat titik dan sudut
jurusan yang paling awal. Artinya kedua besaran ini haruslah tetap diketahui
sebelumnya.
Kelompok VI-B 10
Laporan Praktikum Kemah Kerja
terkait dengan ukuran yang diselenggarakan sekarang. Atau penyataan yang diketahui
tersebut dapat pula diartikan sebagai pernyataan sembarang.
Apabila diketahui koordinat dua buah titik, maka untuk menentukan koordinat
titik-titik lainnya dibutuhkan sudut dan jarak yang dibentik antara titik yang
bersangkutan. Bentuk kerangka dasar yang seperti ini dikenal dengan nama poligon,
yaitu dengan melakukan pengukuran sudut dan jarak diantara titik-titiknya. Bentuk
yang terlihat di bawah ini dinamakan poligon terbuka.
dilakukan di titik awal saja, karena titik tersebut juga merupakan titik akhir dari
pengukuran kerangka tersebut.
Metode dan teknik pengukuran kontrol ini terdapat pada mata kuliah khusus
pada jurusn Geodesi/Surveying, yaitu penyajian kerangka horisonta;, astronomi
geodesi ataupun pengkuran efek Doppler dari satelit Doppler. Pengukuran azimut
matahari merupakan salah satu teknik pengukuran pada ilmu Astronomi Geodesi
tersebut yang selalu dipakai oleh para surveyor dalam menentukan azimut awal dari
suatu kerangka poligon, serta dalam melaukan kontrol sudut yang dihasilkan dalam
pengukuran tersebut.
Rumus koordinat selanjutnya :
𝑋𝑞 = 𝑋𝑝 + 𝑑𝑝𝑞 𝑠𝑖𝑛𝛼𝑝𝑞 ................................................................... (II.11)
𝑌𝑞 = 𝑌𝑝 + 𝑑𝑝𝑞 𝑐𝑜𝑠𝛼𝑝𝑞 ................................................................... (II.12)
Keterangan:
Xp : Koordinat x titik p (awal)
Xq : Koordinat x titik q
Yp : Koordinat y titik p
Yq : Koordinat y titik q
dpq : Jarak antar titik p-q
αpq : Azimut pq
Absis dan Ordinat titik p (titik terdahulu) diketahui , jarak diukur dan sudut
jurusan garis pq diketahui. Apabila titik p adalah titik awal, maka koordinat p serta
sudut jurusan awal tersebut dapat didefinisikan ataupun diukur.
Didefinisikan berarti dapat didefinisikkan sembarang, sehingga seluruh
koordinat mengacu kepada koordinat awal yang sembarang tersebut. Hal ini membuat
peta tersebut dinamakan peta lokal. Namun dapat pula didefinisikan sebagai titik datum,
yaitu yang diperoleh dengan penentuan posisi dan sudut jurusan astronomis. Apabila
diukur, maka ini berarti titik tersebut diikatkan kepada titik-titik yang berada di sekitar
wilayah pengukuran, sehingga sistem koordinat daerah sekitarnya. Peta tersebut terikat
pada sistem peta yang lebih besar.
Apabila perhitungan dilanjutkan dilanjutkan untuk titik r pada gambar II.20 A
tersebut, maka data yang dimiliki adalah di titik q, jarak qr dan sudut jurusan qp, yaitu
kebalikan dari sudut jurusan pq yang berselisih 1800
Kelompok VI-B 12
Laporan Praktikum Kemah Kerja
Kelompok VI-B 13
Laporan Praktikum Kemah Kerja
Kelompok VI-B 14
Laporan Praktikum Kemah Kerja
Kelompok VI-B 15
Laporan Praktikum Kemah Kerja
yang lebih teliti. Posisi titik-titik dinyatakan dalam sistem lokal Artinya posisi titik
tersebut dinyatakan terhadap suatu sistem salib sumbu yang ditetapkan sendiri untuk
daerah yang dipetakan, misalnya suatu titik kontrol (dipilih) ditetapkan mempunyai
koordinat dan tinggi nol atau bilangan tertentu yang dipilih. Sedang titik-titik lain
posisinya dinyatakan terhadap titik referensi tersebut.
Kelompok VI-B 16
Laporan Praktikum Kemah Kerja
Gambar II.10 Titik-Titik Referansi (Andy Hartanto, Hendro, & Kustarto, 2012))
Dari gambar tersebut di atas dapat dimengerti bahwa pengukuran untuk
pemetaan dilakukan secara bertahap sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan titik kontrol, titik-titik kontrol ini biasanya diselenggarakan
dengan cara poligon. Apabila jumlah titik kontrol dirasa masih kurang dapat
diperbanyak dengan cara pengikatan ke muka atau pengikatan ke belakang.
2. Penyelenggaraan titik bantu,pada contoh di atas titik-titik bantu H1, H2, H3
diukur dari titik kontrol K2 dan diikat/dikontrol ke titik kontrol K5.
3. Penyelenggaraan titik detail, pada contoh di atas titik-titik detail diukur dari
titik kontrol dan dari titik bantu.
Pada praktiknya pengukuran titik kontrol terpisah dari pengukutan titik bantu
maupun titik detail. Sedangkan pengukuran titik bantu dan titik detail dapat dikelakan
secara bersamaan. Setelah pekerjaan pengukuran selesai, tahapan pekerjaan berikutnya
adalah perhitungan dan penggambaran. Perhitungan dilakukan untuk mendapatkan
koordinat titik kontrol dan titik bantu, sedangkan titik-titik detail tidak perlu dihitung
koordinatnya. Dalam penggambaran, titik-titik kontrol dan titik bantu diplot
berdasarkan koordinat sedangkan titik-titik detail diplot berdasarkan arah azimut dan
jarak. Setelah semua titik diplot, barulah ditarik garis-garis kontur.
Pada pemetaan situasi, pengukuran yang dilakukan adalah meliputi:
1. Pengukuran Kerangka Hoizontal
2. Pengukuran Kerangka Vertikal
Kelompok VI-B 17
Laporan Praktikum Kemah Kerja
3. Pengukuran Detail
Sedang metode yang digunakan untuk melakukan pengukuran tersebut dapat
dirinci sebagai berikut :
1. Pengukuran kerangka horizontal dilakukan dengan metode Poligon, sedang
pengukuran kerangka vertikal dan pengukuran detail dilakukan dengan metode
Tachimetry.
2. Pengukuran kerangka horizontal, kerangka vertikal dan detail semuanya
dilakukan dengan metode Tachimetry.
II.6 Metode Pengukuran
Metode pengukuran yang digunakan pada praktikum ini terdiri dari poligon
tertutup dan pengukuran detail yang akan dibahas sebagai berikut.
II.6.1 Poligon Tertutup
Poligon tertutup adalah kerangka dasar pengukuran yang membentuk poligon
segi banyak yang menutup. Yang dimaksud menutup adalah apabila mulai dari titik 1
kemudian ke titik 2 dan seterusnya akan kembali ke titik 1 lagi. Fungsinya adalah untuk
mengkoreksi besaran sudut pada tiap segi banyak tersebut (Zamry, 2016).
Kelompok VI-B 18
Laporan Praktikum Kemah Kerja
Kelompok VI-B 19
Laporan Praktikum Kemah Kerja
Dalam pengukuran detail, kita membidik beberapa detail seperti taman, jalan,
pohon, got, spot high sebagai titik kontur dan lain-lain.
II.7 Garis Kontur
Salah satu unsur yang penting pada suatu peta topografi adalah informasi
tentang tinggi suatu tempat terhadap rujukan tertentu. Untuk menyajikan variasi
ketinggian suatu tempat pada peta topografi, umumnya digunakan garis kontur
(contour-line). Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan
ketinggian sama. Nama lain garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan garis
lengkung Horizontal. Garis kontur + 25 m, artinya garis kontur ini menghubungkan
titik-titik yang mempunyai ketinggian sama + 25 m terhadap referensi tinggi tertentu.
Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan
bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta
umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka bentuk garis kontur ini juga akan
mengalami pengecilan sesuai skala peta (Saleh, 2011).
semakin kecil. Indeks kontur adalah garis kontur yang penyajiannya ditonjolkan setiap
kelipatan interval kontur tertentu; mis. Setiap 10 m atau yang lainnya. (Saleh, 2011)
Rumus untuk menentukan interval kontur pada suatu peta topografi adalah:
i = (25 / jumlah cm dalam 1 km) meter,
atau
i = n log n tan a ,
dengan
n = (0.01 S + 1)1/2 meter.
Contoh:
Peta dibuat pada skala 1 : 5 000, sehingga 20 cm = 1 km,
sehingga i = 25 / 20 = 1.5 meter.
Peta dibuat skala S = 1 : 5 000 dan a = 45° ,
sehingga i = 6.0 meter.
Berikut contoh interval kontur yang umum digunakan sesuai bentuk permukaan tanah
dan skala peta yang digunakan.
Gambar II.2 Interval kontur berdasarkan skala dan bentuk medan
Skala Bentuk muka tanah Interval Kontur
3. Pada daerah yang sangat curam, garis-garis kontur membentuk satu garis.
4. Garis kontur pada curah yang sempit membentuk huruf V yang menghadap ke
bagian yang lebih rendah.Garis kontur pada punggung bukit yang tajam
membentuk huruf V yang menghadap ke bagian yang lebih tinggi.
5. Garis kontur pada suatu punggung bukit yang membentuk sudut 90° dengan
kemiringan maksimumnya, akan membentuk huruf U menghadap ke bagian
yang lebih tinggi.
6. Garis kontur pada bukit atau cekungan membentuk garis-garis kontur yang
menutup melingkar.
7. Garis kontur harus menutup pada dirinya sendiri.
8. Dua garis kontur yang mempunyai ketinggian sama tidak dapat dihubungkan
dan dilanjutkan menjadi satu garis kontur.
II.7.3 Kegunaan Garis Kontur
Selain menunjukkan bentuk ketinggian permukaan tanah, garis kontur juga
dapat digunakan untuk (Saleh, 2011):
1. Menentukan potongan memanjang ( profile, longitudinal sections ) antara dua
tempat.
2. Menghitung luas daerah genangan dan volume suatu bendungan.
3. Menentukan route / trace dengan kelandaian tertentu.
4. Menentukan kemungkinan dua titik di langan sama tinggi dan saling terlihat
II.8 AutoCAD
AutoCAD Land Desktop dirancang untuk para profesional dalam perencanaan
lahan dan industri pengembangan, dan mencakup produk berikut: Desktop
AutoCAD®Land: Ini adalah AutoCAD untuk pengembangan lahan profesional. Ini
menyediakan tingkat dasar fungsi untuk perencana lahan, surveyor, insinyur sipil,
perancang, dan siapa saja yang menciptakan dokumen pendukung. AutoCAD Land
Desktop berisi semua fungsionalitas AutoCAD dan beberapa komponen AutoCAD
Map 3D.
Poin yang dibuat AutoCAD Land Desktop disebut poin COGO. COGO
singkatan dari Coordinate Geometry. Poin COGO disimpan di eksternal database dan
Kelompok VI-B 23
Laporan Praktikum Kemah Kerja
diatur oleh nomor poin mereka. Poin COGO miliki data entitas yang diperluas terkait
dengan poin yang mencakup nomor titik, nama titik, deskripsi, elevasi, northing, dan
easting. Data titik COGO disimpan dalam file database eksternal yang disebut
points.mdb, yang direferensikan oleh semua gambar dalam sebuah proyek. Karena poin
proyeknya adalah disimpan secara eksternal, Anda bisa mereferensikannya tanpa
menyusunnya dalam huruf a gambar. Data titik dapat diakses oleh banyak orang di
jaringan (Applegate, 2008)
Kelompok VI-B 24
Laporan Praktikum Kemah Kerja
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Kelompok VI-B 25
Laporan Praktikum Kemah Kerja
Kelompok VI-B 26
Laporan Praktikum Kemah Kerja
3. Statif
Kelompok VI-B 27
Laporan Praktikum Kemah Kerja
Mulai
Pengecekan Alat
Pemasangan Patok
Pengolahan Data
Memenuhi?
YA
Penggambaran
Peta Manuskrip
Peta Manuskrip
Peta Digital
Selesai
Kelompok VI-B 28
Laporan Praktikum Kemah Kerja
Kelompok VI-B 29
Laporan Praktikum Kemah Kerja
° ‘ “ ° ‘ “ “
1 0 0 0 179 59 50 5
2 182 46 50 2 46 10 20
Ketelitian Rata-rata 12.5
2. Hasil pengecekan indeks vertikal
360𝑜 −𝐿𝐵−𝐵
Rumus perhitungan :
2
Bacaan Arah Vertikal Biasa Bacaan Arah Vertikal Kesalahan
Titik Luar biasa
° ‘ “ ° ‘ “ “
1 80 23 20 279 36 50 5
2 87 52 20 272 8 0 10
Ketelitian Rata-rata 7.5
Hasil pembacaan rambu
Bacaan Rambu 1 Bacaan Rambu 2
Belakang Belakang
BA = 1.548 BA = 1.535
BT = 1.422 BT = 1.410
BB = 1.299 BB = 1.285
D = 25 m D = 25 m
Muka Muka
BA = 1.182 BA = 1.168
BT = 1.055 BT = 1.043
BB = 0.928 BB = 0.918
D = 25 m D = 25 m
Kelompok VI-B 30
Laporan Praktikum Kemah Kerja
Kelompok VI-B 32
Laporan Praktikum Kemah Kerja
Kelompok VI-B 33
Laporan Praktikum Kemah Kerja
5. Memberi nomor tiap titik bidng detail, menyesuaikan nomor pada topo 9
dengan
6. Mengukur dan mencatat tinggi alat.
7. Membidik patok sebelumnya menggunakan pena terlebih dahulu dan
memastikan tegak lurus dengan benang bacaan dan men-set 0.
8. Membidik titik detail 1, membaca bacaan benang dan mencatat bacaan BA, BB
dan BT.
9. Membaca dan mencatat bacaan sudut vertikal dan sudut horizontal.
10. Mengulangi langkah 8 dan 9 untuk titik detail selanjutnya hingga titik detail
terakhir.
11. Mengulangi langkah 1-10 untuk patok selanjutnya hingga patok terakhir.
12. Apabila perlu patok cabang, menentukan patok cabang yang sekiranya dapat
mencakup detail sebanyak mungkin.
13. Setelah menentukan patok cabang, mendirikan alat diatas patok cabang
tersebut.
14. Bidik patok poligon terdekat, kemudian melakukan langkah 3-11.
15. Apabila patok cabang, lebih dari 2, memastikan poligon cabang kembali pada
patok poligon utama terdekat.
III.4 Pengolahan Data Commented [WU23]: Perhitungan
(metodenya ditulis)
Kelompok VI-B 35
Laporan Praktikum Kemah Kerja
P2 437931.244 9220718.721
P3 437945.401 9220744.826
P4 437896.581 9220754.677
P5 437864.551 9220764.839
... … …
P33 438004.401 9220828.986
Kelompok VI-B 36
Laporan Praktikum Kemah Kerja
= [ ( n + 2 ) x 180 ] + f
2879°58′25″ = 6840° + f
Kelompok VI-B 37
Laporan Praktikum Kemah Kerja
f = 0°1′0″
= 60″( koreksi seluruh sudut)
Koreksi per sudut = f / 36
= 60″ / 36
= 24 titik sebesar 0° 0’02”
12 titik sebesar 0° 0’01”
10. Toleransi koreksi penutup sudut sebesar 10”√𝑛 = 0°1’00”.
11. Jadi, pengukuran yang Kelompok VI-B lakukan, memenuhi batas toleransi.
12. Perhitungan Azimut
Sebelum mengolah data, kita harus mengetahui azimut awal terlebih
dahulu dengan rumus
𝑥2 − 𝑥1
𝛼12 = 𝑎𝑟𝑐 tan( )
𝑦2 − 𝑦1
Dengan data yang telah diketahui dari GD 16 dab GD 11 maka Azimut
awalnya :
438124,580 − 438143,633
𝛼12 = 𝑎𝑟𝑐 tan ( )
9220485,760 − 9220466,944
−19,053
= 𝑎𝑟𝑐 tan ( )
18,816
= −45,358576
= −45°21′31″
Karena X bertanda negatif (-) dan Y bertanda positif (+), maka Azimut
ditambah 360°.
α12 = −45°21′31″ + 360°
= 314°38′29″
Untuk menghitung Azimut titik selanjutnya yaitu akhir = awal
180.
Kelompok VI-B 38
Laporan Praktikum Kemah Kerja
= 250°57′43″
k X/titik = d i
kx
d
40,1
k x12 =
1973,4
× −0,2026
= -0,0041
Perhitungan tersebut digunakan sampai kX1A11-GD 16.
Jumlah dari koreksi tiap titik (kX/titik) harus sama dengan koreksi (kX).
15. Perhitungan koreksi fy
Menghitung d cos α dengan cara :
YGD 16-1 = dGD 01-P2 cos α GD 01-P2
= 40,1 cos 331°51′51"
= 35,362
Perhitungan tersebut digunakan sampai YA11-GD 16.
Kemudian dijumlahkan, ternyata hasilnya ≠ 0, melainkan (0,1066), maka
harus ada koreksi. Cara menghitung koreksi, yaitu :
k Yi/titik = d i
ky
d
40,1
k y =
1973,4
× −0,1066
1 2
Kelompok VI-B 39
Laporan Praktikum Kemah Kerja
= -0,002
Perhitungan tersebut digunakan sampai kYA11-GD 16.
Jumlah dari koreksi tiap titik (kY/titik) harus sama dengan koreksi (kY)
16. Perhitungan terakhir dari poligon tertutup, yaitu perhitungan koordinat.
Koordinat awal (GD 01) = (437950.158 m ; 9220683.361 m) sudah
diketahui. Koordinat awal berguna untuk menghitung koordinat
selanjutnya.
Rumus yang digunakan adalah :
XP2 = XGD 01 + dGD 01-P2 sin αGD 01-P2+ kXGD 01-P2
= 437931.244 m
= 9220718.721 m
Perhitungan tersebut digunakan sampai kembali ke koordinat GD 01.
17. Kesalahan Jarak Linier
Rumus kesalahan jarak linier adalah sebagai berikut :
FL = ( fx)2 ( fy)2
Kesalahan jarak linear :
FL = ( fx)2 ( fy)2
= √ (-0,2026)2 + (-0,1066)2
= 0,229 m
∑d = 1973,4 m
FL 0,229
Jadi, ketelitian jarak linier = = = 0,0001 m
d 1973,4
Kelompok VI-B 41
Laporan Praktikum Kemah Kerja
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
V.2 Saran
Kelompok VI-B 42
Laporan Praktikum Kemah Kerja
DAFTAR PUSTAKA
Andy Hartanto, Hendro, & Kustarto. (2012). Ilmu Ukur Tanah Metode dan Aplikasi
bagian Kedua. Malang: Dioma.
Anonim. (2017, November 20). Bagian-bagian Waterpass. Retrieved from Dinar
Energi Utama: https://dinarproject.com/beranda/bagian-bagian-waterpass/
Applegate, A. D. (2008). AutoCAD Land Desktop 2009 - Autodesk. San Rafael:
Autodesk, Inc.
Hani'ah. (2008). Ilmu Ukur Tanah. Semarang: Universitas Diponegoro.
Hartanto. (2016 ). Workstation ReviewVideomakerq . Retrieved from
http://www.videomaker.com/article/15513-dell-precision-workstation-
Marjuki, B. (2014, oktober 11). LinkedIn Corporation. Diambil kembali dari
LinkedIn Corporation Web site:
https://www.slideshare.net/bramantiyomarjuki/pemetaan-digital-40144608
Saleh, S. (2011). Modul Ilmu Ukur Tanah. Banjarmasin: Teknik Sipil Poliban.
Sinaga, I. (1997). Pengukuran Dan Pemetaan Pekerjaan Konstruksi. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Wongsotjitro. (1988). Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Yayasan Kanisius.
Zamry, B. A. (2016, Desember 12). PENGUKURAN POLIGON TERTUTUP
TERIKAT SEMPURNA. Diambil kembali dari dokumen tips:
www.documents.tips/documents/pengukuran-poligon-tertutup-terikat-
sempurna.html
Kelompok VI-B 43