Anda di halaman 1dari 24

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana yang ter dari
dari :
 Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawtan KGD.
 Laporan Asuhan Keperawatan Gadar Asma Bronchiale di RSUD Prof.
Dr. H.M. Chatib Quzwein.
 8 Laporan Resume Praktik Klinik
Atas bantuan dan dorongan yang diberikan kepada penulis dalam
penyusunan tugas KGD (Keperawatan Gawat Darurat) ini, penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Gusti Lestari HA, Per.Pend.M.Kes. sebagai Ketua Prodi DIII
Keperawatan
2. Bapak Kaimudin, S.Pd. M.Kes. Keoordinator Mata Kuliah
Keperawatan Gawat Darurat dan Majemen Bencana yang
memberikan bimbingan dan saran.
3. Bapak Daryono, S.Pd. M.Kes. selaku Guru Pembimbing kami, yang
banyak memberikan materi pendukung, masukan dan bimbingan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
makalah ini dan dapat menambah ilmu pengetahuan. Makalah ini mungkin
kurang sempurna untuk itu kami mengharap kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Terimakasih.

Tuban, 04 April 2017

Penulis
2

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................ 1
Daftar Isi ............................................................................ 2
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ............................................................... ……….. 3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. .. 3
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................... 4
BAB II
Konsep Medik Asma Bronchial
2.1 Pengertian …………………......................................................... 5
2.2 Klasifikasi ……………………..................................................... . 5
2.3 Etiologi ...................................................... .............................. 7
2.4 Patofisiologi …………………………............................................ 9
2.5 Manifestasi Klinis ………………............................................... 10
2.6 Pemeriksaan Penunjang ......................................................... 10
2.7 Penatalaksanaan ……….………................................................ 12
2.8 Komplikasi ……..……….…………............................................... 13
BAB III
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Asma Bronchial
3.1 Pengkajian ............................................................................... 14
3.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................. 19
3.3 Intervensi ................................................................................. 19
3.4 Implementasi ............................................................................ 21
3.5 Evaluasi .................................................................................. 22
BAB IV
Penutup
4.1 Kesimpulan ............................................................................. 23
4.2 Saran ............................................................................. 23
Daftar Pustaka ............................................................................. 24
3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Beberapa laporan ilmiah baik di dalam negeri atau luar negeri
menunjukkan bahwa angka kejadian alergi dan asma terus meningkat
tajam beberapa tahun terakhir. Tampaknya alergi merupakan kasus
yang mendominasi kunjungan penderita di klinik rawat jalan
pelayanan kesehatan anak. Salah satu manifestasi penyakit alergi yang
tidak ringan adalah asma. Penyakit asma terbanyak terjadi pada anak
dan berpotensi mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Alergi dapat menyerang semua organ dan fungsi tubuh tanpa
terkecuali. Sehingga penderita asma juga akan mengalami gangguan
pada organ tubuh lainnya.
Di samping itu banyak dilaporkan permasalahan kesehatan lain
yang berkaitan dengan asma tetapi kasusnya belum banyak terungkap.
Kasus tersebut tampaknya sangat penting dan sangat berpengaruh
terhadap kehidupan anak, tetapi masih perlu penelitian lebih jauh.
Dalam tatalaksanan asma anak tidak optimal, baik dalam diagnosis,
penanganan dan pencegahannya.
Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1996,
penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan sesak napas seperti
bronchitis, emfisema, dan asma merupakan penyebab kematian
ketujuh di Indonesia. Asma yang tidak ditangani dengan baik dapat
mengganggu kualitas hidup anak berupa hambatan aktivitas 30
persen, dibanding 5 persen pada anak non-asma. Banyak kasus asma
pada anak tidak terdiagnosis dini, karena yang menonjol adalah gejala
batuknya, bisa dengan atau tanpa wheezing (mengi).
Asma adalah penyakit yang menyerang saluran pernafasan yang
bisa menyerang siapa saja, namun penderita paling banyak adalah
para anak-anak. Menurut KEMENKES (2008), 100 hingga 150 juta
orang di dunia menderita asma, jumlah ini diperkirakan akan
4

meningkat sebanyak 18.000 kasus setiap tahunnya. Setiap negara di


dunia memilki kejadian kasus asma yang berbeda-beda.
Di Asia khususnya Asia Tenggara 1 dari 4 orang yang menderita
asma mengaami masa yang tidak produktif karena tidak bekerja akibat
asma. bisa dibanyangkan berapa kerugian yang dialami. Menurut Miol,
penderita asma 3.3% penduduk Asia Tenggara adalah orang-orang
yang menderita asma. Dimana kasus asma banyak terjadi di Indonesia,
Vietnam, Thailand, Filiphina dan singapura.
Sedangkan menurut RISKESDAS (2007) di Indonesia prevalensi
penderita asma diperkirakan masih sangat tinggi. Bedasarakan depkes
persentase penderita asma di indonesia sebesar 5,87% dari
keselurahan penduduk Indonesia. Dimana masih banyak penderita
asma yang belum mendapatkan perawatan dokter.Hal itu membuat
angka kematian karena penyakit asma tergolong tinggi di Indonesia.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja yang meliputi dari konsep medik Asma Bronchial ?
2. Bagaimana proses keperawatan pada klien Asma Bronchial ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui konsep medik Asma Bronchial.
2. Untuk memahami proses keperawatan pada klien Asma
Bronchial,
5

BAB II
KONSEP MEDIK ASMA BRONCHIAL

2.1 PENGERTIAN
Istilah asma dari kata Yunani yang artinya “terengah-engah” dan
berarti serangan napas pendek. Meskipun dahulu istilah ini
digunakan untuk menyatukan gambaran klinis napas pendek tanpa
memandang sebabnya, sekarang istilah ini hanya ditujukan untuk
keadaan-keadaan yang menunjukkan respon abnormal saluran napas
terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan
napas yang meluas. (Supriadi, 2013)
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri
meningkatnya respon trachea dan bronkhus terhadap berbagai
rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang
luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun
hasil dari pengobatan. (Konny, 2013).
Asma Bronchiale adalah penyakit jalan nafas obstruktif
intermiten reversibel dimana trakea dan bronki berespon dalam secara
hiperaktif terhadap stimuli tertentu (Ndyycha, 2014).
Kesimpulan dari beberapa pengertian diatas yaitu Asma
Bronchial adalah gangguan atau kerusakan pada saluran bronkus
yang merupakan inflamasi kronis saluran nafas dengan ciri
bronkospasme periodik yang reversible (dapat kembali), adanya
wheezing, sesak nafas dan batuk dengan atau tanpa adanya sekret.
2.2 KLASIFIKASI
A. Berdasarkan kegawatan asma, maka asma dapat dibagi menjadi :
1. Asma bronkhiale
Asthma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
adanya respon yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap
bebagai macam rangsangan, yang mengakibatkan penyempitan
saluran nafas yang tersebar luas diseluruh paru dan derajatnya
dapat berubah secara sepontan atau setelah mendapat pengobatan.
2. Status asmatikus
6

Yakni suatu asma yang refraktor terhadap obat-obatan yang


konvensional (Smeltzer, 2001). status asmatikus merupakan
keadaan emergensi dan tidak langsung memberikan respon
terhadap dosis umum bronkodilator (Depkes RI, 2007).
Status Asmatikus yang dialami penderita asma dapat berupa
pernapasan wheezing, ronchi ketika bernapas (adanya suara bising
ketika bernapas), kemudian bisa berlanjut menjadi pernapasan
labored (perpanjangan ekshalasi), pembesaran vena leher,
hipoksemia, respirasi alkalosis, respirasi sianosis, dyspnea dan
kemudian berakhir dengan tachypnea. Namun makin besarnya
obstruksi di bronkus maka suara wheezing dapat hilang dan
biasanya menjadi pertanda bahaya gagal pernapasan (Brunner &
Suddarth, 2001).
3. Asthmatic Emergency
Yakni asma yang dapat menyebabkan kematian.
B. Klasifikasi asma (Hartantyo, 1997, cit Purnomo 2008) yaitu:
1. Asma ekstrinsik
Asma ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang disebabkan
karena reaksi alergi penderita terhadap allergen dan tidak membawa
pengaruh apa-apa terhadap orang yang sehat.
2. Asma intrinsik
Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap pemicu
yang berasal dari allergen. Asma ini disebabkan oleh stres, infeksi
dan kodisi lingkungan yang buruk seperti kelembaban, suhu, polusi
udara dan aktivitas olahraga yang berlebihan.

C. Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) (2006) penggolongan


asma berdasarkan beratnya penyakit dibagi 4 (empat) yaitu:
Tabel Klasifikasi Derajat Asma
Derajat Gejala
Gejala Fungsi Paru
Asma Malam
Intemitten  Gejala <1x/minggu. ≤ 2 kali VEPI atau APE ≥ 80
Mingguan  Tanpa gejala diluar Sebulan %.
7

serangan.
 Serangan singkat.
 Fungsi Paru
asimtomatik dan
normal luar serangan.
Persisten  Gejala <1x/ minggu ≤ 2 kali VEPI atau APE ≥ 80
Ringan tapi < 1x/hari. seminggu % Normal
Mingguan  Serangan dapat
menganggu aktivitas
dan tidur.
Persisten  Gejala harian. > sekali VEPI atau APE > 60
Sedang  Menggunakan obat seminggu % Tetapi ≤ 80%
Harian setiap hari. normal.
 Serangan dapat
menganggu aktivitas
dan tidur.
 Serangan 2x/minggu
bisa berhari-hari.
Persisten  Gejala terus-menerus. Sering VEPI atau APE ≥ 80
berat  Aktivitas fisik terbatas. % Normal
Kontinue  Sering serangan.

2.3 ETIOLOGI
Sampai saat ini etiologi asma diketahui belum pasti , suatu hal
yang menonjol pada semua penderita asma adalah fenomena
hipereaktivitas bronkus . bronkus penderita asma sangat peka tehadap
rangsangan imonologi maupun nonimumologi. Oleh karena sifat
inilah, maka serangan asma mudah terjadi ketika rangsangan baik
fisik, metabolik, kimia, alergen, infeksi, dan sebagainya. Penderita asma
perlu mengetahui dan sedapat mungkin menghindari rangsangan atau
pencetus yang dapat menimbulkan asma.
8

Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :


1) Genetik : Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya,
meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas.
Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat
juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,
penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar
dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.
2) Alergen : Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan.
Contoh : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri
dan polusi
b. Ingestan, yang masuk melalui mulut
Contoh : makanan dan obat-obatan
c. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan
3) Perubahan cuaca : Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin
sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin
merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang
serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim
kemarau.
4) Stress : Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan
asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita
asma yang mengalami stress/gangguan emosi perlu diberi nasehat
untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum
diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
5) Lingkungan kerja : Mempunyai hubungan langsung dengan sebab
terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.
Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil,
pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur
atau cuti.
9

6) Olahraga/ aktifitas jasmani yang berat : Sebagian besar penderita


asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau
olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan
asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
selesai aktifitas tersebut.

2.4 PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus
yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah
hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara.
Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara
sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk
membentuk sejumlah antibody IgE abnormal dalam jumlah besar dan
antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen
spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast
yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan
brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka
antibody IgE orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan
antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini
akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat
anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor
kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan
adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mukus
yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos
bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi
sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi
daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru
selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena
bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya
adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi
berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat
10

melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali


melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu
fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama
serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari
paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.

2.5 MANIFESTASI KLINIS


A. Tiga gejala umum asma terdiri atas :
1) Dispnea (sesak nafas), terjadi karena pelepasan histamine dan
leukotrien yang menyebabkan kontraksi otot polos sehingga
saluran nafas menjadi sempit.
2) Batuk, adalah reaksi tubuh untuk mengeluarkan hasil dari
inflamasi atau benda asing yang masuk ke saluran nafas.
3) Mengi (bengek), suara nafas tambahan yang terjadi akibat
penyempitan bronkus.
B. Gambaran klinis pasien yang menderita asma
1) Gambaran objektif :
 Sesak nafas parah dengan ekspirasi memanjang disertai
wheezing.
 Dapat disertai dengan sputum kental dan sulit dikeluarkan.
 Bernafas dengan menggunakan otot-otot nafas tambahan.
 Sianosis, takikardia, gelisah dan pulsus paradoksus.
 Fase ekspirasi memanjang dengan disertai wheezing (di afek
dan hilus)
2) Gambaran subjektif adalah pasien mengeluhkan sukar bernafas,
sesak dan anoreksia.
3) Gambaran psikososial adalah cemas, takut, mudah tersinggung
dan kurang pengetahuan pasien terhadap situasi penyakitnya.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1) Pemeriksaan radiologi : Gambaran radiologi pada asma pada
umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukkan gambaran
hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan
11

peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan


tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah
sebagai berikut:
 Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah.
 Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran
radiolusen akan semakin bertambah.
 Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada
paru.
 Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis local.
 Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran
radiolusen pada paru-paru.
2) Pemeriksaan tes kulit : Dilakukan untuk mencari faktor alergi
dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif
pada asma.
3) Elektrokardiografi (EKG) : Gambaran elektrokardiografi yang terjadi
selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian dan disesuaikan
dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru, yaitu:
 Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis
deviasi dan clock wise rotation
 Terdapat tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya
RBB (Right Bundle branch Block)
 Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia,
SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negatif.
4) Scanning Paru : Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama
serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
5) Spirometri : Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas
reversibel. Pemeriksaan spirometri tdak saja penting untuk
menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat
obstruksi dan efek pengobatan.
12

2.7 PENATALAKSANAAN
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1) Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2) Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan
serangan asma
3) Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya
mengenai
Penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan
penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan penngobatan yang
diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang
merawatnnya.
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1) Pengobatan Nonfarmakologi
a) Penyuluhan, penyuluhan ini ditunjukan untuk peningkatan
pengetahuan klien tentang penyakit asma sehingga klien secara
sadar menghindari faktor-faktor pencetus, menggunakan obat
secara benar, dan berkonsultasi pada tim kesehatan.
b) Menghindari faktor pencetus. Klien perlu dibantu
mengidentifikasi pencetus serangan asma yang ada pada
lingkungannya, diajarkan cara menghindari dan mengurangi
faktor pencetus, temasuk intake cairan yang cukup bagi klien.
c) Fisioterapi, dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran
mukus. Ini dapat dilakukan dengan postural drainase, perkusi
dan fibrasi dada.
2) Pengobatan farmakologi
a) Agonis beta : metaproterenol (alupent, metrapel). Bentuknya
erosol, bekerja sangat cepat, diberikan sebanyak 3-4 kali semprot,
dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalah 10 menit.
b) Metilxantin, dosis dewasa diberikan 125-200 mg 4 kali sehari.
Golongan metilxantin adalah aminofilin dan teofilin obat ini
diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang
memuaskan.
13

c) Kortikosteroid, jika agonis beta dan metilxantin tidak memberikan


respon yang baik harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam
bentuk aerosol dengan dosis 4 kali semprot tiap hari. Pemberian
steroid dalam jangka yang lama mempunyai efek samping, maka
klien yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan
ketat.
d) Kromalin dan iprutropioum bromide (atroven). Kromalin
merupakan obat pencegah asma khususnya untuk anak-anak.
Dosis iprutropioum bromide diberikan 1-2 kapsul 4 kali sehari.

2.8 KOMPLIKASI
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
1) Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang
kemudian menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter)
adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat digolongkan pada
status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang
intensif.
2) Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru
akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus)
atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
3) Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen
4) Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang
menyebabkan kolapsnya paru.
5) Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah
penyempitan (obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di
paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan
yang luas.
14

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
ASMA BRONCHIAL
Kasus
Tn. B usia 52 tahun, dibawa ke IGD RSUD Prof. Dr. H.M. Chatib Quzwein,
dengan sesak nafas, batuk berdahak sejak 5 hari lalu. Pasein mengalami
sesak nafas terlihat berat terlihat dengan bekerjanya otot-otot bantu
pernapasan, penurunan kesadaran sianosis, hasil pulse oksimetri menurun
89%, tekanan darah 100/60 mmHg, dengan frekuensi RR 30 x/menit,
panjang dan pajang, suhu tubuh 36,50 C nadi 96 x/menit dan lemah..

3.1 PENGKAJIAN
Nama pengkaji : Mualimin
Tanggal masuk : 3 April 2018 Pukul : 08.00 WIB
Tanggal pengkajian : 5 April 2018 Pukul : 09.30 WIB

A. BIODATA
Identitas
Nama : Tn. B
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tani
Usia : 52 tahun
Status pernikahan : Menikah
No. RM : 16766
Diagnosa medis : Asma Bronchial
Tanggal masuk RS : 4 April 2018
Alamat : Desa Lubuk Sepuh Kec. Pelawan

BIODATA PENANGGUNG JAWAB


Identitas
Nama : Ny. G
Jenis kelamin : Perempuan
15

Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tani
Hubungan dengan klien : Istri
Alamat : Desa Lubuk Sepuh Kec. Pelawan

B. RIWAYAT KESEHATAN
1) Alasan Masuk Rumah Sakit : Klien datang dengan keluhan,
sesak, batuk berdahak sejak 5 hari lalu
2) Keluhan Utama : Klien mengatakan sesak nafas, batuk
3) Riwayat Penyakit Sekarang : Klien mengeluh sesak nafas,
terutama saat suhu dingin untuk mengurangi keluhan sesak
nafas klien tidur setengah duduk, sesak nafas berulang pada
waktu malam dan pagi.
4) Riwayat Penyakit Masa Lalu : Klien mengatakan sebelumnya
pernah menderita penyakit yang sama yaitu asma
5) Riwayat Kesehatan Keluarga : Klien mengatakan dalam anggota
keluarganya ada yang menderita penykit yang sama seperti yang
diderita klien yaitu penyakit asma.
6) Keadaan Kesehatan Lingkungan : Klien mengatakan keluarga
sangat memperhatikan kebersihan lingkunganya
7) Riwayat Psikologis : Klien mengatakan takut dengan kondisinya
sekarang, klien bertanya mengenai kondisi kesehatanya.
C. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
1) Pola Nutrisi
 Sebelum sakit : Klien mengatakan saat sehat makan 3Xsehari
dengan komposisi nasi, lauk pauk , minum kurang lebih 6-7
gelas/hari.
 Saat Sakit : Klien mengatakan saat sakit makan 3X sehari
dengan porsi sedikit Karena batuk mempengarui nafsu makan
menurun, minum air putih kurang lebih 5-7gelas/hari.
2) Pola eliminasi
16

 BAB sebelum sakit : Klien mengatakn Saat sehat BAB 1X


sehari dengan konsistensi lembek, warna kuning bau khas
feces
 BAB saat sakit : klien mengatakan saat sakit BAB 1X sehari
dengan konsistensi lembek warna kuning ,bau khas feces
 BAK sebelum Sakit : Klien mengatakan saat sehat BAK
sebanyak 3-4X perhari dengan warna kuning kecokltan dan
bau khas amoniak
 BAK saat sakit : Klien mengatakan saat sakit BAk tetap tidak
terjadi perubahan tetap sebanyak 3-4X perhari dan bau khas
amoniak
3) Pola Kebersihan diri
 Sebelum sakit : Klien mengtakan saat sehat mandi 2x sehari
menggunakan sabun, gosok gigi, kramas 3X seminggu ganti
pakaian bila sudah kotor.
 Saat sakit : Klien mengatakan saat sakit hanya dibasuh
dengan air hangat serta gosok gigi 2X sehari.
4) Pola Aktivitas
 Sebelum sakit : Klien mengatakan saat sehat aktivitas
dirumahnya biasa dikerjakan dengan ibunya,
 Saat sakit : Klien mengatakan saat sakit tidak bisa membantu
aktifitas ibunya seperti biasa
5) Pola istirahat tidur
 Sebelum sakit : Klien mengatakan saat sehat tidur kurang
lebih selama 7-8 jam perhari
 Saat sakit : Klien mengatakan saat sakit tidurnya terganggu
karena sesak nafas, dan batuk pada malam hari dan pagi
hari, klien hanya tidur kurang lebih 4jam perhari.

D. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan Umum : Klien lemah
2) Tanda – tanda vital :
T = 100/60 mmHg S = 37 0C
17

N = 30 x/mnt RR = 28x/mnt
3) Kesadaran : composmetis
4) Pemeriksaan cepalo caudal
 Kepala dan rambut
I : Pertumbuhan rambut merata,tidak terdapat uban
P : Tidak ada benjolan pada kepala,

 Hidung
I : Bentuk hidung Simetris, terdapat ekspirasi memanjang,
nafas cepat, terdapat pernafasan cuping hidung
P : Tidak terdapat nyeri tekan
A : Terdapat suara tambahan Whezing Dan ronchi
 Telinga
I : Tidak ada serumen dan lesi
Fungsi : Pendengaran baik
 Mata
I : Sclera Putih, konjungtiva merah,
Fungi : penglihatan baik
 Mulut dan gigi
I : mulut pucat, tidak ada stomatitis
 Gigi
I : Tidak ada caries Gigi
 Leher dan tenggorokan
Leher = I : tidak ada stroma
P : tidak ada nyeri tekan
Tenggorokan = I : tidak ada pembesaran tonsil
 Dada dan Thorax
Pemeriksaan paru = I : bentuk dada simetris pernafasan 28x
permenit
P : tidak ada nyeri tekan
P : terdengar suara hipersonor
A : suara nafas wheezing dan Ronchi
18

E. ANALISA DATA
Kelompok data Masalah Etiologi
DS : Klien Ketidak efektifan Factor – factor pencetus
mengatakan sesak jalan nafas B/D Perubahan pada broncus
nafas peningkatan Sel must mediator histamine (
DO: - Keadaan umum produksi mukus histamine,prostaglandin,bradik
lemah inin)
- - Terdengar ronchi Mengeluarkan eosinofil ,
dan wheezing basofil, sel globet.
- - Klien tidur setengah Merangsang broncus untuk
duduk berbafas secara maksimal
- - Pernafasan cuping Peningkatan produksi mucus
hidung Obstruksi jalan nafaS
T = 110/70 mmHg Ketidak efektifan jalan nafas
N = 78x/menit
S = 37 0C
RR= 28X/mn

DS : Klien Gangguan pola tidur Factor – factor pencetus


mengatakan tidurnya B/D batuk terus Perubahan pada broncus
terganggu karena menerus Sel must mediator histamine
sesak nafas (histamine,prostaglandin,bradi
O: DO : - klien tampak kinin)
lemah Mengeluarkan eosinofil ,
- Batuk berdahak basofil, sel globet.
- Sesak nafas pada Merangsang broncus untuk
malam hari berbafas secara maksimal
T = 110/70 mmHg peningkatan produksi mucus
N = 78x/Menit batuk
S = 37 0C batuk menetap
RR= 28X/mnt gangguan pola tidur
19

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidak efektifan jalan nafas b/d peningkatan produksi mucus
ditandai dengan klien batuk, terdengar ronci,wheezing, pernafasan
cuping hidung.
2. Gangguan pola tidur b/d batuk terus menerus ditandai dengan klien
tampak lemah.

3.3 INTERVENSI

N Dx. Tujuan dan Kriteria


Intervensi Rasional
o Keperawatan Hasil
1 Ketidak Setelah dilakukan  Beri penjelasan  Meningkatkan
efektifan tindakan pada klien dan pemahaman klien
jalan nafas keperawatan 1x24 keluarga dan keluarga
b/d jam jalan nafas tentang penyakit tentang penyakit
peningkatan kembali normal dan tindakan dan kooperatif
produksi Kriteria Hasil : yang akan terhadap tindakan
mucus  Bunyi nafas dilakukan yang akan
ditandai Vesikuler dilakukan
dengan  Wheezing ronci
klien batuk, berkurang  Perubahan tanda-
terdengar sampai dengan  Pantau tanda- tanda vital
ronci, hilang tanda vital menunjukkan
wheezing,  Tak terdapat perkembangan
pernafasan pernafasan kondisi klien
cuping cuping hidung  Ronki wheezing
hidung  TTV normal  Auskultasi menunjukkan
T : 110/70- bunyi nafas, secretdijalan nafas
139/89 mmHg catat adanya
S : 36-3750c bunyi nafas
N : 60 – 80 x/mnt tambahan  Dengan batuk
RR : 16 -24 x /mnt efektif bisa
 Ajarkan klien mengelurakan
untuk batuk secret
20

efektif
 Anjurkan klien  Air hangat dapat
minum air mengencerkan
hangat sputum
 Kolaborasi  Bronkodilator dapat
dengan dokter merilekskan otot
dalam dan menurunkan
pemberian spasme jalan nafas,
bronkodilator memenuhi
dan O2 kebutuhan O2

2 Gangguan Setelah dilakukan  Beri penjelasan  Mengurangi rasa


pola tidur tindakan pada klien dan cemas klien dan
b/d batuk keperawatan keluarga keluarga
terus 2x24jam pola tidur tentang
menerus kembali teratur tindakan yang
ditandai dilakukanvdapat
dengan Kriteria Hasil : kooperatif
klien  Klien dapat batu  Anjurkan  Mengencerkan
tampak efektif minum air secret dan
lemah  Frekuensi batuk hangat menurunkan
berkurang spasme sehingga
sehingga dapat melegakan nafas
istirahat
 TTV normal  Ciptakan  Mengurangi factor
T : 110/70- lingkungan pencetus batuk
139/89 mmHg bersih dan
S ; 36-3750c nyaman
N : 60 – 80 X/menit
RR: 16 -24 x /menit  Siapkan pot  Memudahkan klien
penampung untuk membuang
sputum secret dan
21

mengurangi
aktifitas

 Kolaborasi  Merilekskan otot


dengan dokter pernafasan
dalm pemberian
bronkodilator

3.4 IMPLEMENTASI

No Implementasi Rasional
1. Memberi penjelasan pada klien dan  Klien dan keluarga
keluarga tentang penyakit dan mendengarkan penjelasan
tindakan yang akan dilakukan dari petugas dan bertanya
penyebab sesak nafas
2. Memantau tanda-tanda vital.  T = 110/70 mmHg
N = 78x/Menit
S = 37 0C
RR = 28X/menit
3. Mengauskultasi bunyi nafas, catat  Klien saat bernafas terdengar
adanya bunyi nafas tambahan ronchi dan whesing.
4.
Mengajarkan klien untuk batuk efektif  Klien menarik nafas dan batuk
supaya secretnya keluar.

5. Menganjurkan klien minum air  Klien minum air hangat sedikit


hangat – sedikit untuk mengencerkan
secret
6. Berkolaborasi dengan dokter dalam  Klien bersedia menerima
pemberian bronkodilator dan O2 pemberian obat Aminofilin,
dexametason melalui bolus dan
O2 3 ltr
7. Memberi penjelasan pada klien dan  Klien dan keluarga
keluarga tentang tindakan yang mendengarkan penjelasan dari
dilakukan petugasndapat kooperatif.
22

8. Menciptakan lingkungan bersih dan  Keluarga klien selalu


nyaman membersihkan tempat tidur
klien
9. Menyiapkan pot penampung sputum  Keluarga menyiapkan bengkok
untuk tempat sputum

3.5 EVALUASI
No Evaluasi
1 S : Klien mengatakan masih sesak nafas
O : - Keadaan umum lemah
- - Terdengar ronchi dan wheezing
- - Klien tidur setengah duduk
- - Pernafasan cuping hidung
T = 110/70 mmHg
N = 78x/Menit
S = 37 0C
RR= 28X/mnt
A : Tujuan belum tercapai
P : Intervensi 2,3,4,5,6,7 dilanjutkan
2. S : Klien mengatakan tidurnya masih terganggu karena sesak
nafas
O : - Klien tampak lemah
- Batuk berdahak
- Sesak nafas pada malam hari
T = 110/70 mmHg N = 78x/Menit
S= 37 0C RR= 28X/mnt
A: tujuan belum tercapai
P: intervensi 2,3 dilanjutkan
23

BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Asma adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi
hipersensitif mukosa bronkus terhadap alergen. Reaksi hipersensitif
pada bronkus dapat mengakibatkan pembengkakan pada mukosa
bronkus. Dalam penanganan keperawatan gawat darurat status asma
dapat disesuaikan dengan etiologi atau faktor pencetusnya
Asma Bronchial merupakan gangguan atau kerusakan pada saluran
bronkus yang merupakan inflamasi kronis saluran nafas dengan ciri
bronkospasme periodik yang reversible (dapat kembali), adanya
wheezing, sesak nafas dan batuk dengan atau tanpa adanya sekret.
Penderita asma sangat peka tehadap rangsangan imonologi maupun
nonimumologi. Oleh karena sifat inilah, maka serangan asma mudah
terjadi ketika rangsangan baik fisik, metabolik, kimia, alergen, infeksi,
dan sebagainya.

4.2 SARAN
Peran perawat dalam penanganan asma dan mencegah terjadinya
asma adalah dengan mengaplikasikan asuhan keperawatan sesuai
rencana keperawatan secara komprehensif. Asuhan keperawatan yang
tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya
komplikasi serius yang dapat terjadi seiring dengan kejadian asma.
dapat mengerti dan mampu
24

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer, Suprohaita dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:


Media Aesculapius. Edisi Ketiga. Halaman 461-462.

Departemen Kesehatan RI. 2008. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah


Sakit. Diakses pada dari http://www.who.int/child-adolescent-
health/). Pada tanggal 30 Desember 2014. Pukul : 22.00 WITA.
Doenges, Marylinn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta:
EGC.

Marlina, Megga. 2014. “MAKALAH ASKEP ASMA BRONCHIAL”. (Website)


http://meggamarlina.blogspot.com/2014/01/makalah-askep-
asma-bronchial.html. Diakses Tanggal 22 April 2015
Dulie, Efri. 2012. “DUNIA KEPERAWATAN”. (Website)
http://efristikesekaharap.blogspot.com/2012/08/asuhan-
keperawatan-pada-pasien-dengan_5563.html. Diakses Tanggal 22
April 2014
Ndyycha. 2014. “ASKEP ASMA BRONCHIAL”. (Website)
http://ndyycha.blogspot.com/2014/02/askep-asma-
bronchial.html. Diakses Tangggal 22 April 2015
Supri, Supriadi. 2013. “NERS KECE BLOG_ASKEP ASMA BRONCHIAL”.
(Website) http://nerskece.blogspot.com/2013/06/askep-asma-
bronchial_27.html. Diakses Tangal 22 April 2015
Rako, Konny Liane. 2013. “ASUHAN KEPERAWATAN”. (Website)
http://lianerako.blogspot.com/2013/04/asuhan-keperawatan-
asma-bronkhial.html. Diakses Tanggal 22 April 2015

Anda mungkin juga menyukai