KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana yang ter dari
dari :
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawtan KGD.
Laporan Asuhan Keperawatan Gadar Asma Bronchiale di RSUD Prof.
Dr. H.M. Chatib Quzwein.
8 Laporan Resume Praktik Klinik
Atas bantuan dan dorongan yang diberikan kepada penulis dalam
penyusunan tugas KGD (Keperawatan Gawat Darurat) ini, penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Gusti Lestari HA, Per.Pend.M.Kes. sebagai Ketua Prodi DIII
Keperawatan
2. Bapak Kaimudin, S.Pd. M.Kes. Keoordinator Mata Kuliah
Keperawatan Gawat Darurat dan Majemen Bencana yang
memberikan bimbingan dan saran.
3. Bapak Daryono, S.Pd. M.Kes. selaku Guru Pembimbing kami, yang
banyak memberikan materi pendukung, masukan dan bimbingan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
makalah ini dan dapat menambah ilmu pengetahuan. Makalah ini mungkin
kurang sempurna untuk itu kami mengharap kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Terimakasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................ 1
Daftar Isi ............................................................................ 2
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ............................................................... ……….. 3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. .. 3
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................... 4
BAB II
Konsep Medik Asma Bronchial
2.1 Pengertian …………………......................................................... 5
2.2 Klasifikasi ……………………..................................................... . 5
2.3 Etiologi ...................................................... .............................. 7
2.4 Patofisiologi …………………………............................................ 9
2.5 Manifestasi Klinis ………………............................................... 10
2.6 Pemeriksaan Penunjang ......................................................... 10
2.7 Penatalaksanaan ……….………................................................ 12
2.8 Komplikasi ……..……….…………............................................... 13
BAB III
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Asma Bronchial
3.1 Pengkajian ............................................................................... 14
3.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................. 19
3.3 Intervensi ................................................................................. 19
3.4 Implementasi ............................................................................ 21
3.5 Evaluasi .................................................................................. 22
BAB IV
Penutup
4.1 Kesimpulan ............................................................................. 23
4.2 Saran ............................................................................. 23
Daftar Pustaka ............................................................................. 24
3
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KONSEP MEDIK ASMA BRONCHIAL
2.1 PENGERTIAN
Istilah asma dari kata Yunani yang artinya “terengah-engah” dan
berarti serangan napas pendek. Meskipun dahulu istilah ini
digunakan untuk menyatukan gambaran klinis napas pendek tanpa
memandang sebabnya, sekarang istilah ini hanya ditujukan untuk
keadaan-keadaan yang menunjukkan respon abnormal saluran napas
terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan
napas yang meluas. (Supriadi, 2013)
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri
meningkatnya respon trachea dan bronkhus terhadap berbagai
rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang
luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun
hasil dari pengobatan. (Konny, 2013).
Asma Bronchiale adalah penyakit jalan nafas obstruktif
intermiten reversibel dimana trakea dan bronki berespon dalam secara
hiperaktif terhadap stimuli tertentu (Ndyycha, 2014).
Kesimpulan dari beberapa pengertian diatas yaitu Asma
Bronchial adalah gangguan atau kerusakan pada saluran bronkus
yang merupakan inflamasi kronis saluran nafas dengan ciri
bronkospasme periodik yang reversible (dapat kembali), adanya
wheezing, sesak nafas dan batuk dengan atau tanpa adanya sekret.
2.2 KLASIFIKASI
A. Berdasarkan kegawatan asma, maka asma dapat dibagi menjadi :
1. Asma bronkhiale
Asthma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
adanya respon yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap
bebagai macam rangsangan, yang mengakibatkan penyempitan
saluran nafas yang tersebar luas diseluruh paru dan derajatnya
dapat berubah secara sepontan atau setelah mendapat pengobatan.
2. Status asmatikus
6
serangan.
Serangan singkat.
Fungsi Paru
asimtomatik dan
normal luar serangan.
Persisten Gejala <1x/ minggu ≤ 2 kali VEPI atau APE ≥ 80
Ringan tapi < 1x/hari. seminggu % Normal
Mingguan Serangan dapat
menganggu aktivitas
dan tidur.
Persisten Gejala harian. > sekali VEPI atau APE > 60
Sedang Menggunakan obat seminggu % Tetapi ≤ 80%
Harian setiap hari. normal.
Serangan dapat
menganggu aktivitas
dan tidur.
Serangan 2x/minggu
bisa berhari-hari.
Persisten Gejala terus-menerus. Sering VEPI atau APE ≥ 80
berat Aktivitas fisik terbatas. % Normal
Kontinue Sering serangan.
2.3 ETIOLOGI
Sampai saat ini etiologi asma diketahui belum pasti , suatu hal
yang menonjol pada semua penderita asma adalah fenomena
hipereaktivitas bronkus . bronkus penderita asma sangat peka tehadap
rangsangan imonologi maupun nonimumologi. Oleh karena sifat
inilah, maka serangan asma mudah terjadi ketika rangsangan baik
fisik, metabolik, kimia, alergen, infeksi, dan sebagainya. Penderita asma
perlu mengetahui dan sedapat mungkin menghindari rangsangan atau
pencetus yang dapat menimbulkan asma.
8
2.4 PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus
yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah
hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara.
Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara
sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk
membentuk sejumlah antibody IgE abnormal dalam jumlah besar dan
antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen
spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast
yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan
brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka
antibody IgE orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan
antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini
akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat
anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor
kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan
adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mukus
yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos
bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi
sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi
daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru
selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena
bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya
adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi
berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat
10
2.7 PENATALAKSANAAN
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1) Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2) Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan
serangan asma
3) Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya
mengenai
Penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan
penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan penngobatan yang
diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang
merawatnnya.
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1) Pengobatan Nonfarmakologi
a) Penyuluhan, penyuluhan ini ditunjukan untuk peningkatan
pengetahuan klien tentang penyakit asma sehingga klien secara
sadar menghindari faktor-faktor pencetus, menggunakan obat
secara benar, dan berkonsultasi pada tim kesehatan.
b) Menghindari faktor pencetus. Klien perlu dibantu
mengidentifikasi pencetus serangan asma yang ada pada
lingkungannya, diajarkan cara menghindari dan mengurangi
faktor pencetus, temasuk intake cairan yang cukup bagi klien.
c) Fisioterapi, dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran
mukus. Ini dapat dilakukan dengan postural drainase, perkusi
dan fibrasi dada.
2) Pengobatan farmakologi
a) Agonis beta : metaproterenol (alupent, metrapel). Bentuknya
erosol, bekerja sangat cepat, diberikan sebanyak 3-4 kali semprot,
dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalah 10 menit.
b) Metilxantin, dosis dewasa diberikan 125-200 mg 4 kali sehari.
Golongan metilxantin adalah aminofilin dan teofilin obat ini
diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang
memuaskan.
13
2.8 KOMPLIKASI
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
1) Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang
kemudian menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter)
adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat digolongkan pada
status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang
intensif.
2) Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru
akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus)
atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
3) Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen
4) Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang
menyebabkan kolapsnya paru.
5) Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah
penyempitan (obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di
paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan
yang luas.
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
ASMA BRONCHIAL
Kasus
Tn. B usia 52 tahun, dibawa ke IGD RSUD Prof. Dr. H.M. Chatib Quzwein,
dengan sesak nafas, batuk berdahak sejak 5 hari lalu. Pasein mengalami
sesak nafas terlihat berat terlihat dengan bekerjanya otot-otot bantu
pernapasan, penurunan kesadaran sianosis, hasil pulse oksimetri menurun
89%, tekanan darah 100/60 mmHg, dengan frekuensi RR 30 x/menit,
panjang dan pajang, suhu tubuh 36,50 C nadi 96 x/menit dan lemah..
3.1 PENGKAJIAN
Nama pengkaji : Mualimin
Tanggal masuk : 3 April 2018 Pukul : 08.00 WIB
Tanggal pengkajian : 5 April 2018 Pukul : 09.30 WIB
A. BIODATA
Identitas
Nama : Tn. B
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tani
Usia : 52 tahun
Status pernikahan : Menikah
No. RM : 16766
Diagnosa medis : Asma Bronchial
Tanggal masuk RS : 4 April 2018
Alamat : Desa Lubuk Sepuh Kec. Pelawan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tani
Hubungan dengan klien : Istri
Alamat : Desa Lubuk Sepuh Kec. Pelawan
B. RIWAYAT KESEHATAN
1) Alasan Masuk Rumah Sakit : Klien datang dengan keluhan,
sesak, batuk berdahak sejak 5 hari lalu
2) Keluhan Utama : Klien mengatakan sesak nafas, batuk
3) Riwayat Penyakit Sekarang : Klien mengeluh sesak nafas,
terutama saat suhu dingin untuk mengurangi keluhan sesak
nafas klien tidur setengah duduk, sesak nafas berulang pada
waktu malam dan pagi.
4) Riwayat Penyakit Masa Lalu : Klien mengatakan sebelumnya
pernah menderita penyakit yang sama yaitu asma
5) Riwayat Kesehatan Keluarga : Klien mengatakan dalam anggota
keluarganya ada yang menderita penykit yang sama seperti yang
diderita klien yaitu penyakit asma.
6) Keadaan Kesehatan Lingkungan : Klien mengatakan keluarga
sangat memperhatikan kebersihan lingkunganya
7) Riwayat Psikologis : Klien mengatakan takut dengan kondisinya
sekarang, klien bertanya mengenai kondisi kesehatanya.
C. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
1) Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Klien mengatakan saat sehat makan 3Xsehari
dengan komposisi nasi, lauk pauk , minum kurang lebih 6-7
gelas/hari.
Saat Sakit : Klien mengatakan saat sakit makan 3X sehari
dengan porsi sedikit Karena batuk mempengarui nafsu makan
menurun, minum air putih kurang lebih 5-7gelas/hari.
2) Pola eliminasi
16
D. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan Umum : Klien lemah
2) Tanda – tanda vital :
T = 100/60 mmHg S = 37 0C
17
N = 30 x/mnt RR = 28x/mnt
3) Kesadaran : composmetis
4) Pemeriksaan cepalo caudal
Kepala dan rambut
I : Pertumbuhan rambut merata,tidak terdapat uban
P : Tidak ada benjolan pada kepala,
Hidung
I : Bentuk hidung Simetris, terdapat ekspirasi memanjang,
nafas cepat, terdapat pernafasan cuping hidung
P : Tidak terdapat nyeri tekan
A : Terdapat suara tambahan Whezing Dan ronchi
Telinga
I : Tidak ada serumen dan lesi
Fungsi : Pendengaran baik
Mata
I : Sclera Putih, konjungtiva merah,
Fungi : penglihatan baik
Mulut dan gigi
I : mulut pucat, tidak ada stomatitis
Gigi
I : Tidak ada caries Gigi
Leher dan tenggorokan
Leher = I : tidak ada stroma
P : tidak ada nyeri tekan
Tenggorokan = I : tidak ada pembesaran tonsil
Dada dan Thorax
Pemeriksaan paru = I : bentuk dada simetris pernafasan 28x
permenit
P : tidak ada nyeri tekan
P : terdengar suara hipersonor
A : suara nafas wheezing dan Ronchi
18
E. ANALISA DATA
Kelompok data Masalah Etiologi
DS : Klien Ketidak efektifan Factor – factor pencetus
mengatakan sesak jalan nafas B/D Perubahan pada broncus
nafas peningkatan Sel must mediator histamine (
DO: - Keadaan umum produksi mukus histamine,prostaglandin,bradik
lemah inin)
- - Terdengar ronchi Mengeluarkan eosinofil ,
dan wheezing basofil, sel globet.
- - Klien tidur setengah Merangsang broncus untuk
duduk berbafas secara maksimal
- - Pernafasan cuping Peningkatan produksi mucus
hidung Obstruksi jalan nafaS
T = 110/70 mmHg Ketidak efektifan jalan nafas
N = 78x/menit
S = 37 0C
RR= 28X/mn
3.3 INTERVENSI
efektif
Anjurkan klien Air hangat dapat
minum air mengencerkan
hangat sputum
Kolaborasi Bronkodilator dapat
dengan dokter merilekskan otot
dalam dan menurunkan
pemberian spasme jalan nafas,
bronkodilator memenuhi
dan O2 kebutuhan O2
mengurangi
aktifitas
3.4 IMPLEMENTASI
No Implementasi Rasional
1. Memberi penjelasan pada klien dan Klien dan keluarga
keluarga tentang penyakit dan mendengarkan penjelasan
tindakan yang akan dilakukan dari petugas dan bertanya
penyebab sesak nafas
2. Memantau tanda-tanda vital. T = 110/70 mmHg
N = 78x/Menit
S = 37 0C
RR = 28X/menit
3. Mengauskultasi bunyi nafas, catat Klien saat bernafas terdengar
adanya bunyi nafas tambahan ronchi dan whesing.
4.
Mengajarkan klien untuk batuk efektif Klien menarik nafas dan batuk
supaya secretnya keluar.
3.5 EVALUASI
No Evaluasi
1 S : Klien mengatakan masih sesak nafas
O : - Keadaan umum lemah
- - Terdengar ronchi dan wheezing
- - Klien tidur setengah duduk
- - Pernafasan cuping hidung
T = 110/70 mmHg
N = 78x/Menit
S = 37 0C
RR= 28X/mnt
A : Tujuan belum tercapai
P : Intervensi 2,3,4,5,6,7 dilanjutkan
2. S : Klien mengatakan tidurnya masih terganggu karena sesak
nafas
O : - Klien tampak lemah
- Batuk berdahak
- Sesak nafas pada malam hari
T = 110/70 mmHg N = 78x/Menit
S= 37 0C RR= 28X/mnt
A: tujuan belum tercapai
P: intervensi 2,3 dilanjutkan
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Asma adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi
hipersensitif mukosa bronkus terhadap alergen. Reaksi hipersensitif
pada bronkus dapat mengakibatkan pembengkakan pada mukosa
bronkus. Dalam penanganan keperawatan gawat darurat status asma
dapat disesuaikan dengan etiologi atau faktor pencetusnya
Asma Bronchial merupakan gangguan atau kerusakan pada saluran
bronkus yang merupakan inflamasi kronis saluran nafas dengan ciri
bronkospasme periodik yang reversible (dapat kembali), adanya
wheezing, sesak nafas dan batuk dengan atau tanpa adanya sekret.
Penderita asma sangat peka tehadap rangsangan imonologi maupun
nonimumologi. Oleh karena sifat inilah, maka serangan asma mudah
terjadi ketika rangsangan baik fisik, metabolik, kimia, alergen, infeksi,
dan sebagainya.
4.2 SARAN
Peran perawat dalam penanganan asma dan mencegah terjadinya
asma adalah dengan mengaplikasikan asuhan keperawatan sesuai
rencana keperawatan secara komprehensif. Asuhan keperawatan yang
tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya
komplikasi serius yang dapat terjadi seiring dengan kejadian asma.
dapat mengerti dan mampu
24
DAFTAR PUSTAKA