Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Millennium Development Goals (MDGs) adalah Deklarasi

Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara

Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September

2000, berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015.

Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan

masyarakat pada 2015. (Hidayah, 2013)

Target diatas merupakan tantangan utama dalam pembangunan di

seluruh dunia yang terurai dalam Deklarasi Milenium, dan diadopsi oleh

189 negara serta ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala

negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New

York pada bulan September 2000 tersebut. (Hidayah, 2013)

Pada September 2000, para pemimpin dunia bertemu di New York

mendeklarasikan "Tujuan Pembangunan Millenium" (Millenium

Development Goals) yang terdiri dari 8 tujuan.

Pertama, Memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrim. Kedua,

mewujudkan pendidikan dasar untuk semua. Ketiga, mendorong

kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Keempat, menurunkan

angka kematian anak. Kelima, meningkatkan kesehatan ibu. Keenam,

memerangi HIV/AIDs, malaria, dan penyakit lainnya. Ketujuh,

memastikan kelestarian lingkungan. Dan kedelapan, mengembangkan

kemitraan global untuk pembangunan. Kedelapan tujuan tersebut masing

1
2

memiliki target, ada yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Dari segi

waktu, perhitungan perbandingan mulai tahun 1990 dan pencapaian

diharapkan terjadi pada tahun 2015.

Target/sasaran Millenium Development Goals 2015 khususnya di

bidang kesehatan terdiri dari lima tujuan. Tujuan pertama memberantas

kemiskinan dan kelaparan ekstrim. Menurut data Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2007, prevalensi balita dengan berat badan rendah/gizi

kurang adalah 18,4 persen. Hal ini tentunya menurun drastis dibandingkan

tahun 1989 sebanyak 37,5 persen. Target MDGs tahun 2015 sebanyak

18,5 persen. Sementara prevalensi balita gizi buruk saat ini adalah 5,4

persen dibandingkan tahun 1989 sebanyak 6,3 persen. Sementara target

MDGs tahun 2015 sebanyak 3,15 persen.

Tujuan keempat, menurunkan angka kematian anak meliputi . Angka

kematian Balita (AKBA) dilaporkan menurun dari 97/1000 kelahiran

hidup pada tahun 1989 menjadi 46/1000 kelahiran hidup pada tahun 2000.

Rata-rata penurunan AKBA pada tahun 1990-an adalah 7% per tahun.

Penting untuk dicatat bahwa pada tahun 2000 Indonesia telah mencapai

target yang ditetapkan dalam World Summit for Children (WSC) yaitu

65/1000 kelahiran hidup. (Hidayah, 2013)

Angka Kematian Bayi (AKB) juga merupakan indikator kesehatan

suatu negara. Diharapkan pada tahun 2015 Angka Kematian Bayi (AKB)

menjadi 20/1000 kelahiran hidup yang terdapat pada MDGs 4 dan 5 AKB

di Indonesia masih tergolong tinggi, jika dibandingkan dengan negara lain


3

di kawasan ASEAN. Berdasarkan data Human Development Report 2010,

AKB di Indonesia mencapai 31/1.000 kelahiran. Penurunan AKI dan AKB

merupakan salah satu targetnya. (WHO, 2011)

Penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dilaporkan sudah sangat

menggembirakan. Pada tahun 1989 AKB adalah 68/1000 kelahiran hidup

sedangkan tahun 1999 sudah mencapai 35/1000 kelahiran hidup. Namun

walaupun demikian, AKB di Indonesia masih tergolong tinggi bila

dibandingkan dengan negara ASEAN antara lain 4,6 kali lebih tinggi dari

Malaysia,1,3 kali dari Filipina dan 1, 8 kali dari Thailand. (Hidayah, 2013)

Persentase anak di bawah satu tahun yang diimunisasi campak.

Persentase anak usia 12-23 bulan yang menerima sedikitnya satu kali

imunisasi meningkat sebanyak 14% dalam kurun waktu 1991 (57,5%)

dan2002 (71,6%) Sementara itu target Nasional untuk imunisasi campak

untuk tahun 2010 ditetapkan 90%. (Hidayah, 2013)

Tujuan kelima, meningkatkan kesehatan ibu. Angka Kematian Ibu

(AKI) merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk melihat

derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga termasuk salah

satu target yang telah ditentukan dalam Tujuan Pembangunan Millenium

2015 (Millenium Development Goals/MDGs) MDGs merupakan

kesepakatan lebih dari 180 Kepala Negara dan Pemerintahan termasuk

Indonesia pada tahun 2000 yang bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan umat manusia di mana salah satunya kesehatan ibu dengan


4

menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. (WHO,

2011)

Angka Kematian Ibu menurun dari 400/100.000 kelahiran hidup pada

tahun 1990 menjadi 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Angka

ini masih sangat jauh dibandingkan dengan negara maju dan beberapa

negara ASEAN. Target Nasional pada tahun 2015 Angka Kematian Ibu

menjadi 124/100.000 kelahiran. (Hidayah, 2013)

Pada tahun 2012 AKI sebesar 359 per seratus ribu kelahiran hidup

dan AKB sebesar 32 per seribu kelahiran hidup. (SDKI, 2012)

Penyebab kematian ibu adalah perdarahan, ekslampia/gangguan

akibat tekanan darah tinggi saat kehamilan, partus lama dan infeksi.

Perdarahan yang biasanya tidak bisa diperkirakan dan terjadi secara

mendadak bertanggung jawab terhadap 28% kematian ibu. Ekslamsia

merupakan penyebab kedua kematian ibu yaitu 13%. Aborsi yang tidak

aman bertanggung jawab terhadap 11 % kematian ibu di Indonesia.

(Hidayah, 2013)

Sepsis, penyebab lain kematian ibu sering terjadi karena kebersihan

dan hiygiene yang buruk pada saat persalinan atau karena penyakit akibat

hubungan seks yang tidak diobati berkontribusi pada 10% kematian ibu.

Partus lama yang berkontribusi bagi 9% kematian ibu, sering disebabkan

oleh disproposi cephalopelvic, kelainan letak dan gangguan kontraksi

uterus. (Hidayah, 2013)


5

Namun, menurut Sri Hermiyanti (2008) yang menyatakan bahwa

terdapat 4.692 jiwa ibu melayang karena ketiga kasus (kehamilan,

persalinan, dan nifas) Kematian langsung ibu hamil dan melahirkan

tersebut akibat terjadinya perdarahan (28%), eklampsia (24%), infeksi

(11%), partus lama (5%), dan abortus (5%) Perdarahan yang menyebabkan

kematian ibu yang sekarang banyak ditemui adalah abortus. (Saleh, 2010)

Proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih.

Komplikasi persalinan menurun apabila persalinan ditolong oleh tenaga

kesehatan terlatih di lingkungan yang higienis dengan sarana

yangmemadai. Menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional

(SUSENAS) terjadi peningkatan proporsi kelahiran yang ditolong oleh

tenaga kesehatan dari 41% pada tahun 1990 menjadi 68% pada tahun

2003. Sedangkan target Nasional padatahun 2010 adalah 90%. (Hidayah,

2013)

Angka pemakaian kontrasepsi. Angka pemakaian kontrasepsi pada

pasangan usia subur dilaporkan meningkat sekitar 4% dari 50% pada tahun

1990 menjadi 54% pada tahun 2002. Sementara itu pasangan usia subur

yang tidak menginginkan hamil tetapi tidak memakai kontrasepsi sekitar

9%. (Hidayah, 2013)

Masalah kematian ibu adalah masalah yang kompleks sehingga

diperlukan intervensi strategis. Dalam upaya safe mother hood dinyatakan

sebagai empat pilar yaitu Asuhan Antenatal Care, persalinan yang bersih

dan aman, pelayanan obstetric esensial di dalam asuhan persalinan yang


6

bersih dan aman dan KB. Di dalam asuhan persalinan dasar terdapat 5

(lima) aspek yang disebut juga sebagai lima benang merah yang perlu

mendapat perhatian yaitu aspek pemecahan masalah yang dipergunakan

menentukan pengambilan keputusan klinik (Clinical Decisium Making),

aspek sayang ibu dan sayang bayi yang berarti pencegahan infeksi, aspek

pencatatan (dokumentasi medic), aspek rujukan. (Mufdlilah, 2009)

Tingginya angka kematian ibu dan bayi antara lain disebabkan

rendahnya tingkat pengetahuan ibu dan frekuensi pemeriksaan antenatal

care yang tidak teratur. Antenatal care merupakan pelayanan yang

diberikan pada ibu hamil secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan

bayinya. Keteraturan antenatal care dapat ditunjukkan melalui frekuensi

kunjungan, ternyata hal ini menjadi masalah karena tidak semua ibu hamil

memeriksakan kehamilannya secara rutin. Pada pemeriksaan dan

pemantauan antenatal dilakukan dengan memberikan pelayanan antenatal

berkualitas dan deteksi dini komplikasi kehamilan. (Mufdlilah, 2009)

Kehamilan merupakan suatu hal yang menantang terutama bagi para

ibu yang hamil pertama kalinya, sering kita ketahui dalam masyarakat

banyak ibu hamil mengandalkan informasi yang turun temurun dari satu

generasi ke generasi selanjutnya, informasi tersebut mungkin tidak akurat

karena pengalaman setiap kehamilan berbeda-beda dan dapat dipengaruhi

oleh budaya yang tabu. (Maniam, Ken, Chenapiah, 2013)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan di seluruh dunia

lebih dari 585.000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau bersalin.
7

Artinya, setiap menit ada satu perempuan yang meninggal. Di kawasan

Asia Tenggara total kematian ibu dan bayi baru lahir diperkirakan

berturut-turut 170.000 dan 1,3 juta per tahun. Di Indonesia menurut Survei

Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008 Angka Kematian Ibu

(AKI) masih cukup tinggi, yaitu 248 per 100.000 kelahiran hidup. (WHO,

2011)

Laporan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008 di Provinsi

Kalimantan Timur AKI mencapai 128/100 ribu kelahiran hidup, sementara

pada tahun 2007 AKI Nasional 228/100 ribu dari kelahiran hidup.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menargetkan pada tahun 2012

turun menjadi 112/100 ribu kelahiran, sedangkan target tahun 2013

sebanyak 110/100 ribu kelahiran. Dalam hal ini diperlukan kerjasama serta

koordinasi antara Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten dan Kota serta

lembaga-lembaga kesehatan dan masyarakat lainnya. (Dinkes Kaltim,

2012)

Berdasarkan data pertumbuhan kesehatan provinsi Kalimantan Timur

pada tahun 2013 memiliki rumah sakit sejumlah 49 unit, puskesmas

sejumlah 224 unit, puskesmas pembantu sejumlah 79 unit. Adapun sumber

daya manusia (SDM) kesehatan yang dimiliki oleh provinsi Kalimantan

Timur yaitu dokter sejumlah 1031 orang, bidan sejumlah 2476 orang.

Meskipun fasilitas yang dimiliki oleh provinsi Kalimantan Timur

tercukupi namun Angka Kematian Bayi (AKB) cukup tinggi yaitu sebesar

616 jiwa yang lahir mati, Angka Kematian Ibu (AKI) sejumlah 125 jiwa,
8

Angka Kematian Neonatal (AKN) sejumlah 721 pada tahun 2013. (Ditjen

PBN Provinsi Kalimantan Timur, 2014)

AKI pada provinsi Kalimantan Timur terutama di kota Samarinda

telah menempati urutan ke-6 dimana urutan pertama adalah kabupaten

Kutai Kartanegara dengan AKI sebesar 34 jiwa, ke-2 kabupaten Berau

dengan AKI sebesar 15 jiwa, ke-3 kabupaten Pasir sebesar 13 jiwa, ke-4

kabupaten Kutai Timur sebesar 12 jiwa dan ke-5 kabupaten Balikpapan

sebesar 10 jiwa. (Ditjen PBN Provinsi Kalimantan Timur, 2014)

AKI di kota Samarinda di tahun 2013 periode Januari-Desember

sebesar 10 jiwa. Penyebab kematian ibu antara lain perdarahan sebanyak 2

jiwa, hipertensi dalam kehamilan sebanyak 3 jiwa dan lain-lain sebanyak 5

jiwa. AKB sebesar 40 jiwa, dan AKN sebesar 65 jiwa dengan penyebab

kematian antara lain BBLR sebesar 20 jiwa, Asfiksia sebesar 21 jiwa,

tetanus sebesar 1 jiwa, infeksi sebesar 1 jiwa dan lain-lain sebesar 22 jiwa.

(Ditjen PBN Provinsi Kalimantan Timur, 2014)

Sedangkan AKB kota Samarinda menempati urutan ke-5 dimana

urutan pertama adalah kabupaten Kutai Kartanegara sebesar 178 jiwa, ke-2

kabupaten Kutai Timur sebesar 72 jiwa, ke-3 kabupaten Pasir sebesar47

jiwa dan ke-4 kabupaten Bulungan sebesar 41 jiwa. Selanjutnya AKN di

kota samarinda menempati urutan ke-4 dimana urutan pertama adalah

kabupaten Kutai Kartanegara sebesar 167 jiwa, ke-2 kabupaten Kutai

Timur sebesar 85 jiwa dan ke-3 kabupaten Balikpapan sebesar 82 jiwa.

(Ditjen PBN Provinsi Kalimantan Timur, 2014)


9

AKB pada wilayah kerja Puskesmas Sempaja sendiri pada tahun 2012

sebanyak 4 jiwa sedangkan AKI tidak ada. Pada tahun 2013 AKI sebanyak

2 jiwa yang disebabkan oleh penyakit jantung dan AKB sebanyak 8 jiwa

dimana 4 jiwa meninggal karena kelainan kongenital, 2 jiwa karena BBLR

dan 2 jiwa karena asfiksia. (Puskesmas Sempaja, 2014)

Data dari Bidan Praktik Swasta (BPS) Hj. Endang Iriani, SST tahun

2013 dari 204 persalinan terjadi kematian bayi sebanyak 2 jiwa yang

disebabkan oleh Asfiksia, sedangkan AKI tidak ada. (BPS Hj. Endang

Iriani, SST., 2014)

Dari 204 ibu nifas penulis hanya dapat mengumpulkan data dari 51

orang. Dimana dari 51 orang tersebut pengguna kontrasepsi Pil sebanyak

10 orang, AKDR sebanyak 7 orang, Suntik sebanyak 16 orang, kondom

sebanyak 3 orang dan yang tidak ber KB sebanyak 15 orang. (BPS Hj.

Endang Iriani, SST., 2014)

Kematian ibu dan janin dapat pula di sebabkan oleh faktor terlalu tua

usia ibu untuk hamil yaitu usia ≥ 35 tahun dan terlalu lama untuk memiliki

anak lagi. Dijelaskan bahwa hamil dan melahirkan diatas usia 35 tahun

selalu dianggap beresiko tinggi. Baik untuk janin maupun sang ibu yang

mengandung. (Kurniati, 2009)

Usia resiko tinggi adalah dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun.

Penyebab terbanyak karena pendarahan dan eklamsi atau kejang akibat

tekanan darah tinggi. Dimana pendarahan adalah faktor penyebab


10

kematian ibu nomor satu dan eklamsia penyebab kematian ibu nomor dua.

(Saptono, 2010)

Wanita yang menjalani kehamilan pada usia lebih dari 30 tahun

memiliki kemungkinan mengalami kelahiran risiko tinggi seperti

melahirkan bayi dengan kelainan mental atau down syndrome. (Detiana,

2010)

Pada wanita yang melahirkan pada usia 35 tahun, hampir 31 %

melakukan persalinan dengan operasi (Kasdu, 2003) Berdasarkan

penelitian Hook dan Lindsjo dari AS mengenai kecenderungan peluang

mempunyai anak down syndrome. Penelitian ini melibatkan responden ibu

hamil diatas usia 35 tahun. Termasuk 9 % ibu yang hamil diatas usia 35

tahun. Ternyata, 0,25 % dari mereka yang berumur diatas 35 tahun ini

melahirkan bayi yang menyandang cacat down syndrome. Bahkan 7 dari

100 kelahiran dari wanita berusia diatas 35 tahun berakhir dengan

kematian janin pada saat persalinan. (Musbikin, 2005)

Salah satu upaya untuk menurunkan AKI dan AKB diatas adalah

dengan meningkatkan pelayanan kebidanan dan kesehatan ibu, remaja,

prahamil, KB, serta pencegahan dan penanggulangan penyakit menular

seksual, yang semuanya terangkum dalam program PKRE (Pelayanan

Kesehatan Reproduksi Esensial). (Prawiroharjo, 2005)

Oleh karena tingginya AKI, AKB, dan AKN maka pemberian asuhan

kebidanan komprehensif sangatlah penting. Dalam hal ini bidan sebagai

partner ibu hamil berupaya agar setiap ibu hamil dapat melalui kehamilan
11

dan persalinannya dengan selamat, begitu pula dengan bayi yang

dilahirkannya. Asuhan yang diberikan merupaka asuhan yang continuity of

care artinya bidan selalu mengikuti perkembangan mulai dari ibu hamil,

bersalin, asuhan bayi baru lahir, nifas, neonatus hingga ibu menjadi calon

akseptor KB. Upaya ini dapat tercapai dengan adanya pelayanan yang

bermutu dan berkesinambungan.

Bidan adalah orang yang diharapkan ibu sebagai penasehat kehamilan

dan pendamping persalinan yang dapat diandalkan serta mampu

memberikan dukungan, bimbingan, dan motivasi. Asuhan kebidanan yang

diberikan pada ibu bertujuan untuk mengupayakan kelangsungan hidup

dan mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dengan

menggunakan prinsip asuhan sayang ibu. (Depkes RI, 2008)

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka dalam

penulisan Laporan Tugas Akhir (LTA) ini penulis melakukan study kasus

(Asuhan Komprehensif) dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif

pada Ny. RW di BPS Hj. Endang Iriani, SST Kelurahan Sempaja Selatan

Kecamatan Samarinda Utara Kebupaten Samarinda Tahun 2014” sebagai

salah satu syarat untuk menyelesaikan proses pendidikan bidan pada Prodi

D-III Kebidanan Samarinda Politeknik Kesehatan Kemenkes Kalimantan

Timur.
12

B. Rumusan Masalah

Dengan mengacu pada latar belakang yang telah dikemukakan, maka

dapat dirumuskan permasalahan dalam penulisan ini adalah “Bagaimana

pemberian asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil trimester III,

bersalin, nifas, bayi baru lahir, neonatus hingga pemilihan alat kontrasepsi

yang akan digunakan oleh Ny. RW?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan secara

komprehensif pada ibu hamil trimester III, bersalin, nifas, bayi baru

lahir, neonatus, hingga ibu menjadi akseptor keluarga berencana (KB)

dengan menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan

manajemen kebidanan menurut 7 langkah varney.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada kehamilan

atau Antenatal Care (ANC) menggunakan pendekatan

manajemen kebidanan menurut varney.

b. Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada persalinan

atau Intranatal Care (INC) menggunakan pendekatan manajemen

kebidanan menurut varney.


13

c. Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada Bayi Baru

Lahir (BBL) menggunakan pendekatan manajemen kebidanan

menurut varney.

d. Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada masa nifas

atau Postnatal Care (PNC) menggunakan pendekatan manajemen

kebidanan menurut varney.

e. Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada neonatus

atau Neonatal Care (NC) menggunakan pendekatan manajemen

kebidanan menurut varney.

f. Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada calon

akseptor keluarga berencana (KB) menggunakan pendekatan

manajemen kebidanan menurut varney.

D. Manfaat

Penulisan laporan ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Manfaat Teoritis

a. Ilmu Pengetahuan

Hasil study yang telah dilaksanakan akan menambah

informasi, meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan serta

peran bidan dalam memberikan asuhan yang menyeluruh atau

komprehensif.
14

2. Manfaat Praktis

a. Institusi Kesehatan

Sebagai masukan dalam meningkatkan pelayanan KIA secara

menyeluruh sesuai dengan program pemerintah terutama dalam

melakukan upaya promotif dan preventif bagi institusi kesehatan

sehingga institusi terkait dapat lebih memperhatikan peran bidan

dalam memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif.

b. Institusi Pendidikan

Sebagai gambaran informasi bagi penulis selanjutnya terutama

mahasiswa D-III Bidan khususnya yang berkaitan dengan

pemberian asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil

trimester III, persalinan, masa nifas, neonatus, hingga ibu

melaksanakan program keluarga berencana.

c. Penulis

Untuk menambah wawasan dan pengalaman penulis dalam

mempersiapkan, mengumpulkan, menganalisis, dan

menginformasikan data hasil asuhan komprehensif yang telah

diberikan kepada pasien mulai ibu hamil trimester III, persalinan,

masa nifas, neonatus, hingga ibu melaksanakan program keluarga

berencana dalam rangka memenuhi tugas akhir program D-III

Kebidanan Samarinda Poltekkes Kemenkes Kaltim.


15

E. Ruang Lingkup

Studi kasus ini dilaksanakan di BPS Hj. Endang Iriani, SST

Samarinda Tahun 2014 mulai dari tanggal 3 Februari sampai tanggal 30

Mei 2014 pada Ny. RW, meliputi asuhan kebidanan pada masa kehamilan

trimester III, persalinan, nifas, asuhan pada bayi baru lahir, neonatus

hingga ibu menjadi akseptor KB dengan cara memberikan asuhan

kebidanan secara komprehensif dengan menggunakan pola pikir ilmiah

melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut 7 langkah varney yang

bertujuan untuk mengidentifikasi resiko dan komplikasi-komplikasi yang

terjadi pada masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, neonatus

hingga ibu menjadi akseptor KB.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika pada penulisan proposal ini yaitu:

Pada bab I akan dijelaskan tentang latar belakang, rumusan

masalah, tujuan yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, manfaat

yang terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis, ruang lingkup dan

sistematika penulisan.

Pada bab II akan dijelaskan tentang konsep dasar teori dan konsep

dasar manajemen asuhan kebidanan. Konsep dasar teori yang terdiri dari

konsep dasar teori kehamilan, konsep dasar teori persalinan, konsep dasar

teori bayi baru lahir, konsep dasar teori nifas, konsep dasar teori neonatus

dan konsep dasar teori kontrasepsi. Selanjutnya konsep dasar manajemen


16

asuhan kebidanan terdiri dari konsep dasar manajemen asuhan kebidanan

pada kehamilan normal, konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada

persalinan normal, konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada bayi

baru lahir normal, konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada nifas

normal, konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada neonatus normal

dan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada calon akseptor

kontrasepsi.

Pada bab III akan dijelaskan tentang rancangan penelitian, kerangka

kerja penulisan, subjek penelitian, pengumpulan dan analisis data dan

etika penelitian.

Anda mungkin juga menyukai