Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Air

Air adalah suatu zat cair yang tidak mempunyai rasa, bau dan warna dan terdiri
dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H2O. Karena air mempunyai sifat yang
hampir bisa digunakan untuk apa saja, maka air merupakan zat yang paling penting bagi
semua bentuk kehidupan (tumbuhan, hewan, dan manusia) sampai saat ini selain
matahari yang merupakan sumber energi.
Air dapat berupa air tawar dan air asin (air laut) yang merupakan bagian terbesar
di bumi ini. Di dalam lingkungan alam proses, perubahan wujud, gerakan aliran air (di
permukaaan tanah, di dalam tanah, dan di udara) dan jenis air mengikuti suatu siklus
keseimbangan dan dikenal dengan istilah siklus hidrologi (Kodoatie dan Sjarief, 2010).

Air di bumi yang meliputi air laut, air di udara, dan air di darat. Air di darat
meliputi : air danau, air rawa, air selokan, dan air sungai, semua air ini akan mengalami
penguapan yang disebabkan oleh pemanasan sinar matahari. Dalam hidrologi,
penguapan dari badan air secara langsung disebut Evaporasi.
Penguapan air juga terjadi pada tumbuhan disebut Transpirasi. Jika penguapan
dari permukaan air bersama-sama dengan penguapan dari tumbuh-tumbuhan disebut
Evapotranspirasi. Penguapan air dari dedaunan dan batang pohon yang basah disebut
Intersepsi. Hujan dalam istilah hidrologi disebut Presipitasi yakni tetes air dari awan
yang jatuh kepermukaan tanah.
Hujan yang turun ke permukaan bumi jatuh pada permukaan tanah, permukaan air
danau, sungai, laut, hutan, ladang, persawahan atau perkebunan. Air yang meresap ke
tanah akan terus sampai kedalaman tertentu dan mencapai permukaan air tanah
(groundwater) yang disebut perkolasi. Jika aliran tanah muncul atau keluar akan
menjadi mata air (spring). Mata air yang keluar dengan cara rembesan disebut seepage.

45
1.1.1 Air Tanah

Menurut Herlambang (1996:5) air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah
yang terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan
bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akuifer. Lapisan yang mudah dilalui
oleh air tanah disebut lapisan permeable, seperti lapisan yang terdapat pada pasir atau
kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui air tanah disebut lapisan impermeable,
seperti lapisan lempung atau geluh. Lapisan yang dapat menangkap dan meloloskan air
disebut akuifer. Menurut Krussman dan Ridder (1970) dalam Utaya (1990:41-42)
bahwa macam-macam akifer sebagai berikut:

a. Akuifer Bebas (Unconfined Aquifer)

Yaitu lapisan lolos air yang hanya sebagian terisi oleh air dan berada diatas
lapisan kedap air. Permukaan tanah pada aquifer ini disebut dengan water table (preatik
level) yaitu permukan air yang mempunyai tekanan hidrostatik sama dengan atmosfer.

b. Akuifer Tertekan (Confined Aquifer)

yaitu akuifer yang seleruh jumlahnya air yang dibatasi oleh lapisan kedap air,
baik yang diatas maupun dibawah, serta mempunyai tekanan jenuh lebih besar dari pada
tekanan atmosfer.

c. Akuifer Semi tertekan (Semi Confined Aquifer)

Yaitu akuifer yang seluruhnya jenuh air, dimana bagian atasnya dibatasi oleh
lapisan semi lolos air dibagian bawahnya merupakan lapisan kedap air.

d. Akuifer Semi Bebas (Semi Unconfined Aquifer)

Yaitu akuifer yang bagian bawahnya yang merupakan lapisan kedap air,
sedangkan bagian atasnya merupakan material berbutir halus, sehingga pada lapisan
penutupnya masih memungkinkan adanya gerakan air. Dengan demikian aquifer ini
merupakan peralihan antara aquifer bebas dengan aquifer semi tertekan.

44
Tolman (1937) dalam Wiwoho (1999:26) mengemukakan bahwa air tanah
dangkal pada akuifer dengan material yang belum termampatkan di daerah beriklim
kering menunjukan konsentrasi unsur-unsur kimia yang tinggi terutama musim
kemarau. Hal ini disebabkan oleh adanya gerakan kapiler air tanah dan tingkat
evaporasi yang cukup besar. Besar kecilnya material terlarut tergantung pada lamanya
air kontak dengan batuan. Semakin lama air kontak dengan batuan semakin tinggi
unsur-unsur yang terlarut di dalamnya. Disamping itu umur batuan juga mempengaruhi
tingkat kegaraman air, sebab semakin tua umur batuan, maka semakin tinggi pula kadar
garam-garam yang terlarut di dalamnya.
Todd (1980) dalam Hartono (1999:7) menyatakan tidak semua formasi litologi dan
kondisi geomorfologi merupakan akifer yang baik. Berdasarkan pengamatan lapangan,
akifer dijumpai pada bentuk lahan sebagai berikut:

 Lintasan air (water course), materialnya terdiri dari aluvium yang mengendap
disepanjang alur sungai sebagai bentuk lahan dataran banjir serta tanggul alam.
Bahan aluvium itu biasanya berupa pasir dan karikil.
 Lembah yang terkubur (burried valley) atau lembah yang ditinggalkan (abandoned
valley), tersusun oleh materi lepas-lepas yang berupa pasir halus sampai kasar.
 Dataran (plain), ialah bentuk lahan berstruktur datar dan tersusun atas bahan
aluvium yang berasal dari berbagai bahan induk sehingga merupakan akifer yang
baik.
 Lembah antar pegunungan (intermontane valley), yaitu lembah yang berada
diantara dua pegunungan, materialnya berasal dari hasil erosi dan gerak massa
batuan dari pegunungan di sekitarnya.
 Batu gamping (limestone), air tanah terperangkap dalam retakan-retakan atau
diaklas-diaklas. Porositas batu gamping ini bersifat sekunder.
 Batuan vulkanik, terutama yang bersifat basal. Sewaktu aliran basal ini mengalir, ia
mengeluarkan gas-gas. Bekas-bekas gas keluar itulah yang merupakan lubang atau
pori-pori dapat terisi air.

45
1.1.2 Teori air permukaan

Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi sebagian mengalir di permukaan tanah
dan sebagian lagi meresap ke dalam tanah. Air yang mengalir di permukaan tanah
dikenal sebagai run-off, sedangkan air yang meresap ke dalam tanah dikenal sebagai air
tanah.

Air permukaan adalah air hujan yang mengalir dipermukaan bumi. Pada
umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya
oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainnya.
Beberapa pengotoran untuk masing-masing air permukaan akan berbeda-beda,
tergantung pada daerah pengaliran air permukaan ini. Jenis pengotoraannya merupakan
pengotoran fisik,kimia dan bakteri.

Air permukaan ada dua macam yaitu:

1. Air sungai
Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu
pengolahan yang sempurna, mengigat bahwa air sungai ini umumnya mempunyai
derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan
air minum pada umumnya dapat mencakupi.

2. Air rawa/danau
Kebanyakan air rawa ini berwarna hitam atau kuning coklat, hal ini disebabkan
oleh adanya zat-zat organisme yang telah membusuk. Misalnya, asam humus yang
terlarut dalam air yang menyebabkan warna kuning coklat.
Dengan adanya pembusukan kadar zat organis tinggi, maka umumnya kadar Fe
dan Mn akan tinggi pula an dalam keadaan kelarutan o2 kurang sekali (anaerob), maka
unsur-unsur Fe dan Mn ini terlarut. Pada permukaan air akan tumbuh algae (lumut)
karena adanya sinar matahari dan o2.

Air permukaan adalah air yang terkumpul di atas tanah atau di mata air, sungai
danau, lahan basah, atau laut. Air permukaan berhubungan dengan air bawah tanah atau
air atmosfer.

44
Air permukaan secara alami terisi melalui presipitasi dan secara alami berkurang
melalui penguapan dan rembesan ke bawah permukaan sehingga menjadi air bawah
tanah. Meskipun ada sumber lainnya untuk air bawah tanah, yakni air jebak dan air
magma, presipitasi merupakan faktor utama dan air bawah tanah yang berasal dari
proses ini disebut air meteor. Air permukaan merupakan sumber terbesar untuk air
bersih. Air tawar yang ada di darat terbagi menjadi air permukaan dan air bawah
permukaan. Air permukaan merupakan air yang memiliki daerah aliran dan peredaran di
permukaan daratan.

Adapun air bawah permukaan merupakan air yang beredar di dalam tanah
karena terserap oleh pori-pori tanah dan akar tumbuhan. Seperti halnya air permukaan,
air bawah permukaan juga memiliki daerah aliran, namun berada di bawah tanah.

Selain itu ada wilayah yang potensi air permukaannya sangat terbatas, seperti di
negara-negara yang beriklim arid (gurun). Potensi air permukaan sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu faktor iklim, topografi, jenis tanah, karakteristik DAS, dan
vegetasi. Penjelasan lebih lanjut dapat dikemukakan sebagai berikut.

 Faktor Iklim
Iklim suatu wilayah sangat berpengaruh terhadap besarnya air permukaan. Di
negara-negara yang beriklim sedang dan iklim tropis, presipitasi (hujan, salju atau butir-
butir es) cukup tinggi. Presipitasi tersebut sangat berpotensi untuk menambah air
permukaan.

Negara-negara yang berildim tropis dan sedang, memiliki curah hujan yang tinggi
seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, Jepang, Cina, dan India. Sebaliknya negara-negara
yang berildim arid (gurun), jumlah curah hujannya sangat rendah. Contohnya adalah
Arab Saudi dan sebagian besar negara-negara Afrika).

 Faktor topografi
Faktor topografi yang sangat berpengaruh terhadap potensi air permukaan
adalah ketinggian tempat dan kemiringan lereng. Wilayah-wilayah yang bergunung
pada umumnya mempunyai curah hujan tinggi dibanding dengan wilayah dataran
rendah. Contohnya, wilayah puncak Bogor. Di daerah tersebut terjadi hujan orografis
yang cukup tinggi sehingga berpengaruh terhadap potensi air permukaan.

45
 Faktor jenis tanah
Tanah yang padat seperti lempung dan tanah liat menyebabkan air hujan lebih
sulit meresap ke dalam tanah, sehingga air hujan yang jatuh ke tanah tersebut melimpah
di permukaan tanah. Sebaliknya pada tanah yang berpasir atau mempunyai rongga-
rongga, air hujan yang jatuh banyak meresap ke dalam tanah dan sebagian bisa
melimpas sebagai run-off.

 Faktor karakteristik DAS


Karakteristik DAS yang berpotensi menambah air permukaan adalah luas DAS
dan panjang sungai. Di wilayah-wilayah yang DAS-nya luas dan sungainya lebar serta
panjang, potensi air permukaan cukup besar. Hal tersebut disebabkan daerah tangkapan
hujannya cukup besar yang berpotensi untuk menerima, menyimpan, dan mengalirkan
air. Sebaliknya di wilayah-wilayah yang DAS-nya sempit dan sungainya pendek,
potensi air permukaannya juga rendah.

1.2 Tanah
Tanah adalah suatu benda alam yang terdapat dipermukaan kulit bumi,yang
tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan, dan bahan-bahan
organik sebagai hasil pelapukan sisa-sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan
medium atau tempat tumbuhnya tanaman dengan sifat-sifat tertentu, yang terjadi akibat
dari pengaruh kombinasi faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah
dan lamanya waktu pembentukan (Yuliprianto, 2010:11).

1.3 Pentingnya Mengelolah Air pada Daerah Tambang


Pengelolaan sumber daya air yang kurang baik dapat menyebabkan kekurangan
air, monopolisasi serta privatisasi dan bahkan dapat menimbulkan konflik. Indonesia
telah memiliki undang-undang yang mengatur sumber daya air sejak tahun 2004, yakni
Undang Undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Dalam dunia pertambangan khususnya tambang Nikel yang ada di Sulawesi
Tenggara ini, membutuhkan perhatian mengenai proses pengelolaan air tambang yang
tercemar langsung ataupun tidak langsung ke area perairan dekat penambangan Nickel
maupun dekat pabrik pengolahan Nikel itu sendiri. Hal ini sangat penting untuk

44
dibicarakan karena sangat berdampak besar kepada warga yang tinggal didekat area
penambangan Khususnya yang didekat sungai maupun dekat laut. Maka dari itu saya
membuat buku ini agar membuat pembaca dapat memahami sistem drainase dan atau
pengolahan air tambang.

45
BAB II
TEORI HIDROLOGI

2.1 Hidrologi

Secara harafiah “hidrologi” berasal dari bahasa Yunani, yakni “hydro” dan
“loge”. Hydro berarti sesuatu yang berhubungan dengan air dan loge berarti
pengetahuan. Jadi hidrologi adalah ilmu pengetahuan yang secara khusus mempelajari
tentang kejadian, perputaran dan penyebaran air di atmosfir dan permukaan
bumi serta di bawah permukaan bumi.
Secara luas hidrologi meliputi pula berbagai bentuk air, termasuk transformasi
antara keadaan cair, padat, dan gas dalam atmosfir, di atas dan di bawah
permukaan tanah. Di dalamnya tercakup pula air laut yang merupakan sumber dan
penyimpan air yang mengaktifkan kehidupan di planet bumi ini.
Secara umum Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari masalah keberadaan
air di bumi (siklus air) dan hidrologi memberikan alternatif bagi pengembangan
sumber daya air bagi pertanian dan industri.
Menurut Federal Council for science and technollogy USA 1959, Hidrologi
merupakan ilmu yang mempelajari proses terjadi, peredaran dan distribusi, sifat
alam dan kimia air di bumi serta reaksinya terhadap lingkungan dan hubungannya
dengan kehidupan.

Ruang Lingkup Hidrologi Mencakup :


1. Pengukuran, mencatat, dan publikasi data dasar.
2. Deskripsi propertis, fenomena, dan distribusi air di daratan.
3. Analisa data untuk mengembangkan teori-teori pokok yang ada pada hidrologi.
4. Aplikasi teori-teori hidrologi untuk memecahkan masalah praktis.

Hidrologi bukanlah ilmu yang berdiri sendiri, tetapi ada hubungan dengan ilmu
lain, seperti meteorologi, klimatologi, geologi, agronomi kehutanan, ilmu tanah, dan
hidrolika.

44
Menurut TheInternational Association of Scientific Hydrology, hidrologi dapat
dibagi menjadi:
 Potamologi (Potamology), khusus mempelajari aliran permukaan (surface
streams)
 Limnologi (Limnology), khusus mempelajari air danau
 Geohidrologi (Geohydrology), khusus mempelajari air yang ada di bawah
permukaan tanah(mempelajari air tanah = groundwater)
 Kriologi (Cryology), khusus mempelajari es dan salju
 Hidrometeorologi (Hydrometeorology), khusus mempelajari problema-problema
yang ada diantara hidrologi dan meteorology

2.2 Siklus Hidrologi

(siklus hidrologi)

Uap air hasil penguapan ini pada ketinggian tertentu akan menjadi awan, kemudian
beberapa sebab awan akan berkondensasi menjadi presipitasi (presipitasi = yang

45
diendapkan atau dijatuhkan), bisa dalam bentuk salju, hujan es, hujan, dan embun. Air
hujan yang jatuh kadang-kadang tertahan oleh tajuk (ujung-ujung daun), oleh daunnya
sendiri atau oleh bangunan dan sebagainya. Hal ini diberi istilah intersepsi. Besarnya
intersepsi pada tanaman, tergantung dari jenis tanaman, tingkat pertumbuhan, tetapi
biasanya berkisar 1 mm pada hujan-hujan pertama. Kemudian sekitar 20% pada hujan-
hujan berikutnya.
Air hujan yang mencapai tanah, sebagian berinfiltrasi (menembus permukaan
tanah), sebagian lagi menjadi aliran air di atas permukaan (over land flor) kemudian
terkumpul pada saluran. Aliran air ini disebut surface run off. Hasil infiltrasi sebagian
besar menjadi aliran air bawah permukaan (interflow/sub surface flor/through flor). Dan
sebagian lagi akan mebasahi tanah. Air yang menjadi bagian dari tanah dan berada
dalam pori-pori tanah disebut air soil.
Apabila kapasitas kebasahan tanah/soil moisture ini terlampaui, maka kelebihan
airnya akan berperkolasi (mengalir vertical) mencapai air tanah. Aliran air tanah
(ground water flow) akan menjadi sesuai dengan hokum-hukum fisika. Air yang
mengalir itu pada suatu situasi dan kondisi tertentu akan mencapai danau, sungai, laut
menjadi depression storage (simpanan air yang disebabkan oleh kubangan/cekungan),
saluran dan sebagainya, mencari tempat lebih rendah. Sirkulasi air yang berpola siklus
itu tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui
kondensasi, presipitasi, evaporasi, dan transpirasi.Pemanasan air samudera oleh sinar
matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara
kontinu. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju,
hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut. Pada perjalanan menuju
bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang
kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah,
siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda:

 Evaporasi/transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb.


kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan.
Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang
selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es. Ketika air
dipanaskan oleh sinar matahari, permukaan molekul-molekul air memiliki cukup
energi untuk melepaskan ikatan molekul air tersebut dan kemudian terlepas dan

44
mengembang sebagai uap air yang tidak terlihat di atmosfir. Sekitar 95.000 mil kubik
air menguap ke angkasa setiap tahunnya. Hampir 80.000 mil kubik menguapnya dari
lautan. Hanya 15.000 mil kubik berasal dari daratan, danau, sungai, dan lahan yang
basah, dan yang paling penting juga berasal dari tranpirasi oleh daun tanaman yang
hidup. Proses semuanya itu disebut Evapotranspirasi.
 Infiltrasi/Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-
celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak
akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah
permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.
 Air Permukaan - Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan
danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan
semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban.
Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang
membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut. Air
permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan
sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan
berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-
komponen siklus hidrologi yang membentuk sistem daerah Aliran Sungai (DAS).

45
BAB III

HIDROLOGI TAMBANG

3.1 Pengertian Drainase

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem
guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam
perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya).

Menurut Suripin (2004:7) “Drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras,


membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai
serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang
kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara
optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah
dalam kaitannya dengan sanitasi.”

Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam
kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan suatu cara pembuangan
kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta caracara penangggulangan
akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. ( Sumber : metoda pelaksanaan
secara umum pembuatan drainase di bengkel pencucian alat berat di PT PUSRI oleh M.
Ilyas, dkk ).

Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana
umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang
aman, nyaman, bersih, dan sehat. Pembuatan drainase disini berfungsi untuk
mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permukaan
tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali
kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan
air dan banjir. Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini antara lain :

1. Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah.

2. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.

44
3. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.

4. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir. Air
yang dibuang ke luar daerah yang akan dikeringkan antara lain :

1. Air hujan

2. Air kotor / air buangan rumah tangga

3. Air dari lingkungan sekitar

4. Air limbah dari pabrik / industri

5. Air pembilasan ( penggelontor )

Pembuangan air atau drainase merupakan usaha preventif ( pencegahan )


terhadap terjadinya banjir atau genangan air serta timbulnya penyakit. Prinsip dasar
pembuangan air ( drainase ) adalah bahwa air harus secepat mungkin dibuang dan
secara terus menerus serta dilakukan seekonomis mungkin/

3.1.1 Tujuan Pekerjaan Drainase

a. Untuk Pengeringan

Adakalanya pada perumahan penduduk terdapat rawa-rawa atau lapangan yang


digenangi air. Keadaan lingkungan seperti ini dapat mendatangkan wabah penyakit bagi
penduduk yang tinggal pada daerah tersebut. Hal ini disebabkan rawa-rawa ini
mengandung banyak bibit penyakit. Untuk menghindari itu, semua diperlukan sistem
pengeringan yang baik, agar penduduk yang tinggal disana bisa hidup sehat, aman, dan
sejahtera.

b. Untuk Pencegahan Banjir

Daerah-daerah tertentu mempunyai curah hujan yang cukup tinggi. Hal ini bisa
menyebabkan malapetaka banjir bagi penduduk daerah tersebut. Lebih parah lagi kalau
di daerah itu tidak ada saluran-saluran pembuang, kalaupun ada yang tidak berfungsi
sebagaimana mestinya. Untuk pencegahan banjir yang diakibatkan oleh curah hujan

45
dapat dibuat suatu sistem saluran pembuang yang memenuhi syarat. yaitu sesuai dengan
debit air yang akan mengalir ke saluran tersebut dan kemiringan merupakan suatu
kesatuan. Jadi untuk itu memang perlu suatu sistem pencegah banjir dengan ruang
lingkup sebagai berikut:

1. Pembuatan saluran yang baik pada kanan kiri badan jalan begitu juga saluran
pembuang dari rumah penduduk.

2. Pada saluran itu, untuk pemisah sampah dan pengendap lumpur dibangun bak – bak
kontrol ( bak inspeksi ).

3. Saluran – saluran pelimpah dibuat bila dirasa perlu

c. Untuk Pembuang Air Kotor

Air buangan industri adalah penyebab tercemarnya lingkungan, karena air


buangan ini mengandung berbagai jenis bahan kimia, sampah pabrik, dan lain
sebagainya. Untuk mencegah agar air di lingkungan tempat tinggal penduduk jangan
tercemar, maka air buangan dari industri dialirkan secara khusus, atau saluran yang
terpisah dan di buang ke, misalnya : Bak sementara untuk dinetralkan atau dibersihkan
lalu dialirkan ke tempat pembuangan terakhir ( Sungai atau Laut ) atau Septictank dan
dialirkan ke peresapan yang baik saringannya. ( Sumber :
http://www.pipeflow.co.uk/public/control.php?_path=/497/595 )

d.Jenis-jenis dan Pola-Pola Drainase

1.) Jenis - Jenis Drainase

Drainase dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu :

a. Menurut Sejarah Bentuknya :

1. Drainase Alamiah (Natural Drainage) Drainase alamiah adalah sistem


drainase yang terbentuk secara alami akibat gerusan air sesuai dengan kontur tanah.
Umumnya drainase alamiah berupa sungai beserta anak-anak sungainya yang
membentuk suatu jaringan alur sungai.

44
Terbentuknya Drainase alami

(Drainase alami)

2. Drainase Buatan (Artifical Drainage)

Drainase buatan adalah sistem drainase yang dibentuk berdasarkan analisis ilmu
drainase, untuk menentukan debit akibat hujan, dan dimensi saluran. ( Sumber :
https://tsipilunikom.files.wordpress.com/2012/03/sal-buatan.png )

45
(Drainase buatan)

b. Menurut Letak Bangunannya :

1. Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage)

Drainase permukaan tanah adalah saluran drainase yang berada di atas


permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa
alirannya merupakan analisa open channel flow.

2. Drainase di Bawah Permukaan Tanah (Sub surface Drainage)

Drainase di bawah permukaan tanah adalah saluran drainase yang bertujuan


mengalirkan air limpasan permukaan melalui media di bawah permukaan tanah (pipa-
pipa), dikarenakan alasan-alasan tertentu. Alasan tersebut antara lain tuntutan artistik,
tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di permukaan
tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman, dan lain-lain.

c. Menurut Fungsinya :

1. Single Purpose Single adalah saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air
buangan saja.

2. Multi Purpose adalah saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis buangan,
baik secara bercampur maupun bergantian.

d. Menurut Kontruksinya :

1. Saluran Terbuka

44
Saluran terbuka merupakan saluran yang mengalirkan air dengan suatu
permukaan bebas, umumnya sistem saluran direncanakan hanya untuk menampung dan
mengalirkan air hujan (sistem terpisah), namun kebanyakan sistem saluran ini berfungsi
sebagai saluran campuran. Pada pinggiran kota, saluran terbuka ini biasanya tidak diberi
lining (lapisan pelindung). Akan tetapi saluran terbuka di dalam kota harus diberi lining
dengan beton, pasangan batu (masonry) ataupun dengan pasangan bata. (Sumber
http://www.pipeflow.co.uk/public/control.php?_path=/497/595)

(Gambar Saluran terbuka)

Menurut asalnya, saluran terbuka dibedakan menjadi :

a) Saluran Alam (natural)


meliputi selokan kecil, kali, sungai kecil dan sungai besar sampai saluran
terbuka alamiah.
b) Saluran Buatan (artificial)
seperti saluran pelayaran, irigasi, parit pembuangan, dan lain-lain.
Saluran terbuka buatan mempunyai istilah yang berbeda-beda antara lain :
1) Saluran (canal) : biasanya panjang dan merupakan selokan landai yang
dibuat di tanah, dapat dilapisi pasangan batu/tidak atau beton, semen, kayu
maupu aspal.
2) Talang (flume) : merupakan selokan dari kayu, logam, beton/pasangan
batu, biasanya disangga/terletak di atas permukaan tanah, untuk mengalirkan air
berdasarkan perbedaan tinggi tekan.
3) Got miring (chute) : selokan yang curam.

45
4) Terjunan (drop) : seperti got miring dimana perubahan tinggi air
terjadi dalam jangka pendek.
5) Gorong-gorong (culvert) : saluran tertutup (pendek) yang mengalirkan
air melewati jalan raya, jalan kereta api, atau timbunan lainnya.
6) Terowongan Air Terbuka (open-flow tunnel) : selokan tertutup yang
cukup panjang, dipakai untuk mengalirkan air menembus bukit/gundukan tanah.

2. Saluran Tertutup

Saluran tertutup adalah saluran untuk air kotor yang mengganggu kesehatan
lingkungan. Sistem ini cukup bagus digunakan di daerah perkotaan terutama dengan
tingkat kepadatan penduduk yang tinggi seperti kota Metropolitan dan kota-kota besar
lainnya.

Gambar (Saluran tertutup)

3. Saluran Air Kombinasi


Saluran Air Kombinasi merupakan limpasan air terbuka yang
dikumpulkan pada saluran drainase permukaan, sementara limpasan dari daerah
yang diperkeras dikumpulkan pada saluran drainase tertutup.

44
Pola-Pola Drainase

Saluran drainase dibuat sesuai dengan kondisi lahan dan lingkungan sekitar
perumahan tersebut, oleh karena itu dalam perencanaan drainase dikenal ada beberapa
pola jaringan drainase, antara lain:

a. Siku
Pola drainase ini saluran pembuangannya tidak mengikuti arah jalan raya
jadi sangat cocok untuk daerah yang topografinya tinggi, pola ini juga sungai
sebagai saluran utama berada di tengah kota. Kelemahannya adalah tidak
cocok bila digunakan pada daerah yang topografinya lebih rendah dari
sungai.

Gambar (Pola siku-siku)

b. Paralel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Kelebihan dari
pola paralel ini apabila terjadi perkembangan kota, saluran-saluran akan
dapat menyesuaikan diri dan dengan saluran-saluran pendek, mempermudah
penyesuaian dengan perkembangan. Kelemahan dari pola ini adalah pola ini
hanya dijumpai pada daerah dengan topografi yang cenderung datar dan
terletak jauh dari sungai dan danau.

Gambar (Pola Paralel)

45
c. Grid Iron
Pola ini untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota,
sehingga saluran cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpul. Maka
drainase yang akan direncanakan menggunakan pola grid iron karena
karakteristik daerahnya mirip dengan pola grid iron dimana sungai terletak
dipinggir kota sehingga saluran cabang dikumpulkan dulu ke saluran
pengumpul yaitu drainase yang terletak di pinggir jalan lalu kemudian
diteruskan ke saluran utama ( sungai ).

Gambar (Pola Grid Iron)

d. Alamiah
Pola ini sama seperti pola siku, baik dari segi kelemahan dan kelebihan,
hanya saja beban sungai pada pola ini lebih besar, karena pada saluran ini
baik saluran pengumpul maupun saluran utama adalah saluran alami

(Pola alamiah)

44
e. Radial
Kelebihan pola ini pada daerah berbukit dimana pola saluran memencar
ke segala arah, drainase dari puncak yang menyebar keseluruh daerah
sekitarnya. Kelemahannya daerah aliran sungai dengan pola radial
mempunyai banjir yang besar di dekat titik pertemuan anak-anak sungai.

(pola radial)

f. Jaring-Jaring
Pola ini mempunyai saluran-saluran pembuang yang mengikuti arah
jalan raya dan cocok untuk daerah dengan topografi rendah. Kelebihan pola
ini adalah untuk digunakan agar satu blok lokasi tidak mempengaruhi blok
lain. Kelemahan dari pola ini adalah pola ini kurang cocok diterapkan untuk
daerah yang bertopografi tinggi.

45
Gambar (pola jarring-jaring)

2.) Bentuk Saluran

Bentuk-bentuk saluran untuk drainase tidak jauh berbeda dengan saluran irigasi
pada umumnya. Dalam perancangan dimensi saluran harus diusahakan dapat
membentuk dimensi yang ekonomis. Dimensi saluran yang terlalu besar berarti kurang
ekonomis, sebaliknya dimensi yang terlalu kecil akan menimbulkan permasalahan
karena daya tampung yang tidak memadai. Adapun bentuk saluran antara lain :

a. Penampang Persegi
Bentuk penampang persegi empat merupakan penyederhanaan dari bentuk
trapesium yang biasanya digunakan untuk saluran-saluran drainase yang melalui lahan-
lahan yang sempit. Dalam drainase perkotaan sebaiknya digunakan dimensi penampang
dan bentuk penampang yang efektif seperti persegi, dengan pertimbangan luas lahan
yang terbatas dan pembebasan lahan yang mahal.

44
(Gambar penampang persegi)

b. Penampang Trapesium

Bentuk penampang trapesium bentuk yang biasa digunakan untuk saluran-


saluran irigasi atau saluran-saluran drainase karena menyerupai bentuk saluran alam,
dimana kemiringan tebingnya menyesuaikan dengan sudut lereng alam dari tanah yang
digunakan untuk saluran tersebut.

(Gambar penampang travesium)

45
c. Penampang Segitiga
Bentuk penampang segitiga merupakan penyederhanaan dari bentuk
trapesium yang biasanya digunakan untuk saluran-saluran drainase yang melalui
lahan-lahan yang sempit.

(Gambar penampang segitiga)

d. Penampang Lingkaran
Bentuk penampang lingkaran biasanya digunakan pada perlintasan
dengan jalan, saluran ini disebut gorong-gorong. Dengan bentuk saluran yang
bulat memudahkan pengangkutan bahan endapan atau limbah.

(Gambar penampang lingkaran)

44
e. Penampang Setengah
Lingkaran Berfungsi untuk menyalurkan limbah air hujan untuk debit
yang kecil. Bentuk saluran ini umum digunakan untuk saluran-saluran rumah
penduduk dan pada sisi jalan perumahan padat. Sama halnya dengan penampang
lingkaran, bentuk dasar saluran yang bulat memudahkan pengangkutan bahan
endapan atau limbah. (Sumber : http:// elearning. gunadarma. ac.id/ docmodul/
drainase_perkotaan/bab5_langkah_perancangan. pdf)

(Gambar penampang setengah Lingkaran)

f. Penampang Alami Terbentuk secara alami akibat aktivitas – aktivitas alam.

(Gambar penampang alami)

45
3.) Rancangan Sistem Jaringan Drainase

Sistem jaringan drainase umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu:

a. Sistem Drainase Mayor

Sistem drainase mayor yaitu sistem saluran / badan air yang menampung dan
mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area). Pada
umumnya sistem drainase mayor ini disebut juga sebagai sistem saluran pembuangan
utama (major system) atau drainase primer. Sistem jaringan ini menampung aliran yang
berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanal-kanal atau sungai-sungai.
Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai dengan periode ulang antara 5
sampai 10 tahun dan pengukuran topografi yang detail mutlak diperlukan dalam
perencanaan sistem drainase ini.

Sistem Drainase Mikro Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan
bangunan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah
tangkapan hujan. Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro
adalah saluran di sepanjang sisi jalan, saluran/ selokan air hujan di sekitar bangunan,
goronggorong, saluran drainase kota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat
ditampungnya tidak terlalu besar. Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan
untuk hujan dengan masa ulang 2, 5 atau 10 tahun tergantung pada tata guna lahan yang
ada. Sistem drainase untuk lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai sistem
drainase mikro.

3.2 Penyaliran Pada Tambang Terbuka

Penanganan masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan menjadi
dua yaitu :
1. Mine Drainage
Merupakan upaya untuk mencegah masuknya air ke daerah penambangan. Hal ini
umumnya dilakukan untuk penanganan air tanah dan air yang berasal dari sumber air
permukaan. Beberapa metode penyaliran Mine drainage :

44
· Metode Siemens : Pada tiap jenjang dari kegiatan penambangan dibuat lubang bor
kemudian ke dalam lubang bor dimaksukkan pipa dan disetiap bawah pipa tersebut
diberi lubang-lubang. Bagian ujung ini masuk ke dalam lapisan akuifer, sehingga air
tanah terkumpul pada bagian ini dan selanjutnya dipompa ke atas dan dibuang ke luar
daerah penambangan.

Metode Siemens

· Metode Pemompaan Dalam (Deep Well Pump). Metode ini digunakan untuk
material yang mempunyai permeabilitas rendah dan jenjang tinggi. Dalam metode ini
dibuat lubang bor kemudian dimasukkan pompa ke dalam lubang bor dan pompa akan
bekerja secara otomatis jika tercelup air. Kedalaman lubang bor 50 meter sampai 60
meter.

Metode Deep well pump

· Metode Elektro Osmosis. Pada metode ini digunakan batang anoda serta katoda.
Bilamana elemen-elemen dialiri arus listrik maka air akan terurai, H+ pada katoda

45
(disumur besar) dinetralisir menjadi air dan terkumpul pada sumur lalu dihisap dengan
pompa.

Metode electro osmosis

· Small Pipe With Vacuum Pump. Cara ini diterapkan pada lapisan batuan yang
inpermiabel (jumlah air sedikit) dengan membuat lubang bor. Kemudian dimasukkan
pipa yang ujung bawahnya diberi lubang-lubang. Antara pipa isap dengan dinding
lubang bor diberi kerikil-kerikil kasar (berfungsi sebagai penyaring kotoran) dengan
diameter kerikil lebih besar dari diameter lubang. Di bagian atas antara pipa dan lubang
bor di sumbat supaya saat ada isapan pompa, rongga antara pipa lubang bor kedap
udara sehingga air akan terserap ke dalam lubang bor.

Metode Small Pipe With Vacuum Pump

44
2. Mine Dewatering
Merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke daerah penambangan.
Upaya ini terutama untuk menangani air yang berasal dari air hujan. Beberapa metode
penyaliran mine dewatering adalah sebagai berikut :
· Sistem Kolam Terbuka. Sistem ini diterapkan untuk membuang air yang telah
masuk ke daerah penambangan. Air dikumpulkan pada sumur (sump), kemudian
dipompa keluar dan pemasangan jumlah pompa tergantung kedalaman penggalian.
· Cara Paritan. Penyaliran dengan cara paritan ini merupakan cara yang paling
mudah, yaitu dengan pembuatan paritan (saluran) pada lokasi penambangan. Pembuatan
parit ini bertujuan untuk menampung air limpasan yang menuju lokasi penambangan.
Air limpasan akan masuk ke saluran-saluran yang kemudian di alirkan ke suatu kolam
penampung atau dibuang langsung ke tempat pembuangan dengan memanfaatkan gaya
gravitasi.

· Sistem Adit. Cara ini biasanya digunakan untuk pembuangan air pada tambang
terbuka yang mempunyai banyak jenjang. Saluran horisontal yang dibuat dari tempat
kerja menembus ke shaft yang dibuat di sisi bukit untuk pembuangan air yang masuk ke
dalam tempat kerja. Pembuangan dengan sistem ini biasanya mahal, disebabkan oleh
biaya pembuatan saluran horisontal tersebut
dan shaft.

Sistem Adit

45
II.2 Penyaliran Pada Tambang Bawah Tanah

Penanganan masalah air pada tambang bawah tanah umumnya dilakukan dengan
cara-cara sebagai berikut :
1. Dengan “Tunnel” (Terowongan). Penyaliran dengan cara ini adalah dengan
membuat “tunnel” atau “adit” bila topografi daerahnya memungkinkan, dimana
terowongan atau “adit” ini dibuat sebagai level pengeringan tersendiri untuk
mengeluarkan air tambang bawah tanah. Cara ini relatif murah dan ekonomis bila
dibandingkan dengan sistem penyaliran menggunakan cara pemompaan air ke luar
tambang.

2. Dengan Pemompaan. Penyaliran tambang bawah tanah dengan sistem pemompaan


adalah untuk mengeluarkan air yang terkumpul pada dasar “shaf” atau sumuran bawah
tanah yang sengaja dibuat untuk menampung air dari permukaan maupun air rembesan
air bawah tanah.

Hal Yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang


1. Permeabilitas
Disamping parameter-parameter lain, permeabilitas merupakan salah satu yang perlu
diperhitungkan. Secara umum permeabilitas dapat diartikan sebagai kemapuan suatu
fluida bergerak melalui rongga pori massa batuan.
2. Rencana Kemajuan Tambang
Rencana kemajuan tambang nantinya akan mempengaruhi pola alir saluran yang akan
dibuat, sehingga saluran tersebut menjadi efektif dan tidak menghambat sistem kerja
yang ada.
3. Curah Hujan
Sumber utama air yang masuk ke lokasi penambangan adalah air hujan, sehingga besar
kecilnya curah hujan yang terjadi di sekitar lokasi penambangan akan mempengaruhi
banyak sedikitnya air tambang yang harus dikendalikan. Data curah hujan biasanya
disajikan dalam data curah hujan harian, bulanan, dan tahunan yang dapat berupa grafik
atau tabel. Analisa curah hujan dilakukan dengan menggunakan Metode Gumbel yang
dilakukan dengan mengambil data curah hujan bulanan yang ada, kemudian ambil curah

44
hujan maksimum setiap bulannya dari data tersebut, untuk sampel dapat dibatasi
jumlahnya sebanyak data.

 SISTEM PENYALIRAN LANGSUNG (KONVENSIONAL)

Adalah sistem penyaliran dengan cara mengeluarkan (memompa) air yang sudah
masuk ke dalam tambang. Sistem ini dapat dibagi dua lagi, menjadi :
Penyaliran dengan terowongan (tunnel) atau terowongan buntu (adit)
Cara penyaliran ini hanya bisa diterapkan pada tambang yang terletak di daerah
pegunungan atau berbentuk bukit. Air yang masuk ke dalam tambang dikeluarkan
dengan cara mengalirkan air dari dasar tambang melalui terowongan keluar tambang.

- Penyaliran dengan sumuran (sump)

Cara penyaliran ini sangat umum diterapkan ditambang terbuka. Air yang masuk ke
dalam tambang dikumpulkan ke suatu sumuran yang biasanya dibuat di dasar
tambang dan dari sumuran tersebut air dipompa keluar tambang.

- Penyaliran dengan sumuran (sump)

Cara penyaliran ini sangat umum diterapkan ditambang terbuka. Air yang masuk ke
dalam tambang dikumpulkan ke suatu sumuran yang biasanya dibuat di dasar
tambang dan dari sumuran tersebut air dipompa keluar tambang.

 SISTEM PENYALIRAN TAK LANGSUNG (INKONVENSIONAL)

Adalah sistem penyaliran dengan cara mencegah masuknya air ke dalam


tambang. Adapun cara yang dapat dilakukan pada preventive drainage system ini adalah
dengan membuat beberapa lubang bor di bagian luar daerah penambangan atau di

45
jenjang-jenjang, kemudian dari lubang-lubang tersebut air dipompa keluar tambang.
Penyaliran tak langsung ini dapat dilakukan dengan beberapa macam cara, antara lain :

- Siemens methods

Kedalam lubang bor dimasukkan casing yang bertujuan agar air mudah masuk kedalam
pipa. Kerugian cara ini adalah banyak pipa yang digunakan dan kedalaman lubang bor
harus melebihi tinggi bench. Jadi biaya akan lebih besar karena disamping biaya pipa
juga biaya pemboran.

-Small pipe with vacuum pump

Lubang bor dibuat dengan diameter 6 – 8 inch, lubang tidak diberi casing, tetapi
dimasukkan dengan pipa berdiameter 2 – 2,5 inch. Pasir dimasukkan sebagai saringan
sehingga yang masuk adalah material yang larut dalam air. Melalui small pipe ini
lubang bor dibuat vakum dengan menggunakan pompa.

- Deep well pump method

Digunakan untuk material yang mempunyai permeabilitas tendah dan bench yang
tinggi. Lubang bor dibuat dengan diameter 6 inch, kemudian dipasang casing. Pompa
dimasukkan ke dalam lubang bor (submercible pump) yang digerakkan dengan listrik.
Pompa ini ada yang otomatis, jika tercelup ke dalam air, maka mesin pompa akan hidup
dengan sendirinya.

-Electro osmosis method

Merupakan cara terbaru dan biasanya digunakan pada daerah yang mempunyai
permeabilitas sangat kecil. Lubang bor dibuat dengan diameter 3 – 5 inch dan 1 – 3
inch, kemudian masukkan casing pipe. Prinsip yang digunakan adalah prinsip
elektrolisa. H+ akan mengalir menuju katoda sehingga terjadi netralisasli H+ dengan

44
OH- dan membentuk H2O (air). Kemudian air yang telah terkumpul ini dipompa keluar,
dimana sebelumnya tidak terdapat air.

45
BAB IV

ANALISIS

4.1 Analisis Hidrologi

Untuk melakukan perencanaan drainase diperlukan penggunaan metode yang


tepat. Ketidaksesuaian dalam penggunaan metode dapat mengakibatkan hasil
perhitungan tidak dapat diterapkan pada kondisi yang sebenarnya. Analisis hidrologi

44
merupakan faktor yang paling berpengaruh untuk merencanakan besarnya sarana
penampungan dan pengaliran. Hal ini diperlukan untuk dapat mengatasi aliran
permukaan yang terjadi agar tidak mengakibatkan terjadinya genangan. Beberapa aspek
yang perlu ditinjau antara lain :

1. Analisis Frekuensi

Sistem hidrologi kadang- kadang dipengaruhi oleh peristiwa- peristiwa yang luar
biasa (ekstrim), seperti hujan lebat, banjir, dan kekeringan. Besaran peristiwa ekstrim
berbanding terbalik dengan frekuensi kejadiannya, persitiwa yang luar biasa ekstrim
kejadiannya sangat langka.

Tujuan Analisis frekuensi data hidrologi adalah berkaitan dengan besaran


peristiwa- peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi kejadiannya melalui
penerapan distribusi kemungkinan.

Data hidrologi yang dianalisis diasumsikan tidak bergantung (independent) dan


terdistribusi secara acak dan bersifat stokastik. (Sumber: Suripin, Dr. Ir., M. Eng, 2004;
halaman : 32) Dalam statistik dikenal beberapa parameter yang berkaitan dengan
analisis data yang meliputi rata- rata, simpangan baku, koefisien variasi, dan koefisien
skewness (kecondongan atau kemencengan)

Analisis Curah Hujan


Analisis data Hidrologi terhadap curah hujan, terdiri dari beberapa tahapan
untuk mencapai suatu hasil yang optimal. Sebelum tahapan analisis dilakukan, terlebih
dahulu diperlukan data pendukung yang dapat membantu proses analisis. Adapun data-
data yang dipakai dalam proses analisis adalah data-data yang didapat dari beberapa
instansi terkait dan narasumber yang dapat dipercaya.
Data curah hujan yang digunakan dalam analisis hidrologi ini adalah data curah hujan
yang maksimum. Hal ini bertujuan agar analisis dapat mendekati kondisi yang
sebenarnya yang ada di lapangan. Data curah hujan tersebut didapat dari stasiun-stasiun
penakar hujan maupun stasiun-stasiun pos hujan, yang dapat mewakili frekuensi curah
hujan yang jatuh dalam daerah tangkapan hujan (catchment area).
Stasiun penakar hujan harian yang dipakai untuk perhitungan analisis hidrologi
ini adalah :

45
1) Stasiun Meteorologi
2) Stasiun Geofisika
Perencanaan debit banjir rencana ini didasarkan pada besarnya curah hujan dalam
periode ulang yang direncanakan, yaitu dalam tahun pengamatan selama 10 tahun.
Karena jumlah hujan yang jatuh pada daerah tangkapan tidak selalu sama dan merata,
maka berdasarkan data curah hujan dari kedua stasiun di atas dapat diperhitungkan
menjadi curah hujan rata-rata pada suatu daerah tangkapan.

Analisa curah hujan dilakukan dengan menggunakan metode gumbel, dimana


terlebih dahulu kitaambil data curah hujan bulanan yang ada, kemudian ambil
curah hujan maximum setiap bulannyadari data tersebut, untuk sample bisa dibatasi
jumlahnya sebanyak n data :Tahapan-tahapan berikutnya adalah :

Dari hasil akhir perhitungan diperoleh suatu debit rencana dalam satuan mm/hari,
yang kemudiandebit ini bisa dibagai dalam perencanaan penyaliran.Selain itu juga
harus diperkirakan resiko hidrologi (PR) yang mungkin terjadi, dengan rumus :

44
Resiko hidrologi merupakan angka dimana kemungkinan hujan dengan debit yang
sama sebesarangka tersebut, misalnya 0,4 maka kemungkinan hujan dengan debit yang
sama atau melampauiadalah sebesar 40 %.

4.2 Analisis Imbuhan

Model Penentuan Daerah Resapan Air


Untuk menentukan daerah resapan diperlukan beberapa parameter diantaranya yaitu
jenis tanah permukaan, batuan penyusun, kemiringan lahan, dan muka air tanah.
Masing-masing patameter mempunyai pengaruh terhadap terhadap resapan air kedalam
tanah yang dibedakan dengan nilai bobot. Parameter yang mempunyai nilai bobot paling
tinggi merupakan parameter yang paling menentukan kemampuan peresapan untuk
menambah air tanh secara alamiah pada suatu cekungan air tanah. Sebagai salah satu
model pengkelasan dan pemberian skor dari tiap kelas parameter dapat dilihat pada
table berikut.

Nilai Bobot Parameter Resapan Air

a. Jenis Batuan Penyusun


Parameter jenis batuan penyusun pengkelasannya berdasarkan permeabilitas
dimana hal tersebut sangat berpengaruh oleh tekstur dan struktur dari tiap jens batuan.
Semakin besar permeabilitas dan koefisien resapan semakin besar skornya

45
Kelas dan skor kelulusan batuan

b. Curah Hujan
Dari segi daya dukung lingkungan, dengan curah hujan yang sama resapan air
akan semakin besar jika hujan terjadi dalam waktu yang panjang. Sehubungan dengan
hal tersebut dikembangkan faktor hujan infiltrasi yang di hitung menggunakan
persamaan 1 (Mardi Wibowo, 2007). Dimana :

RD = 0,01 . P .Hh
RD = Faktor hujan infiltrasi
P = Curah hujan tahunan
Hh = Jumlah hari hujan tiap tahun

Semakin tinggi dan lama curah hujan, semakin besar skornya karena pada dasarnya
semakin tinggi dan lama curah hujan semakin besar air yang dapat meresap kedalam
tanah, nilai skor hujan infiltrasi dapat dilihat pada berikut :

Kelas dan Skor Data Curah Hujan


No. Curah Hujan Faktor Hujan Skor Keterangan
(mm/th) Infiltrasi
1 < 1.500 < 2.775 1 Rendah
2 1.500 - 2.000 2.775 - 3.700 2 Sedang
3 2.000 - 2.500 3.700 - 4.625 3 Cukup
4 2.500 - 3.000 4.625 - 5.550 4 Tinggi

44
5 > 3.000 > 5.550 5 Sangat Tinggi

Sumber : Dirjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan, 1998 dalam Riris, 2007
c. Jenis tanah Permukaan
Karakteristik tanah yang harus diperharikan adalah permeabilitasdan nilai faktor
infiltrasi

Kelas dan Skor Tiap Jenis Tanah

d. Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng merupakan variable yang sangat berpengaruh terhadap proses
resapan air, semakin besar kemiringan, semakin kecil jumlah air yang meresap. Kelas
dan skor kemiringan lahan dapat di lihat pada table sebagai berikut:

Kelas dan Skor Kemiringan Lereng

e. Kedalaman Muka Air Tanah


Semakin dalam kedalaman muka air tanah bebas, maka potensi air untuk meresap
semakin besar dibandingkan dengan daerah yang muka air tanahnya relative dangkal.

45
Kelas dan Skor Kedalaman Muka Air Tanah

Untuk mementukan tingkat kesesuaian sebagai kawasan resapan air dilakukan dengan
menjumlahkan hasil perkalian antara nilai bobot dan skor pada tiap kelas parameter
dengan menggunakan persamaan 2 (Mardi Wibowo, 2007).

Nilai Total = (Kb.Kp) + (Pb.Pp) + (Sb.Sp) + (Lb.Lp) + (Mb.Mp)(2)


Keterangan :
Kb = Bobot nilai kelulusan batuan
Kp = Skor nilai kelulusan batuan
Pb = Bobot nilai curah hujan rata-rata thunan
Pp = Skor nilai curah hujan
Sb = Bobot nilai tanah penutup
Sp = Skor nilai tanah penutup
Lb = Bobot nilai kealas kemirinngan lereng
Lp = Skor nilai kemiringan lereng
Mb = Bobor nilai Muka air tanah bebas
Mp = Skor nilai muka air tanah bebas

Berdasarkan perhitungan yang diperoleh dari persamaan 2 diperoleh nilaitotal dari


setiap tempat dalam suatu cekungan. Semakin besar nilai totalnya maka semakin besar
potensi untuk meresapkan air kedalam tanah, dengan kata lain semakin sesuai sebagai
daerah redapan air. Untuk mengklasifikasikannya (membuat zona tingkat kesesuaian
sebagai daerah resapan) perlu dibuat kelas- kelas berdasarkan nilai total yang ada di
daerah penelitian.

44
Klasifikasi Kondisi Daerah Resapan Air

Fungsi daerah resapan air


Sebagai daerah yang memiliki sifat resapan air yang tinggi, daerah resapan air
berkemampuan untuk menampung debit air hujan yang turun di daerah tersebut. Daerah
resapan air secara tidak langsung juga berdampak pada pengendalian banjir untuk
daerah yang berada lebih rendah darinya karena air hujan tidak turun ke daerah yang
lebih rendah namun diserap sebagai air tanah. Air yang di serap ini kemudian akan
menjadi cadangan air di musim kering serta supply air untuk daerah yang berada di
bawahnya (Waryono, 2008).

4.3 Perancangan Sistem Penyaliran


Rencana sistem penyaliran tambang ini dititikberatkan pada metode atau teknik
penanggulangan air pada tambang terbuka.

 Analisis Perencanaan Sump

Sump berfungsi sebagai tempat penampungan air sebelum dipompa keluar tambang.
Dimensi sump tergantung dari jumlah air yang masuk serta keluar dari sump. Sump
yang dibuat disesuaikan dengan keadaan kemajuan medan kerja (front) penambangan.
Optimalisasi antara input (masukan) dan output (keluaran), maka dapat ditentukan
volume dari sump.

45
Sump ditempatkan pada elevasi terendah atau floor penambangan, jauh dari aktifitas
penggalian batubara sehingga tidak akan menggangu produksi batubara.

 Analisis Perencanaan Pompa dan Pipa

Analisis pemompaan dan pemipaan dilakukan untuk mengetahui jumlah pompa


dan pipa yang akan digunakan.

a. Head (julang) pemompaan dan pemipaan Head (julang) adalah energi


yang diperlukan untuk mengalirkan sejumlah air pada kondisi tertentu.
Semakin besar debit air yang dipompa, maka head pompa juga akan
semakin besar. Head total pompa ditentukan dari kondisi instalasi yang
akan dilayani oleh pompa tersebut.

Dimana:

h1 = Elevasi sisi isap (m)

h2 = Elevasi sisi keluar (m)

Q = Debit air limpasan (m3/detik)

V = Kecepatan aliran dalam pipa (m/detik

L = panjang pipa (m)

D = diameter pipa (m)

44
f = Koefisien kekasaran pipa

g = kecepatan gravitasi bumi (m/detik2)

k = koefisien kerugian pada belokan

V = Kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)

g = Kecepatan gravitasi bumi (m/detik2)

R = jari-jari lengkung belokan (m)

Θ = sudut belokan pipa

b. Durasi pemompaan Durasi


pemompaan maksimal yang digunakan adalah 21 jam/hari,
dengan pertimbangan akan disediakan 3 jam sebagai waktu
maintenance terhadap pompa.
c. Jumlah pompa dan pipa
Jumlah pompa disesuaikan dengan debit yang akan masuk ke
dalam sump. Jenis pompa yang digunakan adalah MF 390 dengan
menggunakan pipa polyethylene berdiameter 10 inch dengan panjang 1
unit pipa adalah 6 meter.

 Analisis Perencanaan Saluran

Analisis perencanaan dimensi saluran dilakukan dengan menggunakan rumus


manning (Persamaan 2.13). Saluran yang direncanakan adalah saluran terbuka
berbentuk trapesium, karena lebih mudah dalam pembuatannya.

45
 Analisis Perencanaan Kolam Pengendapan

Kolam pengendapan yang akan dibuat harus memiliki dimensi tertentu agar mampu
mengendapkan material sedimen dengan baik. Penentuan dimensi kolam pengendapan
digunakan persamaan 2.22 - 2.24 sebagai berikut:

Luas kolam pengendapan (A) = v/d

Panjang kolam pengendapan (P) = A/L

Lebar tiap zona (l) =P/3

Dimana :

V = Volume air (m3)

A = Luas kolam pengendapan (m2)

P = Panjang kolam pengendapan (m)

L = Lebar kolam pengendapan (m)

d = Kedalaman kolam (m)

l = lebar tiap zona (m)

44
DAFTAR PUSTAKA

Andreo, B., Vías, J.,Durán, J.J.,Jiménez, P.,López-Geta, P. A.,dan Carrasco, F. 2008.


Methodology for Groundwater Recharge Assessment in Carbonate Aquifers:
Application to Pilot Sites in Southern Spain.Hydrogeology Journal, 16.911–
925
Basri, 2009. Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Batubara. Universitas
Hasanuddin, Makassar
Gautama, RS., 1999. Sistem Penyaliran Tambang. Institut Teknologi Bandung.
Mahmud Achmad., MP, 2011. Buku Ajar Hidrologi Teknik. Universitas Hasanuddin.
Makassar
Pangestu, Adi. 2017. Penentuan Zona Resapan Air Menggunakan Analisis Sistem
Informasi Geografis Untuk Kawasan Perlindungan Sumberdaya Air Tanah
Di Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Sulawesi Tenggara
Rizal Khairul.M., 2009. Analisis Pemetaan Zonasi Resapan Air Untuk Kawasan
Perlindungan Sumberdaya Air Tanah (Groundwater) Pdam Tirtanadi
Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara. Tesis, Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan
Sosrodarsono. S. 1993. Hidrologi Untuk Pengaliran. Pradnya Paramita. Jakarta
Soemart. CD.. 1995. Hidrologi Teknik. Erlangga. Jakarta
Suwandhi, A.. 2004. Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang, Universitas Islam,
Bandung.
Suyono, dan Indun.. 2002. Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi. Universitas
pembangunan Nasional. Yogyakarta
Tarsoen, Waryono. Peranan Kawasan Resapan Dalam Pengelolaan Sumberdaya Air.
Kumpulan Makalah Periode 1987-2008.
Wibowo, Mardi., 2006. Model Penentuan Kawasan Resapan Air Untuk Perencanaan
Tata Ruang Berwawasan Lingkungan. peneliti Geologi Lingkungan Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta
Zaky. 2008. Perencanaan Drainase. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta

45

Anda mungkin juga menyukai