Oleh
S1 AKUNTANSI A/VI
Kelompok :
MARET 2018
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang sebesar besarnya kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan karunia-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang
diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Aspek Hukum Perlindungan
Konsumen dan Pelaku Usaha (Produsen)”.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman kita mengenai
materi aspek hukum dalam ekonomi khususnya Bab yang kami bahas agar nantinya kita
dapat memahami apa itu konsumen, apa saja perlindungan konsumen, apa saja hak dan
kewajiban konsumen serta apa saja aspek pelaku usaha.
Dalam menulis makalah ini kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk
menjadikan dan menyajikan materi ini agar lebih menarik,mudah dibaca,dan mudah
dimengerti. Selamat membaca dan semoga sukses.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER ..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1.Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2.Rumusan Permasalahan ................................................................................. 2
1.3.Tujuan ........................................................................................................... 2
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 4
3.1. Pengertian Konsumen ................................................................................... 4
3.2. Dasar Hukum Perlindungan Konsumen ....................................................... 4
3.3. Perlindungan Konsumen............................................................................... 6
3.4. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen ................................................... 8
3.5. Hak dan Kewajiban Konsumen .................................................................... 10
3.6. Pelaku Usaha ................................................................................................ 11
3.7. Prinsip – Prinsip Perlindungan Konsumen ................................................... 18
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 21
4.1. Kesimpulan ................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 22
iii
BAB I PENDAHULUAN
Hak konsumen yang diabaikan oleh pelaku usaha perlu dicermati secara
seksama. Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak
bermunculan berbagai macam produk barang/pelayanan jasa yang
dipasarkankepada konsumen di tanah air, baik melalui promosi, iklan, maupun
penawaran barang secara langsung.
Jika tidak berhati-hati dalam memilih produk barang/jasa yang diinginkan,
konsumen hanya akan menjadi objek eksploitas dari pelaku usaha yang tidak
bertanggung jawab. Tanpa disadari, konsumen menerima begitu saja barang/jasa
yang dikonsumsinya.
Perkembangan perekonomian, perdagangan, dan perindustrian yang kian hari
kian meningkat telah memberikan kemanjaan yang luar biasa kepada konsumen
karena ada beragam variasi produk barang dan jasa yang bias dikonsumsi.
Perkembangan globalisasi dan perdagangan besar didukung oleh teknologi
informasi dan telekomunikasi yang memberikan ruang gerak yang sangat bebas
dalam setiap transaksi perdagangan, sehingga barang/jasa yang dipasarkan bisa
dengan mudah dikonsumsi.
Permasalahan yang dihadapi konsumen tidak hanya sekedar bagaimana memilih
barang, tetapi jauh lebih kompleks dari itu yang menyangkut pada kesadaran
semua pihak, baik pengusaha, pemerintah maupun konsumen itu sendiri tentang
pentingnya perlindungan konsumen. Pengusaha menyadari bahwa mereka harus
menghargai hak-hak konsumen, memproduksi barang dan jasa yang berkualitas,
aman untuk digunakan atau dikonsumsi, mengikuti standar yang berlaku, dengan
harga yang sesuai. Pemerintah menyadari bahwa diperlukan undang-undang
serta peraturan-peraturan disegala sektor yang berkaitan dengan berpindahnya
1
barang dan jasa dari pengusaha ke konsumen. Pemerintah juga bertugas untuk
mengawasi berjalannya peraturan serta undang-undang tersebut dengan baik.
Tujuan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan perlindungan
konsumen yang direncanakan adalah untuk meningakatkan martabat dan
kesadaran konsumen, dan secara tidak langsung mendorong pelaku usaha dalam
menyelenggarakan kegiatan usahanya dengan penuh rasa tanggung jawab.
Yang perlu disadari oleh konsumen adalah mereka mempunyai hak yang
dilindungi oleh undang-undang perlindungan konsumen sehingga dapat
melakukan sasial kontrol terhadap perbuatan dan perilaku pengusaha dan
pemerintah. Dengan lahirnya undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen diharapkan upaya perlindungan konsumen di indonesia
dapat lebih diperhatikan.
1.2. Rumusan Masalah
2
5. Mengetahui apa saja yang menjadi hak dan kewajiban konsumen
6. Mengetahui apa saja yang termasuk hak dan kewajiban pelaku usaha
(produsen)
7. Memahami apa saja tanggungjawab pelaku usaha (produsen)
8. Mengetahui apa saja sanki – sanki jika pelaku usaha merugikan konsumen
9. Mengetahui apa saja prinsip – pinsip perlindungan konsumen
3
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsumen
Konsumen secara harfiah memiliki arti, orang atau perusahaan yang
membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu, atau sesuatu atau sese
orang yangmenggunakan suatu persediaan atau sejumlah barang. Dalam
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
mendefinisikan konsumen sebagai setiap orang pemakai barang dan atau jasa
yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,
orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Berdasarkan dari pengertian tersebut, yang dimaksud konsumen orang yang
berststus sebagai pemakai barang dan jasa.
B. Dasar Hukum Perlindungan Konsumen
Undang - Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal
21 ayat (1), Pasal 27 , dan Pasal 33.
Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia No. 3821
4
Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.
Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif
Penyelesian Sengketa
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan
Pengawasan dan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen
Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No.
235/DJPDN/VII/2001 Tentang Penangan pengaduan konsumen yang
ditujukan kepada Seluruh dinas Indag Prop/Kab/Kota
Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 795
/DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen
5
Barat, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta Kota Surabaya, Kota
Malang, dan Kota Makassar
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor
302/MPP/KEP/10/2001 tentang Pendaftaran Lembaga Perlindungan Konsumen
Swadaya Masyarakat.
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor
605/MPP/KEP/8/2002 tentang Pengangkatan Anggota Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen Pada Pemerintah Kota Makassar, Kota Palembang, Kota
Surabaya, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta, dan Kota Medan.
C. Perlindungan Konsumen
Berdasarkan UU no.8 Pasal 1 Butir 1 Tahun 1999, tentang perlindungan
konsumen disebutkan bahwa “Perlindungan konsumen adalah segala upaya
yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada
konsumen”. Kepastian hukum untuk melindungi hak-hak konsumen, yang
diperkuat melalui undang-undang khusus, memberikan harapan agar pelaku
usaha tidak lagi sewenang-wenang yang selalu merugikan hak
konsumen.Dengan adanya UU Perlindungan Konsumen beserta perangkat
hukum lainnya, konsumen memiliki hak dan posisi yang berimbang, dan mereka
pun bisa menggugat atau menuntut jika ternyata hak-haknya telah dirugikan atau
dilanggar oleh pelaku usaha.
Perlindungan konsumen yang dijamin oleh undang-undang ini adalah adanya
kepastian hukum terhadap segala perolehan kebutuhan konsumen, yang bermula
dari ”benih hidup dalam rahim ibu sampai dengan tempat pemakaman dan
segala kebutuhan diantara keduanya”.
6
perlindungan konsumen, sebab sampai pada terbentuknya Undang-undang
tentang Perlindungan Konsume ini telah ada beberapa undang-undang yang
materinya melindungi kepentingan konsumen, seperti:
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1961 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1961 tentang
Barang, menjadi Undang-undang;
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1966 tentang Hygiene;
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan di Daerah;
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal;
Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan;
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian;
Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan;
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan
Industri
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan;
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Agreement Establishing
The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia);
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas;
Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil;
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan;
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas Undang-
undang Hak Cipta sebagai mana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1987;
Undang-undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas Undang-
undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten;
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas Undang-
undang Nomor 19 Tahun 1989 tentang Merek;
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
Undang-undang Nomor 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran;
7
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan;
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
Perlindungan konsumen dalam hal pelaku usaha melanggar hak atas kekayaan
intelektual (HAKI) tidak diatur dalam Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen
ini karena sudah diatur dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Hak
Cipta, Undang-undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Paten, dan Undang-undang
Nomor 14 Tahun 1997 tentang Merek, yang melarang menghasilkan atau
memperdagangkan barang dan/atau jasa yang melanggar ketentuan tentang HAKI.
Demikian juga perlindungan konsumen di bidang lingkungan hidup tidak diatur
dalam Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen ini karena telah diatur dalam
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
mengenai kewajiban setiap orang untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan
hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
Di kemudian hari masih terbuka kemungkinan terbentuknya undang- undang
baru yang pada dasarnya memuat ketentuan-ketentuan yang melindungi konsumen.
Dengan demikian, Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen ini merupakan
paying yang mengintegrasikan dan memperkuat penegakan hukum di bidang
perlindungan konsumen.
D. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen
1. Asas Perlindungan Konsumen .
Berdasarkan UU Perlindungan Konsumen pasal 2, ada lima asas perlindungan
konsumen.
a. Asas manfaat
Maksud asas ini adalah untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam
penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-
besarnya bagi kepentingankonsumen dan pelau usaha secara keseluruhan.
b. Asas keadilan
Asas ini dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat bias diwujudkan secara
maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha
untuk memperoleh haknyadan melaksanakan kewajibannya secara adil.
c. Asas keseimbangan
8
Asas ini dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan
konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti material maupun spiritual.
d. Asas keamanan dan keselamatan konsumen.
Asas ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan
keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan
barang/jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
e. Asas kepastian hukum
Asas ini dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati
hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan
konsumen, serta Negara menjamin kepastian hukum.
2. Tujuan Perlindungan Konsumen
Dalam UU Perlindungan Konsumen Pasal 3, disebutkan bahwa tujuan
perlindungan konsumen adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen
untuk melindungi diri.
b. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.
c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, dan menuntut
hak- haknya sebagai konsumen.
d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi.
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha.
f. Meningkatkan kualitas barang/jasa yang menjamin kelangsungan usaha
produksi barang dan jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan konsumen.
9
E. Hak dan Kewajiban Konsumen
1. Hak Konsumen
Berdasarkan UU Perlindungan konsumen pasal 4, hak-hak konsumen
sebagai berikut :
Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi
barang/jasa.
Hak untuk memilih dan mendapatkan barang/jasa sesuai dengan nilai
tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan .
Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang/jasa.
Hak untuk didengar pendapat keluhannya atas barang/jasa yang
digunakan.
Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut.
Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.
Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskrimainatif.
Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, atau penggantian, jika
barang/jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya.
Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.
Disamping hak-hak dalam pasal 4 juga terdapat hak-hak konsumen yang dirumuskan
dalam pasal 7, yang mengatur tentang kewajiban pelaku usaha. Kewajiban dan hak
merupakan antinomi dalam hukum, sehingga kewajiban pelaku usaha merupakan hak
konsumen. selain hak-hak yang disebutkan tersebut ada juga hak untuk dilindungi dari
akibat negatif persaingan curang. Hal ini dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa
kegiatan bisnis yang dilakukan oleh pengusaha sering dilakukan secara tidak jujur yang
dalam hukum dikenal dengan terminologi ” persaingan curang”.
Di Indonesia persaingan curang ini diatur dalam UU No. 5 tahun 1999 tentang larangan
praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, juga dalam pasal 382 bis KUHP.
10
Dengan demikian jelaslah bahwa konsumen dilindungi oleh hukum, hal ini terbukti
telah diaturnya hak-hak konsumenyang merupakan kewajiban pelaku usaha dalam UU
No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, termasuk didalamnya juga diatur
tentang segala sesuatu yang berkaitan apabila hak konsumen, misalnya siapa yang
melindungi konsumen (bab VII), bagaimana konsumen memperjuangkan hak-haknya
(bab IX, X, dan XI).
2. Kewajiban Konsumen
11
c. Hak untuk melakukan pembelaan diri di dalam penyelesaian hukum
sengketa.
d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hokum bahwa
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang atau jasa yang
diperdagangkan.
Pelaku usaha adalah orang yang berhubungan langsung dengan konsumen, maka dari itu
pemerintah mengatur tentang perbuatan-perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha
dalam UU perlindungan konsumen. Berikut ini adalah perbuatan-perbuatan yang
dilarang bagi pelaku usaha.
12
Pasal 8
Pelaku usaha dilarang memproduksi atau memperdagangkan barang atau jasa yang :
Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan
ketentuan peraturan peruundang-undangan.
Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam
hitungan sebagaiman yang dinyatakan dalam label atau etiket barang
tersebut.
Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah dalam hitungan
menurut ukuran yang sebenarnya.
Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran
sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan bbarang atau
jasa tersebut.
Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya,
mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau
keterangan barang atau jasa tersebut.
Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan,
iklan atau promosi penjualan barang atauu jasa tersebut.
Tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa atau jangka waktu penggunaan atau
pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu.
Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana mestinya
pernyataan “halal” yang dicantumkan dalam label.
Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama
barang, ukuran, berat atau isi bersih(netto), komposisi, aturan pakai, tanggal
pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta
keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang
atau dibuat.
Tidak mencantumkan informasi atau petunjuk penggunaan barang dalam
bahasa Indonesia sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
13
Pasal 9
Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan satu barang atau
jasa secara tidak benar, dan atau seolah olah :
Barang tersebuut telah memenuhi dan memiliki potongan harga, harga
khusus, standar mutu tertentu, gaya atau mode tertentu, karakteristik
tertentu, sejarah atau guna tertentu.
Barang tersebut dalam keadaan baik atau baru.
Barang atau jasa tersebut telah mendapatkan atau memiliki sponsor,
persetujuan, perlengkapan tertentu, keuntungan tertentu, cirri-ciri kerja
atau aksesori tertentu.
Barang atau jasa tersebut dibuat oleh perusahaan yang mempunyai
sponsor, persetujuan, afiliasi.
Barang atau jasa tersebut tersedia.
Barang tersebut tidak mengandung cacat tersembunyi.
Barang tersebut merupakan kelengkapan dari barang tertentu.
Barang tersebut berasal dari daerah tertentu.
Secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang atau jasa lain.
Menggunakan kata-kata yang berlebihan, seperti aman, tidak berbahaya,
tidak mengandung resiko atau efek sampingan tanpa keterangan yang
lengkap.
Menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang belum pasti.
Barang atau jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang untuk
diperdagangkan
Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadapa ayat (1) dilarang
melanjutkan penawaran, promosi, dan pengiklanan barang atau jasa
tersebut.
Pasal 10
Pelaku usaha dalam menawarkan barang atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan
dilarang menawarkan, mempromoosikan, mengiklankan atau membuat pernyataan yang
tidak benar atau menyesatkan menggenai :
14
Penggunaan suatu barang atau jasa.
Kondisi, tanggunagn, jaminan, hak atau ganti rugi atas suatu barang atau
jasa.
Tawaran potongan harga atau hadiah menarik yang ditawarkan.
Bahaya penggunaan barang atau jasa.
Pasal 11
Pelaku usaha dalam hal penjualan yang dilakukan melalui cara obral atau lelang,
dilarang mengelabui atau menyesatkan konsumen dengan :
Pasal 12
Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan suatu barang
atau jasa dengan harga atau tarif khusus dalam waktu dan jumlah tertentu, jika pelaku
usaha tersebut tidak bermaksud untuk melaksanakannya sesuai dengan waktu dan
jumlah yang ditawarkan, dipromosikan, atau diiklankan.
Pasal 13
15
Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan
obat, obat tradisional, suplemen makanan, alat kesehatan, dan jasa
pelayanan kesehatan dengan menjanjikan pemberian hadiah berupa
barang atau jasa lain.
Pasal 14
Pelaku usaha dalam menawarkan barang atau jasa yang ditujuka untuk diperdagangkan
memberikan hadiah melalui cara undian, dilarang untuk :
Pasal 15
Pelaku usaha dalam menawarkan barang atau jasa dilarang melakukan dengan cara
pemakdaan cara lain yang dapat menimbulkan gangguan baik fisik maupun psikis
terhadap konsumen.
Pasal 16
Pelaku usaha dalam menawarkan barang atau jasa melalui pesanan dilarang untuk :
Pasal 17
Pelaku periklanan dilarang memproduksi iklan yang :
Mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan
dan harga barang atau tarif jasa serta ketepatan waktu penerimaan barang
atau jasa.
Mengelabui jaminan atau garansi terhadap barang atau jasa.
Memuat informasi yang keliru,salah,atau tidak tepat mengenai barang
atau jasa.
16
Tidak memuat informasi mengenai resiko pemakaian barang atau jasa.
Mengeksploitasi kejadian atau seseorang tanpa izin yang berwenang atau
persetujuan yang bersangkutan.
Melanggar etika atau ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
periklanan.
Pelaku usaha periklanan dilarang melanjutkan peredaran iklan yang telah
melanggar ketentuan pada ayat (1).
3. Tanggung Jawab Pelaku Usaha
Pasal 19
a. Pengembalian uang
b. Penggantian uang
17
c. Perawatan kesehatan
d. Pemberian santunan ganti rugi diberikan dalam tenggang waktu 7 hari
setelah tanggal transaksi
e. Sanksi administrasi ganti rugi dalam bentuk :
Tanggung jawab berdasrkan kelalaian adalah suatu prinsip tanggung jawab yang
bersifat subjektif, yaitu suatu tanggung jawabysng ditentuksn oleh perilaku produsen.
Sifat subjektifitas muncul pada kategori bahwa seseorang yang bersikap hati-hati
mencegah timbulnya kerugian pada konsumen. Berdasarkan teori tersebut, kelalaian
produsen yang berakibat pada munculnya kerugian konsumen merupakan faktor
penentu adanya hak konsumen untuk mengajukan tuntutan kerugian kepada produsen.
Di samping faktor kesalahan dan kelalaian produsen, tuntutan ganti kerugian
berdasarkan kelalaian produsen diajukan dengan bukti-bukti, yaitu :
18
Pihak tergugat merupakan produsen yang benar-benar mempunyai
kewajiban untuk melakukan tindakan yang dapat menghindari terjadinya
kerugian konsumen.
Produsen tidak melaksanakan kewajiban untuk menjamin kualitas
produknya sesuai dengan standar yang aman untuk di konsumsi atau
digunakan.
Konsumen penderita kerugian.
Kelalaian produsen merupakan faktor yang mengakibatkan adanya kerugian pada
konsumen (hubungan sebab akibat antara kelalaian dan kerugian konsumen).Dalam
prinsip tanggung jawab berdasarkan kelalaian juga mengalami perkembangan dengan
tingkat responsibilitas yang berbeda terhadap kepentingan konsumen, yaitu:
a. Tanggung Jawab atas Kelalaian dengan Persyaratan Hubungan Kontrak
b. Kelalaian Dengan Beberapa Pengecualian Terhadap Persyaratan Hubungan
Kontrak
c. Kelalaian Tanpa Persyaratan Hubungan Kontrak
d. Prinsip Paduga Lalai dan Prinsip Bertanggung Jawab dengan Pembuktian
Terbaik.
2. Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan Wanprestasi
19
Pembatasan waktu gugatan.
Persyaratan pemberitahuan.
Kemungkinan adanya bantahan.
Persyaratan hubungan kontrak, baik hubungaan kontrak secara horizontal
maupun vertikal.
Asas tanggung jawab ini dikenal dengan nama product liability. Menurut prinsip ini,
produsen wajib bertanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen atas
penggunaan produk yang beredar dipasaran. Tanggung jawab mutlak strict liability,
yakni unsur kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh pihak penggugat sebagai dasar ganti
kerugian, ketentuan ini merupakan lex specialis dalam gugatan tentang melanggar
hukum pada umumnya. Penggugat (konsumen) hanya perlu membuktikan adanya
hubungan klausalitas antara perbuatan produsen dan kerugian yang dideritanya. Dengan
diterapkannya prinsip tanggung jawab ini, maka setiap konsumen yang merasa
dirugikan akibat produk barang yang cacat atau tidak aman dapat menuntut konpensasi
tanpa harus mempermasalahkan ada atau tidanya unsur kesalahan di pihak produsen.
Alasan-alasan mengapa prinsip tanggung jawab mutlak diterapkan dalam hukum
tentang Product liability adalah :
Diantara korban / konsumen di satu pihak ada produsen di lain pihak, beban
kerugian seharusnya ditanggung oleh pihak yang memproduksi.
Dengan menempatkan / mengedarkan barang-barang dipasaran, berarti
produsen menjamin bahwa barang-barang tersebut aman dan pantas untuk
digunakan, bilamana terbukti tidak demikian dia harus bertanggung jawab.
20
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan
Kesadaran konsumen bahwa mereka memiliki hak,kewajiban serta
perlindungan hukum atas mereka harus diberdayakan dengan meningkatkan
kualitas pendidikan yang layak atas mereka, mengingat faktor utama perlakuan
yang semena-mena oleh produsen kepada konsumen adalah kurangnya
kesadaran serta pengetahuan konsumen akan hak-hak serta kewajiban mereka.
Pemerintah sebagai perancang,pelaksana serta pengawas atas jalannya
hukum dan UU tentang perlindungan konsumen harus benar-benar
memperhatikan fenomena-fenomena yang terjadi pada kegiatan produksi dan
konsumsi dewasa ini agar tujuan para produsen untuk mencari laba berjalan
dengan lancar tanpa ada pihak yang dirugikan, demikian juga dengan konsumen
yang memiliki tujuan untuk memaksimalkan kepuasan jangan sampai mereka
dirugikan karena kesalahan yang diaibatkan dari proses produksi yang tidak
sesuai dengan setandar berproduksi yang sudah tertera dalam hukum dan UU
yang telah dibuat oleh pemerintah.
Kesadaran produsen akan hak-hak konsumen juga sangat dibutuhkan
agar tercipta harmonisasi tujuan antara produsen yang ingin memperoleh laba
tanpa membahayakan konsumen yang ingin memiliki kepuasan maksimum.
21
Daftar Pustaka
http://lailyazharul.blogspot.com/2010/03/pengertian-konsumen.html
http://www.tunardy.com/asas-dan-tujuan-hukum-perlindungan-konsumen/
http://www.asiatour.com/lawarchives/indonesia/konsumen/asiamaya-uu-perlindungan-
konsumen-bab3-bagian1.htm
http://www.asiatour.com/lawarchives/indonesia/konsumen/asiamaya-uu-perlindungan-
konsumen-bab3-bagian2.htm
http://www.asiatour.com/lawarchives/indonesia/konsumen/asiamaya-uu-perlindungan-
konsumen-bab4-bagian1.htm
http://hukumpedia.com/index.php?title=klausula baku
http://www.scribd.com/doc/59320017/tanggung-jawab-pelaku-konsumen
http://www.scribd.com/doc/59320017/makalah-perlindungan-konsumen
http://rumah-akuntansi.blogspot.co.id/2014/03/makalah-aspek-hukuk-perlindungan.html
22