Anda di halaman 1dari 6

Judul Acara Membaca dan Menggambar Peta

Nama Raditya Pradana Nilai Total Laporan


:
NIM 18/429689/GE/08874
Kelompok Praktikum Selasa, jam 11.00-13.00
Asisten 1. Adriati Annisa Utami
2. Resta Cahyani Putri
Komponen Penilaian Laporan dikumpulkan pada hari Senin
A : Pretest A: Tanggal : 10 Oktober 2018 Jam : 15.00
B : Kegiatan Praktikum B: Praktikan Asisten

C : Laporan Praktikum C:

D : Tugas D:

TUJUAN
1. Membaca peta dan menyajikannya dalam bentuk deskripsi.
2. Dapat membandingkan penggambaran peta secara manual dan digital.
3. Mengetahui klasifikasi peta dan mengidentifikasinya.

MEDIA PEMBELAJARAN
1. Peta Amsterdam,
2. Peta RBI dan Peta Topografi,
3. Kertas Kalkir,
4. Alat tulis (pensil, drawing pen, spidol, dll),
5. Laptop atau komputer,
6. Perangkat lunak QuantumGIS,
4. Peta dalam format digital.
Nilai
LANGKAH KERJA

Bagian I : Membaca Peta Bagian II : Penggambaran Bagian III : Klasifikasi Peta

Peta Peta
Peta acuan, kertas Peta dari Berbagai
Cetak Digital
kalkir, dan alat tulis Jenis

Melakukan Klasifikasi Peta


Membaca Peta
penggambaran/
penyalinan peta

Tabel klasifikasi
Pembacaan Hasil klasifikasi
Peta
Menambahkan
kelengkapan
peta

Input

Salinan Guide
Map Proses

Output

Nilai

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PRAKTIKUM
1. Deskripsi pembacaan peta cetak
2. Deskripsi pembacaan peta digital
3. Peta salinan guide map
4. Deskripsi “Penggambaran” pada peta digital
5. Tabel klasifikasi peta

PEMBAHASAN
Kartografi adalah seni, ilmu pengetahuan, dan teknologi tentang pembuatan peta termasuk
kajiannya sebagai suatu dokumen ilmiah dan hasil karya seni (Susilo, 2018). Peta adalah suatu media
komunikasi grafis yang berarti informasi yang diberikan dalam peta berupa suatu gambar atau simbol
(Wibowo, Khakim, dan Kartika, 2017). Hal tersebut berarti informasi yang disampaikan pembuat peta
harus mudah dipahami oleh pembaca peta. Dalam membaca peta langkah yang paling penting adalah
mengetahui judul peta. Kemudian diikuti dengan pemahaman terhadap komponen-komponen peta
seperti skala peta. Perlu juga memahami orientasi peta yaitu petunjuk arah mata angin serta memahami
legenda peta, yaitu simbol-simbol pada peta yang mewakili objek-objek tertentu di dunia nyata.
Peta yang digunakan dalam praktikum ini adalah peta Amsterdam. Dalam peta ini dapat dipahami
karena terdapat beberapa legenda dan keterangan yang telah tersajikan. Terdapat juga skala peta yaitu
1:15000. Simbol peta yang disajikan pun lengkap yaitu terdiri dari titik, garis, dan area. Simbol yang
digambarkan merupakan simbol abstrak/geometrik. Kenampakan area yang tersaji ditandai dengan tiga
warna yaitu hitam, abu-abu, dan putih. Namun, dalam peta cetak ini masih terdapat kekurangan karena
belum terdapat petunjuk arah mata angin.
Peta digital merupakan hasil konversi data dan informasi primer dan sekunder dalam bentuk raster
dan analog menjadi data digital (Nugroho dan Susilo, 2010). Cara membaca peta digital memiliki
perbedaan dengan peta cetak. Perbedaan yang paling mendasar adalah pada medianya yaitu cetak dan
virtual. Sesuai dengan gambar 1.2, pembacaan peta digital dilakukan dengan cara membandingkan peta
OSM Carto, Google Map, Thunderforest Transport, dan OpenCycleMap di situs
https://tools.geofabrik.de/mc. Pada peta OSM Carto dapat dilihat bahwa peta tersebut lebih detail.
Terlihat dari pemberian warna pada jalan yang berbeda, bentuk-bentuk bagunan yang ditonjolkan, serta
adanya jalur kereta. Peta Google Map menampilkan beberapa jalan dan objek/tempat yang populer di
sekitar tempat yang dipilih dikarenakan Google Map lebih menekankan pada perencanaan rute untuk
bepergian. Pada peta Thunderforest Transportation dan OpenCycleMap juga menampilkan beberapa
jalan, tetapi kedua peta tersebut menekankan kepada jalur-jalur transportasi. Thunderforest
Transportation menitikberatkan pada jalur transportasi jalan raya sedangkan OpenCycleMap
menitikberatkan pada jalur-jalur untuk para pengendara sepeda.
Penggambaran peta dapat dilakukan dengan cara digital maupun manual. Penggambaran secara
manual dapat dilakukan dengan menyalin sebuah peta dengan menggunakan kertas kalkir sebagai media.
Guide map yang digunakan pada praktikum kali ini adalah peta Maastricht. Peta Maastricht yang
digunakan mempunyai skala 1:15000. Berdasarkan hasil salinan peta guide map (Lampiran 1), didapatkan
bahwa dalam proses penyalinan praktikan tidak hanya menyalin bentuk kenampakan daerah Maastricht
saja tetapi juga melakukan penyalinan pada keterangan atau legenda peta. Untuk menyalin guide map
praktikan haruslah sangat teliti, sebagai contoh dalam hal penyalinan area yang disajikan. Praktikan harus
teliti dikarenakan kenampakan area dibagi menjadi tiga warna yaitu yaitu hitam, abu-abu, dan putih,
sehingga kesalahan dalam pengisian warna dapat terjadi. Penggunaan drawing pen juga harus
diperhitungkan. Untuk menyalin sebuah garis atau titik sebaiknya praktikan menggunakan drawing pen
0.1, tetapi untuk menyalin sebuah area sebaiknya praktikan menggunakan drawing pen 0.5.
Dalam penggambaran peta digital tentu dibutuhkan aplikasi seperti ArcMap. Peta digital lebih
awet karena tidak akan mudah rusak akibat sobek atau terlipat layaknya peta cetak. Selain itu peta digital
lebih mudah dalam memperbaharui data daripada peta cetak. Untuk memulai “penggambaran” peta pada
ArcMap terlebih dahulu harus memiliki data yang dapat diperoleh dari survei, atau peta referensi. Setelah
memasukkan data, praktikan dapat menentukan bagian dari peta yang akan digambar, misal sungai dan
jalan raya. Terakhir, mengimput data atribut dan membuat legenda.
Menurut fungsi peta, peta dibagi menjadi empat yaitu peta topografi, peta pematik, peta navigasi,
dan peta persuasif. Pada tabel klasifikasi hasil identifikasi peta (Lampiran 2) ditampilkan empat peta yang
berbeda-beda. Praktikan menampilkan dua peta tematik, dan dua peta topografi. Peta-peta tematik
tersebut berjudul Peta Percepatan Puncak di Batuan Dasar (SB ) untuk Probabilitas Terlampaui 1% dalam
100 Tahun serta Peta Bahaya Gempabumi Zona Patahan Sumatera, Provinsi Sumatera Barat. Kedua peta
tersebut sama-sama menyajikan sumber gempa bumi di wilayahnya masing-masing. Sementara untuk
peta topografi, peta-peta tersebut termasuk dalam peta Rupa Bumi Indonesia. Yang pertama merupakan
peta RBI di Kabupaten Bantul dan yang kedua merupakan peta RBI di Kabupaten Pandeglang. Kedua peta
ini dibuat oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional atau sekarang dikenal sebagai Badan
Informasi Geospasial. Sebagaimana layaknya peta RBI, peta RBI Kabupaten Bantul dan Kabupaten
Pandeglang sama-sama menyajikan kenampakan wilayahnya masing-masing.

Tabel 1.1 Klasifikasi Peta

No. Judul Peta Klasifikasi Skala Peta Isi Peta Pembuat Tahun Keterangan
Peta Pembuatan Tambahan
1. Peta Topografi - Informasi Pemerintah 2010
Administrasi dasar Kabupaten
Kabupaten mengenai Sidoarjo
Sidoarjo jalan, batas
wilayah,
ibukota, dan
bentang alam
2. Peta Tematik 1:13.000.000 Informasi Yusuf Amri 2015
Kepadatan kepadatan
Penduduk di penduduk
Indonesia 2013 Indonesia
dalam bagan
warna.
3. Peta Jaringan Navigasi - Rute bis PT. 2016
Transjakarta Transjakarta Transportasi
Jakarta

4. Peta RBI Persuasif 1: 20.000 Informasi Pemerintah 2016


Yogyakarta dasar Provinsi D. I.
Yogyakarta

Tabel 1.1 Klasifikasi Peta

Dalam tabel 1.1, ditampilkan beberapa jenis peta menurut fungsinya, yakni peta topografi, peta tematik,
peta navigasi dan peta persuasi. Peta topografi adalah peta yang menyajikan informasi dasar pada suatu
daerah, dimana dalam penyajiannya tidak menitikberatkan fitur tertentu. Dalam tabel, contoh yang
diambil adalah Peta Administrasi Kabupaten Sidoarjo. Peta tematik adalah peta yang fokus menyajikan
informasi tertentu yang diinginkan oleh pembuat peta, dalam tabel ini adalah Peta Kepadatan Penduduk
Indonesia tahun 2013. Peta Navigasi adalah peta yang khusus dibuat untuk keperluan navigasi, baik di
darat, perairan, maupun udara. Contoh yang ada pada tabel adalah Peta Jaringan Transjakarta, yang
menampilkan rute Transjakarta yang terbagi dalam beberapa jalur. Peta persuasif adalah peta yang
digunakan untuk tujuan persuasi, sehingga maksud dari pembuat peta dapat tersampaikan kepada
pembaca peta.
Nilai

KESIMPULAN
1. Sebagai geograf, kemampuan dalam membaca peta dan menyajikannya dalam bentuk
deskripsi sangat penting dalam ilmu geografi terutama untuk menganalisis data
spasial. Membaca peta menjadi kemampuan wajib bagi georaf agar dapat
mengaplikasikannya dalam cabang ilmu lain.
2. Penggambaran peta secara digital lebih mudah dan cepat dibandingkan menggambar
peta secara konvensional/cetak. Namun biaya yang diperlukan juga lebih tinggi.
3. Peta dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsi, skala, informasi utama, dan media.
Tujuan utama dari klasifikasi peta adalah mempermudah pengguna peta dalam
membaca dan memperoleh informasi suatu peta tersebut.
Nilai
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2015. Pengertian Kartografi. Tersedia di
http:/www.pengertianilmu.com/2015/07/pengertian-kartografi.html [Diakses pada
7/9/18]
Khakhim, Nurul, Wibowo, Wahyu, Sari, Chandra. 2017. Petunjuk Praktikum Kartografi.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Nugroho, Ari, dan Budi Susilo, Yarianto Sugeng. 2010. Pembuatan Peta Digital Topografi
Pulau Panjang, Banten, menggunakan ArcGIS 9.2 dan SURFER 8. Jurnal
Pengembangan Energi Nuklir. Vol. 12. No. 1. Hh. 38-42.
Susilo, Bowo. 2018. Power Point Kartografi Dasar. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Nilai

TUGAS

Gambar di atas sama-sama menunjukkan rute jalan alternatif. Menurut saudara apa hal yang
menyebabkan keduanya memiliki tampilan yang berbeda? Sumber: Krygier dan Wood(2011)

Perbedaan tampilan yang dapat diterima dari dua gambar di atas adalah berkurangnya tinggi, atau
menghilangnya bangunan dari suatu tempat dalam beberapa waktu. Hal ini disebabkan oleh adanya
peristiwa banjir yang berlangsung dalam kurun waktu 100 tahun di tempat yang sama sehingga
menyebabkan perubahan bentang lahan. Gambar ini menjelaskan mengenai sejarah bentang lahan
bekas dataran banjir yang telah terjadi selama 100 tahun.
Nilai

Anda mungkin juga menyukai