Anda di halaman 1dari 22

METODOLOGI PENELITIAN

Efektivitas Kemitraan PT. PLN (Persero) Ranting Maros dengan KUD sebagai

Payment Point dalam Penagihan Rekening Listrik

DISUSUN OLEH :

1. Arpin Ependi 15010047

FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS MUHHAMADIYAH LAMPUNG

2019

1
A. Latar Belakang

Setiap perusahaan, baik perusahaan kecil maupun besar memiliki keinginan

untuk melakukan kemajuan di dalam menjalankan usahanya, baik itu dari segi

kemudahan maupun tingkat pencapaian hasil. Perkembangan dan perluasan yang

dilakukan oleh perusahaan harus didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai

agar semua perencanaan yang dilakukan dapat terlaksana dengan baik dan

mendapatkan hasil yang memuaskan. Hal ini menuntut perusahaan mencari alternatif-

alternatif jitu untuk mendukung apa yang dicita-citakan, seperti dibutuhkannya solusi,

inovasi dan strategi apa yang harus diambil oleh pimpinan manajemen (Top

Management).

Seperti kita ketahui bersama bahwa PLN adalah singkatan dari Perusahaan

Listrik Negara. PLN adalah sebuah BUMN yang mengurusi semua aspek kelistrikan

yang ada di Indonesia terutama dalam masalah pelayanan yang setiap cabang

membawahi daerah tertentu sebagai wilayah kerja. Dengan adanya wilayah kerja

yang luas menuntut bahwa semua lini kegiatan jasa maupun barang harus tetap

bermuara kepada kepuasan pelanggan atau dengan kata lain masyarakat.

Salah satu kebutuhan masyarakat yang pokok adalah listrik, karena

merupakan tenaga pendukung dalam menjalankan aktivitasnya. Tampa adanya listrik

maka aktivitas manusia akan terhenti karena hampir semua sarana dan prasaran yang

digunakan manusia dalam melakukan pemenuhan kebutuhan dan melaksanakan

rutinitas sehari-hari memakai listrik.

1
Listrik merupakan alat vital bagi masyarakat, yang dikelola oleh Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) yang dikuasakan kepada PT. Perusahaan Listrik Negara

(Persero). Oleh Karena itu, pemerintah melalui bidang jasa PT. PLN (Persero)

berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat penyediaan, penyaluran, dan pelayanan

listrik yang baik bagi pelanggan.

Kebutuhan pelanggan tidak hanya meliputi aspek produk saja, tetapi juga

aspek layanannya. Dengan berubahnya nilai kebutuhan pelanggan, perlu adanya

perubahan sikap dan perilaku dari perusahaan tentang konsepsi pelayanan antara lain

dengan memberikan kemudahan kepada para pelanggan contohnya yaitu dalam

masalah penagihan rekening listrik. Salah satu cara yang dilakukan oleh PT. PLN

dalam meningkatkan pelayanannya kepada pelanggan terutama dalam masalah

penagihan rekening listrik yaitu dengan melakukan kerjasama dengan BANK, LKMD

dan KUD yang ada, sehingga pelanggan dalam melakukan pembayaran rekening

listrik lebih mudah dan efisien.

Dengan adanya hubungan kerjasama yang dilakukan oleh PT. PLN dengan

KUD sebagai Payment Point maka penulis tertarik meneliti mengenai hubungan

kerjasama tersebut dengan judul “Efektivitas Kemitraan PT. PLN (Persero) Ranting

Maros dengan KUD sebagai Payment Point dalam Penagihan Rekening Listrik”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka yang menjadi pokok

permasalahan dalam proposal penelitian ini sebagai berikut “Apakah efektif

1
kerjasama yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) Ranting Maros dengan KUD

sebagai Payment Point dalam penagihan rekening listrik”?.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas kemitraan

antara PT PLN (Persero) Ranting Maros dengan KUD sebagai Payment Point

dalam penagihan rekening listrik.

2. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitan ini adalah :

a. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak PT. PLN maupun KUD dalam

mengembangkan hubungan kemitraan untuk kemajuan perusahaan.

b. Menambah dan memperperluas wawasan ilmu pengetahuan khususnya

mengenai kemitraan dalam panagihan rekening listrik antara PT. PLN

(Persero) Ranting Maros dengan KUD.

c. Dapat menjadi salah satu literatur untuk argumen di bidang yang sama bagi

peneliti selanjutnya, media pustaka dan pembanding bagi yang

berkepentingan.

F. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pikir

1. Tinjauan pustaka

a. Pengertian efektivitas

1
Untuk lebih memudahkan pemahaman dalam penelitian ini, maka penulis

mencoba mendefinisikan beberapa pengertian yang menjadi hal utama penelitian

yang diambil dari beberapa sumber.

Pengertian efektivitas yang dari kata dasarnya efektif, dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (2001 : 92) menyatakan bahwa : “Efektif itu adalah

dapat membawa hasil; berhasil guna”.

Untuk lebih memahami pengertian dari efektivitas, berikut ini akan

diuraikan tentang pengertian efektivitas menurut Arens, dkk (203;738), adalah

“Effectiveness refers to the accomplishment of objectives, where as efficiency

refers to resources used to the achieve objectives” Efektivitas dapat diartikan

sebagai suatu tingkat dimana tujuan dari perusahaan atau organisasi dapat

tercapai.

Sedangkan oleh Gouzali Saydam (1997 : 95) dalam Kamus Istilah

Kepegawaian mendefenisikan efektivitas itu sebagai berikut : “Suatu kondisi

yang menggambarkan tercapainya suatu sasaran yang telah ditetapkan dengan

pengorbanan sumberdaya yang seminimal munkin. Misalnya suatu hubungan

kerjasama dikatakan efektif apabila hasil yang dicapai sesuai target atau

mendatangkan profit (keuntungan).

Dari beberapa penjelasan di atas mengenai penjelasan tentang efektivitas

maka penulis dapat menyimpulkan bahwa efektivitas merupakan suatu keadaan

dimana tercapainya suatu tujuan yang diharapkan dalam hal ini berhasil guna.

Perlu ditambahkan bahwa perbedaannya dengan efisiensi lebih berorientasi pada

1
ketetapan cara atau berkaitan dengan waktu, biaya, tenaga dan pengeluaran yang

minimal.

b. Pengertian dan Tujuan Kemitraan

Dalam sejarah perkembangan manusia tidak terdapat seorangpun yang

bisa hidup sendiri, terpisah dari kelompok lainnya kecuali dalam keadaan

terpaksa dan itupun hanya untuk sementara waktu. Aristoteles, seorang ahli pikir

Yunani Kuno menyatakan dalam ajarannya, bahwa manusia itu adalah Zoon

Politikon, artinya bahwa manusia itu sebagai mahluk pada dasarnya selalu ingin

bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya, jadi mahluk yang suka

bermasyarakat sehingga manusia disebut mahluk sosial. Tiap manusia

mempunyai keperluan sendiri-sendiri dan seringkali keperluan itu searah serta

sepadan satu sama lain, sehingga dengan kerjasama tujuan manusia untuk

memenuhi keperluan itu akan lebih mudah dan lekas tercapai.

Hal tersebut di atas tidak menutup kemungkinan juga terjadi pada

perusahaan apabila mempunyai tujuan yang sama dan searah. Bentuk kerjasama

dari perusahaan tersebut disebut Kemitraan yang dijelaskan dalam Ketentuan

Umum Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 terutama dalam Pasal 1

Menyatakan bahwa :

“Kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah

dan atau dengan Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha

1
Menengah dan atau Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling

memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan”.

Terdapat adanya perbedaan pendapat dari para sarjana mengenai

pengertian kemitraan diantaranya adalah :

1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia :

Arti kata mitra adalah teman, kawan kerja, pasangan kerja, rekan. Kemitraan

artinya : perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra.

2. Muhammad Jafar Afsah :

Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan dua pihak atau lebih

dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan

prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan.

3. Ian Linton :

Kemitraan adalah sebuah cara melakukan bisnis di mana pemasok dan

pelanggan berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama.

Dalam Peraturan Pemerintah tengtang Kemitraan dijelaskan pada BAB I

Pasal I Ketentuan Umum bahwa Kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha

Kecil dengan Usaha Menengah dan atau dengan Usaha Besar disertai pembinaan

dan pengembangan oleh Usaha Menengah dan atau Usaha Besar dengan

memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling

menguntungkan (UKM03PP_1997_44_KEMITRAAN.pdf). Dalam Peraturan

1
Pemerintah tersebut sangat jelas bahwa tujuan dari kemitraan adalah untuk

saling menguntungkan ke dua belah pihak.

Kemitraan Usaha Kecil (termasuk Usaha Mikro di dalamnya) dengan

Usaha Menengah dan Besar diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 9/1995 tentang Usaha Kecil. Menurut UU tersebut, bahwa dalam

pembangunan nasional, usaha kecil sebagai bagian integral dunia usaha yang

merupakan kegiatan ekonomi rakyat mempunyai kedudukan, potensi, dan, peran

yang strategis untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang makin

seimbang berdasarkan demokrasi ekonomi. Untuk itu, maka usaha kecil perlu

lebih diberdayakan dalam memanfaatkan peluang usaha dan menjawab tantangan

perkembangan ekonomi di masa yang akan datang. Pemberdayaan itu

dimaksudkan agar usaha kecil mampu menumbuhkan dan memperkuat dirinya

menjadi usaha yang tangguh dan Mandiri. Salah satu upaya yang dilakukan

untuk pemberdayaan itu adalah melalui kemitraan.

Defenisi kemitraan menurut UU Usaha Kecil No. 9/1995 adalah kerjasama

usaha antara antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau dengan Usaha

Besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha Menengah atau Usaha

Besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat,

dan saling menguntungkan. Dalam UU tersebut disebutkan bahwa kedudukan

hukum pihak-pihak yang melakukan kemitraan adalah setara (pasal 26 ayat 4),

dan dapat dilaksanakan dengan pola inti-plasma, subkontrak, dagang umum,

waralaba, keagenan, dan bentuk-bentuk lain.

1
Demikian pula pada lingkungan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) juga

diatur kemitraan dengan pelaku usaha kecil dalam rangka mendorong kegiatan

dan pertumbuhan ekonomi kerakyatan serta terciptanya pemerataan

pembangunan melalui perluasa lapangan kerja, kesempatan berusaha, dan

pemberdayaan masyarakat. Peraturan kemitraan tersebut diatur dalam Keputusan

Menteri Negara BUMN No. Kep-236/BMU/2003 tanggal 17 Juni 2003 tentang

program kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan program bina lingkungan

(http://asia.groups.yahoo.com/group/ekonomi-islami/).

Dengan demikian, pelaku usaha menengah dan besar, baik swasta maupun

BUMN, menurut perundangan yang berlaku mempunyai kewajiban untuk

membina dan mengembangkan pelaku usaha kecil (termasuk mikro di dalamnya)

melalui lembaga kemitraan yang saling memperkuat dan menguntungkan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka untuk menghasilkan tingkat

efisiensi dan produktivitas yang optimal diperlukan sinergi antara pihak yang

memiliki modal kuat, teknologi maju, manajemen modern dengan pihak yang

memiliki bahan baku tenaga kerja dan lahan. Sinergi ini dikenal dengan

kemitraan. Kemitraan yang dihasilkan merupakan suatu proses yang dibutuhkan

bersama oleh pihak yang bermitra dengan tujuan memperoleh nilai tambah.

Hanya dengan kemitraan yang saling menguntungkan, saling membutuhkan dan

saling memperkuat, dunia usaha baik kecil maupun menengah akan mampu

1
bersaing. Adapun secara lebih rinci tujuan kemitraan meliputi beberapa aspek,

antara lain yaitu :

1. Tujuan dari aspek ekonomi

Dalam kondisi yang ideal, tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan

kemitraan secara lebih kongkrit yaitu :

a. Meningkatkan pendapataan usaha kecil dan masyarakat;

b. Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan

c. Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan

usaha kecil;

d. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional;

e. Memperluas kesempatan kerja;

f. Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional

2. Tujuan dari aspek sosial dan budaya

Kemitraan usaha dirancang sebagai bagian dari upaya pemberdayaan usaha

kecil. Pengusaha besar berperan sebagai faktor percepatan pemberdayaan usaha

kecil sesuai kemampuan dan kompetensinya dalam mendukung mitra usahanya

menuju kemandirian usaha, atau dengan kata lain kemitraan usaha yang

dilakukan oleh pengusaha besar yang telah mapan dengan pengusaha kecil

sekaligus sebagai tanggung jawab sosial pengusaha besar untuk ikut

memberdayakan usaha kecil agar tumbuh menjadi pengusaha yang tangguh dan

mandiri.

1
Adapun sebagai wujud tanggung jawab sosial itu dapat berupa pemberian

pembinaan dan pembimbingan kepada pengusaha kecil, dengan pembinaan dan

bimbingan yang terus menerus diharapkan pengusaha kecil dapat tumbuh dan

berkembang sebagai komponen ekonomi yang tangguh dan mandiri. Dipihak

lain, dengan tumbuh berkembangnya kemitraan usaha ini diharapkan akan

disertai dengan tumbuhnya pusat-pusat ekonomi baru yang semakin berkembang

sehingga sekaligus dapat merupkan upaya pemerataan pendapatan sehingga

dapat mencegah kesenjangan sosial. Kesenjangan itu diakibatkan oleh pemilikan

sumberdaya produksi dan produktivitas yang tidak sama di antara pelaku

ekonomi. Oleh karena itu, kelompok masyarakat dengan kepemilikan faktor

produksi terbatas dan produktivitas rendah biasanya akan menghasilkan tingkat

kesejahteraan yang rendah pula.

3. Tujuan dari aspek teknologi

Secara faktual, usaha kecil biasanya mempunyai skala usaha yang kecil

dari sisi modal, penggunaan tenaga kerja, maupun orientasi pasarnya. Demikian

pula dengan status usahanya yang bersifat pribadi atau kekeluargaan; tenaga

kerja berasal dari lingkungan setempat; kemampuan mengadopsi teknologi,

manajemen, dan adiministratif sangat sederhana; dan struktur permodalannya

sangat bergantung pada modal tetap. Sehubungan dengan keterbatasan khususnya

teknologi pada usaha kecil, maka pengusaha besar dalam melaksanakan

pembinaan dan pengembangan terhadap pengusaha kecil meliputi juga

1
memberikan bimbingan teknologi. Teknologi dilihat dari arti kata bahasanya

adalah ilmu yang berkenaan dengan teknik. Oleh karenaitu bimbingan teknologi

yang dimaksud adalah berkenaan dengan teknik berproduksi untuk meningkatkan

produktivitas dan efisiensi.

4. Tujuan dari aspek manajemen

Manajemen merupakan proses yang dilakukan oleh satu atau lebih

individu untuk mengkoordinasikan berbagai aktivitas lain untuk mencapai hasil-

hasil yang tidak bisa dicapai apabila satu individu bertindak sendiri. Sehingga

ada 2 (dua) hal yang menjadi pusat perhatia yaitu : Pertama, peningkatan

produktivitas individu yang melaksnakan kerja, dan Kedua, peningkatan

produktivitas organisasi di dalam kerja yang dilaksanakan. Pengusaha kecil yang

umumnya tingkat manajemen usaha rendah, dengan kemitraan usaha diharapkan

ada pembenahan manajemen, peningkatan kualitas sumber daya manusia serta

pemantapan organisasi.

c. Pengertian koperasi

Koperasi berasal dari kata “Co” yang berarti bersama dan “Operation”

yang berarti bekerja. Jadi, secara bahasa koperasi berarti suatu perkumpulan yang

beranggotakan orang ataupun badan yang melakukan kerjasama.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas pengertian koperasi yang

dikemukakan oleh Chaniago (1982), bahwa koperasi adalah suatu perkumpulan

yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan dan yang memberikan

1
kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota dengan bekerja sama secara

kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah

para anggotanya.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh B. Sarwono dan B. Djoko Parasojo

(1981), bahwa koperasi dalah suatu perkumpulan dari orang-orang yang atas

persamaan derajat sebagai manusia dengan tidak membedakan suku dan agama,

sukarela masuk dan berusaha bersama demi memenuhi kebutuhan untuk

mencapai tingkat ekonomi yang lebih baik melalui sistem dan control orang,

usaha yang demokratis disamping pengumpulan uang simpanan yang adil dan

membentuk keadilan bersama, kearifan dan kejujuran.

Sedangkan pengertian koperasi yang dikemukakan oleh Mohammad Hatta

(1971), bahwa koperasi sebagai organisasi daripada usaha bersama untuk

memperbaiki nasib atau penghidupan ekonomi berdasarkan self help, menolong

diri sendiri, dan tolong menolong dari anggotanya.

Sedangkan menurut UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoprasian

bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau

badan hokum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip

koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas

kekeluargaan. Dari pengertian tersebut, koperasi mempunyai peranan yang

sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Adapun beberapa jenis koperasi yag dikelompokkan menurut sektor

usahanya yaitu :

1
1.) Koperasi Simpan Pinjam yaitu koperasi yang bergerak di bidang

simpanan dan pinjaman

2.) Koperasi Konsumen yaitu koperasi yang beranggotakan para konsumen

dengan menjalankan kegiatannya jual beli menjual barang komsumsi.

3.) Koperasi Produsen yaitu koperasi yang beranggotakan para pengusaha

kecil (UKM) dengah menjalankan kegiatan pengadaan bahan baku dan

penolong untuk anggotanya.

4.) Koperasi Pemasaran yaitu Koperasi yang menjalankan kegiatan penjualan

produk/jasa koperasinya atau anggotanya.

5.) Koperasi Jasa yaitu koperasi yang bergerak di bidang usaha jasa lainnya.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Koperasi"Kategori: Artikel yang perlu

dirapikan dari segi cakupan definisi atau isi Koperasi.

d. Pengertian payment point

Payment point yaitu kegiatan dalam bentuk pelayanan pembayaran atau

penerimaan pembayaran melalui kerjasama antar Bank dengan pihak lain pada

suatu lokasi tertentu, seperti untuk pembayaran tagihan telepon, tagihan listrik,

gaji pegawai dan/atau penerimaan setoran dari pihak ke tiga (kartika. Staff.

gunadarma. ac .id /…/AP+M2b+Ak+Sumber+Dana+Lanjutan.pdf).

Sedangkan menurut sumber lain dijelaskan bahwa Payment Point –

Rekening Titipan adalah pembayaran dari masyarakat yang ditujukan untuk

keuntungan pihak tertentu seperti, rekening listrik PLN, rekening telepon dari

1
TELKOM, uang sekolah suatu universitas, pajak televise dan sebagainya.

(http://baak.gunadarma.ac.id)

2. Kerangka pikir

Kerangka pikir dibuat untuk mengetahui gambaran tentang alur proses

penagihan rekening listrik dari PT. PLN hingga sampai ke pelanggan melalui

perantara KUD sebagai Payment Point sehingga terjadi kemitraan antara PT. PLN

dengan KUD (Payment Point).

Lebih lanjut dapat digambarkan pada skema sebagai berikut :

PT. PLN (Persero) KUD (Payment Point)

Penagihan rekening listik


(Pelanggan)

1
Efektif

3. Hipotesis

Sehubungan dengan masalah yang telah dikemukakan, maka hipotesisnya

adalah: “Kerjasama yang dilakukan oleh PT. PLN Ranting Maros dengan dengan

KUD sebagai Payment Point dalam penagihan rekening listrik di Kabupaten

Maros efektif.”

G. Metode Penelitian

1. Lokasi dan waktu penelitian

Untuk lebih menfokuskan kegiatan penelitian dalam memperoleh data yang

dibutuhkan dalam penelitian nantinya, maka penulis memilih lokasi dan objek

yaitu pada PT PLN (Persero) Wilayah Bandar Lampung. Sedangkan waktu yang

dipergunakan dalam penelitian diperkirakan kurang lebih 2 (dua) bulan yaitu bulan

Mei sampai dengan Juni 2018.

2. Metode pengumpulan data

1
Untuk mendapatkan informasi mengenai data yang relevan dengan asumsi

penulisan proposal ini dengan lebih baik, maka penulis menggunakan dua metode

pengumpulan data yaitu :

a. Penelitian lapangan (field research), yaitu dengan melakukan penelitian

langsung ke objek penelitian dengan tujuan menggambarkan semua fakta

yang terjadi pada objek penelitian, agar permasalahan dapat diselesaikan.

Pada penelitian lapangan ini penulis menggunakan dua teknik penelitian yaitu

1) Teknik observasi, yaitu dilakukan dengan mengadakan pengamatan

langsung pada objek penelitian.

2) Teknik interview, yaitu dilakukan dengan wawancara langsung dengan

sumber teknik yaitu pimpinan dan karyawan perusahaan.

b. Penelitian pustaka (library research), yaitu dengan mempelajari beberapa

literature yang ada hubungannya dengan penulisan proposal ini untuk

melengkapi data yang diperoleh di lapangan serta untuk mendapatkan suatu

kerangka teori yang akan dipakai sebagai bahan acuan

3. Jenis dan sumber data

Adapun jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Jenis data :

1
1). Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara berupa

gambaran umum perusahaan dan kebijakan-kebijakan perusahaan yang

memerlukan pengolahan.

2). Data kuantitaf, yaitu data yang berupa angka-angka yang diperoleh dari

dokumen-dokumen perusahaan yang berkaitan serta hasil analisis data

b. Sumber data

Sumber data atau informasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

1). Data primer, yaitu data yang dikumpulkan melalui pengamatan dan

wawancara langsung dengan pimpinan atau karyawan PT. PLN (Persero)

Ranting Maros yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.

2). Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen perusahaan serta

informasi-informasi yang tertulis lainnya yang berasal dari pihak yang erat

kaitannya dengan pembahasan ini.

4. Metode analisis

Untuk mengetahui efektivitas kemitraan PT. PLN (Persero) Ranting Maros

dengan KUD Allepolea dalam penagihan rekening listrik maka penulis

menggunakan rumus efektivitas menurut Veithzal Rivai (2005 : 20) yaitu :

Realisasi Penerimaan
Efektifitas = ——————————— x 100%
Target

1
5. Sistematika penulisan

Adapun sistematika penulisan skripsi yang penulis rencanakan adalah

sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah dan Tujuan

dan Manfaat Penelitian.

BAB II Tinjauan Pustaka, terdiri dari Pengertian Efektivitas, Pengertian

Kemitraan, Pengertian Koperasi, Fungsi dan Peranan Koperasi, Jenis-

Jenis Koperasi dan Pengertian Payment Point.

BAB III Metodologi Penelitian, terdiri dari Tempat dan Waktu Penelitian, Metode

Pengumpulan Data, Jenis-Jenis dan Sumber Data, Metode Analisis.

BAB IV Gambaran Umum Perusahaan, terdiri dari Sejarah Berdirinya PT. PLN

(Persero) Ranting Maros, Struktur Organisasi, Pembagian Tugas dan

Tanggung Jawab

BAB V Hasil Penelitian dan Pembahasan, terdiri dari Bentuk Pelayanan Jasa

Listrik PT. PLN (Persero) Ranting Maros, Golongan Tarif Dasar Listrik

(TDL), Prosedur Penagihan Rekening Listrik dan Efektivitas Penagihan

Rekening Listrik.

BAB VI Kesimpulan dan Saran, terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

6. Alokasi waktu penelitian

1
Waktu yang dipergunakan dalam penelitian diperkirakan kurang lebih dua

(dua) bulan yaitu bulan Mei sampai dengan Juni 2010.

DAFTAR PUSTAKA

C. S. T. Kansil. 1984. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta.
PN Balai Pustaka.
H. S. M. Serad. 1997. Pola Kemitraan PT. Djarum dengan Petani Tembakau.
Semarang. Fakultas Hukum Universitas Diponegoro.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.
1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka,
Rivai, veithzal. 2005. Performance Apraisal. Sistem yang Tepat untuk Menilai
Kinerja Karyawan dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Jakarta.
PT Raja Grafindo Persada.
Hafsah. M. J. 1999. Kemitraan Usaha. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan.
Chaniago. Arifina. 1973. Pendidikan Perkoprasian Indonesia. Penerbit Angkasa,
Bandung.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25, 1992, Tentang
Perkoprasian. Penerbit Arkola, Surabaya.
Sarwono. B. dan Prasojo, Joko. B. 1981. Petunjuk Praktis Berkoperasi. Jakarta.
Penerbit PT. Penebar Swadaya.

1
Undang-undang Republik Indonesia No. 25. 1992. Tentang Perkoperasian. Surabaya.
Penerbit Arloka.
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Koperasi" Kategori: Artikel yang perlu
dirapikan dari segi cakupan definisi atau isi | Koperasi. (Tanggal 18 April
2010).

Diperoleh dari“http://asia.groups.yahoo.com/group/ekonomi-islami/”. (Tanggal 18


April 2010).

Diperoleh dari “kartika.Staf.gunadarma.ac.id/.../AP+M2b+Ak+Sumber+Dana+


Lanjutan.pdf”. (Tanggal 18 April 2010).

Diperoleh dari http://baak.gunadarma.ac.id. (Tanggal 18 April 2010).

Diperoleh dari “Artikel yang perlu dirapikan dari segi cakupan definisi atau isi
Koperasi”. (http://id.wikipedia.org/wiki/Koperasi"Kategori: (Tanggal 19
April 2010).

JADWALPENELITIAN

RENCANA BIAYA PENELITIAN

1
1. Biaya persiapan…………………………………………… Rp. 300.000

2. Biaya pengumpulan data……………………..…………. Rp. 250.000

3. Biaya pengolahan dan analisis data…………………. . Rp. 700.000

4. Biaya penyusunan skripsi……………………………… Rp. 1.000.000

5. Biaya seminar hasil……………………………………… RP. 300.000

6. Biaya perbaikan dan penggandaan………………….. Rp. 500.000

Jumlah Rp. 3.050.000

Anda mungkin juga menyukai