Anda di halaman 1dari 1

INOVASI TEKNOLOGI UNGGAS

1. Lena Pranooa (D34170010)


2. Nurina Hadiyati R (D34170026)

Telur Puyuh Pencegah Kolesterol dan Sumber Antioksidan

Burung puyuh merupakan salah satu sumber daya lokal yang berpotensi besar untuk
dikembangkan, karena puyuh menghasilkan pangan yang tinggi nilai gizinya dan dapat
membantu penyediaan sebagian protein hewani yang dibutuhkan dalam makanan kita sehari-
hari.Telur burung puyuh merupakan makanan sumber protein dan kaya akan asam folat,
vitamin B12, asam pantotenat, zat besi, pospor, riboflavin dan selenium. Namun telur burung
puyuh juga mengandung lemak jenuh dan kolesterol yang tinggi
Produk telur puyuh yang akan dilakukan yaitu telur puyuh sebagai sumber antioksidan juga
sebagai pencegah penyakit kolesterol. Inovasi yang dibuat dengan suplementasi pada pakan
puyuh. Pakan yang diberikan selain bijian-bijian, jagung, ataupun lainnya dalam bentuk
serbuk, pelet, dll, juga diberikan pakan tambahan berupa tepung kulit buah naga (Hylocereus
polyrhizus) fermentasi. Penambahan probiotik untuk fermentasi pada buah naga yaitu
Lactobacillus salivarius, salah satu upaya untuk meningkatkan kecernaan bahan pakan,
sehingga pakan yang dikonsumsi akan diserap lebih optimal. Selain itu probiotik meningkatkan
pencernaan enzimatis dalam saluran pencernaan unggas dan dapat mengontrol peningkatan
kadar kolesterol dalam darah serta tidak meninggalkan residu yang berbahaya dalam makanan.
Keunggulan kulit buah naga adalah kaya polyphenol dan sumber antioksidan yang baik.
Namun untuk mendapatkan mutu kulit buah naga sebelum dilakukan untuk melalui proses
fermentasi, karena dapat meningkatkan aktivitas antioksidan sebelum dan sesudah fermentasi
menunjukkan peningkatan.

Sumber :
Dewi GAMK, Nuriyasa IM, Wirapartha M. 2018. Pengaruh ransum dengan tepung kulit buah
naga (Hylocereus polyrhizus) terfermentasi terhadap karkas ayam broiler. Makalah Ilmu
Peternakan. 21(3): 114-119.
Kalsum U, Rahardjo L, Wadjdi MF. 2016. Pemanfaatan probiotik guna peningkatan kualitas
telur puyuh. Jurnal Riset Agribisnis dan Peternakan. 1(2): 50-53.

Anda mungkin juga menyukai