Anda di halaman 1dari 6

PEMBAHASAN

Identifikasi senyawa golongan antrakuinon pada Rheum palmatum adalah


dengan cara pengujian reaksi warna uji Borntrager dan uji modifikasi Borntrager serta
KLT.
1. Uji Borntrager
 Ekstrak sebanyak 0,3 gram diekstraksi dengan 10 ml aquadest, saring, lalu filtrat
diekstraksi dengan 5 ml toluena dalam corong pisah. Ekstraksi dengan aqudest
dilakukan untuk menghilangkan senyawa-senyawa lain yang bersifat polar karena
keberadaan senyawa tersebut dapat mengganggun proses ekstraksi antrakuinon.
Setelah itu baru dilakukan ekstraksi dengan toluena untuk mengekstraksi
antrakuinon
 Ekstraksi dilakukan sebanyak dua kali. Kemudian fase toluena dikumpulkan dan
dibagi menjadi dua bagian, disebut sebagai larutan VA dan VB.
 Larutan VA sebagai blanko, larutan VB ditambah amonia pekat 1 ml dan dikocok.
 Larutan VB menunjukkan perubahan warna menjadi merah yang menandakan
adanya senyawa golongan antrakuinon. Hal ini terjadi karena gugus phenol yang
ada pada antrakuinon jika bereaksi dengan ammonia akan membentuk komplek
phenate yang berwarna merah.
2. Uji Modifikasi Borntrager
 Ekstrak sebanyak 0,3 gram ditambah dengan 5 ml KOH 0,5 N dan 1 ml H2O2
encer. Penambahan KOH bertujuan untuk menghidrolisis glikosida antron dan
antranol serta membentuk garam kalium dengan aglikon sedangkan penambahan
H2O2 digunakan untuk mempercepat oksidasi antron/antranol menjadi antrakuinon.
 Dipanaskan selama 5 menit dan disaring, filtrat ditambah asam asetat glasial,
kemudian diekstraksi dengan 5 ml toluena. Pemanasan bertujuan untuk menaikkan
suhu larutan karena antrakuinon larut dalam pelarut organik yang panas. Asam
asetat glasial digunakan untuk menetralkan larutan yang ada.
 Fase toluena diambil dan dibagi menjadi dua sebagai larutan VIA dan VIB.
 Larutan VIA sebagai blanko, larutan VIB ditambah amonia pekat 1 ml.
 Larutan VIB menunjukkan perubahan warna menjadi merah yang menandakan
adanya senyawa golongan antrakuinon. Hal ini terjadi karena gugus phenol yang
ada pada antrakuinon jika bereaksi dengan ammonia akan membentuk komplek
phenate yang berwarna merah.
3. Kromatografi Lapis Tipis
Diambil sedikit ekstrak Rheum officinale kemudian dilarutkan dalam ethanol
sebanyak 0,5 ml. Fungsi penambahan ethanol adalah untuk melarutkan ekstrak
sehingga ekstrak yang digunakan berupa cairan bukan padatan. Untuk identifikasi kali
ini eluen yang digunakan adalah toluena-etil asetat-asam asetat glasial dengan
perbandingan 75:24:1. Eluen yang sudah jadi dimasukkan ke dalam chamber sebagai
fase gerak dan kertas saring dimasukkan hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah
chamber pada kondisi jenuh oleh eluen atau tidak dengan cara melihat naiknya cairan
pada kertas saring hingga terbasahi seluruhnya. Sambil menunggu kertas saring
terbasahi, disiapkan lempeng KLT dengan panjang x lebar = 2 x 10 cm dengan bagian
bawah lempeng diberi garis 1,5 cm dari bawah lempeng dan bagian atas atas diberi
garis dengan jarak 0,5 cm dari atas lempeng. Kemudian, disiapkan pipa kapiler untuk
menotolkan ekstrak pada lempeng KLT dengan cara pipa kapiler dimasukkan dalam
ekstrak yang sudah dibuat tadi dan secara otomatis ekstrak tersebut masuk dalam pipa
kapiler setelah itu langsung ditotolkan pada lempeng KLTnya. Setelah kertas saring
sudah terbasahi, kertas saring diangkat kembali dari wadah dan dimasukkanlah
lempeng KLT. Setelah lempeng KLT terbasahi sampai batas atasnya kemudian
diangkat dan dikeringkan sebentar kemudian diamati pada sinar UV 365 nm dan 254
nm, lalu disemprot dengan penampak noda larutan KOH 10% dalam metanol untuk
memperjelas noda yang tampak.
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan nilai Rf masing-masing noda pada
plat KLT Rheum officinale sebesar 0,3625; 0,475; 0,7. Saat disinari UV 365 nm dan
254 nm, warna noda tampak fluorescent kuning, kuning coklat, merah ungu atau
hijau ungu. Semua aglikon menunjukkan fluorescent pada 254 nm dan umumnya
kuning atau fluorescent orange-coklat pada UV 365 nm (Wagner dan Bladt, 1996).
Setelah itu, disemprot dengan penampak noda larutan KOH 10% dalam metanol
untuk memperjelas noda yang tampak. Warna noda setelah penyemprotan adalah
ungu kehitaman.

KESIMPULAN.
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa pada
Rheum officinale terdapat kandungan senyawa golongan antrakuinon. Hal ini dibuktikan
dengan tampaknya noda fluorescent pada lempeng KLT berwarna merah ungu setelah
disemprot penampak noda. Selain itu, ekstrak Rheum officinale juga positif pada uji
warna Borntrager dan uji modifikasi Borntrager karena menghasilkan warna merah. Rf
yang didapat dari masing-masing noda adalah 0,3625; 0,475; 0,7.
ini gak usah dicatat ne tapi dibikin tabel ne perhitungan rf

Nilai Rf
Warna noda
Hasil Pengamatan

Larutan VA pekat
Larutan Amonia dibandingkan dengan Penambahan Amonia
pekat dibandingkan Blanko pekat
dengan Blanko

Noda setelah eluasi dan setelah


disemprot penampak noda
Noda sinar UV 254nm

Noda sinar UV 365 nm

Anda mungkin juga menyukai