Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN TN.

E DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN AKTIVITAS AKIBAT DIABETES DI RUANG KENANGA RSUD
SOREANG KABUPATEN BANDUNG

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah PKKD

Disusun oleh:

Dedi Nugraha P17320117110

Safitri P17320117070

Nanda Rizky P17320117043

Sofi Novi P17320117089

Annisa Nur P17320117080

Zefanya Maylani P17320117067

Siti Julaeha P17320117102

Tarri Bani P17320117042

Annisa Nurul P17320117054

Siti Rojiah P17320117074

MAHASISWI KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN


KESEHATAN BANDUNG
Jln. Doktor Otten No.32 Bandung
Tahun Ajaran 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di
dalamnya. Tak lupa pula penulis berterima kasih kepada tim dosen mata kuliah PKKD di Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bandung yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah nilai, wawasan,
serta pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada hematemesis melena. Penulis juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah dibuat untuk masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan semua
pihak di masa mendatang.

Bandung, Juni 2018

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................i


DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................1
1.2 Tujuan ...............................................................................................1
1.3 Manfaat .............................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Pemenuhan KDM .................................................................2
2.1.1 Pengertian.................................................................................2
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi ..............................................................2
2.1.3 Patofisiologi .............................................................................2
2.2 Proses Keperawatan ...........................................................................3
2.2.1 Pengkajian ................................................................................3
2.2.2 Diagnosa...................................................................................3
2.2.3 Perencanaan .............................................................................3
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian ..........................................................................................4
3.2 Diagnosa.............................................................................................6
3.3 Perencanaan........................................................................................7
3.4 Pelaksanaan ........................................................................................8
3.5 Evaluasi ..............................................................................................8
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................9
4.1 Pengkajian ..........................................................................................9
4.2 Penetapan Diagnosa ...........................................................................9
4.3 Perencanaan........................................................................................9
4.4 Pelaksanaan ........................................................................................9
4.5 Evaluasi ..............................................................................................9
BAB V KESIMPULAN .......................................................................................10
5.1 Kesimpulan ........................................................................................10
ii
5.2 Rekomendasi ......................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi yang
berhubungan dengan apnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya
dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati. (yuliana
elin, 2009). Menurut Sedangkan menurut International Diabetes Federation (2015) DM
adalah suatu kondisi kronis yang terjadi ketika tubuh tidak bisa menghasilkan cukup insulin
atau tidak dapat menggunakan insulin yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi glukosa
darah

Komplikasi yang terjadi pada Diabetes Mellitus, yaitu ketoasidosis diabetik,


hipoglikemia, penyakit jantung koroner, gangguan mata, gangguan ginjal, gangguan saraf,
infeksi, dan kaki diabetik. Pada komplikasi kaki diabetik adalah komplikasi yang sering
terjadi sekaligus memiliki dampak yang fatal pada kejadian dapat dilakukan amputasi
(Santoso 2013, h.40 sampai 48). Komplikasi kaki diabetik termasuk kedalam komplikasi
diabetes mellitus yang disebut ulkus diabetikum. Ulkus diabetikum adalah keadaan
ditemukannya infeksi, tukak dan atau destruksi ke jaringan kulit yang paling dalam di kaki
pada pasien Diabetes Mellitus (DM) akibat abnormalitas saraf dan gangguan pembuluh
darah arteri perifer. (Rizky Loviana Roza, Rudy Afriant, Zulkarnain Edward .2015. Jurnal
Kesehatan Andalas.)

Menurut penelitian epidemiologi di Indonesia penderita Diabetes berkisar antara 1,4%


dengan 1,6%, kecuali di dua tempat yaitu di dua tempat yaitu di Pekajangan 2,3% dan
Manado 6% (Sudoyo 2009, h.1875). Di Indonesia, Diabetes Mellitus merupakan kelainan
endokrin yang banyak dijumpai dengan prevalensi sebesar 1,5-2,1%, di Jawa Tengah dengan
prevalensi 1,6-1,9% di Kota Pemalang 2,1% (RISKESDES, 2013).
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan informasi tentang asuhan keperawatan dengan gangguan kebutuhan
aktivitas akibat Diabetes Melitus Tipe 2 di Ruang Kenanga RSUD Soreang Kabupaten
Bandung.
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus karya ilmiah ini agar penulis mampu:
a. Teridentifikasinya masalah keperawatan gangguan kebutuhan aktivitas akibat
Diabetes Melitus Tipe 2 di Ruang Kenanga RSUD Soreang Kabupaten Bandung.
b. Ditegakannya diagnosa keperawatan gangguan kebutuhan aktivitas akibat Diabetes
Melitus Tipe 2 di Ruang Kenanga RSUD Soreang Kabupaten Bandung.
c. Tersusunnya rencana keperawatan gangguan kebutuhan aktivitas akibat Diabetes
Melitus Tipe 2 di Ruang Kenanga RSUD Soreang Kabupaten Bandung.
d. Terlaksanannya tindakan keperawatan gangguan kebutuhan aktivitas akibat
Diabetes Melitus Tipe 2 di Ruang Kenanga RSUD Soreang Kabupaten Bandung.
e. Terlaksanannya evaluasi keperawatan gangguan kebutuhan aktivitas akibat Diabetes
Melitus Tipe 2 di Ruang Kenanga RSUD Soreang Kabupaten Bandung.

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Laporan praktik klinik keperawatan dasar ini diharapkan dapat memenuhi tugas
praktk klinik keperawatan dasar serta dapat menambah il serta pengetahuan
mengenai tindakan keperawatan pada pasien dengan diagnose diabetes mellitus tipe
2 dan ulkus diabetikum.
1.3.2 Bagi Mahasiswa
Menambah wawaasan dalam pembuatan asuhan keperawatan. Yang berkaitan
dengan teori yang didapat dalam bangku perkuliahan dengan kegiatan lansung
dirumah Sakit.
1.3.3 Bagi RSUD Soreang
Memberikan masukan kepada tenaga kesehatan yng ada supaya mempertahankan
dan meningatkan asuhan keperawatan secara profesional.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Pemenuhan KDM

2.1.1 Pengertian

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan


hiperglikemi yang berhubungan dengan apnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau
penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati. (yuliana elin, 2009)

Dari pengertian lain Diabetes Mellitus atau kencing manis adalah penyakit
yang disebabkan oleh gangguan-gangguan pada penyerapan gula darah oleh
tubuh, sehingga membuat kadarnya didalam darah menjadi tinggi. Tingginya
kadar gula di dalam darah inilah yang menyebabkan Diabetes Mellitus, dan pada
gilirannya menimbulkan berbagai komplikasi kesehatan lainnya. Gangguan proses
penyerapan gula darah oleh tubuh sendiri disebabkan oleh fungsi-fungsi yang
berkaitan dengan organ organ pankreas. Selain itu, Diabetes Mellitus juga
memiliki kaitan dengan berbagai faktor lain, salah satunya pola makan yang tidak
seimbang (Sutanto 2013, h 7).

2.1.2 Anatomi Fisiologi


Penyebab Diabetes Mellitus adalah kurangnya atau tidak adanya produksi
insulin oleh pankreas, menyebabkan glukosa dalam pembuluh darah tidak dapat
diserap sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai bahan bakar. Akibat dari itu,
glukosa tidak dapat dipakai oleh sel-sel tubuh akan menumpuk dalam aliran
darah, hal ini kemudian menyebabkan rasa kelaparan yang tinggi pada penderita
karena sel-sel tidak dapat energi dari glokusa (Sutanto 2013, h.24).
Keturunan juga merupakan pemicu Diabetes Mellitus yang tidak dapat
ditawar-tawar, dengan memiliki riwayat Diabetes Mellitus dalam keluarga, maka
resiko seseorang untuk terkena penyakit gula darah ini menjadi lebih tinggi
dibandingkan orang lain yang tidak memiliki riwayat kencing manis dalam
keluarganya. Faktor keturunan adalah faktor resiko, faktor resiko dapat
membesar jika dipicu oleh faktor lingkungan (Sutanto 2013, h.57 sampai 59).
Gaya hidup dapat menentukan besar kecilnya resiko seseorang untuk
terkena Diabetes Mellitus. Ketika memilih makanan, orang lebih mencari
makanan yang enak rasanya dari pada makanan dengan kekayaan nutrisinya.
Padahal biasanya memiliki kadar nutrisi yang rendah, terlalu banyak lemak, tinggi
kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu banyak garam, menggunakan bahan
pengawet, dan sebagainya. Dari kebisaan-kebiasan menyantap makanan yang
rendah nutrisi, sehingga mengakibatkan kondisi kekurangan nutrisi. Jika kondisi
ini berlanjut maka akibatnya akan mengganggu aktifitas sel. Asupan gula dan
lemak yang berlebihan dapat mengakibatkan diabetes. Tingginya mengkonsumsi
lemak tidak hanya mengakibatkan obesitas dan peningkatan penyakit jantung,
tetapi juga salah satu faktor penyebab Diabetes (Sutanto 2013, h. 61).

2.1.3 Patofisiologi
Menurut Badero dkk 2013 (hh.87-89) patofisiologis terjadinya Diabetes
Mellitusapabila jumlah atau dalam fungsi atau aktifitas insulin mengalami
defisiensi (kekurangan) insulin, hiperglikemi akan timbul. Kekurangan insulin ini
bisa absolut apabila pankreas tidak menghasilkan sama sekali insulin atau
menghasilkan, tetapi dalam jumlah yang tidak cukup, misalnya IDDM (DM Tipe
1). Kekurangan insulin dikatakan relatif apabila pankreas menghasilkan insulin
dalam jumlah yang normal tetapi insulinya tidak efektif. Hal ini tampak pada
NIDDM ( DM tipe 2), ada resistensi insulin. Baik kekurangan insulin absolut
maupun relatif akan mengakibatkan gangguan metabolisme bahan bakar, yaitu
karbohidrat, protein, dan lemak. Tubuh memerlukan bahan bakar untuk
melangsungkan fungsinya, membangun jaringan baru, dan memperbaiki jaringan.
Penting sekali bagi pasien untuk mengerti bahwa Diabetes bukan hanya gangguan
“gula” walaupun kriteria diagnostiknya memakai kadar glukosa serum. Perawat
perlu menjelaskan kepada pasien bahwa Diabetes Mellitus mempengaruhi cara
tubuh memakai karbohidrat, protein, dan lemak.
Diabetes Mellitus adalah salah satu penyakit yang sulit dimengerti oleh
pasien dan pemberi asuhan. Pengertian DM mungkin bisa dipermudah dengan
mempelajari “star player” Diabetes Mellitus. Hormon berfungsi sebagai “board
of direction” dalam kaitan dengan metabolisme, yaitu mengarahkan dengan
mengendalikan kegiatan. Board of direction mempunyai representasi pankreas
(insulin dan glukosa), kelenjar hipofisis (GH dan ACTH ) korteks adrenal
(kortisol) sistem syaraf autonimik (noreprineprin), dan medula adrenal
(epineprin). Dari semua hormon yang terkait dalam metabolisme glukosa, hanya
insulin yang menurunkan kadar gula darah. Hormon yang lain “counterregulatory
hormones” karena bisa gula darah meningkat. Insulin adalah hormon yang kurang
(absolut atau relatif) dalam penyakit DM. Hormon insulin disintesis (dihasilkan)
oleh sel beta pulau langerhans yang terdapat pada pankreas. Peran insulin adalah
melihat bahwa sel tubula dapat memakai bahan bakar. Insulin berperan sebagai
kunci yang bisa membuka pintu sel agar bahan bakar bisa masuk kedalam sel.
Pada permukaan setiap sel terdapat reseptor. Dengan membuka reseptor (oleh
insulin), glukosa dan asam amino basa masuk kedalam sel tubuh.
Glukosa, asam amino, dan produk metabolik lainnya tidak bisa masuk
kedalam sel sehingga sel tanpa hormon insulin tidak bisa memakainya untuk
memperoleh energi. Glukosa yang tidak bisa masuk kedalam sel akan tertimbun
dalam darah. Bagian endokrin pankreas memproduksi, menyimpan, dan
mengeluarkan hormon dari pulau langerhans. Pulau langerhans mengandung
empat kelompok sel khusus alfa, beta, delta, dan sel F. Sel sel alfa menghasilkan
glukagon, sedangkan sel beta menghasilkan insulin. Kedua hormon ini membantu
mengatur metabolisme. Sel delta menghasilkan somatostatin (faktor penghambat
pertumbuhan hipotalamik) yang bisa membantu sekresi glukagon dan insulin. Sel
F menyekresi polipeptida pankreas yang dikeluarkan kedalam darah setelah
individu makan. Fungsi pankreas polipeptida belum diketahui secara jelas.
Penyebab gangguan endokrin utama pankreas adalah produksi dan kecepatan
pemakaian metabolik insulin. Kurangnya insulin secara relatif dapat
mengakibatkan peningkatan glukosa darah dan glukosa dalam urine. Dalam
keadaan normal makanan yang telah dicerna dalam gestasional diubah menjadi
glukosa, lemak, dan asam amino serta masuk kedalam peredaran darah. Dengan
insulin, hepar dapat mengambil glukosa, lemak, dan asam amino dari peredaran
darah. Dengan insulin, hepat dapat mengambil glukosa, lemak, dan asam amino
dari peredaran darah. Hepar menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen, yang
lain disimpan dalam sel otot dan sel lemak. Cadangan ini (glikogen) dapat diubah
kembali menjadi glikosa apabila diperlukan.

2.2 Proses Keperawatan Pada Pemenuhan Kebutuhan

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan


sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual
dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan,yaitu pengumpulan
data,analisis data,dan penentuan masalah kesehatan serta keperawatan.

1) Pengumpulan data

Tujuan : Diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada
pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus di ambil untuk
mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik,mental,sosial dan
spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus
akurat dan mudah di analisis.

Jenis data antara lain Data objektif, yaitu data yang diperoleh melalui
suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan
darah, serta warna kulit.Data subjekyif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan
yangdirasakan pasien, atau dari keluarga pasien/saksi lain misalnya,kepala
pusing,nyeri,dan mual.

Adapun focus dalam pengumpulan data meliputi

a) Status kesehatan sebelumnya dan sekarang

b) Pola koping sebelumnya dan sekarang

c) Fungsi status sebelumnya dan sekarang

d) Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan

e) Resiko untuk masalah potensial

f) Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien

2) Analisa data

Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir


rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan.

3) Perumusan masalah

Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan.


Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan asuhan
keperawatan (masalah keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih
memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan sesuai
dengan prioritas. Prioritas masalah ditentukan berdasarkan criteria penting dan
segera. Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan
komplikasi, sedangkan segera mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang
tidak sadar maka tindakan harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi
yang lebih parah atau kematian. Prioritas masalah juga dapat ditentukan
berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu : Keadaan yang
mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi tentang
kesehatan dan keperawatan.
2.2.2 Diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia


(status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana
perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara
pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan

merubah (Carpenito,2000).Perumusan diagnosa keperawatan :

1. Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang
ditemukan.
2. Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak di
lakukan intervensi.
3. Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk
memastikan masalah keperawatan kemungkinan.
4. Wellness : keputusan klinik tentang keadaan individu,keluarga,atau
masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera
yang lebih tinggi.
5. syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa keperawatan actual
dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau
situasi tertentu.

2.2.3 Perencanaan

Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari
status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di harapkan
(Gordon,1994). Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan
terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan
perawatan yang diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat
memfasilitasi konyinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya.
Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan yang
berkualitas tinggi dan konsisten. Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur
pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan
tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka panjang(potter,1997) .
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada Tn. E, dengan hasil : Nama istri Ny. T dengan umur 54 tahun
, Agama Islam, sebagai ibu rumah tangga, bertempat di sadangsari Rt 03 Rw 12 Margahayu
Selatan. Pengkajian pada tanggal 1 Juni 2018 didapatkan hasil data, Ny. T sebagai keluarga
mengatakan jika suami telah menderita DM sudah sejak 13 tahun yang lalu dan sebelumnya
telah terdapat luka/ganggren baru dijari kaki sebelah kirinya yang sudah 1 bulan belum
sembuh. Ny. T mengatakan jika sebelumnya luka juga sudah pernah muncul di jari kaki kiri
yang lain dan sempat diamputasi. Pada jari tangannya pun pernah terdapat luka yang
ditindak lanjuti dengan amputasi. Keluarga mengatakan jika luka yang muncul lebih sering
tidak terasa apapun sebelumnya hanya saja lama kelamaan akan muncul nanah dan basah
serta sesekali terasa kesemutan pada bagian luka.
Riwayat kesehatan keluarga Tn. E mempunyai riwayat penyakit keturunan Diabetes
melitus. Sampai saat ini keluarga Tn. H selalu harmonis dan bahagia hingga perceraian tidak
terjadi dikeluarga ini.

3.2 Diagnosa

Berdasarkan data yang ditemukan diatas, masalah yang muncul pada Tn.E khususnya
adalah:

1. Gangguan nyeri

DS: Klien mengeluh nyeri pada jari kaki kiri

DO: Tampak adanya luka pada jari kaki kiri dengan luka basah dan terdapat pus (nanah),
skala nyeri 5 dari 10 dengan menggunakan tes wong baker face,suhu 36,10C, tekanan
darah 120/100 mmHg, respirasi Rate 21x/menit, nadi 72x/menit

2. Ketidakstabilan kadar glukosa Darah


DS: Klien mengatakan terkadang sulit menjaga makan dan minum
DO: Glukosa darah puasa (104,5 Mg/dl), Glukosa darah 2 jam pp (107,9 Mg/dl), pada
tanggal 31-05-2018 [ Glukosa darah puasa (117,2 Mg/dl), Glukosa darah 2 jam pp(181
Mg/dl), pada tanggal 02-06-2018 [Glukosa darah puasa (95,3 Mg/dl), Glukosa darah 2
jam pp (238,5 Mg/dl) ], Berat badan 90 kg, tinggi badan 165 cm , dan index massa tubuh
33 (Gemuk berat)
3. Gangguan integritas kulit/ jaringan
DS: Nyeri terasa seperti ditusuk disekitar area luka kaki bagian jari kaki kiri
DO:Tampak adanya luka pada jari kaki kiri dengan luka basah dan terdapat pus (nanah),
terdapat luka yang kering yang sudah kering pada salah satu jari kaki kiri yang lainnya,
klien dibantu terapi insulin setiap hari sebelum makan.

3.3 Perencanaan
Berdasarkan masalah yang ditemukan adapun rumusan rencana kegiatan yang dilakukan
sebagai berikut :
1. Gangguan nyeri
Intervensi : Kaji skala nyeri, Ajarkan pain manajemen, Observasi perilaku non
verbal, Berikan terapi pengurang rasa nyeri bila perlu
2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
Intervensi :Berikan informasi manajemen diabetic (diit pengobatan, aktifitas, control
gula darah), Monitor kadar gula darah puasa dan 2 jpp 1 hari sekali, Berikan terapi
diabetic sesuai instruksi medis
3. Gangguan integritas kulit/jaringan
Intervensi :Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar, Jaga kulit
agar tetap bersih dan kering, Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam
sekali, Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan, Monitor
aktivitas dan mobilisasi pasien, Monitor status nutrisi pasien, Observasi luka: lokasi,
dimensi, kedalaman luka, jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal, formasi
traktus, dan kolaborasi ahli gizi pemberian diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein).

3.4 Pelaksanaan
Implementasi tindakan keperawatan yang penulis lakukan sebagai berikut :
1. Nyeri b.d Persepsi
Implementasi yang dilakukan yaitu mengkaji skala nyeri yang dirasakan oleh
pasien ,mengajarkan pain manajemen kepada pasien dan eluarga pasien,
mengobservasi perilaku non verbal pasien terhadap rasa nyeri yang dirasakan
pasien, memberikan terapi pengurang rasa nyeri bila perlu dengan pemberian
obat analgetik ( paracetamol 3x1 sesudah makan).
2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d penambahan BB
Implementasi yang dilakukan yaitu memberikan informasi manajemen
diabetic (diit pengobatan, aktifitas, control gula darah) kepada pasien dan
keluarga,memberikan terapi diabetic sesuai instruksi medis, memonitor kadar
gula darah puasa dan 2 jpp 1 hari sekali
3. Gangguan integritas kulit dan jaringan b.d gangrene
Implementasi yang dilakukan yaitu memberikan diet TKTP (Tinggi Kalori
Tinggi Protein) kepada pasien, mengajurkan pasien untuk menggunakan
pakaian yang longgar, menjaga kulit agar tetap bersih dan kering,
memobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali, mengoleskan
lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan, memonitoring
aktivitas dan mobilisasi pasien, memonitoring status nutrisi pasien,
mengobservasi luka: lokasi, dimensi, kedalaman luka, jaringan nekrotik,
tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus.
3.5 Evaluasi
1. Nyeri b.d persepsi
Hasil evaluasi didapatkan DS: Tn.E mengatakan dapat mengontrol nyeri dan
mengurangi rasa nyeri dengan mengalihkannya kepada kegiatan lain. Pasien
juga mengatakan jika tingkat nyeri yang dirasakan sudah menurun menjadi 3-
4 berdasarkan tes nyeri Wong Beker Face. Berdasarkan data tersebut dapat
diketahui berdasarkan evaluasi terhadap rasa nyeri b.d persepsi sudah teratasi
sebagian. Maka intervensi dilanjutkan untuk hasil yang lebih baik.
2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d penambahan BB
Hasil evaluai didapatkan jika hasil uji lab rutin kadar glukosa klien masih
dalam rentan>140 Gula darah 2 Jam pp. Pasien pun terus diberikan perawatan
dan uji lab secara rutin. Berdasarkan data tersebut masalah teratasi sebagian ,
intervensi dilanjutkan.

3. Gangguan integritas kulit dan jaringan b.d gangrene


Hasil evaluasi didapatkan DS: Tn. E mengatakan jika luka sudah mulai tidak
tercium bau dan sedikitmengeluarkan nanah dibandingkan sebelum dilakukan
perawatan. Dari data tersebut dapat diketahui berdasarkan evaluasi terhadap
Gangguan integritas kulit dan jaringan b.d gangrene yang dialami oleh Ny. I
sehingga terjadi luka maka masalah sudah teratasi sebagian. Tn.E
mengatakan luka pada jari kaki pun sudah mulai mongering, intervensi
dilanjutkan.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian
-Faktor pendukung : Klien dapat bekerja sama dengan mahasiswa/perawat sehingga
memudahkan dalam mengumpulkan data.
-Faktor penghambat : Masih terbatasnya keterampilan teknik komunikasi dari
mahasiswa.

4.2 Diagnosa
-Faktor pendukung : Adanya buku sumber dan rekam medis
-Faktor penghambat : Sulitnya menyusun/menentukan etiologi

4.3 Perencanaan
-Faktor pendukung : Hasil pengkajian yang adekuat dan adanya buku sumber
-Faktor penghambat : Belum menguasai mengenai penangan Diabetes mellitus dan luka
secara khusus

4.4 Pelaksanaan
-Faktor pendukung : Klien dapat bekerja sama dengan mahasiswa/perawat saat
melakukan tindakan keperawatan.
-Faktor penghambat : Waktu pelaksanaan tindakan yang sering terganggu karena
aktivitas pasien yang sulit diprediksi. (misalkan: pasien yang tidur ketika akan
melaksanakan intervensi/tindakan keperawatan.

4.5 Evaluasi
-Faktor pendukung : Intervensi yang tercapai.
-Faktor penghambat :Intervensi yang tidak tercapai.
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan diperoleh data Tn. E ulkus diabetikum pedis
sinistra dan Diabetes melitus type 2. Luka terdapat pada jari kaki sebelah kiri
terdapat pus, basah dan, warna kemerahan..Hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital diketahui tekanan darah Rr 21 x/mnt, nadi 72x/mnt, TD 120/100 mmHg,
IMT 33 (gemuk berat) .
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dirumuskan yaitu :
a. Gangguan nyeri b.d persepsi
b. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d penambahan BB
c. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d luka ganggren
3. Rencana Tindakan Keperawatan
a. Ajarkan pain manajemen
b. Monitor kadar gula dan berikan informasi manajemen diabetic
c. Observasi luka, dan monitor aktivitas mobilisasi pasien
4. Implementasi
Implementasi yang dilakukan yaitu memberikan pendidikan kesehatan tentang
penyakit Diabetes Melitus dan menjelaskan informasi mengenai manajemen
diabetic. Hasil yang diperoleh bahwa implementasi yang dilakukan penulis
sudah sesuai dengan teori.
5. Evaluasi
Gangguan nyeri b.d persepsi sudah teratasi sebagian dan Tn. E dapat
mengurangi dan mengontrol rasa nyeri nya. Serta telah mengetahui informasi
mengenai manajemen diabetic sehingga dapat mengontrol kadar glukosa
pasien walaupun masih harus dilakukan intevensinya.
5.2 Rekomendasi

Untuk memaksimalkan hal tersebut penulis menyarankan sebagai berikut :

1. Keluarga
Keluarga dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakit Diabetes
Melitus dengan mencari informasi dari sumber yang lain dan dapat merawat
anggota keluarga yang menderita penyakit Diabetes Melitus.

2. Masyarakat
Masyarakat perlu meningkatkan pengetahuan tentang masalah kesehatan
terutama penyakit Diabetes Melitus sehingga mampu mengambil keputusan
dalam masalah kesehatan yang dihadapi dan berperan aktif dalam membantu
keluarga yang anggota keluarganya menderita penyakit Diabetes Melitus untuk
mencegah komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit Diabetes Melitus.

3. Institusi Kesehatan
Institusi kesehatan perlu meningkatkan perannya dalam penemuan kasus
Diabetes Melitus secara aktif, intensifikasi upaya penyuluhan dan memotivasi
masyarakat untuk ikut berperan di dalamnya, pemerataan mutu dan pelayanan
kesehatan sampai ke tingkat pedesaan, peningkatan pengetahuan, sikap dan
praktik tentang tujuan penanganan Diabetes Melitus di kalangan tenaga
kesehatan, serta peningkatan kerjasama dan sistem rujukan antar berbagai tingkat
fasilitas pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth J.Corwin, 2009, Buku Saku Patofisiologis, EGC,Jakarta.

Fitriani A.A., 2015, Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

Dengan Komplikasi Foot Ulcer Di Instalasi Rawat Inap Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro

Tahun 2014, Skripsi, Fakultas, F., ed., Universitas Muhammadiyah Surakarta,

Surakarta.

Frykberg RG. Diabetic Foot Ulcer : Pathogenesis and Management. Am Fam Physician, Vol

66, Number 9. 2002. p 1655-62

Herdman T.H, Shigemi Kamitsuru. 2016. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2015-2017. Jakarta : EGC. Edisi 10

Kruse I, Edelman S. Evaluation dan Treatmen of Diabetic Foot Ulcer. Clinical Diabetes

Nurarif Amin Huda, Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction. Edisi Revisi Jilid 1.

Sudoyo W. Aru et all,2009,Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,InternaPublishing:Jakarta.

Sutanto, Teguh, 2013, Diabetes deteksi pencengahan pengobatan,Buku Pintar,Yogyakarta.

Subekti Imam et al,2007,Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu,Balai Penerbit


FKUI,Jakarta.

Vol24, Number 2, 2006. p 91-93

Anda mungkin juga menyukai