Farmakokinetika atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetika mencakup 4 proses, yaitu absorpsi (A), distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau biotransformasi dan ekskresi termasuk sebagai proses eliminasi obat. Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umumnya mengalami absorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan menimbulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat diekskresi dari dalam tubuh (Gunawan, 2009). Jalur pemberian obat ada 2, yaitu intravaskular dan ekstravaskular. Pada pemberian secara intravaskular, obat akan langsung berada di sirkulasi sistemik tanpa mengalami absorpsi, sedangkan pada pemberian secara ekstravaskular umumnya obat mengalami absorpsi (Zunilda dkk., 1995). Jalur pemberian obat secara intravena digunakan karena seluruh dosis obat akan masuk ke dalam tubuh dengan segera atau bioavailabilitas 100%, selain itu dapat memberikan efek local dan sistemik, serta cocok digunakan untuk orang yang pingsan. Dan obat akan langsung didistribusikan ke semua jaringan di dalam tubuh melalui sistem sirkulasi. Untuk memahami kinetika obat dalam tubuh tidak cukup hanya dengan menentukan dan mengetahui perkembangan kadar atau jumlah senyawa asalnya saja (unchanged compound), tetapi juga meliputi metabolitnya (Neal, 2006). Model farmakokinetik sendiri dapat memberikan penafsiran yang lebih teliti tentang hubungan kadar obat dalam plasma dan respons farmakologik. Model kompartemen satu terbuka menganggap bahwa berbagai perubahan kadar obat dalam plasma mencerminkan perubahan yang sebanding dengan kadar obat dalam jaringan. Tetapi model ini tidak menganggap bahwa konsentrasi obat dalam tiap jaringan tersebut adalah sama dengan berbagai waktu. Disamping itu, obat didalam tubuh juga tidak ditentukan secara langsung, tetapi dapat ditentukan konsentrasi obatnya dengan menggunakan cuplikan cairan tubuh (Shargel, 1988). Parameter farmakokinetika obat dapat diperoleh dengan hasil pengukuran kadar obat utuh atau metabolitnya di dalam cairan hayati seperti pada darah (Neal, 2006). Saat ini telah tersedia data farmakokinetik obat, yang meliputi berbagai parameter farmakokinetik, yaitu bioavailabilitas oral, volume distribusi, waktu paruh dan bersihan (clearance) dalam keadaan fisiologik maupun patologik. Dimana kondisi fisiologik dan kondisi patologik ini dapat menimbulkan perubahan pada parameter farmakokinetik obat (Setiawati, 2007).
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mengetahui profil farmakokinetik dari sediaan obat pada tikus. 2. Menghitung parameter farmakokinetik sediaan sulfa pada tikus.
1.3 Manfaat Praktikum
Mahasiswa mampu menghitung orde, kompartemen dan parameter farmakokinetika rute pemberian intravena dan per oral. DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, G. S. 2009. Farmakologi dan Terapi. Edisi Kelima. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Neal, M. J. 2006. At a Glance Farmakologi Media. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Setiawati, A. S. B. Zunilda, dan F. D. Suyatna. 1995. Pengantar Farmakologi dalam
Sulistia G. Ganiswara: Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI.
Shargel, L., dan A. B. C. Yu. 1988. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan
diterjemahkan oleh Siti Sjamsiah. Edisi Kedua. Surabaya: Airlangga University Press.