Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dampak globalisasi dan kemajuan zaman telah memberikan pengaruh terhadap dunia
pendidikan. Persaingan dalam peningkatan sumberdaya manusia membuat perguruan tinggi harus
terus meningkatkan kualitas pendidikannya. Sistem perencanaan metode pembelajaran yang efektif
akan dapat meningkatkan kualitas dan kompetensi mahasiswa. Oleh karena itu suatu Perguruan
Tinggi harus membekali peserta didiknya dengan attitude, knowledge, skill dan insight sehingga dapat
menciptakan lulusan perawat yang berkualitas dan memiliki daya saing tinggi. Namun selain di
kampus, mahasiswa juga dapat mengaplikasikan ilmu yang sudah di milikinya di lahan praktik.
Belajar di lingkungan klinik memiliki banyak keunggulan. Pembelajaran klinik berfokus pada
masalah nyata dalam konteks praktik professional. Peserta didik termotivasi oleh kesesuaian
kompetensi yang dilakukan melalui partisipasi aktif pembelajaran klinik; sedangkan pemikiran,
tindakan dan sikap profesional di perankan oleh pembimbing klinik ( clinical instruction atau CI ).
Lingkungan klinik merupakan wadah bagi maahsiswa untuk belajar pemeriksaan fisik, argumentasi
klinik, pengambilan keputusan, empati, serta profesionalisme yang diajarkan dan dipelajari sebagai
satu kesatuan.
Pembelajaran Praktik Klinik adalah suatu proses transformasi mahasiswa menjadi seorang
bidan professional yang memberi kesempatan mahasiswa untuk beradaptasi dengan perannya dengan
perannya sebagai bidan professional di situasi nyata pada pelayanan kesehalan klinik atau komunitas
(Nursalam & Ferry, 2009).
Tujuan dari praktik klinik selain menerapkan konsep adalah diharapkan peserta didik lebih
aktif dalam setiap tindakan sehingga terampil dalam menggunakan teori dan tindakan. Hal lain yang
menjadi pencapaian di lahan klinik adalah kemampuan pengambilan keputusan klinis yang
mengintegrasikan teori, hukum, pengetahuan, prinsip dan pemakaian keterampilan khusus. Di lahan
klinik peserta didik juga dapat bereksperimen dengan menggunakan konsep dan teori untuk praktik,
menyelesaikan masalah dan mengembangkan bentuk perawatan baru (Nursalam & Ferry, 2008).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja metode pembelajaran klinik ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui metode pembelajaran klinik.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bedside Teaching


Pengertian Bedside Teaching
Bedside teaching adalah pembelajaran yang dilakukan langsung di depan pasien.
Dengan metode bedside teachingmahasiswa dapat menerapkan ilmu pengetahuan, melaksanakan
kemampuan komunikasi, keterampilan klinik dan profesionalisme, menemukan seni pengobatan,
mempelajari bagaimana tingkah laku dan pendekatan dokter kepada pasien.
Bedside teaching merupakan pembelajaran kontekstual dan interaktif yang mendekatkan
pembelajaran pada real clinical setting. Bedside teaching merupakan metode pembelajaran yang
peserta didiknya mengaplikasikan kemampuan kognitif, psikomotor dan afektif secara
terintegrasi. Sementara itu, dosen bertindak sebagai fasilitator dan mitra pembelajaran yang siap untuk
memberikan bimbingan dan umpan balik kepada peserta didik. Di dalam proses bedside
teaching diperlukan kearifan fasilitator tentang kemungkinan timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan
sebagai akibat dari interaksi antara peserta didik (mahasiswa kesehatan) dan pasien.

2.1.1 Tujuan Bedside Teaching


1. Peserta didik mampu menguasai keterampilan prosedural.
2. Menumbuhkan sikap profesional.
3. Mempelajari perkembangan biologis/fisik.
4. Melakukan komunikasi dengan pengamatan langsung.

2.1.2 Prinsip Dasar Bedside Teaching


1. Adanya kesiapan fisik maupun psikologis dari pembimbing klinik peserta didik dan klien.
2. Jumlah peserta didik dibatasi idealnya5-6 orang.
3. Diskusi di awal dan akhir demonstrasi didepan klien dilakukan seminimalmungkin.
4. Lanjutkan dengan redemonstrasi.
5. Kaji permasalahan peserta didik sesegera mungkin terhadap apa yang dilakukan.
6. Kegiatan yang didemonstrasikan adalahsesuatu yang belum pernah diperolehpeserta didik
sebelumnya,atau apabilapeserta didik menghadapi kesulitanpenerapannya.

2.1.3 Keuntungan Bedside Teaching


Dalam penelitian Williams K (Tufts Univ,Maret 2008) dihasilkan kesimpulan bahwabedside
teaching sangat baik digunakan untuk mempelajari keterampilan klinik.

2
Beberapa keuntungan bedside teachingantara lain :
1. Observasi langsung.
2. Menggunakan seluruh pikiran.
3. Klarifikasi dari anamnesa dan pemeriksaan fisik.
4. Kesempatan untuk membentuk keterampilan klinik mahasiswa.
5. Memperagakan fungsi :
a. Perawatan
b. Keterampilan interaktif
Bedside teaching tidak hanya dapatditerapkan di rumah sakit, keterampilanbedside
teaching juga dapat diterapkan dibeberapa situasi di mana ada pasien.

2.1.4 Kerugian Bedside Teaching


1. Gangguan (misalnya ada panggilan telepon/HP berdering).
2. Waktu rawat inap yang singkat.
3. Ruangan yang kecil sehingga padat dan sesak.
4. Tidak ada papan tulis.
5. Tidak dapat mengacu pada buku.
6. Pelajar lelah.

2.1.5 Pelaksanaan Bedside Teaching


Keterampilan bedside teaching dapat kita laksanakan namun sulit mencapai kesempurnaan.
Oleh karena itu perlu perencanaan yang matang agar berhasil dan efektif.
Persiapan sebelum pelaksanaan bedside teaching :
1. Persiapan
a. Tentukan tujuan dari setiap sesi pembelajaran.
b. Baca teori sebelum pelaksanaan.
2. Ingatkan mahasiswa akan tujuan pembelajaran :
a. Mendemonstrasikan pemeriksaan klinik.
b. Komunikasi dengan pasien.
c. Tingkah laku yang profesional.
3. Persiapan Pasien
a. Keadaan umum pasien baik.

3
b. Jelaskan pada pasien apa yang akan dilakukan.
4. Lingkungan/Keadaan
Pastikan keadaan ruangan nyaman untuk belajar :
a. Tarik gorden.
b. Tutup pintu.
c. Mintalah pasien untuk mematikan televisinya.

Pelaksanaan bedside teaching antara lain:


1. Membuat peraturan dasar
a. Pastikan setiap orang tahu apa yang diharapkan dari mereka.
b. Mencakup etika.
c. Batasi interupsi jika mungkin.
d. Batasi penggunaan istilah kedokteran saat di depan pasien.
2. Perkenalan
a. Perkenalkan seluruh anggota tim.
b. Jelaskan maksud kunjungan.
c. Biarkan pasien menolak dengan sopan.
d. Anggota keluarga diperkenankanboleh berada dalam ruangan jika pasien mengizinkan.
e. Jelaskan pada pasien atau keluarga bahwa banyak yang akan didiskusikan, mungkin
tidak diterapkan langsung pada pasien.
f. Undang partisipasi pasien dan keluarga.
g. Posisikan pasien sewajarnya posisi tim di sekitar tempat tidur.
3. Anamnesa
a. Hindari pertanyaan tentang jenis kelamin atau ras.
b. Hindari duduk di atas tempat tidur pasien.
c. Izinkan interupsi oleh pasien dan pelajar untuk menyoroti hal penting atau untuk
memperjelas.
d. Jangan mempermalukan dokter yang merawat pasien.
4. Pemeriksaan fisik
a. Minta pelajar untuk memeriksa pasien.
b. Izinkan pasien untuk berpartisipasi(mendengarkan bising, meraba hepar, dll).
c. Minta tim untuk mendemonstrasikan teknik yang tepat.

4
d. Berikan beberapa waktu agar pelajar dapat menilai hasil pemeriksaan yang baru pertama
kali ditemukan.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Jika mungkin tetap berada disamping tempat tidur.
b. Rongent, ECG bila mungkin.
c. Izinkan pasien untuk meninjau ulang dan berpartisipasi.
6. Diskusi
a. Ingatkan pasien bahwa tidak semua yang didiskusikan akan dilaksanakan, biarkan
pasien tahu kapan itu biasa dilaksanakan.
b. Hati-hati memberikan pertanyaan yang tidak dapat dijawab kepada mahasiswa yang
merawat pasien.
c. Berikan pertanyaan pertama kali pada tim yang paling junior.
d. “Saya tidak tahu” adalah jawaban yang tepat, setelah itu gunakan kesempatan untuk
mencari jawaban.
e. Hindari bicara yang tidak perlu.
f. Izinkan pasien untuk bertanya sebelum meninggalkan tempat tidur.
g. Minta pasien untuk menanggapibedside teaching yang telah dilakukan.
h. Ucapkan terima kasih pada pasien.

2.1.6 Hambatan Bedside Teaching


Dalam pelaksanaan bedside teaching, ada beberapa hambatan yang mungkin timbul dalam
pelaksanaan bedside teaching:
1. Gangguan (misalnya panggilan telepon).
2. Waktu rawat inap yang singkat.
3. Ruangan yang kecil sehingga padat dan sesak.
4. Tidak ada papan tulis.
5. Tidak dapat mengacu pada buku.
6. Pelajar lelah.

Adapun beberapa hambatan dari pasien :


1. Pasien merasa tidak nyaman.
2. Menyakiti pasien, terutama pada pasien yang kondisi fisiknya tidak stabil.
3. Pasien tidak ada di tempat.

5
4. Pasien salah pengertian dalam diskusi.
5. Pasien tidak terbuka.
6. Pasien tidak kooperatif atau marah.

2.2 Definisi Case Presentation

Metode ini memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajari suatu
kasus. Pada metode ini peserta diberikan suatu kasus yang berkaitan dengan bidang ilmu di program
studi, kemudian peserta diminta untuk mempresentasikan hasil dari sintesanya mengenai pemecahan
kasus yang diberikan.

Presentasi kasus merupakan kegiatan pembelajaran di klinik yang sering dilakukan di ruang
diskusi. Pada kegiatan ini, mahasiswa mempresentasikan kasus pasiaen yang dijumpai selama
melakukan kegiatan di poli rawat jalan, UGD maupun rawat inap

Mahasiswa membuat catatan status pasien sesuai dengan format catatan medis pasien untuk
RS pendidikan

6
Presentasi kasus disebut suatu kegiatan pembelajaran yang melibatkan seluruh peserta didik
dalam satu kelas besar dan setiap kelompok tutorial secara bergiliran mempresentasikan hasil kerja
kelompok tutornya dalam memecahkan masalah / kasus yang didapatkan oleh kelompok
tersebut.Presentasi dilakukan oleh seorang wakil kelompok yang ditunjuk sebagai juru bicara dan
waktu presentasi dialokasikan 15 – 20 menit untuk setiap kelompok.Jumlah presentasi disesuaikan
dengan jumlah / macam dari seluruh masalah / kasus yang diberikan kepada setiap kelompok.Diskusi
terbuka dilakukan setelah presentasi, dengan teknik penyelenggaraan disesuaikan dengan waktu,
kondisi, dan keragaman masalah yang dipresentasikan.

Kegiatan ini dipimpin oleh satu orang / lebih Pimpinan dan Sekretaris Kegiatan (mahasiswa)
yang telah dipilih / ditentukan sebelumnya, disesuaikan dengan keragaman dan jumlah masalah yang
dipresentasikan (satu atau beberapa sesi). Setiap Tutor diharapkan hadir mendampingi kelompok
Tutorialnya, walaupun inti kegiatan presentasi kasus ini lebih berupa kegiatan: dari – oleh – untuk
mahasiswa . Pada akhir kegiatan dapat dimintakan pendapat dari para Tutor. Penanggungjawab
kegiatan adalah pembuat modul.Waktu kegiatan dialokasikan pada hari Jumat dengan lama kegiatan
disesuaikan (Hermas, 2015)

2.2.1 Tahap-Tahap Case Presentation

1. Tahap Permulaan

Diawali dengan memperkenalkan peserta didik tentang latrar belakang pasien, situasi
pelayanan perawatan, tujuan diskusi, beberapa informasi yang dibutuhkan tentang pasien.

2. Tahap Persiapan

a) Menentukan Topik

Topik yang akan saya sampaikan? Apakah topik ini dibutuhkan audiens? Mengapa saya
menyampaikan topik ini?

Itulah beberapa pertanyaan yang perlu Anda tanyakan pada diri Anda sebelum menentukan topik
presentasi. Dengan begitu Anda akan mudah menemukan topik dengan tepat dan sesuai dengan
kebutuhan audiens. Usahakan topik Anda menarik dan menggugah audiens untuk mendengarkan.

b) Menetapkan Tujuan

Apa yang Anda harapkan dari presentasi Anda? Jawaban dari pertanyaan ini yang akan menjadi
arah dari presentasi Anda. Setiap presentasi harus punya tujuan. Dengan memiliki tujuan, Anda akan
lebih baik dalam melakukan persiapan, lebih berhati-hati dalam tindakan, tampil lebih cerdas dan
tepat sasaran, tentunya dengan hasil akhir yang berkesan bagi audiens. Buat tujuan Anda dengan jelas,
bisa dicapai dan Anda tahu betul bagaimana mencapainya.

7
c) Mengenali Situasi dan Audiens Anda

Mengenali situasi dan mengenali audiens akan membuat Anda jauh lebih tenang. Dalam hal ini
Anda perlu melakukan koordinasi dengan audiens, atau panitia penyelanggara untuk menanyakan hal-
hal yang ingin Anda ketahui. Seperti, dalam acara apa Anda melakukan presentasi, berapa lama waktu
untuk presentasi, presentasi dilakukan di luar ruangan atau di dalam, adakah sarana pendukung yang
digunakan, siapa saja yang akan hadir, berapa usia mereka, bagaimana tingkat pendidikannya, apa
jabatannya, berapa rasio jumlah laki-laki dan perempuan, dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan
Anda.

d) Menyusun Materi

Langkah selanjutnya adalah menyusun materi. Dalam menyusun materi dibutuhkan kejelian
dan ketepatan. Kenapa harus jeli dan tepat? Kejelian berhubungan erat dengan kemampuan presenter
dalam memilih sumber yang bisa dipercaya sedangkan ketepatan berhubungan dengan kesesuaian
materi dengan apa yang dibutuhkan oleh audiens. Jadi sebagai presenter yang baik, Anda tidak bisa
asal-asalan dalam menyiapkan materi yang akan Anda sampaikan.

Ada syarat yang harus dipenuhi dalam menyusun materi, antara lain materi harus sesuai
dengan topik, update dan terpercaya. Anda bisa mendapatkan materi dari pengalaman pribadi, buku,
jurnal, hasil penelitian, majalah, internet atau koran. Satu lagi yang harus Anda pahami, jangan
membuat materi yang terlampau banyak dan jangan gunakan kata atau kalimat yang Anda sendiri
tidak memahaminya.

e) Menentukan Pendekatan Yang Anda Gunakan

Setiap presentasi membutuhkan metode yaitu sebuah pendekatan yang Anda gunakan dalam
menyampaikan materi. Metode yang baik adalah metode yang sesuai dengan topik yang Anda
sampaikan. Ada beberapa metode yang bisa Anda terapkan diantaranya ceramah, eksperimen,
simulasi, demonstrasi, ceramah plus dan lain-lain. Silahkan Anda eksplorasi metode yang paling
cocok dengan topik Anda. Keberhasilan Anda memilih metode yang tepat akan membawa Anda
menjadi presenter yang lebih efektif.

f) Menyusun Slide Presentasi

Jika presentasi Anda menggunakan slide, maka langkah selanjutnya adalah menyusun slide presentasi
Anda semenarik mungkin. Dalam membuat slide ada beberapa prinsip yang harus Anda pahami.

Sederhana

Konten yang kuat

Font yang indah

8
Gambar yang menarik dan sesuai

Penggunaan warna yang tepat

Mematuhi prinsip CRAP, yaitu contrast atau kontras, repetition atau pengulangan ,
Alignment atau perataan dan proximity atau kedekatan.

2.2.2 Tahap Diskusi

Diawali dengan perkenalan dan penyajian singkat tentang pasien pada peserta didik, kemudian
menunjukan gejala-gejala khusus yang berhubungan dengan masalah pasien yang mengungkapkan
perasaannya.

2.2.3 Tahap Evaluasi

Dilakukan dengan diskusi dan penilaian terhadap pasien, perilaku dan kemampuan untuk
mengatasi msalah, penilaian terhdap peserta didik serta evaluasi proses dan hasil dari nursing clinic
apakah tujuan yang ditetapkan tercapai atau belum.

2.3 Pre dan Post Conference


Konferens adalah langkah awal yang harus dilakukan oleh instruktur klinis dalam
memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap mahasiswa. Dalam konferens instruktur klinis
memberikan pengarahan terhadap mahasiswa yang akan melakukan pelayanan kesehatan. Sehingga
para mahasiswa mendapatkan pengertian akan apa yang akan dilakukan setelah berada di tempat
pasien.

a) Pre conference
Pre-konferens merupakan tahapan sebelum melakukan konferens yang akan dilakukan oleh para
instruktur klinis dimana akan dijelaskan apa yang akan dilakukan oleh setiap mahasiswa sebelum
melakukan tindakan keperawatan. Sedangkan dalam Pre-konferens para instruktur klinis harus sudah
menyiapkan apa yang akan dibahas dalam konferens sehingga tidak banyak waktu yang terbuang.

b) Post conference
Pos konferens adalah fase dimana dari hasil pembahasan di buat evaluasi. Setiap mahasiswa harus
mampu melakukan evaluasi dari setiap konferens yang sudah dilaksanakan sehingga mahasiswa tahu
apa yang harus dilakukan berikutnya. Pembahasan yang sudah dibuat akan menjadi acuan untuk bisa
berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah yang timbul dari setiap tindakan selama berpraktek.

· Pembimbing bersama peserta didik mendiskusikan kegiatan belajar yang telah dilakukan.
Pembimbing meminta agar setiap mahasiswa menceritakan kegiatan yang telah dilakukan.

9
· Memberikan penguat terhadap keberhasilan yang telah diperoleh. Peserta diminta untuk
mengevaluasi sendiri proses belajar yang telah dilakukan.

· Secara bersama sama menilai pencapaian tujuan belajar / kompetensi. Peserta didik diminta
menilai sendiri pencapaian tujuan belajar / kompetensinya dan merumuskan tindak lanjut untuk
merumuskan kegiatan belajar berikutnya.

· Instruktur menandatangani pencapaian kompetensi dalam buku pencapaian ketrampilan yang


telah menunjukkan kemampuannya dalam pencapaian kompetensi tertentu.

Pre Conference
• Menyambut mahasiswa DIII Kebidanan
• Membahas tujuan atau keterampilan yang akan dicapai :
– Menanyakan mahasiswa tingkat berapa
– Menanyakan keterampilan apa yang akan dikerjakan
– Menanyakan apakah mahasiswa sebelumnya pernah melakukan keterampilan yang akan dicapai
hari ini
– Menanyakan apakah target yang berkaitan dg keterampilan yg akan dilakukan hari ini sudah
tercapai atau belum
• Membahas langkah-langkah yang perlu ditekankan
– Menanyakan daftar tilik yang akan digunakan
– Menanyakan langkah apa saja yang sudah dikuasai dan langkah mana yang belum dikuasai
– Membahas dan menekankan langkah-langkah yang belum dipahami
– Menyepakati kode yang akan digunakan pada saat conference apabila mahasiswa melakukan
keterampilan tidak sesuai daftar tilik
• Menjawab setiap pertanyaan yang diajukan mahasiswa DIII
– Setiap pertanyaan dari mahasiswa DIII diusahakan dijawab dengan benar sehingga mahasiswa
puas

Post Conference
• Mengkaji tujuan atau keterampilan yang sudah dipelajari
– Menanyakan perasaan mahasiswa DIII setelah melakukan keterampilan
– Menanyakan langkah-langkah yang sudah dikerjakan menurut mahasiswa, apakah sudah sesuai
atau belum dengan daftar tilik
– Membahas keterampilan oleh pembimbing, yang sudah dikerjakan mahasiswa disesuaikan
dengan daftar tilik yang sudah diisi pembimbing

10
• Diskusi dengan mahasiswa DIII kebidanan mengenai kasus yang sudah dipelajari
• Melakukan praktek tambahan pada model
– Melakukan simulasi keterampilan pada model yang dianggap belum dipahami oleh mahasiswa
– Mahasiswa DIII mencoba melakukan keterampilan pada model sambil dibimbing
• Merencanakan sesi klinik selanjutnya
– Membimbing mahasiswa melakukan pendokumentasian
– Menanyakan keterampilan apa yang akan dicapai pada sesi berikutnya
• Melakukan praktek tambahan pada model
– Melakukan simulasi keterampilan pada model yang dianggap belum dipahami oleh mahasiswa
– Mahasiswa DIII mencoba melakukan keterampilan pada model sambil dibimbing
• Merencanakan sesi klinik selanjutnya
– Membimbing mahasiswa melakukan pendokumentasian
– Menanyakan keterampilan apa yang akan dicapai pada sesi berikutnya

Tujuan pre dan post conference


Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-masalah secara kritis dan
menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran berbagai situasi
lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat
meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang
efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif (McKeachie, 1962).
Juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak
terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan (T.M. Marelli,
et.al, 1997).

a. Tujuan pre konfre adalah:


1) Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan asuhan dan
merencanakan evaluasi hasil
2) Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan
3) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien
4) bagi mahasiswa yaitu menyiapkan mahasiswa untuk pembelajaran pada setting klinik,
5) menyiapkan mahasiswa untuk aktivitas penugasan klinik.
6) menyiapkan mahasiswa untuk pengalaman praktek klinik.

b. Tujuan post conference adalah:


1) Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan membandingkan
masalah yang dijumpai.

11
Syarat pre dan post conference
Syarat Pre dan Post Conference yaitu:
1. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan post conference
dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan.
2. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit.
3. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien, perencanaan
tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan.
4. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim.

Pedoman pelaksanaan conference


1. Sebelum dimulai, tujuan conference harus dijelaskan
2. Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok
3. Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga fokus diskusi tanpa mendominasi dan
memberi umpan balik
4. Pemimpin harus merencanakan topik yang penting secara periodik
5. Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran serta, keinginan mengambil tanggung
jawab dan menerima pendekatan serta pendapat yang berbeda
6. Raung diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada saat diskusi
7. . Frekuensi pre-konferens yaitu apakah dilakukan setiap hari sebelum praktek klinik atau
pada awal mahasiswa akan melaksanakan praktek klinik saja.
8. Tingkat pengetahuan dan keterampilan mahasiswa menentukan seberapa sering di perlukan
fase pre-konferens.
9. Waktu yang diperlukan untuk setiap mahasiswa seharusnya sama atau mungkin dapat
diperpanjang. Cara lebih efektif dengan penggunaan waktu sekitar 20 menit sampai satu jam
untuk diskusi.
10. Waktu apakah dilakukan setiap hari, jam tujuh misalnya sebelum praktek klinik.
11. Lokasi terdapat keuntungan apabila pre-konferens dilakukan pada lokasi yang berdekatan
dengan tempat praktek. Salah satu keuntungannya adalah mengurangi jumlah waktu yang
diperlukan untuk pergi ke lahan praktek. Perlu di ingat bahwa keadaan fisik yang nyaman
atau baik dari sisi mahasiswa adalah kondisis yang baik bagi proses belajar mengajar
termasuk untuk praktek klinik..
12. Bila memungkinkan, libatkan staf ruangan tempat praktek untuk menjelaskan
dan negosiasi program dalam hubungannya dengan penggunaan fasilitas yang ada.
13. Pada saat menyimpulkan conference, ringkasan diberikan oleh pemimpin dan
kesesuaiannya dengan situasi lapangan.

Tuntutan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pre dan post conference
adalah sebagai berikut :
a. Tujuan yang telah di buat dalam konferens seharusnya di konfirmasikan terlebih dahulu..
b. Diskusikan yang di lakukan seharusnya merefleksikan prinsip-prinsip kelompok yang
dinamis.
c. Instruktur klinis memiliki peran dalam kelangsungan diskusi dengan berpegang kepada
fokus yang di bicarakan, tanpa mendomisilinya dan memberikan umpan balik yang di
perlukan secara tepat.

12
d. Instruktur klinis harus memberikan penekanan-penekanan pada poin-poin penting selama
diskusi berlansung.
e. Atmosfer diskusi seharusnya mendukung bagi partisipasi kelompok, mengandung
keinginan anggota diskusi untuk memberikan responsnya dan menerima pendapat atau
pandangan yang berbedauntuk selanjutnya mencari persamaannya.
f. Besar kelompok seharusnya di batasi 10-12 orang untuk memelihara pertukaran ide-ide
pemikiran yang ade kuat di antara mereka.
g. Usahakan antara anggota kelompok dapat bertatapan langsung ( face to face).
h. Pada kesimpulan akhir dari konferens, ringkasan dan kesimpulan seharusnya berikan oleh
instruktur klinis atau siswa dengan mengacu pada tujuan pembelajaran dan sifat applicability
pada situasi dan kondisi yang lain.

Kegiatan ketua tim pada fase pre dan post conference


1. Fase pre konfre
a. Ketua tim atau Pj tim membuka acara
b. Ketua tim atau pj tim menanjakan rencana harian masing – masing perawat pelaksana
c. Ketua tim atau Pj tim memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait dengan asuhan
yang diberikan saat itu.
d. Ketua tim atau Pj tim memberikan reinforcement.
e. Ketua tim atau Pj tim menutup acara

2. Fase post konfre


a. Ketua tim atau Pj tim membuka acara.
b. Ketua tim atau Pj tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan.
c. Ketua tim atau Pj tim yang menanyakan tindakan lanjut asuhan klien yang harus dioperkan
kepada perawat shift berikutnya.
d. Ketua tim atau Pj menutup acara.

Hal-hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi


1. Data utama klien
2. Keluhan klien
3. TTV dan kesadaran
4. Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru.
5. Masalah keperawatan
6. Rencana keperawatan hari ini.
7. Perubahan keadaan terapi medis.
8. Rencana medis.

Hal-hal yang di sampaikan oleh ketua tim


1. Ketua tim mendikusikan dan mengarahkan perawat asosiet tentang masalah yang terkait
dengan perawatan klien yang meliputi :
a. Klien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan, kesalahan pemberian makan,
kebisikan pengunjung lain, kehadiran dokter yang dikonsulkan.
b. Ketepatan pemberian infuse.

13
c. Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan.
d. Ketepatan pemberian obat / injeksi.
e. Ketepatan pelaksanaan tindakan lain,
f. Ketepatan dokumentasi.
g. Mengiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.
2. Mengiatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan kemajuan masing –
masing perawatan asosiet.
3. Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalaah yang tidak dapat diselesaikan.

MASALAH/ KENDALA
• Pre Conference
– Masalah
• Pasien banyak
• Mahasiswa yang dibimbing lebih banyak dibanding pembimbingnya
• Tempat khusus untuk pre conference kurang memadai
• Mahasiswa kadang-kadang tidak membawa buku pencapaian target dan daftar tilik
• Mahasiswa kurang inisiatif untuk bertanya
• Mahasiswa sering terlambat datang ke lahan praktek
Post Conference
• Masalah
– Mahasiswa kurang menguasai daftar tilik sehingga tidak menyadari kekurangan yang dilakukan
– Tidak tersedianya model untuk latihan
– Kurang menguasai pendokumentasian (kurang fokus)

14
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pengalaman belajar klinik dan lapangan merupakan proses pembelajaran yang penting diberikan
kepada mahasiswa/i untuk mempersiapkan diri menjadi tenaga kesehatan profesional. Melalui
pengalaman belajar klinik dan lapangan diharapkan dapat membentuk kemampuan akademik dan
profesional, mampu mengembangkan ketrampilan dalam memberikan pelayanan atau asuhan yang
sesuai dengan standar serta dapat berorientasi dengan peran profesional.

15

Anda mungkin juga menyukai