Sumber: Walker, Samuel., 1994. Sense and Non Sense About Crime and Drugs, A
Policy Guide, Third Edition, California :Wadsworth Publishing Company.
Merujuk pada pendapat Sutherland dan Elliot di atas maka batasan
penjahat dari aspek hukum atau segi yuridis hanya mengantarkan kita pada
status formal seseorang yang dapat dinyatakan sebagai penjahat.
Penjahat, dengan demikian, adalah orang-orang yang melanggar undang-
undang atau hukum pidana, tertangkap tangan, dituntut, dibuktikan
kesalahannya di muka pengadilan, serta dinyatakan bersalah dan dihukum
(sebagian berada di penjara atau Lembaga Pemasyarakatan). Sutherland
(1961) mengakui pentingnya putusan pengadilan, tetapi menurut pendapatnya,
untuk tujuan-tujuan ilmu pengetahuan, kita tidak perlu terlalu terikat pada
putusan-putusan pengadilan. Cukup bilamana kita mengetahui bahwa suatu
perbuatan adalah kejahatan dan bahwa ada seseorang yang telah melakukan
perbuatan tersebut. Si pelaku inilah jang merupakan penjahat, mungkin ia
tertangkap mungkin ia tidak, mungkin ia diketahui mungkin pula tidak. Suatu
masalah yang sukar dijawab adalah berapa lama seseorang itu dapat
dinamakan penjahat. Sebenarnyalah bahwa pertanyaan seperti itu mudah
dijawab, yaitu selama orang yang bersangkutan menjalani hukuman atau
pidananya. Mengapa demikian? Secara singkat kita dapat menjawab karena
penjahat adalah terhukum. Jadi setelah ia bebas dari hukumannya, secara
yuridis, ia bukan penjahat lagi.
Dalam mencari jawaban tentang sosok penjahat, seringkali orang tidak
puas jika tidak membuat semacam profil penjahat. Mungkin sekali bahwa
dengan mengetahui profil atau karakteristik penjahat, masyarakat akan
memperoleh jawaban yang lebih rinci dan konkret siapa orang-orang yang
disebut sebagai penjahat.
Penjahat dalam konteks yang luas tidak hanya mereka yang telah
melanggar undang-undang, akan tetapi juga mereka yang bersikap anti
sosial
Klasifikasi Penjahat
Untuk menyusun klasifikasi pelaku kejahatan maka ada beberapa aspek
yang dapat kita gunakan, yakni:
1. Menurut status sosial pelaku kejahatan
Ditinjau dari aspek status sosial pelaku kejahatan maka kita akan
memperoleh klasifikasi penjahat menurut kelas sosialnya, antara lain sebagai
berikut:
a) White Collar Criminal atau Elite Criminal, yaitu pelaku kejahatan yang
tergolong mempunyai status sosial tinggi dan kedudukan terhormat dalam
suatu masyarakat. Pada umumnya mereka melakukan kejahatannya dalam
rangka pelaksanaan pekerjaannya. Mereka ini antara lain para pejabat,
para pengusaha, para cendikiawan ataupun para ahli dalam berbagai
bidang pekerjaan. Para pelaku kejahatan yang mempunyai status sosial
yang tinggi ini juga dinamakan the upper class criminal atau penjahat
tingkat atas. Praktek atau kejahatan yang mereka lakukan biasanya berupa
penyalahgunaan jabatan atau wewenang, penyalahgunaan kedudukan dan
profesi, atau penyalahgunaan keahlian, dan sebagainya.
b) Lower-class Criminal, yakni para pelaku kejahatan yang tidak mempunyai
status sosial tinggi di masyarakat. Pada umumnya jenis kejahatan yang
dilakukan oleh mereka adalah yang terkait dengan motif ekonomi. Lower-
class criminal ini biasanya meliputi kejahatan jalanan (street crimes),
seperti pencopetan, perampasan, penodongan, penjambretan,
penganiayaan, dan sebagainya. Kejahatan juga biasanya termasuk jenis
kejahatan yang tidak direncanakan atau bersifat spontan. Karena sifatnya
yang spontan itu, bisa saja penjahat jalanan ini melakukan hal-hal diluar
perkiraan, seperti menusuk korbannya, bahkan juga dapat membunuh
korbannya.
Sumber: Walker, Samuel. 1994, Sense and Non Sense About Crime and Drugs, A Policy
Guide, Third Edition, California: Wadsworth Publishing Company.
Menurut Tingkat Kerapihan Organisasi
Ditinjau dari sudut terorganisir atau tidaknya pelaku kejahatan dalam
melakukan aktivitas kejahatannya, maka akan diperoleh klasifikasi sebagai
berikut :
a) Organized Criminals, yaitu para pelaku kejahatan yang tergabung dalam
kejahatan terorganisasi. Mereka melakukan tindak kejahatannya dengan
menggunakan dan menerapkan prinsip-prinsip manajemen, seperti adanya
perencanaan, koordinasi, pengarahan, dan pengawasan yang dikendalikan
oleh kelompok mereka.
b) Non-Organized Criminals, yakni para pelaku kejahatan yang dalam
aktivitasnya bersifat individual dan tidak terorganisasi.