AL QUR'AN TENTANG
TOLERANSI DAN ANTI KEKERASAN
A. PETUNJUK MEMBACA AL QUR’AN
a. Menyentuh, memegang Al Qur’an wajib suci dari najis dan hadas (punya wudhu
dan tidak sedang junub)
b. Ketika membaca atau menghafal Al Qur’an (tanpa memegang Al Qur’an) boleh
tidak punya WUDHU, tapi wajib suci dari hadas besar (junub).
c. Menggunakan pakaian yang suci, rapi dan menutup aurat (pakai kopyah atau
kerudung)
d. Duduk yang baik / sopan, diusahakan menghadap kiblat
e. Ketika mengambil Al Qur’ dengan tangan kanan atau dengan kedua tangan lalu
diletakkan didada saat membawanya.
f. Ketika membacanya, Al Qur’an diletakkan di dampar ( jangan diletakkan di
lantai ketika posisi duduk di lantai), atau dipegagang dengan tangan kanan/kedua
tangan sambil diangkat paling rendah searah perut.
g. Ketika akan membaca Al Qur'an dari awal surat, maka terlebih dahulu membaca
Ta'awwudz dan Basmalah, sedangkan bila tidak dari awal surat, maka cukup dengan
hanya membaca Ta'awwudz saja tanpa Basmalah.
B. TAJWID
MAD FAR’I ( ) َمــدْْ ْفـــرعىadalah mad yang harus dibaca lebih panjang dari
MAD THABI’I karena bertemu dengan hamzah atau sukun, dan atau karena sebab
lainnya.ْMad Far’i ini terdiri dari 13 yaitu:
Cara membacanya harus dipanjangkan 2 1/2 alif ( 5 harokat ) atau 3 alif ( 6 harokat ).
CARA
NO. KALIMAT KETERANGAN
MEMBACA
1 ْـــوْآء
َ س َ Sawaaaaa-un
Wa, ma dan ja dipanjangkan 5
2 َمـــآء Maaaaa-un harokat karena berada dalam
satu kata
3 َجــآء Jaaaaa-a
Cara membacanya harus dipanjangkan 2 1/2 alif ( 5 harokat ) atau satu alif ( 2
harokat), dan yang lebih baik 5 harokat.
Apabila ada huruf MAD yang diiringi sukun (huruf mati), karena ada wakaf, maka
d. MAD 'IWADH
Yaitu apabila ada harokat FATHATAIN ( ) ــًــٍــــ diikuti oleh tanda WAKAF
yang terdapat pada akhir kalimat atau ayat, maka hukum bacaannya disebut MAD
'IWADH ( ) مــدْعــوض
Cara membacanya harus dipanjangkan dua harokat ( satu alif ), contoh :
dipanjangkan satu
3 ـرْا
ً بـَصـي Ran dibaca Raa
alif
e. MAD SHILAH
Disebut MAD SHILAH, yaitu apabila ada HU dan HI ( ْ) هْ ْهْ ْه terletak
Apabila ada MAD SHILAH yang sebelum dan sesudahnya terdapat huruf hidup
3 بــهْبـصــيرا
ً Bihii Bashiiraa
Yaitu apabila ada MAD SHILAH diiringi atau bertemu dengan huruf HAMZAH,
f. MAD BADAL
Yaitu apabila ada MAD didahului oleh huruf hamzah dalam satu kata, cara
membacanya dipanjangkan satu alif. Contoh :
CARA
NO. CONTOH KALIMAT ASAL KATA
MEMBACA
ْْوأَنَاْبَ ِريء
َ ْم َّماْأَع َم ُل َ ْوك ْفَقُلْ ِلّي
ِ َع َم ِليْ َولَ ُكم ْ َع َملُ ُكمْْۚ ْأَنتُمْبَ ِريئُون َ َُوإِنْ َكذَّب
ْ ١٠:٤١ْْ:ْ َِ ّم َّماْتَع َملُون
Artinya :
Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan di
antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih
mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.
6
Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu
pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun
berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan".(Yunus)
Artinya :
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa
yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain,
atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan
seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia
semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan
(membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka
sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka
bumi. (Al Maidah)
7
ْْوأَنَاْبَ ِريء
َ ْم َّماْأَع َم ُل
ِ َيْولَ ُكم ْ َع َملُ ُكمْْۚ ْأَنتُمْبَ ِريئُون َ ْوك ْفَقُلْ ِلّي
َ ع َم ِل َ َُوإِنْ َكذَّب
ْ ١٠:٤١ْْ:ْ َِ ّم َّماْتَع َملُون
Artinya :
Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan di
antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih
mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.
Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu
pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun
berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan". (Yunus)
ً ِمنْأَجـ ِلْ َٰذَ ِل َكْ َكتَبنَاْ َعلَ َٰىْبَنِيْإِس َرائِيـ َلْأَنَّهُْ َمنْقَــت َ َلْنَف
َ َساْبِغَــي ِرْنَف ٍسْأَوْف
ٍْساد
ْْۚاسْ َج ِميعًا َ َّاْو َمنْأَح َياهَاْفَ َكأَنَّ َماْأَح َياْالن
َ ًاسْ َج ِميع َ َّضْفَ َكأَنَّ َماْقَت َ َلْالن ِ ِفيْاْلَر
ْ َضْلَ ُمس ِرفُونِ اْمن ُهمْ َبعدَْ َٰذَ ِل َكْفِيْاْلَر ً ِسلُنَاْ ِبالبَ ِيّنَاتِْث ُ َّمِْْإ َّنْ َكث
ّ ِ ير ُ ْر ُ َولَقَدْ َجا َءت ُهم
٥:٣٢ْ:
Artinya :
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa
yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain,
atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah
8
َ ْقُلْ ُك ٌّلْ َيع َملُْ َعلَىْشَا ِكلَ ِت ِهْفَ َربُّ ُكمْأَعْلَ ُمْ ِب َمنْهُ َوْأَهدَى
ً س ِب
ْيال
Artinya:
Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing. Maka
Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. (Q.S. Al-Isra': 84)
Mereka berlepas diri (tidak bertanggung jawab) terhadap apa yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad saw. dan Nabi Muhammad pun tidak bertanggung jawab terhadap
apa yang mereka lakukan. Maksudnya Allah swt. tidak akan menjatuhkan hukuman
kepada seseorang karena kesalahan orang yang lain.
Allah swt. berfirman:
ِ يْوأَنَاْبَ ِريء
َْْم َّماْتُج ِر ُمون ِْ قُلْ ِإ
َّ َنْافت َ َريتُهُْفَ َعل
َ يْ ِإج َر ِام
10
ْArtinya:
Katakanlah: "Jika aku membuat-buat nasihat itu, maka hanya akulah yang memikul
dosaku, dan aku berlepas diri dari dosa yang kamu perbuat." (Q.S. Hud: 35)
Dan firman-Nya lagi:
(Oleh sebab itu) artinya karena perbuatan Qabil itu tadi (Kami tetapkan bagi Bani
Israel bahwa sesungguhnya) innahuu disebut dhamir sya`n (siapa yang membunuh
seorang manusia bukan karena manusia lainnya) yang dibunuhnya (atau) bukan
karena (kerusakan) yang diperbuatnya (di muka bumi) berupa kekafiran, perzinaan
atau perampokan dan sebagainya (maka seolah-olah dia telah membunuh manusia
kesemuanya.
Sebaliknya siapa yang memelihara kehidupannya) artinya tidak hendak
membunuhnya (maka seolah-olah ia telah memelihara kehidupan manusia
seluruhnya.) Kata Ibnu Abbas, "Ini dilihat dari segi melanggar kesuciannya dan dari
segi memelihara serta menjaganya." (dan sesungguhnya telah datang kepada mereka
itu) yakni kepada orang-orang Israel (rasul-rasul Kami membawa keterangan-
keterangan yang jelas) maksudnya mukjizat-mukjizat (kemudian banyak di antara
mereka sesudah itu melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi) dengan
kekafiran, melakukan pembunuhan dan lain-lain.
ْ:ِيراْ﴿اإلسراء
ً اْونَذ ّ ِ ََاك ْ ِإ ََّّل ْ ُمب
َ ش ًر َ ْو َماْأَر
َ سلن َ ق ْنَزَ َل َ ُق ْأَنزَ لنَاه
ِ ّ ْو ِبال َح ِ ّ )ْو ِبال َح
َ ٣(
ْ ﴾١٠٥
2. Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.
3. Dan Kami turunkan (Al Quran) itu dengan sebenar-benarnya dan Al Quran itu
telah turun dengan (membawa) kebenaran. Dan Kami tidak mengutus kamu,
melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.
4. Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya
sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan
manusia tiada mengetahui.
5. Tuhanmu lebih mengetahui tentang kamu. Dia akan memberi rahmat kepadamu
jika Dia menghendaki dan Dia akan mengazabmu, jika Dia menghendaki. Dan, Kami
tidaklah mengutusmu untuk menjadi penjaga bagi mereka.
6. Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang
menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul
kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.
2. AL ANBIYA’ 107
Orang-orang yang beriman dan mengikuti petunjuk agama itu akan memperoleh
rahmat dan Allah berupa rezeki dan karunia di dunia dan di akhirat nanti mereka akan
memperoleh rahmat berupa surga yang disediakan Allah bagi mereka. Sedang orang-
orang yang tidak beriman akan memperoleh rahmat pula, karena dengan cara yang
tidak langsung mereka mengikuti sebagian ajaran-ajaran agama itu, sehingga mereka
memperoleh kebahagiaan hidup di dunia.
Jika dilihat sejarah manusia dan kemanusiaan, maka agama Islam adalah agama yang
berusaha sekuat tenaga menghapuskan perbudakan dan penindasan oleh manusia
terhadap manusia yang lain. Seandainya dibuka pintu perbudakan hanyalah sekadar
untuk mengimbangi perbuatan orang-orang kafir terhadap kaum Muslimin itu.
Sedangkan jalan-jalan untuk menghapuskan perbudakan dibuat sebanyak-banyaknya.
Demikian pula prinsip-prinsip musyawarah yang ditetapkan agama Islam lebih tinggi
nilainya dari prinsip-prinsip demokrasi yang selalu diagung-agungkan.
Perbaikan perbaikan tentang kedudukan wanita yang waktu itu hampir sama dengan
binatang, dan pengakuan terhadap kedudukan anak yatim, perhatian terhadap fakir
dan miskin, permtah melakukan jihad untuk memerangi kebodohan dan kemiskinan,
semuanya diajarkan oleh Alquran dan Hadis, kemudian dijadikan sebagai dasar
perjuangan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dengan demikian seluruh umat manusia
memperoleh rahmat, baik yang langsung atau tidak langsung dari agama yang dibawa
Muhammad. Tetapi kebanyakan manusia masih mengingkari padahal rahmat yang
mereka peroleh itu adalah rahmat dan nikmat Allah SWT.
3. AL ISRO’ 105
ْ:ِيراْ﴿اإلسراء
ً اْونَذ ّ ِ ََاك ْ ِإ ََّّل ْ ُمب
َ ش ًر َ ْو َماْأَر
َ سلن َ ق ْنَزَ َل َ ُق ْأَنزَ لنَاه
ِ ّ ْوبِال َح ِ ّ )ْوبِال َح
َ ٣(
﴾١٠٥
15
Dalam ayat ini Allah SWT menegaskan kepada Rasul saw, bahwa Allah benar-benar
telah menurunkan Alquran itu dari sisi Nya, tidaklah patut manusia meragukannya
dan berpaling dari padanya.
Artinya:
(Mereka tidak mau mengakui yang diturunkan kepadamu itu) tetapi Allah mengakui
Alquran yang diturunkan Nya kepadamu. Allah menurunkannya dengan ilmu Nya;
dan malaikat-malaikatpun menjadi saksi (pula). Cukuplah Allah yang mengakuinya".
(Q.S. An Nisa: 166)
Alquran itu juga membawa ajaran-ajaran yang benar yang membawa ketertiban dan
kesejahteraan kepada umat manusia.
ُ ِْوإِنَّاْلَهُْلَ َحاف
َْظون َ \إِنَّاْنَح ُنْن ََّزلنَاْالذِّك َر
Artinya:
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Alquran dan sesungguhnya Kami benar-
benar memeliharanya. (Q.S. Al Hijir: 9)
Demikianlah Allah menerangkan sifat-sifat Alquran dengan segala jaminan Nya akan
segala kesuciannya dari kekotoran tangan manusia dan dia diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw yang diutus kepada umat manusia untuk memberikan kabar kepada
mereka tentang pahala dan surga bagi orang-orang yang beriman dan taat kepada
ajaran agama, dan memberikan peringatan kepada manusia tentang azab dan neraka
bagi yang kafir dan berbuat dosa.
ِيرا
ً اْونَذ ّ ََاكْإِ ََّّلْ ُمب
َ ش ًِر َ ْو َماْأَر
َ سلن َ قْنَزَ َل َ ُقْأَنزَ لنَاه
ِ ّ ْو ِبال َح ِ ّ َو ِبال َح
(Dan Kami turunkan dia itu dengan sebenar-benarnya) Alquran itu (dan dengan
membawa kebenaran) mengandung kebenaran (Alquran itu telah turun) dalam
keadaan utuh sebagaimana waktu diturunkan tidak akan terjadi perubahan dan
penggantian padanya. (Dan Kami tidak mengutus kamu) hai Muhammad (melainkan
sebagai pembawa berita gembira) kepada orang yang percaya akan adanya surga (dan
pemberi peringatan) terhadap orang yang ingkar kepada adanya neraka.
106. Dan Al quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian
demi bagian.(QS. 17:106)
17
Ia bertugas sebagai pembawa berita gembira bagi orang-orang yang mempercayai dan
mengamalkan risalah yang dibawanya itu dan sebagai pembawa peringatan kepada
orang-orang yang mengingkarinya atau menolak ajaran-ajarannya. Nabi Muhammad
adalah nabi penutup tidak ada lagi Nabi dan Rasul diutus Allah sesudah dia.
Dengan demikian pastilah risalah yang dibawanya itu berlaku untuk seluruh manusia
sampai Kiamat. dan karena risalahnya itu adalah risalah yang terakhir maka di dalam
risalahnya tercapailah peraturan-peraturan dan syariat hukum-hukum yang layak dan
baik untuk dijalankan setiap tempat dan setiap masa, karena risalah yang dibawanya
itu bersumber dari Allah Yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui. Dialah yang
menciptakan langit dan bumi dan segala apa yang ada pada keduanya. Dialah yang
mengatur segala apa yang ada pada keduanya. Dialah yang mengatur semuanya itu
dengan peraturan yang amat teliti sehingga semuanya berjalan dengan baik dan
harmonis.
Allah yang demikian besar kekuasaan-Nya tidak mungkin akan menurunkan suatu
risalah yang mencakup seluruh umat manusia kalau peraturan-peraturan dan syariat
itu tidak mencakup 'seluruh kepentingan manusia pada setiap masa. Dengan demikian
pastilah risalahnya itu risalah yang baik untuk ditrapkan kepada siapa dan umat yang
manapun di dunia ini.
Hal ini tidak diketahui oleh semua orang bahkan kebanyakan manusia menolak dan
menantangnya. Di antara penantang-penantang itu adalah kaum Muhammad sendiri
18
yaitu orang-orang kafir Mekah. Banyak ayat-ayat di dalam Alquran yang menegaskan
bahwa Muhammad diutus kepada manusia seluruhnya di antaranya:
ً ار َكْالَّذِيْن ََّز َلْالفُرقَانَ ْ َعلَ َٰىْ َعب ِد ِهْ ِليَ ُكونَ ْ ِلل َعالَ ِمينَ ْنَذ
ِيرا َ َتَب
Artinya:
Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al Furqan (Alquran) kepada hamba-Nya
agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (Q.S. Al Furqan: 1)
Dan firman-Nya:
ِْس َم َاوات َّ َّْللاِ ْ ِإلَي ُكم ْ َج ِميعًا ْالَّذِي ْلَهُ ْ ُملكُ ْال
َّ سو ُل َ اس ْإِنِّي
ُ ْر ُ َّقُل ْيَا ْأَيُّ َها ْالن
َٰ
ْي ِّ ي ْاْل ُ ِ ّم ِّ ِسو ِل ِْه ْالنَّب
ُ ْو َر َّ ِآمنُواْب
َ ِاَّلل ِ َيْويُ ِميتُْْۚ ْف ْ ِ َواْلَر
َ ِضْۚ ََّْل ْإِلَهَ ْإِ ََّّل ْ ُه َو ْيُحي
َْْوات َّ ِبعُوهُْلَ َعلَّ ُكمْتَهتَدُون
َ ْو َك ِل َما ِت ِه َّ الَّذِيْيُؤ ِم ُنْ ِب
َ ِاَّلل
Artinya:
Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua,
yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu
kepada Allah dan Rasul-Nya. Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan
kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia supaya kamu
mendapat petunjuk". (Q.S. Al A'raf: 158)
memberikan taufik dan hidayah Nya kepada mereka, sehingga beriman dengan iman
yang benar, dan suka mengamalkan amal-amal yang saleh, apabila Dia menghendaki.
Di dalam ayat ini terdapat isyarat yang menunjukkan, bahwa kaum Muslimin tidak
boleh menghina kaum musyrikin, dan tidak boleh pula mengatakan kepada mereka
bahwa mereka ahli neraka, karena kepastian seseorang masuk neraka atau tidak,
adalah termasuk masalah gaib, yang hanya diketahui oleh Allah SWT. Dan tidak
boleh berbuat sesuatu yang mendatangkan malu kepada mereka, karena yang
demikian itu hanya menyebabkan mereka dengki dan menimbulkan permusuhan,
maka perbuatan-perbuatan itu tidak ada gunanya.
Di akhir ayat Allah SWT menegaskan bahwa Dia tidaklah mengutus Rasul Nya untuk
memaksa mereka melakukan apa yang diridai Allah, akan tetapi Allah mengutusnya
sebagai pemberi berita gembira dan peringatan. Itulah sebabnya maka Allah SWT
melarang Rasul Nya membuat sesuatu paksaan terhadap mereka, dan memerintahkan
agar seluruh sahabatnya bersikap lapang dada pula.
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-
orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari
20
Ayat ini mengajarkan prinsip toleransi, yaitu hendaklah setiap muslim berbuat baik
pada lainnya selama tidak ada sangkut pautnya dengan hal agama (IBADAH).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Allah tidak melarang kalian berbuat baik kepada
non muslim yang tidak memerangi kalian seperti berbuat baik kepada wanita dan
orang yang lemah di antara mereka. Hendaklah berbuat baik dan adil karena Allah
menyukai orang yang berbuat adil.”
Sedangkan ayat selanjutnya yaitu ayat kesembilan adalah berisi larangan untuk loyal
pada non muslim yang jelas-jelas musuh Islam, memusuhi Islam.
A. Pengertian Toleransi
Dalam Wikipedia bahasa Indonesia (ensiklopedia bebas) disebutkan bahwa :
Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap
dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok
yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.
Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu
masyarakat menghormati keberadaan agama atau kepercayaan lainnya yang berbeda.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata toleransi berarti sifat
atau sikap toleran. Kata toleran sendiri didefinisikan sebagai “bersifat atau bersikap
menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat,
pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau
bertentangan dengan pendirian sendiri.
21
Kata toleransi sebenarnya merupakan serapan dari bahasa Inggris “tolerance”, yang
definisinya juga tidak jauh berbeda dengan kata toleransi/toleran.
Adapun dalam bahasa Arab, istilah yang lazim dipergunakan sebagai padanan dari
kata toleransi adalah سماحةatau تسامح. Kata ini pada dasarnya berarti al-jûd
(kemuliaan), atau sa’at al-shadr (lapang dada) dan tasâhul (ramah, suka
memaafkan). Makna ini selanjutnya berkembang menjadi sikap lapang dada/ terbuka
(welcome) dalam menghadapi perbedaan yang bersumber dari kepribadian yang
mulia. Dengan demikian, berbeda dengan kata tolerance yang mengandung nuansa
keterpaksaan, maka kata tasâmuh memiliki keutamaan, karena melambangkan sikap
yang bersumber pada kemuliaan diri (al-jûd wa al-karam) dan keikhlasan. Jika
dicermati dengan seksama, pemahaman tentang toleransi tidak dapat berdiri sendiri.
Ia terkait erat dengan suatu realitas lain di alam yang merupakan penyebab langsung
dari lahirnya toleransi. Keduanya ibarat dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan.
Memahami toleransi an sich tidak akan ada artinya tanpa memahami realitas lain
tersebut, yaitu kemajemukan (pluralisme; bahasa Arab: ta’addudiyyah). Dengan
demikian, untuk dapat bertoleransi dengan baik, maka pemahaman terhadap
pluralisme terlebih dahulu mutlak diperlukan.
Secara etimologis, kata pluralisme berasal dari bahasa Inggris “plural” yang berarti
banyak (antonim dari kata singular). Dalam perkembangannya, kata ini secara lebih
spesifik ditujukan terhadap realitas masyarakat yang majemuk. Artinya, masyarakat
yang heterogen dalam satu aspek atau lebih, seperti dalam hal keturunan, pemikiran,
tingkah laku, kepercayaan, adat istiadat, agama, dan sebagainya. Kemajemukan ini
lahir melalui proses-proses tertentu, disadari atau tidak, atau dikehendaki maupun
tidak dikehendaki.
22
B. Rambu-rambu Toleransi
Dasar Pemikiran dan Rambu Toleransi menurut al-Quran dan Sunnah,
Yusuf al-Qaradhawi mengatakan bahwa toleransi dalam Islam dibangun diatas
beberapa landasan pokok, yaitu:
َّ
ِْْالطيِّبَات ّ ِ ْو َرزَ قنَا ُهم
َْمن َ َولَقَد ْ َك َّرمنَا ْبَنِي ْآدَ َم
َ ْو َح َملنَا ُهم ْفِي ْالبَ ِ ّر
َ ْوالبَح ِر
٧٠ْ:ْاَّلسراء.ضي ًال
ِ ْم َّمنْ َخلَقنَاْتَف
ّ ِ َوفَضَّلنَا ُهمْ َعلَ َٰىْ َكثِي ٍر
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan
2. Keyakinan bahwa pluralisme sudah merupakan kehendak Allah SWT yang tidak
akan mengalami perubahan. Sebagai contoh, dalam kaitannya dengan pluralisme
agama, Allah berfirman:
sementara pilihan antara iman atau tidak adalah urusan masing-masing pihak dengan
Allah SWT. Allah SWT berfirman:
4. Prinsip tentang keadilan, selama pihak lain berlaku sama.Allah SWT berfirman:
َْآنْقَو ٍم
ُ شنَ ْْو ََّلْيَج ِر َمنَّ ُكم
َ ْۚط َّ ِ َيَاْأَيُّ َهاْالَّذِينَ ْآ َمنُواْ ُكونُواْقَ َّو ِامين
ُ َِّْْلل
ِْ ش َهدَا َءْبِال ِقس
َّ واَّْللاَْۚ ْإِ َّن
َْ ْ ََّْللا
ْخبِير ْبِ َما َّْ ُْواتَّق
َ ْۚى ُ َعلَ َٰى ْأ َ ََّّل ْتَع ِدلُواْۚ ْاع ِدلُواْهُ َو ْأَق َر
َْٰ ب ْ ِللتَّق َو
٨ْ:ْالمائدة. َتَع َملُون
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
Apa yang disebutkan oleh Yusuf al-Qaradhawi diatas, pada hakikatnya merupakan
penegasan bahwa ajaran Islam tentang toleransi tidak dibangun diatas landasan yang
24
Tentang batasan toleransi, Islam menekankannya pada prinsip keadilan. Surat al-
Mumtahanah: 8-9, umpamanya, telah mencerminkan pola hubungan yang
proporsional dan berkeadilan tersebut. Kesan yang dapat ditangkap dari ayat ini
adalah bahwa toleransi dapat terus berjalan selama pihak luar berlaku adil terhadap
umat Islam, dalam konteks ini adalah tidak memerangi kaum muslim karena alasan
agama, tidak mengusir kaum muslim dari negeri-negeri mereka, atau berkonspirasi
dengan pihak lain untuk mengusir umat Islam. Akan tetapi, jika yang terjadi justru
sebaliknya, maka tidak berlaku toleransi. Artinya, umat Islam harus bersikap tegas
dengan memerangi mereka.
ٍْْرطبَةٍْأَجر
َ فِىْ ُك ِّلْ َك ِبد
“Menolong orang sakit yang masih hidup akan mendapatkan ganjaran pahala.” (HR.
Bukhari no. 2363 dan Muslim no. 2244). Lihatlah Islam masih mengajarkan peduli
sesama.
ْاحب ُه َما
ِ صَ اْو َ اك ْ َعلىْأَن ْتُش ِر َك ْ ِبيْ َماْلَي
َ س ْلَ َك ْ ِب ِه ْ ِعلم ْفَالْت ُ ِطع ُه َم َ ََو ِإن ْ َجا َهد
فِيْالدُّنيَاْ َمع ُروفًا
Artinya:
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang
tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya,
dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman: 15).
Ketika orang tua memaksa untuk syirikpun, hubungan baik dengan mereka harus
tetap terjalin.
Lihat contohnya pada Asma’ binti Abi Bakr radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Ibuku
pernah mendatangiku di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan
membenci Islam. Aku pun bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk
tetap jalin hubungan baik dengannya. Beliau menjawab, “Iya, boleh.” Ibnu ‘Uyainah
mengatakan bahwa tatkala itu turunlah ayat,
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-
orang yang tiada memerangimu ….” (QS. Al Mumtahanah: 8)
Artinya:
“’Umar pernah melihat pakaian yang dibeli seseorang lalu ia pun berkata pada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Belilah pakaian seperti ini, kenakanlah ia pada hari
Jum’at dan ketika ada tamu yang mendatangimu.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam pun berkata, “Sesungguhnya yang mengenakan pakaian semacam ini tidak
akan mendapatkan bagian sedikit pun di akhirat.” Kemudian Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam didatangkan beberapa pakaian dan beliau pun memberikan
sebagiannya pada ‘Umar. ‘Umar pun berkata, “Mengapa aku diperbolehkan
memakainya sedangkan engkau tadi mengatakan bahwa mengenakan pakaian seperti
ini tidak akan dapat bagian di akhirat?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, “Aku tidak mau mengenakan pakaian ini agar engkau bisa
mengenakannya. Jika engkau tidak mau, maka engkau jual saja atau tetap
mengenakannya.” Kemudian ‘Umar menyerahkan pakaian tersebut kepada
saudaranya di Makkah sebelum saudaranya tersebut masuk Islam. (HR. Bukhari no.
2619). Lihatlah sahabat mulia ‘Umar bin Khottob masih berbuat baik dengan
memberi pakaian pada saudaranya yang non muslim.
27
ِْين
ِ يْد َ لَ ُكمْدِينُ ُكم
َ ْو ِل
“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”. (QS. Al Kafirun: 6).
ِ ُْوأَنَاْبَ ِريء
َْْم َّماْتَع َملُون َ ْم َّماْأَع َمل
ِ َأَنتُمْبَ ِريئُون
“Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri
terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Yunus: 41)
Ibnu Jarir Ath Thobari menjelaskan mengenai ‘lakum diinukum wa liya diin’, “Bagi
kalian agama kalian, jangan kalian tinggalkan selamanya karena itulah akhir hidup
yang kalian pilih dan kalian sulit melepaskannya, begitu pula kalian akan mati dalam
di atas agama tersebut. Sedangkan untukku yang kuanut. Aku pun tidak
meninggalkan agamaku selamanya. Karena sejak dahulu sudah diketahui bahwa aku
tidak akan berpindah ke agama selain itu.” (Tafsir Ath Thobari, 14: 425).
28
Itulah prinsip toleransi yang digelontorkan oleh kafir Quraisy di masa silam, hingga
Allah pun menurunkan ayat,
Jangan heran, jika non muslim sengaja beri ucapan selamat pada perayaan Idul Fitri
yang kita rayakan. Itu semua bertujuan supaya kita bisa membalas ucapan selamat di
29
perayaan Natal mereka. Inilah prinsip yang ditawarkan oleh kafir Quraisy di masa
silam pada nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
َّلْتدخلواْعلىْالمشركينْفيْكنائسهمْيومْعيدهمْفإنْالسخطةْتنزلْعليهم
“Janganlah kalian masuk pada non muslim di gereja-gereja mereka saat perayaan
mereka. Karena saat itu sedang turun murka Allah.”
Umar berkata,
اجتنبواْأعداءْهللاْفيْأعيادهم
“Jauhilah musuh-musuh Allah di perayaan mereka.” Demikian apa yang disebutkan
oleh Ibnul Qayyim dalam Ahkam Ahli Dzimmah, 1: 723-724.
Juga sifat ‘ibadurrahman, yaitu hamba Allah yang beriman juga tidak menghadiri
acara yang di dalamnya mengandung maksiat. Perayaan natal bukanlah maksiat biasa,
karena perayaan tersebut berarti merayakan kelahiran Isa yang dianggap sebagai anak
Tuhan. Sedangkan kita diperintahkan Allah Ta’ala berfirman menjauhi acara maksiat
lebih-lebih acara kekufuran,
30
Salah satu dari arti Islam adalah kesejahteraan dan keselamatan, oleh karena itu
konsep dasar Islam dalam mengatur hubungan dengan siapapun adalah kerukunan
dan atau perdamaian, dan sedapat mungkin menghindarkan diri dari permusuhan dan
perselisihan. Dalam mengatur hubungan sesama muslim terdapat konsep ukhuwah
Islamiyah, yaitu hubungan atau persaudaraan yang tumbuh dan berkembang karena
persamaan keimanan/keagamaan, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Konsep ukhuwah Islamiyah ini, antara lain didasarkan pada surat Al Hujarat ayat 10 -
13. Dalam ayat-ayat ini antara lain dijelaskan bahwa antara sesama muslim harus :
a. Terjalin hubungan saudara atau persaudaraan antara sesama muslim, Nabi saw.
bersabda :
المسلمْاخواْالمسلمَّْليظل ُمهُْوَّليـخذُْلهُْوَّليـَكذبهُْوَّليحقرهْْرواهْْمسلم
Artinya : “Orang muslim menajadi saudara bagi muslim lainnya, tidak boleh
menganiaya sesamanya, membiarkannya, berdusta, dan tidak boleh
menghinakannya”. HR. Muslim
31
كلْالمسلمْعلىْالمسلمْحرامْعرضهْومالهْودمهْْرواهْالترمذى
Artinya : “Setiap muslim terhadap muslim lainnya diharamkan mengganggu
kehormatannya, harta dan darah (jiwa) nya”. HR. Tirmidzi
e. Selalu menjaga nama baik saudaranya, tidak boleh mencari-cari kesalahan orang
lain.
f. Menjadikan perbedaan warna kulit dan keturunan serta ras dan bangsa untuk
saling ta’aruf, mengadakan hubungan timbal balik secara baik.
g. Gotong royong atau tolong menolong dalam masalah kebaikan dan banyak lagi
yang lainnya.
Semua sifat dan sikap serta usaha untuk menciptakan kerukunan dan perdamaian
telah dicontohkan oleh Nabi saw. selama masa hidup beliau yang pada saat ini sudah
terkonsep dalam “Akhlaqul Karimah”, dan yang harus dijauhi oleh setiap muslim
dalam setiap pergaulannya terkumpul dalam konsep “Akhlaqul Madzmumah”.
Telah diuraikan bahwa konsep dasar Islam adalah kerukunan atau perdamaian dengan
siapapun dan terhadap siapapun. Konsep ini telah diterapkan sendiri oleh Nabi saw.
ketika membentuk pemerintahan di Madinah, dimana penduduknya terdiri dari tiga
golongan yaitu : Islam, Yahudi dam Nasrani. Beliau menyatukan unsur-unsur yang
32
berbeda itu dengan dasar persamaan hak dan kebebasan beragama serta kemerdekaan
menjalankan agamanya masing-masing.
Isi perjanjian antara Nabi saw. dan kelompok non Islam itu adalah:
c. Apabila salah satu golongan diserang musuh, golongan yang lain harus
membantunya.
Empat poin isi perjanjian di atas sama sekali tidak menyangkut dan mencampuri
urusan agama masing-masing golongan. Sebetulnya ketika Nabi saw. masih berada di
Makkah, beliau pernah mendapat tawaran dari pembesar kafir Quraisy untuk saling
kompromi, mereka akan menyembah Tuhan yang disembah Nabi saw., pada waktu
yang lain Nabi saw. supaya menyembah Tuhan yang mereka sembah, begitu
juga dalam masalah yang lain, saling bergantian. Ajakan yang nampaknya baik dari
tokoh Quraisy ini, ditolak oleh Nabi saw., apalagi dalam Surat Al Kafirun ayat 1 - 6.
jelas ditegaskan bahwa tidak ada kompromi dalam hal pelaksanaan agama atau
kepercayaan. Bagimu agamamu, dan bagiku agamaku.
Kata-kata berbuat baik di situ memiliki arti yang sangat luas, meliputi semua nilai-
nilai kebaikan dan pergaulan secara luas, dan Allah swt. hanya melarang terhadap
mereka yang nyata-nyata mengikrarkan memusuhi dan mngusir kaum muslim.
33
Dalam pengeterapan selanjutnya, ulama mengatur masalah ini dalam satu konsep
hubungan yang disebut : Ukhuwah Wathaniyah, yaitu ukhuwah atau hubungan dan
kerukunan yang tumbuh dan berkembang atas dasar kenasionalan atau berdasar
konsep-konsep falsafah negara.
Seperti terjadi di Indonesia, Pancasila yang merupakan dasar dan falsafah bangsa, di
dalamnya (sila-silanya) tidak satupun yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar
Islam, pengamalan dan penghayatannya harus didukung sepenuhnya oleh umat
Islam di Indonesia.
Adapun ukhuwah yang lebih luas jangkauannya, adalah ukhuwah basyariyah, yaitu
kerukunan dan persaudaraan yang tumbuh dan berkembang atas dasar kemanusiaan.
Telah dijelaskan pada Bab terdahulu bahwa negara Republik Indonesia, menurut
pandangan Islam adalah negara yang sah, dan Presiden RI adalah penuasa yang sah.
Presiden memiliki wewenang sebagai waliyul amri, seperti pengangkatan Wali hakim
dan sebagainya.
Pemerintah dalam istilah agama disebut dengan Ulil Amri, sebagian ahli mengatakan
bahwa ulil amri adalah penguasa negara dan alim ulama. Apabila ulil amri atau
pemerintah telah memutuskan sesuatu, apalagi keputusan yang disepakati dan
diputuskan bersama dengan Ulama, maka bagi umat Islam wajib hukumnya untuk
mentaatinya.
Di Indonesia, antara Umara’ dan Ulama’ sudah terjalin hubungan yang sangat baik
dan akrab, saling isi mengisi, dan saling membutuhkan. Umat Islam dan juga
34
pemeluk agama selain Islam, mutlak butuh pemerintah dalam menjalankan syariat
agamanya masing- masing, sebab di dalam menjalankan ajaran agama sangat
memerlukan keamanan dan pengamanan, sedangkan keamanan dan pengamanan ini
tidak akan terwujud tanpa adanya pemerintah yang berkuasa dan berdaulat. Demikian
pula, pemerintah mutlak membutuhkan ulama/ tokoh agama, sebab dengan bahsa
ulama/tokoh agama itulah program pemerintah akan semakin lancar dan didukung
oleh umat Islam/pemeluk agama.
Ilustrasi
JAKARTA, KOMPAS.com — Rabu, 7 Mei 2014 | 05:27 WIB menyatakan:
Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait menegaskan,
kekerasan pada anak sudah sangat mengerikan dan bisa dikatakan pada tahap darurat.
Fakta itu terungkap dari data kekerasan yang diterima Komnas Perlindungan Anak
cenderung meningkat.
Berdasarkan laporan yang diterima Komnas PA, ujar Arist, di kawasan Jabodetabek
pada 2010 mencapai 2.046 kasus. Laporan kekerasan pada anak tahun 2011 naik
menjadi 2.462 kasus. Pada 2012 naik lagi menjadi 2.626 kasus dan pada 2013
melonjak menjadi 3.339 kasus.
”Bahkan, dalam tiga bulan pertama 2014, kami menerima 252 laporan kekerasan
pada anak,” ungkap Arist. Laporan kekerasan pada anak yang masuk ke Komnas PA
didominasi kejahatan seksual yang dari 2010 hingga 2014 angkanya berkisar 42-62
persen.
Kekerasan sering terjadi di tempat yang selama ini dianggap sebagai surga bagi anak-
anak, yakni di rumah dan sekolah. ”Kekerasan sering terjadi di dua lokus itu, rumah
dan sekolah,” ujarnya. Untuk mencegah kekerasan yang terjadi di tempat yang
seharusnya aman bagi anak itu, lanjut Arist, peran serta masyarakat menjadi salah
satu ujung tombaknya.
36
Ironisnya lagi, kematian yang menimpa Renggo Khadafi (10), setelah dianiaya kakak
kelasnya, Sy, di dalam kelas SD Negeri 9 Makasar, Jakarta Timur, tak memberikan
pelajaran bagi pengajar di sekolah itu. Kepala SDN 9 Makasar Sri Hartini, saat
ditemui Kompas, berdalih tak ada kesalahan dalam pengawasan terhadap siswa dan
menilai Sy anak yang baik.
Sri mengaku, saat terjadi penganiayaan, ada guru piket yang bertugas, yaitu Rosmida.
Namun, Sri tak bisa menjelaskan kenapa kasus itu bisa terjadi di dalam kelas. "Ya,
kasus ini kami serahkan kepada kepolisian," kata Sri.
Sri malah mengatakan selama ini tak pernah ada kasus kenakalan yang dilakukan Sy.
"Sy anak yang baik, tak pernah melakukan kenakalan," katanya. Renggo tewas pada
Minggu, 4 Mei 2014, setelah lima hari menderita sakit parah setelah dianiaya kakak
kelasnya, Sy, Senin (28/4/2014). Penganiayaan terjadi di dalam kelas V yang
berdampingan dengan ruang kepala sekolah.
Wali kelas Renggo, Prihastuti, mengaku, dua hari sebelum Renggo tewas sempat ada
kesepakatan damai antara orangtua asuh Renggo dan orangtua Sy. ”Namun, saya
tidak menyangka akan seperti ini (Renggo meninggal),” katanya.
Menurut ibu asuh Renggo, Yessi Puspa Dewi (31), kesepakatan damai itu ditawarkan
oleh kepala sekolah karena penganiayaan yang dialami Renggo dianggap sebagai
kenakalan anak. Yessi mengaku hanya menerima kesepakatan itu jika Renggo
sembuh. Karena Renggo meninggal, dia tetap memperkarakan secara hukum.
”Korban yang telah kami periksa sebanyak 61 anak. Dari 61 anak itu, enam anak
menderita lecet dan satu orang mengalami pendarahan. Pemeriksaan kesehatan
ditangani dinas kesehatan. Pelaku akan kami periksa lebih intensif,” kata Kapolres
Sukabumi Kota Ajun Komisaris Besar Hari Santoso.
Pemeriksaan, antara lain, untuk mengetahui rentang waktu pencabulan AS. Korban
melaporkan kekerasan itu sejak Jumat akhir pekan lalu. Lokasi pencabulan di
Pemandian Air Panas Santa, Kecamatan Citamiang, Kota Sukabumi.
”Korban akan ditangani satu atap. Pada 2 Mei saya buat Surat Keputusan tentang
Pencegahan dan Penanganan Dampak Kekerasan Seksual terhadap Anak di Kota
Sukabumi. SK itu untuk menanggapi peristiwa luar biasa belakangan ini,” kata
Mohamad Muraz tentang SK Nomor 92 Tahun 2014 itu, Senin.
Dari Tuban, Jawa Timur, dilaporkan, Sw (40), pedagang asongan buku dan poster,
ditangkap warga di Terminal Bus Pariwisata Sunan Bonang, Minggu (4/5/2014),
terkait kasus kekerasan seksual pada sembilan anak. Sw melakukan itu dengan dalih
ingin menghilangkan penyakit atau pengaruh jin yang ada pada korbannya.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Tuban Ajun Komisaris Wahyu Hidayat,
Senin, menuturkan, awalnya korban ditipu daya dulu. Saat korban menurut baru
dilakukan kejahatan tersebut.
A. Muqaddimah
Pemberitaan pers Jepang soal pemboman di Bali yang mengaitkan kelompok Islam
kanan sebagai pelaku, meresahkan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Karena itu dalam pertemuannya dengan tokoh masyarakat Osaka, Jepang, Gus Dur
mensosialisasikan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan anti kekerasan.
Di depan para tokoh masyarakat Osaka, Jepang Gus Dur menjelaskan bahwa ajaran
Islam tidak pernah memerintahkan tindak kekerasan. “Umat Islam menentang
kekeasan dan tidak suka kekerasan,” kata Gus Dur
Dalam kunjungannya ke Osaka, Jepang dari 1 hingga 4 November itu, Gus Dur juga
menemui sejumlah agamawan, tokoh partai politik dan pejabat pemerintah setempat.
Juga berdiskus dengan mahasiswa Indonesia di Jepang.
Selain mensosialisasikan Islam anti kekerasan, Gus Dur juga mengadakan meminta
masukkan mengenai penerapan otonomi daerah di Jepang. “Tujuan lainnya saya ke
Jepang yaitu, mencari masukkan mengenai sistem pemerintahan yang harus kita
perbaiki terus menerus dan penerapan otonomi daerah.”
B. Pengertian Kekerasan
39
2. Kekerasan yang dilakukan oleh negara atau kelompok, yang oleh Max Weber
didefinisikan sebagai "monopoli, legitimasi untuk melakukan kekerasan secara sah"
yakni dengan alasan untuk melaksanakan putusan pengadilan, menjaga ketertiban
umum atau dalam keadaan perang yang dapat berubah menjadi semacam perbuatanan
terorisme yang dilakukan oleh negara atau kelompok yang dapat menjadi salah satu
bentuk kekerasan ekstrem (antara lain, genosida, dll.).
Islam adalah agama yang diturunkan Tuhan untuk menjadi rahmat bagi alam semesta.
Pesan kerahmatan dalam Islam benar-benar tersebar dalam teks-teks Islam baik al-
Qur’an maupun hadits.
Kata Rahmah, Rahman, Rahim dan derivasinya disebut berulang-ulang dalam jumlah
yang begitu besar. Jumlahnya lebih dari 90 ayat. Maknanya adalah kasih dan sayang.
Dalam sebuah hadits Qudsi Tuhan menyatakan : “Ana Al-Rahman. Ana al-
Rahim” (Aku Sang Maha Kasih. Aku Sang Maha Sayang).
Al Qur’an secara sangat tegas menyebutkan bahwa agama yang dibawa oleh Nabi
Muhammad adalah agama “rahmatan li al ‘alamin” :
Fungsi kerahmatan ini dielaborasi oleh Nabi dengan pernyatannya yang terang
benderang: :”bu’itstu li utammima makarim al akhlaq” (Aku diutus Tuhan untuk
menyelenggarakan pembentukan moralitas kemanusiaan yang luhur). Atas dasar
41
inilah Nabi Muhammad saw selalu menolak secara tegas cara-cara kekerasan dan
sekaligus tidak pernah melakukannya. Nabi Muhammad Saw. mengatakan :
ْوإنماْبعثتْرحمة،إنيْلمْأبعثْلعانًا
“Aku tidak diutus sebagai pengutuk melainkan sebagai rahmat bagi semesta”.
Allah swr. telah memberikan kesaksian sekaligus merestui cara-cara atau metode
penyebaran Islam yang dijalankan Nabi saw. tersebut sambil menganjurkan agar dia
meneruskannya:
ِ ب ََّْلنفَضُّوا
ْْمن ِ ظ ْالقَل ًّ َنت ْف
َ ظا ْ َغ ِلي َ ْولَو ْ ُك
َ ْْۚنت ْلَ ُهم َّ َْمن
َ َّْللاِ ْ ِل َ فَبِ َما
ِّْ ْرح َم ٍة
َ ْوشَا ِور ُهم ْفِي ْاْلَم ِْرْۚ ْفَإِذَا ْ َعزَ م
ْت َ ْواستَغ ِفر ْلَ ُهم ُ كْۚ ْفَاع
َ ف ْ َعن ُهم َْ َحو ِل
ََّْْللاَْيُ ِحبُّ ْال ُمت َ َو ِ ّك ِلين َّْ َفَت َ َو َّكلْ َعل
َّ ىَّْللاِْْۚ ِإ َّن
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya.(Q.S. Ali Imran, 3 :159).
Ayat Al Qur’an di atas dengan sangat jelas dan lugas menegaskan bahwa Allah lah
yang menganugerahkan kepada Nabi Muhammad saw. sifat dan karakter kasih dan
sayang itu, sekaligus menegaskan bahwa metode mengajak orang lain kepada Islam
dengan cara kasar dan kekerasan, justeru tidak menghasilkan apa-apa, bahkan
kegagalan. Tuhan juga memberikan jalan lain; dialog dan bermusyawarah untuk
menyelesaikan atau jalan keluar bagi segala konflik dan ketegangan antar warga
masyarakat.
42
Pernyataan ini tentu saja seharusnya menginspirasi kita untuk melakukan langkah-
langkah atas kehendak Islam universal itu. Yakni mewujudkan sebuah tatanan
kehidupan manusia yang didasarkan pada pengakuan atas kesederajatan manusia di
hadapan hukum, penghormatan atas martabat, persaudaraan, penegakan keadilan,
pengakuan atas pikiran dan kehendak orang lain, dialog secara santun serta kerjasama
saling mendukung untuk sebuah perwujudan kehendak-kehendak bersama. Ini adalah
pilar-pilar kehidupan bersama yang selalu dirindukan oleh setiap manusia di manapun
dan kapanpun, tanpa harus mempertimbangkan asal usul tempat kelahiran, warna
kulit, bahasa, jenis kelamin, keturunan, keyakinan agama dan sebagainya.
َّ َاْوب
ْث ِ َْو َخلَق
َ ْمن َهاْزَ و َج َه َ ٍاحدَة ّ ِ واْربَّ ُك ُمْالَّذِيْ َخلَقَ ُك
َ مْمنْنَّف ٍس
ِ ْو ُ َّيَاْأَيُّ َهاْالن
َ ُاسْاتَّق
َْ ْواْلَرْ َح
َّ امْْۚ ِإ َّن
ََّْْللا َ َ واَّْللاَْالَّذِيْت
َ سا َءلُونَ ْ ِب ِه َّ ُْواتَّق
َ ْۚسا ًْء
َ ِاْون
َ يرً اْر َج ًاَّلْ َك ِث
ِ ِمن ُه َم
َ َكانَ ْ َع َلي ُكم
ْرقِيبًا
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu
dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.(Q.S. al Nisa, 1).
Ayat lain :
43
ْْۚارفُوا
َ اْوقَبَائِ َل ْ ِلت َ َع َ ْوأُنث َ َٰى
ُ ْ ْو َج َعلنَا ُكم
َ ًشعُوب َ مْمنْذَ َك ٍر ُ َّيَاْأَيُّ َهاْالن
ّ ِ اس ْ ِإنَّاْ َخلَقنَا ُك
َّ َّْللاِْأَتقَا ُكمْْْۚإِ َّن
َّْْللاَْ َع ِليمْ َخبِير َّ َإِ َّنْأَك َر َم ُكمْ ِعند
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.(Q.S. Al Hujurat 13).
Pada ayat al Qur’an yang lain kita menemukan sebuah pernyataan Tuhan yang lain
tentang misi kenabian Muhammad saw. : “dia mengeluarkan manusia dari kegelapan
menuju dunia yang bercahaya”(yukhrijuhum min al zhulumat ila al nur). Ini sama
artinya dengan mengatakan bahwa tugas Nabi Muhammad adalah membebaskan
manusia dari ketertindasan sistem sosial, budaya politik dan ekonomi dan
menciptakan sistem sosial yang bebas, berkeadilan, berkesetaraan dan dalam
persaudaraan kemanusiaan.
“Manusia adalah sederajat (setara) bagaikan gigi-gigi sisir. Tidak ada keistimewaan
antara manusia Arab dari manusia non Arab kecuali karena ketakwaannya”.
انْهللاَّْلْينظرْالىْصوركمْوَّلْالىْاجسامكمْاَّلْبالتقوى
“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan tubuhmu melainkan kepada hati dan
perbuatanmu”.
Nabi kaum muslimin dalam banyak kesempatan bahkan pada beberapa hari sebelum
meninggalnya, juga menyampaikan pernyataan ini :
ْإنْدماءكمْواموالكمْواعراضكمْحرامْعليكم,ْياْايهاْالناس
44
Sangat meyakinkan bahwa tidak ada teks-teks keagamaan lama maupun baru yang
membicarakan prinsip-prinsip kemanusiaan secara begitu mempesona berani,
mendalam, fasih dan genuin seperti teks-teks Islam di atas. Ini semua sesungguhnya
merupakan konsekwensi paling logis dari doktrin Tauhid, sebuah kredo (keyakinan)
monoteisme paling sentral dalam sistem Islam.
Sejauh yang dapat ditelurusi dari kehidupan Nabi Muhammad, telah ditemukan fakta-
fakta historis bahwa prinsip-prinsip kemanusiaan Islam (baca : kerahmatan Islam)
tidak hanya muncul sebagai wacana yang dikhutbahkan atau dipidatokan di mana-
mana, melainkan juga telah menjadi sikap dan perilaku keseharian beliau dan para
sahabat-sahabatnya. Bahkan Tuhan sungguh-sungguh memberikan kesaksian atas
perilaku pribadi Nabi sebagaimana diungkapkan dalam firman-Nya : “Wa innaka
la’ala Khuluqin ‘Azhim”,(kamu,sungguh, berjalan di atas moral yang luhur).
Bukti lain tentang kerahmatan Islam ditunjukkan oleh apa yang dikenal dengan
“Piagam Madinah” atau “Traktat Madinah”, sebuah konstitusi yang dikeluarkan di
Madinah. Para sarjana hari ini sering menyebut Piagam ini merupakan Traktat atau
perjanjian konstitusional tentang hak-hak asasi manusia universal yang pertama di
dunia. Salah satu butir isinya menyatakan : “Orang Islam, Yahudi dan warga
Madinah yang lain, bebas memeluk agama dan keyakinan mereka masing-masing.
Mereka dijamin kebebasannya dalam menjalankan ibadah. Tidak seorangpun
dibenarkan mencampuri urusan agama orang lain. Orang Yahudi yang
menandatangani (menyetujui) piagam ini berhak memperoleh pertolongan dan
perlindungan serta tidak diperlakukan zhalim. Orang Yahudi bagi orang Yahudi dan
45
orang Islam bagi orang Islam. Jika di antara mereka beruat zhalim, itu akan
menyengsarakan diri dan keluarganya. Setiap bentuk penindasan dilarang. Mereka
sama-sama wajib mempertahankan negerinya dari serangan musuh”.
Bernard Lewis, seorang orintalis beragama Yahudi, mengakui dengan terus terang
missi kerahmatan Islam ini. Dia mengatakan :
“Pada masa-masa permulaan, banyak pergaulan sosial yang lancar terdapat di antara
kaum muslimin, Kristen dan Yahudi. Sementara menganut agama masing-masing
mereka membentuk masyarakat yang satu di mana perkawanan pribadi, kerjasama
bisnis hubungan guru-murid dalam ilmu pengetahuan dan bentuk-bentuk afktifitas
bersama lainnya berjalan normal dan sungguh,umum di mana-mana. Kerjasama
budaya ini dibuktikan dalam banyak cara”. (Nurcholis Madjid, Islam Agama
Peradaban, hlm.60).
Al-Imam Al-Ghazali, pemikir muslim sunni klasik terbesar mengatakan bahwa tujuan
agama adalah kesejahteraan sosial (kemaslahatan). Al-Ghazali selanjutnya
merumuskan makna ini : “kemaslahatan menurut saya adalah mewujudkan tujuan-
tujuan agama yang memuat lima bentuk perlindungan. Yaitu perlindungan terhadap ;
agama (hifzh al din), jiwa dan tubuh (hifzh al nafs), akal-pikiran (hifzh al ‘aql),
keturunan (hifzh al nasl) dan harta benda (hifzh al maal). Segala cara yang dapat
menjamin perlindungan terhadap lima prinsip ini adalah kemaslahatan dan
mengesampingkannya adalah kerusakan (mafsadah), menolak kerusakan adalah
kemaslahatan”
Pandangan al Ghazali tersebut harus dielaborasi secara lebih jauh dalam konteks yang
lebih luas dan sejalan dengan gagasan besar Islam tentang kerahmatan universal,
termasuk di dalamnya tentang kebebasan dan kesetaraan manusia serta penghapusan
pandangan-pandangan dan praktik-praktik yang mendiskriminasikan manusia atas
46
manusia. Kita harus mampu keluar dari tafsir tradisional yang tertutup, eksklusif,
menuju tafsir yang lebih terbuka, inklusif. Pertama, perlindungan terhadap keyakinan
agama dan kepercayaan, mengandung implikasi bahwa perlindungan bukan hanya
terhadap agama dan keyakinan dirinya melainkan juga terhadap keyakinan orang lain,
sehingga tidak seorangpun boleh memaksa atau menindas orang lain hanya karena
keyakinan atau agamanya atau kepercayaannya yang berbeda dengan dirinya. Kedua,
perlindungan terhadap jiwa, mengimplikasikan perlindungan terhadap nyawa dan
tubuh siapapun, sehingga tidak boleh ada seorangpun yang berhak melukai,
membunuh atau melakukan kekerasan terhadap orang lain yang tidak melakukan
kesalahan apapun. Ketiga perlindungan terhadap akal pikiran, mengandung implikasi
penyediaan ruang yang bebas untuk mengekspresikan pendapat, pikiran, gagasan dan
kehendak-kehendak yang lain, sehingga tidak boleh terjadi pemasungan dan
penjegalan terhadap pikiran dan pendapat orang lain oleh siapapun serta tidak boleh
dirusak oleh apapun, seperti minuman keras, narkoba dan lain-lain. Keempat
perlindungan terhadap kehormatan dan keturunan, membawa konsekwensi
perlindungan dan penghormatan terhadap alat-alat reproduksi dalam rangka menjaga
kesehatannya, sehingga tidak boleh terjadi pemerkosaan, pelacuran dan pelecehan
atau eksploitasi seksual lainnya. Kelima, perlindungan terhadap hak milik pribadi
maupun masyarakat, mengandung implikasi adanya jaminan atas pilihan-pilihan
pekerjaan, profesi, hak-hak atas upah sekaligus jaminan keamaanan atas hak milik
tersebut, sehingga tidak boleh terjadi adanya larangan terhadap akses pekerjaan,
perampasan hak milik pribadi, korupsi, penyelewengan, penggelapan, penggusuran,
perusakan lingkungan dan alam serta eksploitasi-eksploitasi haram lainnya oleh
siapapun; individu, masyarakat, institusi keagamaan, sosial, maupun institusi negara.
6. dll
E. Bentuk-bentuk Kekerasan
Kebanyakan orang hanya memahami kekerasan sebagai tindakan fisik yang kasar saja
sehingga bentuk perilaku dalam bentuk kata-kata menyakitkan dan perilaku menekan
tidak pernah diperhitungkan sebagai kekerasan. Padahal yang disebut kekerasan
mencakup keseluruhannya.
Hal ini dapat dilihat dari definisi tentang tindak kekerasan dalam rumah tangga
sebagaimana disebutkan dalam bab III Pasal (1) UU No. 23 tahun 2004 tentang
tindak kekerasan dalam rumah tangga.
a. Kekerasan fisik.
Yang di maksud dengan kekerasan fisik adalah suatu tindakan yang dilakukan
seorang kepada orang lain yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat
sehingga tidak menutup kemungkinan yang akan terjadi pada korban akan mengalami
trauma yang berkepanjangan atau gangguan psikologis diakibatkan perilaku tersebut.
b. Kekerasan Psikis.
48
c. Kekerasan Seksual.
Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya
dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu. Kekerasan seksual
dalam perkawinan dapat terjadi bila suami menghendaki istri untuk menuruti
keinginan seksnya kapan pun ia mau tanpa memperdulikan kondisi dan atau
persetujuan/kehendak istri.
Menurut hemat penulis, sebenarnya hukum Islam tidak melarang seorang suami
melakukan kekerasan dalam bentuk apapun terhadap Istri. Banyak ayat al-Quran yang
membicarakan tentang larangan kekerasan terhadap perempuan. Uslub (gaya bahasa)
yang digunakan pun beragam; ada yang menyuruh berbuat baik terhadap perempuan,
ada yang melarang praktik-praktik yang merugikan perempuan; yang dikemukakan
sebagai langkah preventif untuk melindungi perempuan dari tindak kekerasan, ada
49
pula yang dinyatakan sebagai langkah kuratif terhadap praktek kekerasan yang
dialami perempuan.
Wanita-wanita yang salehah ialah yang taat beribadah, yang menjaga amanat sewaktu
suami berpergian, karena Allah telah memelihara mereka. Mereka yang
dikhawatirkan berbuat nusyuz berilah mereka peringatan, jauhilah mereka di tempat
tidur, pukullah mereka (ada yang mengartikan "berilah sangsi yang mendidik").
Tetapi apabila mereka telah taat kepadamu, jangan mencari jalan untuk menyudutkan.
Allah Mahatinggi lagi Mahagung. Jika kamu khawatir akan timbul perselisihan,
utuslah seorang juru penengah dari keluarga laki-laki dan dari keluarga perempuan.
Jika keduanya itu berkehendak damai Allah akan memberikan taufik kepada yang
berselisih itu. Allah sungguh Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Ada perbedaan baik dikalangan para ulama' atau ahli tafsir dalam mengartikan kata
"Fadhribuhunna". Bila ditinjau dari sejarah turunnya al Qur'an, dimana perempuan
pada saat itu tidak dimanusiakan. Perempuan pra Islam berhak dibunuh dan dijadikan
benda waris tanpa boleh membela diri.
Maka pemukulan pada saat itu merupakan bentuk kekerasan yang amat ringan
dibanding perilaku yang dilakukan oleh masyarakat pra Islam. Dan pernyataan dalam
al Qur'an menjadikan pemukulan sebagai alternatif terakhir bagi suami yang istrinya
nusyuz. Dengan setting sosial budaya demikian, menurut Badriyah Fayumi,
pemukulan terhadap istri yang nusyuz bukanlah tujuan atau cara yang
direkomendasikan melainkan justru merupakan tradisi yang secara bijaksana
dikehendaki oleh al Qur'an untuk ditinggalkan.
50
Namun kemudian para ulama' baik yang memahami ayat tersebut secara harfiah
maupun metaforis, bahwa sikap suami yang menjauhi pemukulan dan tindakan fisik
serta memberi maaf adalah sebuah tindakan yang terpuji.
Mauidlah (memberikan nasihat yang baik) dan pisah ranjang (bukan pisah rumah dan
bukan saling mendiamkan) sungguh merupakan metode jitu yang diperkenalkan Al-
Quran untuk meminimalisir tindak kekerasan berupa pemukulan. Dalam konteks
sosial budaya yang begitu permisif terhadap kekerasan, kedua metode yang
dikemukakan ayat ini benar-benar menawarkan sesuatu yang melawan arus sekaligus
mengakomodir kepentingan perempuan.
Sayyid Qutb dalam Abdul Moqsit Ghozali, menyatakan ayat ini merupakan satu di
antara banyak ayat Al-Quran yang menginformasikan adanya pergulatan antara
tradisi masyarakat versus ajaran Islam di mana Islam dalam posisi perombak tradisi.
(memberikan nasihat yang baik) dan pisah ranjang (bukan pisah rumah dan bukan
saling mendiamkan) sungguh merupakan metode jitu yang diperkenalkan Al-Quran
51
M.Quraisy shihab mengatakan bahwa tidak semua istri taat kepada Allah, demikian
juga suami. Maka ayat ini memberikan tutunan kepada suami, bagaimana seharusnya
bersikap dan berlaku terhadap istri yang membangkang. Jangan sampai
pembangkangan mereka berlanjut, dan jangan sampai juga sikap suami berlebihan
sehingga mengakibatkan runtuhnya kehidupan rumah tangga.
Dalam suatu riwayat disebut bahwa Nabi Muhammad SAW ketika melakukan haji
wada' (haji terakhir yang bertepatan dengan hari jum'at) setelah memuji Allah SWT
dan menasehati orang-orang yang hadir ketika itu, beliau bersabda yang
artinya:"Ketahuilah! Hendaklah kamu melaksanakan wasiatku untuk melakukan yang
terbaik bagi kaum wanita, karena mereka itu laksana tawanan yang berada di sisimu.
Kamu tidak dapat berbuat apa-apa terhadap mereka kecuali apa yang telah aku
wasiatkan ini. Lain halnya jika mereka melakukan tindakan keji secara terang-
terangan.
Apabila mereka melakukannya, maka tindaklah mereka dengan pisah ranjang dan
pukullah mereka dengan pukulan yang tidak membahayakan. Tetapi apabila mereka
patuh, maka jangan menacari alasan untuk memukul mereka. Ketahuilah bahwa kamu
mempunyai hak atas mereka, dan mereka mempunyai hak atasmu. Adapun hakmu
atas mereka adalah mereka tidak diperkenankan untuk membawa orang yang tidak
kamu sukai menginjak tempat tidurmu dan mengizinkannya memasuki rumahmu.
52
Ketahuilah bahwa hak mereka atasmu adalah perlakuanmu yang baik dalam
memberikan sandang dan pangan".
Dalam hadits di atas, Nabi mengingatkan agar kita melaksanakan wasiatnya berkenan
dengan istri, yaitu mengasihi dan memperlakukannya dengan baik, karena mereka
adalah orang-orang yang lemah dan membutuhkan orang lain untuk menyediakan
hal-hal yang menjadi keperluan mereka. Nabi mengumpamakan mereka dengan
tawanan, karena pada dasarnya mereka adalah tahanan suami atau pinjaman yang
diamanatkan oleh Allah. Akan tetapi, jika mereka melakukan perbuatan keji seperti
nusyuz, maka suami diperbolehkan melakukan tindakan berupa pisah ranjang dalam
waktu yang tidak terbatas sesuai dengan kebutuhan.
Jika sudah ada tanda-tanda membaik, maka pisah ranjang dihentikan. Demikian pula,
suami diperbolehkan memukul dengan pukulan yang tidak berbahaya jika pisah
ranjang tidak membuat mereka sadar. Akan tetapi, apabila mereka kembali patuh
kepada suami, maka suami dilarang mencari berbagai kesalahan untuk memukul
mereka secara zalim. Sebab istri yang telah menyadari kesalahannya dan bertaubat
seperti orang yang tidak pernah berbuat dosa.
Hadits diatas diriwayatkan oleh At-Turmudzi (hadits No. 1163) dan Ibn Majah
(hadits No. 1851) dari jalur Sulayman bin ‘Amr bin al-Ahwash dari ayahnya secara
marfu'. Menurut At-Turmuzi hadits ini hasan sahih. Menurut al-Albani dalam sanad
hadits ini terdapat "kesamaran" tetapi ia memiliki beberapa penguat (syahid) yang
menguatkannya.
Dalam hal pembuktian, sebagian ulama ada yang memahami bahwa nusyuz di sini
diartikan dengan "yang dapat dibuktikan", sedangkan ulama lain memahaminya
sebagai nusyuz yang diketahui oleh suami. Akan tetapi kalau diberikan interpretasi
serupa itu, mengapa Allah SWT "mengganti'" kata ‘ulama= diketahui (nusyuznya)
dengan kata khaafa= dikhawatirkan (nusyuznya)? Mengapa misalnya, Allah Swt
tidak menyatakan: "dan wanita-wanita yang nusyuz" saja? Dengan demikian, tak bisa
53
lain, pasti ada hikmah yang tersembunyi, yakni: Allah SWT menghendaki agar
kehidupan suami-istri itu merupakan kehidupan yang penuh cinta-kasih, sayang-
menyayangi, dan penuh kerelaan timbal-balik, Allah pun tidak menghendaki nusyuz
ini dikaitkan dengan sikap kaum wanita yang betul-betul terjadi dalam kehidupan
suami-istri itu. Justru sebaliknya, Allah mengharapkan sikap seperti itu jangan sampai
terjadi, sebab, jelas merupakan sikap yang keluar dari prinsip yang padanya setiap
fitrah itu ditegakkan dan di atasnya kebaikan rumah tangga yang dibangun.
Allah SWT berfirman yang artinya: Para istri mempunyai hak yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang ma'ruf, akan tetapi suami mempunyai satu derajad
kebaikan atas mereka (para istri) (QS. Al Baqoroh: 228).
Derajad itu adalah kelapangan dada suami terhadap istrinya untuk meringankan
sebagian kewajiban istri. Karena itu, Syaikh al Mufassirin Imam Ath Thobari
menulis:
Walau ayat ini disusun dalam redaksi berita, tetapi maksudnya adalah anjuran bagi
para suami untuk memperlakukan istrinya dengan sifat terpuji, agar mereka dapat
memperoleh derajad itu.
Ketahuilah bahwa yang dimaksud dengan perlakuan baik terhadap istri, bukanlah
tidak mengganggunya, tetapi bersabar dari kesalahannya, serta melakukan dengan
kelembutan dan maaf, saat ia menumpahkan emosi dan kemarahannya.
Hadits diatas difahami oleh para ulama' terdahulu secara harfiah. Namun tidak sedikit
ulama' ulama' kontemporer memahaminya secara metafora, bahkan ada yang menolak
keshohihan (kebenaran) hadits tersebut. Yang memahami secara metafora bahwa
hadits di atas memperingatkan kepada laki laki agar menghadapi perempuan dengan
bijaksana karena ada sifat, karakter, dan kecenderungan mereka yang tidak sama
dengan laki laki, hal mana jika tidak disadari akan dapat mengantarkan kaum laki laki
bersikap tidak wajar. Mereka tidak akan mampu merubah karakter dan sifat bawaan
perempuan, kalaupun mereka berusaha akibatnya akan fatal, sebagaimana fatalnya
meluruskan tulang rusuk yang bengkok.
Maka Islam mengajurkan agar suami menimbang dengan adil antara sifat-sifatnya
yang baik dan yang buruk. Karena apabila ia melihat sifat yang tidak disenanginya
tentu ia akan melihat juga sifat yang disenanginya.
PENUTUP
Kalau kita melihat jenis jenis KDRT dalam UU No. 23 tahun 2004, nampak bahwa
memukul istri, biarpun dikarenakan nusyuz tetap merupakan kekerasan dalam rumah
tangga yang dilarang oleh UU tersebut. Menurut penulis Undang-undang KRDT
dibuat dengan tujuan menjaga kemaslahatan, yaitu melindungi setiap anggota
keluarga atau rumah tangga dari tindak kekerasan, hal ini sesuai dengan kaidah
ushuliyah:"Tashorruful Imam Manuthun bil Mashlahah".
3. Pelecehan seksual. Ini adalah tindakan seksual lewat sentuhan fisik atau nonfisik
dengan sasaran organ seksual korban. Komnas Perempuan memasukkan siulan, main
mata, ucapan bernuansa seksual, dan menunjukkan materi pornografi ke dalam
kategori ini.
6. Prostitusi paksa. adalah situasi dimana korban mengalami tipu daya, ancaman,
atau kekerasan untuk menjadi pekerja seks.
10. Pemaksaan aborsi, yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan karena adanya
tekanan, ancaman, atau paksaan dari pihak lain.
12. Penyiksaan seksual, adalah tindakan khusus menyerang organ atau seksualitas
korban, yang dilakukan dengan sengaja sehingga menimbulkan rasa sakit atau
penderitaan hebat.
ketakutan, atau rasa malu yang luar biasa. Termasuk di dalamnya hukuman cambuk
atau hukuman lain yang mempermalukan.
15. Kontrol seksual, termasuk lewat aturan diskriminatif beralasan moralitas dan
agama. Pandangan yang menuduh perempuan sebagai penyebab kekerasan seksual
menjadi landasan untuk mengendalikan seksual perempuan.