MANAJEMEN PENGGEMUKAN
“Strategi Pemasaran Sapi Potong di Indonesia”
Oleh
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
Penulis
DAFTAR ISI
Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diangkat dalam
makalah ini meliputi:
1. Bagaimana tingkat permintaan daging sapi di Indonesia ?
2. Bagaimana Analisis penawaran daging sapi di Indonesia ?
3. Bagaimana Sistem pemasaran sapi potong di Indonesia ?
4. Bagaimana Aspek pemasaran dan tata niaga sapi potong dan daging di
Indonesia ?
1.3.Tujuan
Usaha peternakan sapi potong pada saat ini masih tetap menguntungkan.
Pasalnya permintaan pasar akan daging sapi masih terus mengalami peningkatan.
Selain di pasar domestik, permintaan daging sapi di pasar luar negeri juga cukup
tinggi. Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor daging sapi ke
Malaysia.Konsumsi daging sapi di sana cenderung mengalami peningkatan karena
bergesernya tradisi mengkonsumsi daging kambing ke daging sapi atu kerbau
pada saat perhelatan keluarga dan perayaan hari besar lainnya.
Indonesia dengan jumlah penduduk diatas 220 jiwa, membutuhkan
pasokan daging sapi dalam jumlah cukup besar. Sejauh ini peternakan domestik
belum mampu memenuhi permintaan daging dalam negeri.Timpangnya antara
pasokan dan permintaan ternyata masih tinggi.Pemerintah (Kementrian Pertanian)
mengakui masalah utama usaha sapi potong di Indonesia terletak pada suplai yang
selalu mengalami kekurangan setiap tahunnya. Sementara laju pertumbuhan
konsumsi dan pertambahan penduduk tidak mampu diimbangi oleh laju
pertumbuhan konsumsi dan pertambahan penduduk tidak mampu diimbangi oleh
laju penngkatan populasi sapi potong. Pada gilirannya, pada kondisi seperti ini
memaksa indonesia untuk selalu melakukan impor, baik dalam bentuk sapi hidup
maupun daging.
Berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan Kementan 2010, konsumsi
daging sapi nasional sebesar 1,27 kg per kapita per tahun, Ditjen Peternakan
Kementan sebesar 1,7 kg per kapita per tahun, Asosiasi Pengusaha Importir
Daging Indonesia (Aspidi) 2,1 kg per kapita per tahun dan Asosiasi Feedloter
Indonesia (Apfindo) 2,09 kg per kapita per tahun.
Selanjutnya Menurut data Susenas (2002) yang dikeluarkan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS), konsumsi daging sapi dan jeroan masyarakat Indonesia
sebesar 2,14 kg/kapita/tahun.Tingginya tingkat konsumsi sapi di indonesia
disebabkan oleh 1) jumlah penduduk penduduk selalu meningkat dari tahun ke
tahun dengan tingkat pertumbuhan sebesar 1,49 % per tahun; 2) konsumsi daging
per kapita mengalami peningkatan dari waktu ke waktu sebesar 0,1
kg/kapita/tahun.
Untuk melihat kebutuhan dan proyeksi kebutuhan daging sapi secara nasional
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Proyeksi Kebutuhan Daging sapi Tahun 2000, 2010 dan Tahun 2020.
No Tahun Jumlah Konsumsi Produksi Pemotong Presentase
penduduk Daging Daging (Ekor/ Kenaikan
(Jiwa) (kg/Kapita/ (ton/tahun) Tahun) (%)
Thn)
1. 2000 206 Juta 1,72 kg 350,7 1,75 juta –
2. 2010 242,4 jt 2,72 kg 654,4 3,3 jt 88,6
3. 2020 281 juta 3,72 kg 1,04 juta 5,2 juta 197
Sumber data Susenas (2002)
Dari data tersebut diatas diperkirakan populasi sapi potong pad tahun 2009
hanya mampu memasok 60 % dari total kebutuhan daging dalam negeri.Kondisi
seperti ini sangat mengkhawatirkan karena suatu saat akan terjadi kondisi dimana
kebutuhan daging sapi dalam negeri sangat tergantung kepada import.Dengan
demikian, ketergantungan tersebut tentu akan mempengaruhi harga sapi
lokal.Namun disisi lain dengan adanya kebutuhan akan daging yang semakin
meningkat, membuka peluang usaha dalam Agribisnis sapi potong
2.2. Mengetahui Penawaran Daging Sapi di Indonesia
a) Penawaran Industri
Selisih harga daging sapi dengan harga ternak sapi berpengaruh negatif
dan nyata secarastatistik terhadap penawaran peternakan rakyat. Semakin
besar perbedaan harga kedua barangtersebut, yang dapat disebabkan oleh
naiknya harga daging sapi sedangkan harga ternak tetap atau harga daging
sapi tetap sedangkan harga sapi turun, peternak akan
mengurangi penawarannya. Peternak, baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang respon terhadap perubahan selisihharga tersebut, dengan
nilai elastisitas jangka pendek –1,11 dan jangka panjang –1,36. Perilaku
inimenunjukkan bahwa peternak tidak bersedia jika sebagian besar marjin
keuntungan hanya diterimaoleh pedagang. Pada daerah dimana peternak
akses terhadap informasi harga, peternak akan selalu mengikuti dan
mengetahui perkembangan harga tersebut, sebaliknya pada daerah
dimana peternak tidak akses pada informasi harga.
Penawaran industri peternakan rakyat (feedlotter) memberikan
pengaruh negatif dan nyatasecara statistik terhadap penawaran peternakan
rakyat. Namun demikian penawaran peternakan rakyat tidak responsif
terhadap perubahan penawaran industri peternakan rakyat. Hal ini antara
laindisebabkan oleh pangsa produksi daging sapi dari industri peternakan
rakyat masih relatif kecil dandikonsumsi oleh konsumen tertentu pada
daerah tertentu pula, terutama konsumen menengah keatas di daerah
perkotaan, khususnya Jawa Barat dan DKI Jakarta.
Tingkat suku bunga bank memberikan pengaruh negatif, namun
pada usaha peternakan rakyat pengaruhnya tidak nyata. Sebagian besar
peternakan rakyat belum menggunakan fasilitas bank sebagai sumber
modal usaha. Bank digunakan hanya untuk menabung hasil usaha.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar peternak
memperoleh hasil usaha dari hasil usahatanisecara menyeluruh, dan
adanya prosedur tertentu untuk memperoleh kredit di bank
membuatmereka enggan menggunakan fasilitas kredit tersebut (M. syukur,
1993).
c) Konsumsi Daging
Harga daging sapi berpengaruh negatif dan nyata secara statistik
terhadap konsumsi daging sapi. Tingkat konsumsi daging sapi responsif
terhadap perubahan harga, walaupun dalam jangka pendek nilai
elastisitasnya sudah mendekati satu (-1,05), sedangkan dalam jangka
panjang nilai elastisitasnya –1,39. Dengan demikian daging sapi masih
merupakan barang mewah bagi sebagianmasyarakat Indonesia yang
dikonsumsi hanya pada waktu-waktu tertentu saja. Kenyataan inididukung
oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rusastra (1987), Nasution
(1983), dan Sudaryanto, Syahyuti, dan Soedjana (1995).
2.3. Mengetahui sistem pemasaran sapi potong di Indonesia
Jumlah peternak
No Pembeli langsung %
(Orang)
1 Belantik 46 74.19
2 Penganyar 2 3.23
3 Pedagang antar pulau 14 22.58
Jumlah 62 100.00
3.1. Kesimpulan
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Syukur, M., Sumaryanto, dan C. Muslim. 1993. Pola Pelayanan Kredit untuk
Masyarakat Berpendapatan Rendah di Pedesaan Jawa Barat. Forum Agro
Ekonomi. Vol. 11 (2): 1–13. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian.
Badan Litbang Pertanian. Bogor.
Rusastra, I.W. 1987. Prakiraan Produksi dan Kebutuhan Produk Pangan Ternak di
Indonesia. Forum AgroEkonomi, Vol. 5, No. 1 & 2: 15–21. Pusat Penelitian
Agro Ekonomi. Badan Litbang Pertanian. Bogor.
Nasution, A. 1983. Sistim Komoditi Protein Hewani. Forum Agro Ekonomi. Vol. 2,
No. 2: 29–42. PusatPenelitian Agro Ekonomi. Badan Litbang Pertanian.
Bogor.
Sudaryanto, T., R. Sayuti, dan T.D. Soedjana. 1995. Pendugaan Parameter Permintaan
Hasil Ternak di Beberapa Propinsi Sumatera dan Kalimantan. Jurnal
Penelitian Peternakan Indonesia. No. 2: 22–35. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan. Badan Litbang Pertanian. Bogor.
Sukanata, I W., Suciani, I G.N. Kayana., I W. Budiartha. 2010. Kajian Kritis terhadap
Penerapan Kebijakan Kuota Perdagangan dan Efisiensi PemasaranSapi
Potong Antar Pulau. Laporan Akhir Penelitian. Fakultas
PeternakanUniversitas Udayana. Denpasar.