DISUSUN
ROBI SWAIRI
KELAS : IX G
TP. 2018-2019
AGAMA-AGAMA DI INDONESIA
1. Agama Islam
4. Agama Hindu
6. Agama Kong Hu Cu
1) Suku Daerah di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam : Suku Aceh, Tamiang, Singkil,
Gayo, Alas, Kluet, Anak Jame, Simeleuw, dan Pulau
4) Suku Daerah di Provinsi Jambi : Suku Melayu, Jambi, Batin, Kerinci, Penghulu,
Pedah, Kubu, dan Bajau
6) Suku Daerah di Provinsi Bangka Belitung : Suku Bangka, Melayu, dan Tionghoa
10) Suku Daerah di Provinsi Jawa Tengah : Suku Jawa, Karimun, dan Samin
BUDAYA DAERAH
Bahasa Daerah : Aceh Gayo, Alas, Aneuk Jamee, Tamiang, Devayan, Simeulue.
Lagu Daerah : Anju Ahu, Butet, Cikala Le Pongpong, Dago Inang Sarge, Ketabo,
Leleng Ma Hupaima, Lisoi, Madekdek Magambiri, Mariam Tomong, Nasonang
Dohita Nadua, O’pio, Piso Surit, Rambadia, Say Selamat Masinegar,
Sengko-sengko, Sigulempong, Sik Sik Sibatumanikam, Sinanggar Tulo, Sing Sing So,
Sory Ya Katulla, Tarutung Na Uli (Tapanuli Utara)
Lagu Daerah : Anak Daro, Ayam Den Lapeh, Badindin, Barek Solok, Dayung
Palinggam, Gelang Sipaku Gelang, Ka Parak Tingga, Kambanglah Bungo, Kampuang
Nan Jauh Di Mato, Kaparak Tingga, Lah Laruik Sanjo, Mak Inang, Malam Baiko,
Paku Gelang, Rang Talu, Sansaro, Seringgit Dua Kupang, Tak Tong-Tong, Tari
Payung
Julukan : Kota Bertuah, Bumi Melayu Lancang Kuning, Bumi Gurindam dan Negeri
Pantun
Rumah Adat
Lagu Daerah : Bajing Luncat, Bubuy Bulan, Cing Cangkeling, Es Lilin, Manuk Dadali,
Neng Geulis, Nenun, Panon Hideung, Pepeling, Peuyeum Bandung, Pileuleuyan,
Sapu Nyere Pegat Simpai, Tokecang, Warung Pojok
Senjata : Keris
Lagu Daerah : Bapak Pucung, Gambang Suling, Gek Kepriye, Gundhul Pacul, Ilir-Ilir,
Jamuran, Jaranan, Padhang Wulan
TARIAN DAERAH
Siapa yang tak kenal tari Jaipong? Tarian khas dari Jawa Barat ini dikenal dengan
gerakan yang dinamis dan atraktif karena berasal dari gabungan pencak silat, tari ronggeng
dan tari ketuk tilu. Biasanya tarian ini dibawakan secara per orangan atau grup dan
ditampilkan saat penyambutan tamu besar hingga festival budaya.
Bukan hanya terkenal dengan keindahan alamnya, Bali juga dikenal dengan ragam
budayanya. Salah satunya tari kecak. Tarian yang menampilkan drama tari dari cerita
Ramayana ini menjadi salah satu daya tarik wisatawan di Bali. Tari Kecak disebut juga
dengan tari Sang Hyang yang dilakukan saat upacara keagamaan.
Tari remong atau yang biasa disebut dengan tari remo adalah tarian yang
menggambarkan seorang pangeran yang berjuang di medan perang. Tarian ini sering
ditampilkan sebagai pengantar pertunjukan dalam pergelaran kesenian Ludruk atau tarian
selamat datang untuk menyambut tamu. Umumnya, tari ini dibawakan penari laki-laki dengan
gerakan yang gagah berani.
Tarian yang juga terkenal dari Bali ini biasa ditampilkan sebagai tarian selamat datang
atau tarian penyambutan khas Bali. Tari pendet biasa dibawakan penari wanita dengan
membawa mangkuk kecil berisi berbagai macam bunga yang menjadi ciri khasnya. Awalnya,
tari pendet merupakan tarian yang menjadi bagian dari upacara di pura sebagai ungkapan rasa
syukur dan penghormatan dalam menyambut kehadiran para dewata yang turun dari
khayangan.
Tarian klasik ini bersifat sakral yang menggambarkan kesopanan dan kelemahlembutan.
Hal tersebut dapat dilihat dari gerakannya yang pelan dan lemah lembut. Dulu tarian ini hanya
ditampilkan di lingkungan Keraton Yogyakarta untuk acara kenegaraan dan peringatan
kenaikan tahta Sultan. Karena sifatnya yang sakral, penarinya juga sudah dipilih oleh
keluarga kerajaan. Namun setelah Kerajaan Mataram pecah, tarian ini mulai mengalami
perubahan dalam segi gerakan meskipun inti dari tarian ini masih sama.
Sebuah pertunjukkan tari yang unik dari Sumatera Barat karena menggunakan properti
berupa piring dalam tariannya. Piring-piring yang digunakan para penari tersebut diayun
dengan gerakan-gerakan yang cepat namun teratur. Tari tradisional dari Minangkabau ini
dibawakan oleh beberapa penari yang membawa dua piring di setiap telapak tangannya.
Sebuah pertunjukkan tari yang unik dari Sumatera Barat karena menggunakan properti
berupa piring dalam tariannya. Piring-piring yang digunakan para penari tersebut diayun
dengan gerakan-gerakan yang cepat namun teratur. Tari tradisional dari Minangkabau ini
dibawakan oleh beberapa penari yang membawa dua piring di setiap telapak tangannya.
Tarian yang dibawakan sekelompok orang yang jumlahnya ganjil ini sudah melenggang
hingga ke mancanegara. Keunikan tarian ini terlihat dari penggunaan tangan penari untuk
menciptakan suara-suara yang padu. Jika kebanyakan tari tradisional lain penarinya bergerak
bebas, tari saman dibawakan penarinya dengan cara duduk. Selain menggunakan gerakan
tangan, para penari juga berbagi tugas, ada yang mengaum, menyanyikan lagu, dan lain
sebagainya.
SENJATA TRADISIONAL
Klewang atau kelewang dulu digunakan pada saat Perang Aceh. Senjata satu ini sangat
efektif apabila digunakan untuk pertarungan jarak dekat. Oleh pasukan Belanda, senjata
kelewang ini cukup ditakuti. Masyarakat Sumatra Selatan pada jaman dulu membawa
kelewang untuk berjaga-jaga bila diserang.
2. Kurambiak, Minangkabau
Kalian yang pernah menonton film Indonesia berjudul The Raid, pasti ada pernah melihat
senjata kecil satu ini. Senjata ini dinamakan karambit atau nama lainnya adalah kurambiak.
Awalnya, tidak banyak orang sadar bahwa senjata kecil keren ini ternyata senjata asli Indonesia.
Merupakan senjata asli yang dipercaya berasal dari Minangkabau, Sumatra Barat.
Kini, kurambiak atau kerambit penyebarannya sudah sampai ke Malaysia, Filipina, dan
beberapa negara di Eropa. Bentuknya mirip dengan cakar dari macan. Oleh masyarakat
Minangkabau, kerambit sering dimanfaatkan untuk mencabut akar dan menanam nasi. Karena
bentuknya yang kecil dan melengkung, kerambit dijadikan senjata bela diri yang bisa membuat
luka potong yang cukup serius.
3. Rencong, Aceh
Berpindah ke Aceh, Aceh memiliki senjata tradisional yang bisa dibilang mirip dengan
pisau. Senjata tradisional ini disebut dengan nama rencong, sebuah senjata tajam dengan
panjang menyamai pisau. Senjata tradisional ini memiliki sejarah yang kuat di tanah Aceh dan
telah menjadi simbol pria Aceh di masa lalu.
Di era penjajahan, orang-orang Aceh menggunakan senjata rencong ini untuk berperang
dan mengusir lawan. Sampai sekarang, rencong masih tetap dijadikan senjata beladiri.
Beberapa komunitas atau suku di Aceh, menganggap rencong sebagai senjata pusaka. Beberapa
ada yang menganggapnya sebagai jimat.
4. Belati, Papua
Salah satu senjata tradisional dari Papua adalah pisau belati. Berbeda dengan pisau
kebanyakan yang menggunakan bahan logam, orang Papua menciptakan senjata pisau belati
dari bahan dasar tulang. Tulang yang digunakan sebagai bahan pembuat belati adalah tulang
kaki dari burung kasuari yang banyak ditemukan disana.
Pisau belati, bersamaan dengan busur dan panah, menjadi senjata tradisional masyarakat
Papua. Baik itu jaman dulu, sampai sekarang. Busur menggunakan bahan dari bambu atau
pohon. Untuk tali busur, menggunakan bahan rotan. Nah untuk panahnya, orang Papua
menggunakan bahan bambu, kayu atau tulang kangguru. Pisau belati, busur, dan panah
digunakan untuk beburu hewan atau perang.
5. Parang, Maluku
Di jaman masa penjajahan Belanda, orang Maluku memanfaatkan satu senjata yang
digunakan untuk berperang melawan penjajah. Senjata tersebut adalah parang salawaki, sebut
saja dengan nama singkatnya, parang. Bila dibandingkan dengan pisau, parang ini memiliki
ukuran yang jauh lebih besar.
Sedikit mengulas sejarah masa kelam Indonesia, di Maluku, ada sosok pahlawan sejarah
yang sangat berjasa besar dalam berperang melawan pasukan Belanda yakni Thomas
Matulessy atau yang biasa dikenal dengan Kapitan Pattimura. Nah, Pattimura ini menggunakan
parang sebagai senjata untuk melawan pasukan Belanda.
6. Sabit/Clurit, Madura
Senjata di atas seharusnya sudah tidak asing lagi bagi kita, orang Indonesia. Di beberapa
berita, senjata ini sering muncul karena sering digunakan sebagai alat kekerasan seperti begal,
rampok, dan tawuran. Bentuknya yang mirip dengan bulan sabit, membuat senjata ini diberi
nama sabit atau clurit. Berasal dari Madura.
Pada dasarnya, clurit merupakan alat yang digunakan untuk memotong rumput untuk
diberikan pada sapi. Sekarang, clurit lebih sering digunakan sebagai alat kriminal. Meski asli
senjata tradisional Madura, penyebaran clurit ini sudah sangat luas. Bahkan sampai ke Pulau
Jawa. Di Jawa, senjata ini dikenal dengan sebutan sabit.
7. Kujang, Sunda
Orang-orang jaman sekarang mungkin lebih mengenal senjata ini dengan sebutan bedok.
Di jaman dulu, senjata ini lebih dikenal dengan sebutan kujang. Inilah senjata yang bisa
dibilang goloknya orang Sunda. Sementara golok sendiri merupakan senjata khas orang Betawi
yang akan kita bahas di poin berikutnya.
Kujang atau bedok ini memiliki bentuk yang unik. Paling banyak ditemukan dan
digunakan oleh orang-orang Jawa Barat. Oleh masyarakat Jawa Barat, bedok atau kujang lebih
sering digunakan oleh mereka yang berprofesi sebagai petani. Bedok lebih sering dibawa
karena lebih praktis, sedangkan kujang sendiri lebih sering disimpan sebagai koleksi.
8. Badik, Sulawesi
Bila ada yang mengira ini adalah senjata tradisional rencong dari Aceh, kalian salah.
Bentuknya memang mirip dengan rencong, tapi ini merupakan senjata yang dinamakan badik.
Badik memiliki bentuk yang mirip dengan pisau atau rencong dari Aceh, dan, senjata ini
merupakan senjata tradisional orang Bugis-Makassar.
Setiap senjata pasti memiliki sejarahnya masing-masing, begitu pula dengan badik ini.
Oleh orang Sulawesi, terutama ketika jaman kerajaan, badik digunakan sebagai alat pertahan
diri. Oleh orang-orang jaman dulu, mereka selalu menyelipkan badik di belakang atau samping
pinggang. Tidak hanya orang-orang tua yang membawa badik, bahkan yang muda pun selalu
terlihat membawa badik di sampingnya.
9. Keris, Jawa
Bagi penduduk yang di tinggal di Pulau Jawa, pasti sudah familiar dengan senjata yang
berliku-liku ini. Keris, begitulah senjata ini dinamakan. Keris merupakan senjata tradisional
khas Pulau Jawa, terutama di kota Yogyakarta dan Jawa Tengah. Dimana 2 lokasi itu, keris
tidak hanya dijadikan senjata, melainkan barang yang disucikan.
Di budaya orang Jawa, keberadaan keris dianggap sebagai benda sakti atau benda suci.
Tidak jarang orang-orang menyimpan keris selain untuk koleksi, senjata, dan juga jimat.
Panjang suatu keris berbeda-beda, namun umumnya sama seperti pisau. Hanya saja keris dibuat
berliku. Di Jawa Tengah, keris digunakan sebagai tanda penghormatan, terutama bagi suatu
kerajaan.
Sosok Si Pitung merupakan pendekar asal Betawi yang juga berperang melawan
ketidakadilan yang dilakukan pada masa penjajahan Belanda. Cerita Pitung terus menerus
diceritakan secara turun menurun hingga masih terkenal sampai sekarang. Kenapa kita
membahas Pitung dan Betawi, itu karena Pitung menggunakan sebuah senjata tradisional dari
Betawi yang dinamakan golok.
Golok, fungsi senjata tradisional Betawi ini tidak berubah dari masa ke masa. Hingga
sekarang, golok digunakan sehari-hari sebagai alat membela diri. Orang asli Betawi, dipastikan
memiliki golok di dalam rumahnya. Kemanapun mereka pergi, golok selau dibawa dan
diselipkan di pinggang. Golok juga digunakan sebagai senjata di pencak silat.
PAKAIAN ADAT
Pakaian adat dari aceh ini biasanya di sebut dengan pakaian ulee balang, pakaian ini
hanya di pakai para raja beserta keluarganya.
Pakaian adat dari Sumatra Utara ini biasanya di sebut ulos. Pakaian adat ini oleh
masyarakat batak karo di yakini sebagai ajimat karena pakaian ini di percaya mempunyai
daya magis yang tinggi.
Pakaian adat dari Jakarta di namakan pakaian adat betawi yang mana pakaian ini sangat
dipengaruhi oleh berbagai warga Jakarta yang bemacam-macam budaya misalnya, Arab,
Budaya Barat, dan budaya Melayu.
Dalam kehidupan sehari hari masyarakat suku badui masih kental dengan memakai pakaian
adat ini. Suku badui bagian dalam biasanya memakai baju adat yang berwana putih yang
mana warna tersebut di lambangkan sebagai warna suci. Dan untuk suku badui bagian luar
biasanya memakai pakain adat yang berwarna hitam.
Pakaian ini ini terdiri atas sepasang pakaian tradisional yang mempunyai bagian penting yang
tidak bisa dapat di pisahkan antara satu dan lainnya. Perlengkapan berpakaian tersebut adalah
ciri khusus untuk memberikan identitas yang sangat penting. Sebab itu tidak boleh memakai
pakaian ini secara sembarangan, oleh sebab itu pakaian ini adalah pakaian sakral yang harus
kita jaga dan kita rawat.
Pakaian adat bali ini memiliki banyak jenis, walaupun sekilas memiliki bentuk yang mirip.
Masing-masing baju adat dari daerah bali memiliki ciri yang ornamen dan simbolik, di
bedakan dalam acara upacara, umur, dan jenis kelamin yang memakainya. Kita bisa
membedakan status sosial masyaraktnya berdasarkan corak busana dan perhiasan yang di
milkinya.
RUMAH ADAT
1. Rumah Joglo, Jawa
Rumah adat ini merupakan ciri khas rumah adat di daerah Jawa. Rumah ini terbagi dalam
beberapa area seperti pendapa, pringgitan, dalem, sentong, gandok tengen, dan gandok kiwo.
Pada bagian pendapa pada rumah joglo digunakan sebagai ruangan pertemuan untuk acara
besar karena tidak memiliki sekat. Bisa juga dijadikan tempat pagelaran kesenian. Di area
pendapa inilah ciri khas rumah joglo terlihat dengan adanya struktur konstruksi soko guru
pada kolom utamanya. Lalu pada bagian pringgitan digunakan sebagai area penghubung
antara pendopo dengan rumah dalem biasa digunakan juga sebagai ruang tamu. Sedangkan
bagian dalem adalah ruangan bersantai keluarga yang merupakan area privasi pemilik rumah.
Rumah adat Krong Bade biasa disebut juga rumoh aceh. Ciri khas rumah ini adalah memiliki
tangga didepan rumah yang digunakan sebagai jalan masuk ke dalam rumah. Uniknya lagi
anak tangga di rumah ini berjumlah ganjil. Rumah krong bade mengaplikasikan bangunan
menjulur dari timur ke barat mengambil garis imajiner ke arah Ka'bah. Model rumah
panggung satu ini ditinggikan sekitar 2,5 meter hingga 3 meter. Dinding rumah terbuat dari
kayu dan dihiasi dengan lukisan. Pada bagian atap rumahnya, diberikan material daun rumbia.
Sedangkan untuk lantai terbuat dari bambu atau enau. Salah satu keunikan lainnya adalah
pintu rumah dibuat lebih pendek yaitu 1,2 meter hingga 1,5 meter. Hal ini bertujuan agar
orang yang memasuki rumah ini memberikan salam hormat pada pemilik rumah tanpa
mengenal sosial ataupun kasta.
Rumah bagonjong atau rumah godang merupakan sebutan lain bagi rumah adat asal Sumatera
Barat ini. Keunikannya paling terlihat jelas dan menonjol pada bagian atap yang memiliki
bentukan seperti tanduk pada ujung atapnya. Ruangan di dalam rumah ini tidak memiliki
sekat kecuali pada kamar tidurnya. Sebagai rumah bersama, rumah gadang dilambangkan
sebagai kehadiran suatu kaum. Pada bagian depan rumah biasanya dilengkapi dengan ukiran
ornamen dan umumnya bermotif akar, bunga, daun dan bidang persegi empat serta genjang.
Setiap elemen di rumah ini mempunyai makna tersendiri. Dapur di rumah ini dibangun
terpisah pada bagian belakang rumah yang didempet pada dinding.
Keunikan rumah ini terletak pada posisi dan bentuknya. Seperti namanya, rumah ini mirip
dengan rakit dan dibangun di atas sungai. Karena hal tersebutlah rumah adat satu ini juga
populer di kota Palembang. Pembangunan rumah ini di atas sungai karena sungai dianggap
sebagai sumber mata pencaharian dan sumber makanan bagi masyarakat. Material yang
digunakan berupa bambu jenis mayan yang dapat mengambang di air dan juga digunakan
untuk dindingnya. Lalu adapun balok kayu, papan sebagai dinding. Sedangkan atapnya
menggunakan ulit yang dianyam. Salah satu bahan utamanya adalah rotan sebagai pengikat
bambu-bambu dan bagian atas rumah rakit.
Nah untuk rumah yang satu ini pasti dengan mudah dikenali karena gapuranya yang khas!
Rumah adat asal Bali ini menyerupai bentukan pura dan gapura di bagian depannya. Tentunya
memang desainnya kental dengan budaya dan agamanya. Rumah adat ini pun sangat mudah
ditemukan di Bali. Masyarakat Bali memang sangat menjaga harta kebudayaannya. Dari
materialnya, bahan bangunan akan bergantung pada tingkat kemapanan tiap pemilik. Pada
masyarakat biasa, spesi dari lumpur tanah liat pun bisa dijadikan dinding bangunan namun
untuk golongan atas menggunakan batu bata. Tempat suci/ tempat pemujaan pun perlu
didesain dan dimiliki satu keluarga atau suatu kumpulan kerabat. Untuk kalangan yang
mampu bisa menggunakan ijuk sedangkan kalangan kurang mampu bisa menggunakan
alang-alang atau genteng.
Rumah adat ini dibangun oleh masyarakat suku asli Kalimantan yaitu suku Dayak Timur. Ciri
khas bangunan yang satu ini adalah berbagai corak ornamen yang terlihat di setiap sisi rumah.
Rumah lamin ini juga menjadi rumah adat terbesar di Indonesia dengan panjang 300 meter,
lebar 15 meter, dan tinggi kurang lebih 3 meter. Penghuni rumah ini pun bisa mencapai 12
hingga 30 kepala keluarga. Terdapat dua macam tiang di rumah ini yaitu tiang penopang
lantai dan penyangga atap. Pada halaman depan rumah ini dilengkapi dengan patung totem
yang dipercaya sebagai dewa oleh suku Dayak. Warna yang diterapkan pada rumah ini pun
memiliki arti tersendiri. Warna kuning melambangkan kewibawaan, merah keberanian, biru
kesetiaan, dan putih kebersihan jiwa.
Rumah bubungan tinggi merupakan salah satu rumah suku Banjar yanng menjadi ikon
provinsi Kalimantan Selatan. Bentuknya yang memanjang memang menjadi ciri khas rumah
yang menyesuaikan dengan fungsi ruangnya. Atapnya yang tiba-tiba meninggi pun menjadi
hal yang ikonik dari rumah ini. Bahan konstruksi yang digunakan untuk rumah ini adalah
kayu.
Lombok yang tidak kalah indahnya dengan pulau Bali ini tidak hanya menunjukkan alam
yang menarik saja namun juga kebudayaannya. Salah satunya adalah rumah adat sasak yang
memiliki bentuk dan material yang unik. Dindingnya yang terbuat dari anyaman dan atap
rumah yang terbuat dari jerami atau akar alang-alang. Sedangkan pada lantainya
menggunakan campuran batu bata, abu jerami dan juga getah pohon. Rumah adat ini memiliki
posisi penting di kehidupan manusia karena menjadi tempat privasi keluarga dan juga untuk
memenuhi kebutuhan spiritualnya. Setiap ruang terbagi berdasarkan kegunaannya.
Rumah adat yang langka satu ini hanya terdapat di salah satu desa terpencil daerah
Pegunungan di Pulau Flores. Bentuknya yang unik mengerucut dengan tinggi 15 meter dan
terdapat 5 lantai di dalamnya. Usaha pengkonservasian Mbaru Niang juga mendapat
penghargaan tertinggi dengan kategori warisan budaya dari UNESCO Asia Pasifik tahun
2012. Yori Antar pun sebagai salah satu arsitek terkemuka di Indonesia turut ambil andil
dalam konservasi rumah adat ini. Dalam pembangunannya, tiang ditanam ke dalam tanah
sebesar 1,5 meter hingga 2 meter. Dengan lantai dasar berbentuk panggung, 1,2 dari tanah.
Tiang setiap lantai tidak menerus namun dipasang terputus dan diikat. Rotan digunakan
sebagai pengikat antar baloknya. Kelima lantai dalam rumah tersebut memiliki fungsi
masing-masing. Lantai dasar sebagai tempat tinggal dan berkumpul, kedua untuk menyimpan
bahan makanan dan barang-barang. Kemudian di lantai ketiga tempat menyimpan
benih-benih tanaman pangan seperti padi jagung. Lantai keempat untuk stok pangan jika
terjadi kekeringan dan lantai paling atas digunakan untuk tempat sesajian persembahan
kepada leluhur.
Bagaimana menurutmu kesepuluh rumah adat tersebut? Tentunya cukup unik dan
membuktikan bahwa Indonesia sejak dulu sudah mengenal arsitektur dengan baik melalui
adanya beragam rumah adat tersebut.
MAKANAN KHAS
1) Mie Aceh
Mie Aceh sangat jelas berasal dari daerah Aceh. Mie ini salah satu makanan khas daerah
Aceh yang juga merupakan makanan khas Indonesia. Bahan dasar makanan ini adalah berasal
dari mie kuning tebal dengan diirisi daging sapi, daging kambing ataupun makanan laut
seperti udang dan cumi-cumi yang disajikan dalam bentuk sup dengan kuah sejenis kari yang
gurih serta pedas.
2) Bika Ambon
Bika Ambon adalah makanan khas Indonesia dari daerah Medan, Sumatera Utara. Bika ini
terbuat dari berbagai bahan seperti telur, gula serta santan yang umumnya beraroma pandan
wangi. Bika Ambon ini menjadi salah satu makanan favorit daerah Medan.
3) Rendang Padang
Rendang atau dalam bahasa Minangnya lebih dikenal dengan Randang makanan khas
Indonesia yang berasal dari daerah Padang, Sumatera Barat. Rendang ini merupakan salah
satu masakan tradisional Minangkabau yang menggunakan daginf dan santan kelapa sebagai
bahan dasarnya. Rendang ini biasanya mempunyai kandungan bumbu repah-rempah yang
sangat banyak.
Masakan ini adalah masakan yang terkenal dan populer di masyarakat Jambi yang menjadi
salah satu masakan khas Indonesia. Gulai Ikan Patin dimasak dengan menggunakan tempoyak,
yaitu daging buah durian yagn sudah difermentasi. Namun ada juga banyak orang yang
memasak Gulai Ikan Patin yang mengganti tempoyak dengan santan kelapa untuk
menghindari bau dan rasa tempoyak yang sangat menyengat.
5) Pendap Bengkulu
Pendap merupakan salah satu masakan khas Indonesia dari daerah Bengkulu. Makanan ini
kerap diburu wisatawan sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke asal mereka, apalagi saat
musim Lebaran tiba. Pendap terbuat dari bumbu-bumbu yang beraneka ragam seperti bawang
putih, kencur serta cabai giling. Kemudian bahan-bahan tersebut dicampur merata dengan
parutan kelapa muda.
6) Gulai BelacanRiau
Gulai Belacan adalah makasan khas Indonesia yang berasal dari daerah Riau. Gulai ini seperti
namanya terbuat dari bahan dasar Belacan yaitu masakan dengan bahan dasar kuah yang
dicampur dengan terasi. Biasanya bahan dari Gulai Belacan yang lain adalah berupa daging
ataupun dari udang dan ikan
7) Empek-empek Palembang
Empek-empek atau sering dinamakan dengan sebutan pempek merupakan makanan khas
Indonesia yang berasal dari daerah Palembang, Sumatera Selatan. Makanan khas ini
umumnya terbuat dari ikan dan sagu. Namun makanan ini tidak hanya terdapat di daerah
Palembang saja akan tetapi sudah banyak masyarakat Sumatera Selatan yang
memproduksinya.
8) Mie Bangka
Mie Bangka merupakan salah satu makanan khas Indonesia yang berasal dari daerah Bangka.
Mie Bangka ini menggambarkan ciri khas masyarakat pulau Bangka. Mie ini terbuat dari
bahan dasar mie basah yang berwarna kuning yang biasanya disiram dengan kuah yang
berbumbu. Kuah ini terbuat dari campuran ikan, udang, cumi-cumi atau kepiting. Adakalanya
makanan ini ditambah dengan toge atau kecambah, mentimun atau timun serta kerupuk.
Masakan ini biasanya dihidangkan dalam keadaan panas yang sangat lezat dengan sensasi
pedas dari cabenya.
9) Seruit Lampung
Seruit merupakan salah satu makanan khas Indonesia dari daerah Lampung. Makanan ini
terbuat dari ikan yang digoreng ataupun dibakar dengan dicampur terasi, tempoyak atau
olahan durian yang sudah difermentasi serta manga. Jenis ikan yang digunakan sebagai dasar
pembuatan makanan ini biasanya adalah ikan yang besar-besar seperti belide, baung, layis
dan lain – lain. Makanan ini akan menjadi sangat lezat jika dihidangkan dengan menggunakan
lalapan seperi tomat ataupun mentimun.
Makanan khas dari Jakarta yang satu ini sebenarnya merupakan perpaduan dari kuliner
Portugis. Kerak telor mudah ditemui di Jakarta terutama pada saat diadakannya Pekan Raya
Jakarta bahkan kerak telor acap kali dijadikan simbol kuliner klasik budaya Betawi.