KLHS Untuk Pembangunan Daerah Yang Berkelanjutan
KLHS Untuk Pembangunan Daerah Yang Berkelanjutan
Ringkasan Eksekutif
ii
Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Ringkasan Eksekutif
Penyusun
No
Proyek
61800396
Budy
Wiryawan
Asep
Sukmara
Disetujui
oleh
Josh
van
Berkel
Josh
van
Berkel
2
Versi
Akhir
Bahasa
Inggris
BDW
AJN
JVB
23.07.12
1
Rancangan
Ringkasan
Eksekutif
–
Bahasa
BDW
JVB
MJJ
23.06.12
Indonesia
Revisi
Deskripsi
Oleh
Diperiksa
Disetujui
Tanggal
Kata-‐kata
kunci
Klasifikasi
Terbuka
Selat
Sunda
Internal
KLHS
Terbatas
Hak
milik
Distribusi
Jumlah
salinan
DANIDA/Kementerian
Pekerjaan
Umum
Digital
1
DHI
Digital
1
DHI
Water
&
Environment
(S)
Pte.
Ltd.
1
CleanTech
Loop
#03-‐05
CleanTech
One•
Singapura
-‐637141
DHI
iv
Daftar Isi
1.
Pendahuluan .............................................................................................. 1
1.1
Proses KLHS.............................................................................................. 3
2.
Kondisi-Kondisi yang Ada di Kawasan Strategis Nasional (KSN).............. 5
3.
Rencana Tata ruang .................................................................................. 9
4.
Kajian Lingkungan Hidup atas Permasalahan Strategis yang
Teridentifikasi ........................................................................................... 12
4.1
Kajian Aspek Fisika-Kimia........................................................................ 13
4.2
Kajian Aspek Ekologi ............................................................................... 15
4.3
Kajian Aspek Sosial-Ekonomi .................................................................. 17
5.
Rekomendasi KLHS untuk Perencanaan Tata Ruang yang Berkelanjutan
untuk KSN Selat Sunda ........................................................................... 19
i
DHI
Singkatan-Singkatan
Singkatan Kepanjangan
KemenPU
Kementerian
Pekerjaan
Umum
LSM
Lembaga
Swadaya
Masyarakat
KLHS
Kajian
Lingkungan
Hidup
Strategis
ii
1.
Pendahuluan
Dokumen
ini
berisi
suatu
Ringkasan
Eksekutif
dari
Kajian
Lingkungan
Hidup
Strategis
(KLHS)
KSN
Selat
Sunda,
yang
dilaksanakan
atas
nama
DANIDA
untuk
Kementerian
Pekerjaan
Umum
Indonesia
(KemenPU).
1
KSN Selat Sunda juga dianggap sebagai suatu kawasan utama untuk pembangunan,
menurut Keputusan Presiden No. 32, 2011, Rencana Induk (2011-2025) percepatan dan
perluasan pembangunan ekonomi Indonesia. Kawasan strategis dan pembangunan
prasarana Selat Sunda juga telah ditetapkan dalam Keputusan Presiden No. 86 2011
sebagai suatu kawasan prioritas dan bagian dari koridor pembangunan ekonomi nasional
(koridor ekonomi Sumatra).
2
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang ‘Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup’, Pasal 15 ayat (1)
1
DHI
ENGLISH
BAHASA
INDONESIA
National
Strategic
Area
of
Sunda
Strait
Kawasan
Strategis
Nasional
Selat
Sunda
N
(North)
U
(Utara)
Legend
Legenda
Province
Capital
Ibukota
Provinsi
Regency/City
Capital
Ibukota
Kabupaten/Kota
Province
Boundary
Batas
Provinsi
Regency/City
Boundary
Batas
Kabupaten/Kota
River
Sungai
NSA
Land
Boundary
Batas
Darat
KSN
NSA
Maritime
Boundary
Batas
Laut
KSN
National
Strategic
Area
Kawasan
Strategis
Nasional
Indonesian
Archipelago
Sea
Lane
Jalur
Laut
Kepulauan
Indonesia
Main
Road
Jalan
Utama
Highway
Jalan
Raya
Railway
Jalur
Kereta
Api
Strategic
Environmental
Assessment
National
Kajian
Lingkungan
Hidup
Strategis
Kawasan
Strategic
Area
of
Sunda
Strait
Strategis
Nasional
Selat
Sunda
Sebagaimana
yang
ditunjukkan
di
atas
dalam
Gambar
1.1,
wilayah
rencana
tata
ruang
yang
diusulkan
tersebut
mencakup
bagian
selatan
Provinsi
Lampung,
wilayah-‐wilayah
bagian
utara
Provinsi
Banten,
dan
perairan
Selat
Sunda.
Fitur-‐fitur
pembangunan
utama
dalam
perencanaan
tata
ruang
di
kawasan
tersebut
mencakup
realisasi
Jembatan
Selat
Sunda;
pembangunan-‐
pembangunan
prasarana
seperti
jalan,
jalur
kereta
api,
proyek/
koridor
utilitas,
dan
pelabuhan;
pemanfaatan
baru
atas
lahan
seperti
kawasan
industri,
kawasan
pemukiman,
pariwisata,
akuakultur,
pertanian
dan
kehutanan;
dan
untuk
memetik
manfaat
penuh
dari
pembangunan,
identifikasi
kawasan
yang
telah
dikategorikan
sebagai
daerah
yang
memiliki
potensi
ekonomi.
2
4
8
3
Rencana-rencana pemanfaatan lahan permukiman tidak ditunjukkan dalam gambar tersebut
9
DHI
English
Bahasa
Indonesia
KSN
Landuse
and
Infrastructure
Pemanfaatan
lahan
dan
prasarana
KSN
Legend
Legenda
Province
Capital
Ibukota
Provinsi
NSA
Land
Boundary
Batas
Darat
KSN
NSA
Maritime
Boundary
Batas
Laut
KSN
KSN
Plan
Rencana
KSN
Power
Plant
Pembangkit
Listrik
Special
Airport
Bandar
Udara
Khusus
Highway
Jalan
Raya
Railway
Jalur
Kereta
Api
Sunda
Strait
Bridge
Jembatan
Selat
Sunda
Gas
Pipe
Distribution
Distribusi
Pipa
Gas
Electricity
Transmission
Line
Saluran
Transmisi
Listrik
Zone
of
Economic
Potential
(ZEP)
Zona
Potensi
Ekonomi
Sunda
Strait
Bridge
Pile
Area
Kawasan
Tiang
Jembatan
Selat
Sunda
Provincial
Plan
Rencana
Provinsi
Industrial
Area
Kawasan
Industri
Integrated
Solid
Waste
Processing
Pengolahan
Limbah
Padat
Terpadu
Land
Fill
Urukan
Tanah
Wastewater
Treatment
Plant
Instalasi
Pengolahan
Air
Limbah
Strategic
Environmental
Assessment
Kajian
Lingkungan
Hidup
Strategis
Kawasan
National
Strategic
Area
of
Sunda
Strait
Strategis
Nasional
Selat
Sunda
Jembatan
Selat
Sunda
yang
direncanakan
akan
melintasi
Selat
Sunda
melalui
pulau
Sangiang,
pulau
Panjurit,
dan
pulau
Kandangbalak,
akan
menjadi
salah
satu
dari
proyek-‐proyek
jembatan
terbesar
di
Indonesia.
Jembatan
tersebut
merupakan
titik
fokus
yang
meningkatkan
konektivitas
transportasi
dalam
rencana
tata
ruang
tersebut
dan
akan
dilengkapi
dengan
beberapa
jalan
raya
dan
jalur
kereta
api
baru.
Rencana
keseluruhan
tersebut
juga
melibatkan
pembangunan
sebuah
bandar
udara,
beragam
koridor
utilitas
dan
menghubungkan
rencana-‐rencana
tata
ruang
provinsi
untuk
pemanfaatan
lahan
dan
prasarana
industri.
Selain
itu,
enam
‘Zona
Potensi
Ekonomi’4
juga
telah
dideliniasi
sebagai
bagian
dari
KSN.
Zona-‐zona
tersebut
menekankan
lebih
lanjut
pada
fokus
perencanaan
pembangunan
dan
investasi
yang
meliputi
mulai
dari
4
Dua kawasan tiang jembatan juga telah dideliniasi untuk keperluan Jembatan Selat Sunda
10
pariwisata
dan
pertanian
sampai
dengan
pembangunan
pelabuhan
dan
industri
berat.
Sifat
terpadu
KSN
Selat
Sunda
dan
rencana-‐rencana
provinsi
yang
terkait
mengharuskan
adanya
pertimbangan
atas
rencana-‐rencana
gabungan
dalam
proses
KLHS.
Apabila
pendekatan
tersebut
tidak
diambil,
konflik-‐konflik
lingkungan
hidup
aktual
yang
terkait
dengan
KSN
tidak
tertangani
dengan
baik.
11
DHI
13
DHI
14
terkait
dengan
akumulasi
pencemaran
udara
dan
air.
Dalam
hal
ini,
perencanaan
pemanfaatan
lahan
industri
gabungan
(termasuk
zona-‐zona
Potensi
Ekonomi
industri
yang
telah
dideliniasi),
dan
pemekaran
perkotaan
akan
menghasilkan
pencemaran
udara
dan
air
yang
tertimbun.
Di
beberapa
wilayah
hal
ini
akan
memperburuk
kualitas
lingkungan
hidup
sampai
sedemikian
sehingga
kesehatan
manusia
(yaitu
di
pemukiman-‐pemukiman
yang
telah
ada
dan
yang
akan
dibangun
di
waktu
yang
akan
datang)
dan
sumber
daya
ekologi
pasti
akan
terkena
dampak.
Meskipun
hal
tersebut
sesuai
untuk
beberapa
wilayah
yang
padat,
keprihatinan
sepenuhnya
ditegaskan
untuk
Teluk
Lampung
dan
Teluk
Banten.
4.2
Kajian
Aspek
Ekologi
Terdapat
berbagai
masalah
ekologi
terkait
dengan
KSN
tersebut.
Akan
tetapi,
habitat-‐habitat
sejumlah
spesies
langka
dan
terancam
punah
yang
telah
rusak
parah
di
Lampung
secara
khusus
menghadapi
risiko.
Apabila
tetap
tidak
dikelola,
jelas
bahwa
gabungan
tekanan
migrasi-‐masuk
yang
terkait
dengan
KSN
Selat
Sunda,
pemanfaatan
lahan
dan
pembangunan
prasarana
yang
melanggar
batas,
serta
meningkatnya
potensi
risiko
kegiatan-‐kegiatan
ilegal
(contohnya
pemburuan
liar,
pembalakan
liar)
hanya
akan
memperburuk
situasi
yang
sudah
buruk.
Kawasan
lindung
seperti
Taman
Nasional
Way
Kambas
dan
lainnya
di
kedua
provinsi
tersebut
menghadapi
tekanan
tersebut
sampai
taraf
tertentu,
namun
kawasan
KSN
barat
(yaitu
Kabupaten
Tanggamus,
Kabupaten
Pesawaran,
dan
Kabupaten
Pringsewu)
sangat
mengundang
keprihatinan.
Ini
karena
kawasan
tersebut
masih
memiliki
fungsi
habitat
yang
penting,
akan
tetapi
status
perlindungan
campuran
yang
disandangnya
membuat
kawasan
tersebut
lebih
mudah
terpengaruh
oleh
gangguan-‐gangguan
yang
ditimbulkan
oleh
KSN.
Sebagaimana
yang
mungkin
diperkirakan,
terdapat
juga
pemeriksaan
yang
intens
oleh
kelompok-‐kelompok
LSM
setempat
dan
internasional
terhadap
15
DHI
hilangnya
habitat
dan
keanekaragaman
hayati
yang
sudah
banyak
terjadi
di
Lampung.
Gambar
4.3
Tekanan-‐tekanan
KSN
Selat
Sunda
terhadap
habitat
ekologi
di
kawasan
KSN
barat
ENGLISH
BAHASA
INDONESIA
Habitat
encroachment
&
fragmentation
Pelanggaran
batas
&
fragmentasi
habitat
Increased
disturbance
Meningkatnya
gangguan
Increased
access
Meningkatnya
akses
Decreased
environmental
quality
Menurunnya
kualitas
lingkungan
hidup
N
(North)
U
(Utara)
Legend
Legenda
Future
Landuse
Pemanfaatan
lahan
Masa
Depan
Conservation
Area
Kawasan
Konservasi
Agriculture
Area
Kawasan
Pertanian
Fisheries
Area
Kawasan
Perikanan
Industry
Area
Kawasan
Industri
Production
Forest
Hutan
Produksi
Settlement
Area
Kawasan
Pemukiman
Bandar
Lampung
–
Metro
Zone
of
Zona
Potensi
Ekonomi
Bandar
Lampung
–
Economic
Potential
Metro
East
Lampung
–
Central
Lampung
Zone
of
Zona
Potensi
Ekonomi
Lampung
Timur
–
Economic
Potential
Lampung
Tengah
South
Lampung
Zone
of
Economic
Zona
Potensi
Ekonomi
Lampung
Selatan
Potential
Sunda
Strait
Bridge
Pile
Area
Kawasan
Tiang
Jembatan
Selat
Sunda
Future
Infrastructure
Prasarana
Masa
Depan
Wastewater
Treatment
Plant
Instalasi
Pengolahan
Air
Limbah
Power
Plant
Pembangkit
Listrik
Highway
Jalan
Raya
16
ENGLISH
BAHASA
INDONESIA
Rail
Way
Jalur
Kereta
Api
Sunda
Strait
Bridge
Jembatan
Selat
Sunda
Gas
Pipe
Distribution
Distribusi
Pipa
Gas
Electricity
Transmission
Line
Saluran
Transmisi
Listrik
Strategic
Environmental
Assessment
Kajian
Lingkungan
Hidup
Strategis
National
Strategic
Area
of
Sunda
Strait
Kawasan
Strategis
Nasional
Selat
Sunda
Rencana-‐rencana
KSN
Selat
Sunda
di
lingkungan
pesisir
dan
laut
juga
menimbulkan
akumulasi
ancaman
dari
pembangunan-‐pembangunan
seperti
kawasan-‐kawasan
industri
dan
pelabuhan-‐pelabuhan,
meningkatnya
pariwisata
dan
Jembatan
Selat
Sunda
itu
sendiri.
Contohnya
antara
lain
lingkungan-‐lingkungan
laut
di
dalam
dan
di
Pulau
Sangiang,
Teluk
Banten,
Teluk
Lampung,
dan
daerah-‐daerah
penangkapan
ikan
tertentu.
Apabila
pembangunan-‐pembangunan
tersebut
tidak
direncanakan
dan
dilaksankan
dengan
hati-‐hati,
kita
dapat
mengalami
degradasi
daerah
pesisir
yang
semakin
memburuk,
tingkat
pencemaran
laut
yang
menimbulkan
dampak
dan
hilangnya
keanekaragaman
hayati.
4.3
Kajian
Aspek
Sosial-Ekonomi
KLHS
mengungkapkan
bahwa
KSN
Selat
Sunda
yang
tidak
dimitigasi
akan
menimulkan
konsekuensi-‐konsekuensi
positif
dan
negatif
tertentu
bagi
kesinambungan
sosial-‐ekonomi.
Dampak-‐dampak
positif
jelas
tampak
dalam
kaitannya
dengan
aspek-‐aspek
seperti
meningkatnya
peluang
kerja;
akses
terhadap
layanan-‐layanan
kesehatan,
budaya
atau
layanan
masyarakat
lainnya;
meningkatnya
produksi
pertanian,
dan
pengentasan
kemiskinan.
Akan
tetapi,
sementara
beberapa
masyarakat
mungkin
memetik
manfaat
dari
KSN
Selat
Sunda
tersebut,
masyarakat-‐masyarakat
lainnya
akan
menghadapi
risiko
yang
besar.
Analisis
menunjukkan
bahwa
tekanan-‐tekanan
sosial-‐
ekonomi
yang
tidak
terelakkan
yang
terkait
dengan
besarnya
pembangunan
ekonomi
secara
keseluruhan
dan
proyek-‐proyek
individualnya
merupakan
sebab-‐sebab
utamanya.
Tekanan-‐tekanan
tersebut
mencakup,
tetapi
tidak
terbatas
pada,
migrasi-‐masuk
berskala
besar,
peningkatan-‐peningkatan
17
DHI
18
5.
Rekomendasi
KLHS
untuk
Perencanaan
Tata
Ruang
yang
Berkelanjutan
untuk
KSN
Selat
Sunda
Serangkaian
permasalahan
strategis
terkait
KSN
Selat
Sunda
yang
terangkum
di
atas
memiliki
kaitan
dengan
skala
besar
proyek-‐proyek
individual
yang
tercakup
di
dalamnya,
atau
akumulasi
interaksi
negatif
yang
timbul
karena
semua
proyek
tersebut.
Melalui
kesepakatan
dengan
KemenPU,
DHI
telah
secara
seksama
mengembangkan
sekumpulan
pelaksanaan
dan
perencanaan
proyek,
langkah-‐langkah
kebijakan
dan
pengelolaan
yang
menyoroti
permasalahan
strategis
negatif
yang
disebutkan
di
atas.
Terangkum
secara
singkat
di
bawah
ini,
rekomendasi-‐rekomendasi
KLHS
tersebut
antara
lain:
1.
Kelayakan
Lingkungan
Hidup
Jembatan
Selat
Sunda
-‐
Pelaksanaan
suatu
prosedur
kelayakan
lingkungan
hidup
Jembatan
Selat
Sunda
untuk
memastikan
bahwa
pelaksanaan
proyek
tersebut
menyoroti
isu
arus
lintas
panas
samudera
yang
terkait
secara
internasional,
tetapi
juga
memperhitungkan
dengan
baik
sejumlah
isu
risiko-‐risiko
ekologi
kelautan
dan
daratan,
serta
bencana
alam
sedini
mungkin
dalam
perencanaan
rancangan
dan
pengelolaan.
2.
Kualitas
Lingkungan
Hidup
Strategis
-‐
Pelaksanaan
suatu
perencanaan
induk
yang
intensif
dan
resmi
dan
analisis
lingkungan
hidup
atas
zona-‐zona
industri
untuk
memastikan
bahwa
dampak-‐dampak
kumulatifnya
dapat
diserap
ke
dalam
lingkungan
sekitarnya
tanpa
menimbulkan
dampak
terhadap
kualitas
lingkungan
hidup
(pencemaran
udara,
pencemaran
air,
dll.)
bagi
kesehatan
manusia
atau
sumber
daya
ekologi.
19
DHI
Gambar
5.1
Kawasan
Teluk
Banten
Timur
yang
diusulkan
untuk
penunjukan
kembali
ENGLISH
BAHASA
INDONESIA
N
(North)
U
(Utara)
Legend
Legenda
Province
Capital
Ibukota
Provinsi
Regency/City
Capital
Ibukota
Kabupaten/Kota
Conservation
Area
Kawasan
Konservasi
Agriculture
Area
Kawasan
Pertanian
Industry
Area
Kawasan
Industri
Production
Forest
Hutan
Produksi
Settlement
Area
Kawasan
Pemukiman
Cilegon
Zone
of
Economic
Potential
Zona
Potensi
Ekonomi
Cilegon
Bojonegara
Zone
of
Economic
Potential
Zona
Potensi
Ekonomi
Bojonegara
3.
Konservasi
Keanekaragaman
Hayati
dan
Habitat
-‐
Akan
ada
penyempurnaan
terhadap
pengelolaan
hutan-‐hutan
lindung
dan
kawasan-‐kawasan
konservasi
melalui
penyesuaian-‐penyesuaian
kebijakan
dan
prosedur.
Selain
itu,
untuk
mencegah
pelanggaran
batas
yang
berlebihan
akibat
pemanfaatan-‐pemanfaatan
lahan
industri
dan
perkotaan
ke
20
dalam
kawasan
KSN
barat
(yaitu
Kabupaten
Tanggamus,
Kabupaten
Pesawaran,
dan
Kabupaten
Pringsewu),
pembentukan
suatu
‘Zona
Pembangunan
Menengah’
yang
hanya
memperbolehkan
kegiatan-‐kegiatan
pertanian
atau
perhutanan
skala
kecil
yang
bekelanjutan
untuk
beroperasi.
Gambar
5.2
Kawasan
yang
diusulkan
untuk
penzonaan
menengah
ENGLISH
BAHASA
INDONESIA
N
(North)
U
(Utara)
Legend
Legenda
NSA
Land
Boundary
Batas
Darat
KSN
NSA
Maritime
Boundary
Batas
Laut
KSN
Regency/City
Boundary
Batas
Kabupaten/Kota
Conservation
Area
Kawasan
Konservasi
Bandar
Lampung
–
Metro
Zone
of
Economic
Zona
Potensi
Ekonomi
Bandar
Lampung
–
Potential
Metro
East
Lampung
–
Central
Lampung
Zone
of
Zona
Potensi
Ekonomi
Lampung
Timur
–
Economic
Potential
Lampung
Tengah
Proposed
Boundary
of
Intermediate
Batas
Zona
Pembangunan
Menengah
yang
Development
Zone
Diusulkan
-‐
Perencanaan
secara
dini
dan
lebih
baik
untuk
penyaluran
prasarana
tertentu
dan
perencanaan
pemanfaatan
lahan
di
sekitar
habitat
yang
dilindungi
juga
diusulkan.
4.
Masyarakat,
Mata
pencaharian
dan
Budaya
21
DHI
22
memperkecil
potensi
risiko-‐risiko
bahaya
alam
(gempa
bumi,
gunung
berapi
dan
tsunami)
bagi
umum.
Penjelasan
yang
lebih
deskriptif,
langkah-‐demi-‐langkah
dan
spesifik
tentang
masing-‐masing
langkah
perbaikan
di
atas
diberikan
dalam
Laporan
KLHS
utama
di
Bagian
13.
Pengelolaan
dan
Pemantauan
Pelaksanaan
KLHS
Para
penyusun
rencana
tata
ruang
nasional,
pada
prinsipnya,
telah
sepakat
dengan
analisis
KLHS
tersebut
dan
kebutuhan
untuk
melaksanakan
prakarsa-‐prakarsa
perbaikan
yang
telah
dipresentasikan.
Dengan
demikian,
langkah-‐langkah
tersebut
perlu
diintegrasikan
ke
dalam
siklus
5
tahun
pelaksanaan
KSN
Selat
Sunda.
Sejalan
dengan
praktik
KLHS
dan
Perencanaan
Tata
Ruang
yang
baik,
langkah-‐langkah
pemantauan
dan
pengelolaan
yang
adaptif
direkomendasikan
dalam
bentuk
sub-‐panitia
antar-‐pemerintah
resmi
yang
terdiri
atas
para
perwakilan
kementerian-‐kementerian
dan
dinas-‐dinas
pekerjaan
umum,
perencanaan,
lingkungan
hidup
dan
kesejahteraan
sosial
tingkat
nasional
dan
provinsi.
Badan
tersebut
secara
khusus
akan
mengundangkan
tindakan-‐tindakan
mitigasi
yang
teridentifikasi
dan
memastikan
pemantauan
melalui
dokumentasi
kegiatan-‐kegiatannya
dan
melalui
peninjauan
ulang
pihak
ketiga.
Kesimpulan
Dalam
beberapa
kasus
rekomendasi-‐rekomendasi
KSN
Selat
Sunda
akan
mengharuskan
adanya
perubahan
dramatis
dalam
pendekatan-‐pendekatan
yang
ada
terhadap
pelaksanaan
proyek,
konservasi
ekologi
dan
tata
kelola
kesejahteraan
sosial.
Akan
tetapi,
tanpa
adanya
hal
tersebut,
konflik-‐konflik
lingkungan
hidup
strategis
akan
terjadi.
23
DHI
Sebagai
penutup,
perhatian
yang
besar
bersama,
serta
kemauan
politik
yang
memadai,
dibutuhkan
untuk
memastikan
terpenuhinya
persyaratan
keberlanjutan.
24