Anda di halaman 1dari 4

JAWABAN ASDOS KEJAHATAN EKONOMI PART 2

1. Mantan dirjen Hubla Akui Terima ATM Berisi Uang Rp 2,3 M

Kompas. Com – Mantan Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Antonius Tonny Budiono
mengaku pernah menerima kartu ATM dan buku tabungan yang berisi uang Rp 2,3
Miliar. ATM dan uang itu menurut pengakuan Tonny, diberikan oleh komisaris PT
Adhiguna Keruktama, Adi Putra Kurniawan. Hal itu diakui Tonny saat memberikan
keterangan sebagai saksi dalam persidangan di Pengadilan Tipikor. Jakarta, senin
(18/12/2017) Tonny bersaksi untuk terdakwa Adi Putra Kurniawan “waktu datang pada
Agustus 2016, dia serahkan kartu ATM dengan nuku tabungan atas nama Joko Prabowo.
Kemudian diberikan nomor PIN” ujar Tonny kepada majelis hakim

Soal kartu ATM diberikan, menurut Tonny, uang dalam rekening itu hanya baru terisi
300 juta. Adi Putra penyampaikan bahwa kartu ATM berisi uang itu sebagai ucapan
terimakasih, karena ia sudah dimenangkan dalam tender proyek pengerukan di
Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang. Menurut Tonny, Adi Putra menyampaikan bahwa
uang tersebut digunakan sebagai dana operasional Tonny. Menurut berita acara
pemeriksaan (BEP), Tonny mengatakan bahwa ada delapan kali transfer ke rekening
Bank Mandiri atas nama Joko Prabowo yang ia pegang Rinciannya, tujuh kali transfer
yang masing-masing senilai Rp 300 Juta, dan satu kali senilai Rp 200 juta. Menurut
Tonny, awalnya dia ditemui oleh Adi Putra pada tahun 2015. Saat itu, ia masih menjabat
sebagai direktur pelabuhan dan pengerukan di Ditjen Hubla. Saat itu, Adi Putra meminta
saran agar dapat menang dalam lelang proyek pengerukan yang berada di bawah Ditjen
Perhubungan laut.

Sumber :

https://nasional.kompas.com/read/2017/12/18/12011721/mantan-dirjen-hubla-akui-
terima-atm-berisi-uang-rp-23-miliar

Pertanyaan :
a. Berikan analisa saudara dilihat dari berbagai jenis tindak pidana korupsi yang di atur
di dalam undang-undang tipikor, jelaskan kasus di atas termasuk dalam jenis
kejahatan apakah dan pasal manakah yang tepat untuk diterapkan bagi para
pelakunya?
Kasus diatas termasuk dsalam jenis kejahatan gratifikasi dalam UU Tipikor,
sebagaimana yang diatur dalam pasal 12 huruf b uu Tipikor. Kasus ini dapat
dianggap sebagai kasus gratifikasi bila dilihat dari sisi Dirjen Hubla, Antonius
Tonny sebagai penerima ATM berisi uang 2,3 Miliar dari komisaris PT Adhiguna
Keruktama. Hal ini merujuk pada pengertian gratifikasi dalam penjelasan pasal 12
huruf b yang menyatakan bahwa gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas,
yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa
bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan
Cuma-Cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam
negeri maupun di luar negeri dan yang dapat dilakukan dengan menggunakan
sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.

Dalam hal ini, kartu ATM yang diterima oleh Dirjen Hubla , memenuhi pengertian
Gratifikasi berdasar penjelasan pasal 12 huruf b. dimana kartu ATM yang berisi
uang itu termasuk atau dapat dimasukan dalam kategori pemberian dalam arti
luas berupa uang yang dilakukan dengan sarana elektronik yaitu kartu ATM.

Selain itu dalam kasus dikatakan bahwa pemberian itu dilakukan sebagai ucapan
terimakasih dari PT Adhiguna Keruktama pada Ditjen Hubla atas kemenangan
tender yang diterima oleh PT Adhiguna Keruktama hal ini menunjukan bahwa
pemberian itu adalah gratifikasi dan bukan suap. Karena pemberian itu dilakukan
dalam rangka ucapan terimakasih bukan daam rangka suatu perjanjian atau
perintah atau keinginan PT. Adhiguna untuk meminta Dirjen Hublin melakukan
atau tidak melakukan sesuatu terkait jabatannya, dan tidak ada kata-kata
sebelumnya yang menunjukkan bahwa ada janji dari PT Adhiguna untuk
memberikan sesuatu hukum Ditjen Hubla Bila mereka menang tender

b. Mengingat uang yang diterima pelaku berasal dari perusahaan swasta, dan bukan
berasal dari keuangan negara, apakah tepat jika dikatakan bahwa kasus tersebut
bukan merupakan kejahatan ekonomi? Jawab terlebih dahulu ya atau tidak, baru
kemudian kemukakan argumentasi saudara
Jawaban bisa ya dan tidak
Tidak, dikarenakan dalam undang-undang tidak menentukan secara
eksplisit bahwa kerugian negara juga termaksud berasal dari perusahaan swasta.
Dalam undang-undang Tindak Pidana Korupsi hanya mengakomodir keuangan
negara (yang berasal dari negara saja)
Tapi gaes… ternyata dalam penjelasan umum UU 31/1999 di dalam penjelasan
“Apa itu keuangan negara” tidak hanya APBN, BUMN, BUMD, YAYASAN (modal
dari negara) itu juga ternyata masuk di dalam KERUGIAN NEGARA. Jadi kalian aku
sarankan jawab YA. Hal ini diperkuat dengan UU No 17/2003.
Ya, Karena gratifikasi merupakan salah satu kejahatan yang termasuk dalam
tipikor dan diatas dalam UU Tipikor, dimana pada konsideran bagian menimbang,
baik dalam UU 31 tahun 1999 (Konsideran menimbang huruf a dan b) maupun
dalam konsideran menimbang huruf a dari UU 20 tahun 2001 sebagai perubahan
dari uu 31 th 1999, kedua UU itu sama-sama menyatakan bahwa, Tipikor adalah
tindak pidana yang sangat merugikan kewarganegara atau perekonomian negara.
Hal ini menunjukan bahwa Tipikor adalah Kejahatah Ekonomi, karena karakteristik
KE adalah merugikan atau merusak keuangan atau perekonomian negara.
Sehingga, segala jenis kejahatan tipikor yang diatur dalam UU Tipikor dapat
dikatakan sebagai KE.

2. OTT BUPATI KUKAR


Kebut Penggeledahan di Tanggerang

JAKARTA – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus mendalami bukti-bukti dugaan


gratifikasi kepada Bupati Kutai Kartanegara (KuKar) Rita Widyasari. Penggeledahan pun
terus dilakuka mulai kemarin (27/9) hingga Sabtu (30/9) “Penjelasan secara detail
besok” (hari ini RED), kata wakil ketua KPK Laode M. Syarif kemarin (27/9)

Selain penggeledahan, kata Laode, pihaknya melakukan pencegahan ke luar negeri


terhadap Rita dan Komisaris PT. Media Bangun Bersama Khairuddin.

Sumber : Jawa Pos, 28 September 2017

Pertanyaan :
1. Berikan analisa saudara apakah kasus gratifikasi tersebut di atas dapat dikategorikan
sebagai kejahatan ekonomi?
Rumusan Korupsi pada pasal 12 b UU No. 20 Tahun 2001 adalah rumusan tindak
pidana korupsi baru yang dibuat pada UU No 20 Tahun 2001
Untuk menyimpulkan apakah suatu perbuatan termassuk korupsi menurut Pasal
ini, harus memenuhi unsur-unsur :
1.Pegawai negeri atau penyelenggara negara
Rita selaku Bupati Kutai Kartanegara
2.menerima gratifikasi
Meskipun ”dugaan” akan tetapi kasus tidak menentukan bahwa yang mendasari
adanya bentuk Tindak Pidana Ekonomi gratifikasi adala “ucapan terima kasih”

3. yang berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan kewajiban atau


tugasnya
Rita selaku Bupati KUKAR telah melakukan penyelewengan tugasnya sebagai
pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan diduga melakukan gratifikasi.
Kewajiban Rita sebagai penyelenggara negara ialah tidak diperkenankan
menerima hadiah, karena ditakutkan menilai sesuatu secara subjektif atau dengan
kata lain tidak lah adil.

4. penerimaan gratifikasi tersebut tidak dilaporkan kepada KPK dalam jangka


waktu 30 hari sejak diterimanya gratifikasi
ini dibuktikan dengan Rita menerima gratifikasi dari Komisaris PT. Media
Bangun Bersama Khairuddin. Rita tidak melaporkan kepada KPK terkait “bentuk
terima kasih” sehingga dapat dikatakan hasil tersebut Rita masukan ke kantong
pribadi

2. Jelaskan apakah tepat jika dikatakan bahwa tindak pidana korupsi yang diatur dalam
undang-undang tipikor hanyalah perbuatan yang menyangkut kerugian keuntungan
negara?
Tindak pidana korupsi yang diatur oleh UU tipikor tidak hanya perbuatan yang
menyangkut kerugian keuntungan negara seperti yang dijelaskan pada pasal 2
(apa..) dan pasal 3 (Apa…). Tapi ada tindak pidana korupsi lain yang tidak
menyangkut kerugian negara seperti suap, gratifikasi. Itu tidak secara langsung
merugikan keuangan negara. Akan tetapi tindak pidana penyuapan dan gratifikasi
terkadang ada campur tangan pihak swasta jadi tidak langsung merugikan negara.

Anda mungkin juga menyukai