Kelompok 8
Ida Rosada J3L216170
Liky Nuraini J3L116074
Noor Febryanti Dwiratih J3L116094
METODE
Alat-alat yang digunakan ialah penangas air, pipet tetes, pipet mohr, bulp
merah, mikrosentrifuse, gelas piala, neraca analitik, dan tabung reaksi.
Bahan-bahan yang digunakan ialah tris HCl, umbi bawang merah, buffer
TE, NaCl, SDS 10%, dH2O steril, larutan lisis, dan akuades .
.
Prosedur Penelitian
Pembuatan Larutan
Sebanyak 50 mM tris HCl ditambahkan larutan lisis lalu 50 mM EDTA
pada ph 8. Larutan SDS 10% dibuat dengan 10 mM tris HCl ph 8 ditambahkan
Buffer elusi TE lalu semua larutan di pendingin sampai akan digunakan.
kedalam eppendof sebanyak 1.5 mL dan di sentrifuse dan dibuang lapisan atas.
Setelah itu disentrifuse lagi selama 1 menit pada mikrosentrifuse. Hasil sentrifuse
ditambhakn 1mL buffer TE dan diukur dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 260 nm dan 280 nm.
Prinsip utama dalam isolasi DNA ada tiga yakni penghancuran (lisis),
ektraksi atau pemisahan DNA dari bahan padat seperti selulosa dan protein, serta
pemekatan larutan DNA yang diperoleh (Albert 1994) .
Tabel 1 Data hasil pengukuran konsentrasi DNA dari umbi bawang merah
[DNA] [RNA]
Larutan A260 A280 [DNA]/[RNA]
(µg/mL) (µg/mL)
melisiskan membran sel pada darah serta mendegradasi protein globular maupun
rantai polipeptida dalam komponen sel ( Kusnawijaya 1993).
Proses lisis dengan menggunakan detergen, sering digunakan
sodiumdodecyl sulphate (SDS) sebagai tahap pelisisan membran sel. Detergen
tersebut selain berperan dalam melisiskan membran sel juga dapat berperan dalam
mengurangi aktivitas enzim nuklease yang merupakan enzim pendegradasi DNA.
Selain digunakan SDS, detergen yang lain seperti tri trimethylammonium bromide
(CTAB) juga sering dipakai untuk melisiskan membrane sel pada isolasi DNA
tumbuhan. Parameter keberhasilan dalam penggunaan CTAB bergantung pada
beberapa hal. Pertama, konsentrasi NaCl harus di atas 1.0 M untuk mencegah
terbentuknya kompleks CTAB-DNA, karena jumlah air dalam pelet sel sulit
diprediksi, maka penggunaan CTAB sebagai pemecah larutan harus
dengan NaCl dengan konsentrasi minimal 1.4 M. Kedua, ekstrak dan larutan sel
yang mengandung CTAB harus disimpan pada suhu ruang karena kompleks
CTAB-DNA bersifat insoluble pada suhu di bawah 15°C. Ketiga, penggunaan
CTAB dengan kemurnian yang baik akan menentukan kemurnian DNA yang
didapatkan dan dengan sedikit sekali kontaminasi polisakarida. Setelah
ditambahkan CTAB, sampel diinkubasikan pada suhu kamar. Tujuan inkubasi ini
adalah untuk mencegah pengendapan CTAB karena CTAB akan mengendap pada
suhu 15°C. Karena efektivitasnya dalam menghilangkan polisakarida, CTAB
banyak digunakan untuk purifikasi DNA pada sel yang mengandung banyak
polisakarida seperti terdapat pada sel tanaman dan bakteri gram negatif seperti
Pseudomonas,Agrobacterium, dan Rhizobium.
Penggunaan buffer CTAB seringkali ditambahkan reagen-reagen lain seperti
NaCl, EDTA, Tris-HCl, dan 2-mercaptoethanol. NaCl berfungsi untuk
menghilangkan polisakarida sementara 2-mercaptoethanol befungsi untuk
menghilangkan kandungan senyawa polifenol dalam sel tumbuhan. 2-
mercaptoethanol dapat menghilangkan polifenol dalam sel tanaman dengan cara
membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa polifenol yang kemudian akan
terpisah dengan DNA. Senyawa polifenol perlu dihilangkan agar diperoleh
kualitas DNA yang baik. Polifenol juga dapat menghambat reaksi dari enzim
Taq polimerase pada saat dilakukan amplifikasi. Disamping itu, polifenol akan
mengurangi hasil ektraksi DNA serta mengurangi tingkat kemurnian DNA.
Penggunaan 2-mercaptoethanol dengan pemanasan juga dapat mendenaturasi
protein yang mengkontaminasi DNA (Page 1997).
Konsentrasi dan pH dari buffer yang digunakan harus berada dalam
rentang pH 5 sampai 12. Sedangkan pH larutan yang tinggi di atas 12 akan
mengakibatkan pemisahan untai ganda DNA. Fungsi larutan buffer adalah untuk
menjaga struktur DNA selama proses penghancuran dan purifikasi sehingga
memudahkan dalam menghilangkan protein dan RNA serta mencegah aktivitas
enzim pendegradasi DNA dan mencegah perubahan pada molekul DNA. Untuk
mengoptimalkan fungsi larutan buffer, dibutuhkan konsentrasi, pH, kekuatan ion,
dan penambahan inhibitor DNAase dan detergen (Page 1997).
Tahapan ekstraksi DNA, seringkali digunakan chelating agent seperti
ethylenediamine tetraacetic acid (EDTA) yang berperan menginaktivasi enzim
DNase yang dapat mendenaturasi DNA yang diisolasi, EDTA menginaktivasi
enzim nuklease dengan cara mengikat ion magnesium dan kalsium
yangdibutuhkan sebagai kofaktor enzim DNAse. DNA yang telah diekstraksi dari
5
dalam sel selanjutnya perlu dipisahkan dari kontaminan komponen penyusun sel
lainnya seperti polisakarida dan protein agar DNA yang didapatkan memiliki
kemurnian yang tinggi. Fenol seringkali digunakan sebagai pendenaturasi
protein,ekstraksi dengan menggunakan fenol menyebabkan protein
kehilangankelarutannya dan mengalami presipitasi yang selanjutnya dapat
dipisahkan dari DNA melalui sentrifugasi, penggunaan sentrifus ini untuk
memisahkan suatu isolasi DNA yang terbentuk dari larutan induknya, hal ini
menyebutkan bahwa setelah sentrifugasi akan terbentuk 2 fase yang terpisah yakni
fase organik pada lapisan bawah dan fase aquoeus (air) pada lapisan atas,
sedangkan DNA dan RNA akan berada pada fase aquoeus setelah sentrifugasi.
Protein yang terdenaturasi akan berada pada interfase dan lipid akan berada pada
fase organik. Selain fenol, dapat pula digunakan campuran fenol dan kloroform
atau campuran fenol, kloroform, dan isoamil alkohol untuk mendenaturasi protein.
Ekstrak DNAyang didapat seringkali juga terkontaminasi oleh RNA sehingga
RNA dapat dipisahkan dari DNA ekstrak dengan cara pemberian RNAse (Setiadi
2001).
Sumber DNA dapat berasal dari tanaman, kultur mikroorganisme, atau sel
manusia. Membran sel dilisis dengan menambahkan detergen untuk
membebaskan isinya, kemudian pada ekstrak sel tersebut ditambahkan protease,
seharusnya (yang berfungsi mendegradasi protein) tetapi digunakan kristal NaCl,
sehingga yang tinggal adalah DNA. Selanjutnya ekstrak tersebut dipanaskan
sampai suhu 60°C untuk menginaktifasi enzim yangmendegradasi DNA (Yuwono
2009). Larutan DNA kemudian dipresipitasi dengan etanol dan bisa dilarutkan
lagi dengan air. Isolasi DNA kromosom dilakukan pada umbi bawang merah pada
praktikum kali ini.Penggunaan umbi bawang merah sebagai sumber pengisolasian
DNA kromosom disebabkan umbi bawang memiliki sedikit pati sehingga DNA
akan terlihat akan lebih jelas dan mudah diisolasi. Beberapa pereaksi digunakan
dalam proses isolasi DNA kromosom dari umbi bawang merah, diantaranya
garam untuk melarutkan DNA, larutan lisis yang berfungsi melisis dinding sel,
SDS 10% berfungsi untuk memecahkan dinding sel dengan mengemulsi lipid dan
protein merusak interkasi polar pada membran sel, penambahan alkohol dingin
berfungsi unutk mengikat DNA dan membentuk suatu matriks kental seperti lem
putih akibat pemekatan DNA dan larutan buffer TE berfungsi untuk melarutkan
DNA kromosom. Garam yang digunakan adalah garam NaCl. NaCl dapat
menyebabkan menyebabkan DNA menjadi larut karena ion Na+ mampu
memblokir (membentuk ikatan) dengan kutub negatif fosfat DNA yaitu kutub
yang bisa menyebabkan molekul-molekul saling tolak menolak satu sama lain,
sehingga pada saat ion Na+ membentuk ikatan dengan kutub negatif fosfat DNA.
Hal ini akan menyebabkan DNA akan terkumpul (Murray 2000).
Penambahan alkohol dingin pada ekstrak sel melalui dinding tabung akan
membentuk gumpalan putih. Etanol dingin berfungsi dalam pengikatan strand
DNA yang telah terkumpul kerena pemekatan oleh garam. Hal ini
karena kerapatan alkohol lebih kecil dibandingkan kerapatan air maka alkohol
akan berada di bagian atas larutan pada tabung reaksi. DNA yang terikat oleh
alkohol akan nampak sebagi benang-benang putih yang terapung diatas
filtrat. Benang -benang DNA berwarna putih pada lapisan atas larutan diambil
dan dimasukkan dalam tabung effendof 1.5 mL untuk selanjutnya disentrifugasi
dengan kecepatan 13.000 rpm. Sentrifugasi berfungsi untuk memisahkan DNA
6
kromosom dari komponen lain seperti protein ataupun RNA. Pemisahan dengan
sentrifus didasarkan perbedaan bobot molekul. DNA kromosom yang memiliki
bobot molekul lebih besar akan berada dibagian dasar setelah disentrifugasi. Pada
tahap akhir pelet dikering-anginkan untuk menghilangkan EtOH dan DNA
kromosom yang didapatkan ditambahkan dengan dH2O steril.
Simpulan
Saran
Pada saat praktikum seharusnya setiap pereaksi maupun larutan uji, tidak
boleh kontaminasi agar hasil yang diperoleh baik, pada saat pemipetan larutan
dipastikan volume larutan yang dipipet sesuai praktikum, agar komposisi
seimbang dan hasil yang di dapatkan tidak menyimpang. Saat praktikum
seharusnya waktu yang disediakan untuk mengamati proses pemisahan DNA
lebih lama agar DNA dapat lebih jelas terlihat. Dalam proses pengamatan
usahakan untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin dalam kegiatan agar kerja
lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA