Anda di halaman 1dari 4

CONTOH KASUS KLIEN DENGAN

GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 02 oktober


2018 di ruang Kemuning RSUD R. SYAMSUDIN SH Klien dengan nama Ny.A
dengan usia 38 tahun, berjenis kelamin perempuan, klien menempuh pendidikan
sampai tamat SMP, klien beragama islam dan klien tidak memiliki pekerjaan
datang ke rumah sakit diantar oleh keluarganya dengan keluhan klien awalnya
marah-marah tanpa sebab, suka menyendiri, melamun, sering bicara sendiri,
mondar mandir, pergi dari rumah, mendengar suara-suara tanpa wujud, bicaranya
ngawur, senyum-senyum sendiri, dan sering mengarahkan telinganya ke tempat-
tempat tertentu.
Menurut keluarga, klien pernah mengalami gangguan jiwa saat usia 25
tahun dan klien sudah 2 kali dirawat di Rumah Sakit Jiwa dengan keluhan yang
sama yakni klien sering bicara kacau, marah-marah tanpa sebab, melempar
barang-barang dan sering keluyuran. Klien terakhir kali dirawat ruang Kemuning
RSUD R. SYAMSUDIN SH pada bulan September 2014. Klien dibawa pulang
oleh keluarga karena sudah dinyatakan sembuh oleh dokter, tetapi pengobatan
yang dilakukan kurang berhasil karena jaraknya jauh akibatnya klien tidak rutin
kontrol. Klien dibawa ke Rumah Sakit karena klien bicara kacau, marah-marah
tanpa sebab, melempar gelas dan piring. Keluarga klien mengatakan klien
merupakan orang yang mudah tersinggung, klien tidak pernah mengalami aniaya
fisik baik sebagai pelaku, saksi ataupun korban. Keluarga klien tidak ada yang
mengalami gangguan jiwa seperti yang dialami oleh klien. klien mempunyai
beberapa masalah yang kurang menyenangkan yaitu ditinggal suaminya menikah
lagi. Selama kurang lebih 13 tahun klien ditinggal oleh suaminya tanpa dinafkahi,
klien membesarkan kedua anaknya sendiri.
Dari hasil pemeriksaan fisik, didapatkan TD:120/80 mmHg Nadi :
100x/menit, S: 36,4°C, R : 24 x / menit, TB: 152 cm, BB: 55 Kg, klien tidak
mengeluh terhadap keadaan fisiknya dan pada tubuh klien tidak menunjukkan
adanya kelainan ataupun gangguan fisik lainnya.
Klien adalah anak pertama dari 6 bersaudara, klien tinggal bersama kedua
anaknya dan tinggal dengan ayahnya sedangkan ibu klien sudah meninggal.
Semua saudara klien sudah menikah mempunyai anak. Klien sudah menikah dan
mempunyai dua orang anak perempuan. Klien ditinggal suaminya kurang lebih 13
tahun yang lalu. pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah, yang
dipimpin oleh ayahnya.
Klien mengatakan: menyukai seluruh bagian tubuhnya. Tidak ada
kecacatan dan anggota tubuh dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Klien
mengetahui bahwa dirinya adalah seorang perempuan dan Klien adalah anak
pertama dari 6 bersaudara. Klien seorang ibu rumah tangga, di rumah klien sudah
terbiasa menyelesaikan semua pekerjaan rumah seperti mencuci, masak, menyapu,
mengepel dan lain-lain. Klien adalah single parent bagi anak-anaknya. Klien tidak
bekerja sehingga tidak bisa menafkahi anaknya. Anaknya dinafkahi oleh ayah
klien. Klien mengatakan ingin menafkahi anaknya sendiri, tetapi klien tidak
bekerja, klien tidak ingin membebani ayahnya. Klien mengatakan bahwa dirinya
kurang percaya diri dan merasa malu karena klien dianggap orang sakit jiwa oleh
tetangga-tetanganya dan penyakit yang diderita saat ini tidak bisa sembuh, klien
lebih suka menyendiri di rumah dari pada berkumpul dengan tetangganya.
Klien mengatakan orang yang paling berarti dalam hidup adalah kedua
anak perempuannya dan ayahnya, bila punya masalah klien hanya memendam
masalah sendiri. Klien mengatakan belum pernah mengikuti kegiatan apapun di
masyarakat. Selama klien dirawat di RS klien mengatakan tidak suka berkumpul
dengan teman-temannya maupun perawat yang ada ruangan. Klien tidak peduli
dengan lingkungan sekitar. Klien terlihat lebih suka sendiri dikamarnya dan
melamun. Klien berkeyakinan pada agama Islam, kegiatan ibadah seperti sholat
dilakukan ketika belum masuk rumah sakit. Selama klien di rawat di rumah sakit
klien menyatakan jarang menjalankan sholat 5 waktu.
Kebersihan dan kerapihan klien cukup baik, rapi dan pakaian yang
dikenakan klien juga sesuai. Saat diajak berkomunikasi klien bicara cepat, keras,
mudah dimengerti. Klien sehari-hari banyak menghabiskan waktu di kamarnya
dan melamun, tampak gelisah dan mondar-mandir. Klien kadang-kadang juga
marah-marah tanpa sebab dan ingin memukul orang.
Klien merasa sedih karena kangen dengan kedua anaknya. Afek klien
labil, emosinya cepat berubah-ubah, kadang senang, sedih dan gelisah. Klien
kooperatif ketika diajak ngobrol, tapi kontak mata klien kurang, klien mengatakan
mudah tersinggung jika mengobrol dengan orang lain.
Klien mengalami halusinasi dengar. Klien mendengar suara-suara yang
muncul saat klien sendirian melamun. Isi suara itu adalah suara ibunya yang sudah
meninggal kurang lebih 4 tahun yang lalu, yang selalu memberi nasehat pada
klien agar tidak hamil dan menikah lagi. Klien juga sering mendengar suara orang
yang menyuruhnya agar dia mati, suara-suara itu muncul kadang-kadang 2 sampai
3 kali sehari, klien mendengar suara itu saat dia melamun, sendirian dan malam
hari. Lama suara-suara itu kurang lebih 7 menit. Saat klien mendengar suara-suara
itu klien merasa takut, cemas dan sangat mengganggu. Klien biasanya hanya
berdo’a dan minta perlindungan dari Allah SWT agar suara itu bisa hilang.
Saat berinteraksi klien mampu menjawab apa yang ditanyakan lawan
bicara secara berurutan sesuai dengan topik tanpa menunggu lama, Klien
menjawab pertanyaan yang diberikan dengan pembicaraan yang cepat dan lancar.
Klien sering curiga dan berprasangka buruk pada orang lain yang belum ia
kenal. Klien juga merasa bahwa dirinya bisa menyembuhkan orang sakit.
Tingkat kesadaran klien masih cukup baik. Klien dapat mengetahui apakah ini
pagi, siang, sore atau malam. Klien juga mengetahui kalau saat ini sedang di
Rumah sakit. Klien masih ingat siapa saja yang semalam tidur seruang dengan
dia. Klien bisa mengenali perawat. Klien mampu mengingat dengan baik kejadian
jangka panjang seperti klien dapat menyebutkan tanggal kelahiran anak
pertamanya yaitu 10 September 1985, jangka pendek seperti klien dapat
menyebutkan nama teman-temannya yang ada diruangan dan kejadian saat ini
seperti klien dapat mengingat nama perawat dan klien juga ingat menu makanan
apa saja yang sudah dimakan tadi.
Klien mampu berkonsentrasi dengan baik, ketika diberikan pertanyaan
tidak meminta mengulang pertanyaan yang diberikan, klien mampu melakukan
penghitungan sederhana misalnya 20+25+25 berapa ? klien menjawab 70. Klien
mampu mengambil keputusan sederhana misalnya “Apabila ibu diminta milih
maka ibu milih makan dulu atau mandi dulu ?” klien menjawab “Saya memilih
makan dulu baru mandi, karena setelah makan harus cuci piring nanti bisa kotor
kalau pilih mandi dulu”. Klien menyadari bahwa klien saat ini mengalami
gangguan jiwa dan pernah dirawat di RSJ 2 kali.

Anda mungkin juga menyukai