Anda di halaman 1dari 12

ARTIKEL JURNAL

PERBEDAAN KEMAMPUAN MATEMATIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL


PEMBELAJARAN GI DAN STAD PADA MATERI TEOREMA PHYTAGORAS
DI KELAS VIII SMP SWASTA SINAR HUSNI MEDAN T.A. 2016/2017

Oleh:
Gunawan1, Marojahan Panjaitan2
1
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan (UNIMED)
e-mail: goemkai@gmail.com
2
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan (UNIMED)
e-mail: -

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan
komunikasi matematis antara siswa yang diberi model pembelajaran GI dengan siswa yang diberi
model pembelajaran STAD pada SMP Swasta Sinar Husni Medan. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa SMP Swasta Sinar Husni Medan dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa
kelas VIII-1 dan kelas VIII-2 sebanyak 66 orang. Kelas VIII-1 diberi model Pembelajaran GI dan
kelas VIII-2 diberi model pembelajaran STAD. Jenis penelitian ini adalah eksperimen komparatif.
Teknik analisis data yang digunakan adalah uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis. Pada
uji hipotesis dua pihak diperoleh =2,11 dan =1,997. Karena > , sehingga
ditolak dan diterima, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan kemampuan
komunikasi matematis siswa yang diajar dengan model GI dan model STAD pada materi Teorema
Phytagoras di SMP Swasta Sinar Husni Medan tahun ajaran 2016-2017. Pada uji hipotesis satu
pihak diperoleh diperoleh ′ = 0,5 lebih kecil dari t(0,95)32 = 1,70 maka Ha ditolak atau H0 diterima.
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa hasil kemampuan komunikasi matematis siswa dengan model
GI lebih tinggi dari pada model STAD.

Kata kunci: GI, STAD, kemampuan komunikasi matematis

Abstract
This study aims to determine whether there are differences between students' mathematical
communication skills by learning models by GI with students learning model STAD on Private Junior
Sinar Husni Medan. The population in this study are all private school students Sinar Husni Medan
and sample in this research is class VIII-1 and VIII-2 as many as 66 people. VIII-1 was given a model
of Learning GI and VIII-2 given STAD learning model. The research is a comparative experiment.
The data analysis technique used is the normality test, homogeneity and hypothesis testing. In the
hypothesis test two parties obtained t_hitung = 2.11 and t_tabel = 1.997. Because t_hitung> t_tabel,
so H_o H_a rejected and accepted, it is concluded that there are differences in students' mathematical
communication skills taught by GI models and models STAD on the material Pythagoras Theorem in
Private Junior Sinar Husni Medan 2016-2017 school year. On the one hand obtained hypothesis test
obtained t ^ '= 0.5 is smaller than t (0.95) 32 = 1.70 then H0 Ha rejected or accepted. In this case it
can be said that the results of mathematical communication skills of students with higher GI models of
the STAD model.

Keywords: GI, STAD, mathematical communication skills


PENDAHULUAN
(communication), penelusuran pola atau
Matematika tidak dapat dipisahkan
hubungan (connections), dan representasi
dari ilmu pengetahuan dan teknologi, karena
(representatiation).
matematika dapat melatih seseorang berfikir
secara logis, kreatif dan terampil. Erman dkk Salah satu dari standar proses
(dalam Dwirachmayani, 2014:14) menyatakan pembelajaran adalah komunikasi
bahwa “matematika juga berfungsi untuk (communication). Komunikasi dalam hal ini
melayani ilmu pengetahuan”. Artinya selain adalah tidak sekedar komunikasi secara lisan
tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri atau verbal tetapi juga komunikasi secara
sebagai suatu ilmu, matematika juga melayani tertulis. Siswa dan guru dalam pembelajaran
kebutuhan ilmu pengetahuan dalam matematika seharusnya senantiasa
pengembangan dan operasionalnya. berkomunikasi baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Mata pelajaran matematika sering
dipandang oleh siswa sebagai pelajaran yang Komunikasi matematik merupakan
membosankan dan tidak menarik sehingga salah satu kompetensi penting yang harus
pada akhirnya berakibat terhadap sikap dikembangkan pada setiap topik matematika.
siswa yang kurang aktif dan tidak termotivasi Menurut Guerreiro (dalam izzati dan suryadi,
untuk mengikuti pembelajaran. Padahal mata 2010:2) bahwa “komunikasi matematik
pelajaran matematika adalah salah satu mata merupakan alat bantu dalam transmisi
pelajaran yang sangat penting, karena mata pengetahuan matematika atau sebagai fondasi
pelajaran ini di samping menjadi salah satu dalam membangun pengetahuan matematika”.
mata pelajaran ujian akhir nasional juga Komunikasi memungkinkan berfikir matematis
mencakup komponen kemampuan untuk dapat diamati dan karena itu komunikasi
mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu memfasilitasi pengembangan berfikir.
pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan
kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah Selain itu (MES, 2009), “komunikasi
yang kritis, kreatif dan mandiri matematik merupakan salah satu komponen
proses pemecahan masalah matematis”.
National Council of Teacher of Komunikasi merupakan kemampuan untuk
Mathematics, Irjayanti Putri (dalam menggunakan bahasa matematik untuk
Dwirachmayani, 2014:14) menyatakan bahwa mengekspresikan gagasan matematik dan
argument dengan tepat, singkat dan logis.
pembelajaran matematika di sekolah
Komunikasi membantu siswa mengembangkan
dari jenjang pendidikan dasar hingga
pemahaman mereka terhadap matematika dan
kelas XII memerlukan standar
mempertajam berfikir matematis mereka.
pembelajaran yang berfungsi untuk
menghasilkan siswa yang memiliki Salah satu isu penting yang menjadi
kemampuan berfikir, kemampuan fokus perhatian berbagai organisasi tersebut
penalaran matematis, memiliki adalah pengembangan aspek komunikasi
pengetahuan serta keterampilan dasar dalam pembelajaran matematika. Terkait
yang bermanfaat. dengan komunikasi matematik, dalam
Principles and Standards for School
Standar pembelajaran tersebut meliputi
Mathematics (NCTM, 2000) disebutkan bahwa
standar isi dan standar proses. Standar isi
standar kemampuan yang seharusnya dikuasai
adalah standar pembelajaran matematika yang
oleh siswa adalah sebagai berikut.
memuat konsep - konsep materi yang harus
dipelajari oleh siswa, yaitu : bilangan dan 1. Mengorganisasi dan mengkonsolidasi
operasinya, aljabar, geometri pengukuran, pemikiran matematika dan
analisis data dan peluang. Sedangkan mengkomunikasikan kepada siswa lain
standar proses adalah kemampuan- 2. Mengekspresikan ide-ide matematika
kemampuan yang harus dimiliki siswa untuk secara koheren dan jelas kepada siswa
mencapai standar isi. Standar proses meliputi: lain,guru, dan lainnya.
pemecahan masalah (problem solving), 3. Meningkatkan atau memperluas
penalaran (reasoning), komunikasi pengetahuan matematika siswa dengan
cara memikirkan pemikiran dan Kedua mathematics learning as social
strategi siswa lain. activity artinya sebagai aktivitas sosial
4. Menggunakan bahasa matematika dalam pembelajaran matematika,
secara tepat dalam berbagai ekspresi matematika juga merupakan wahana
matematika. interaksi antar siswa dan juga
Komunikasi matematik juga komunikasi antar guru dan siswa.
merupakan salah satu tujuan pembelajaran
Berdasarkan beberapa teori di atas,
matematika dan menjadi salah satu standar
dapat disimpulkan bahwa komunikasi
kompetensi lulusan siswa sekolah dari
memiliki peranan penting dalam pembelajaran
pendidikan dasar sampai menengah
matematika. Namun, komunikasi matematika
sebagaimana tertuang dalam Permen 22
masih belum ditumbuhkembangkan secara
Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
tegas di kalangan siswa. Kesalahan
Kelulusan dalam bidang matematika yang
komunikasi atau miss communication akan
secara lengkap disajikan sebagai berikut:
menyebabkan tidak tercapainya tujuan dari
1. Memahami konsep matematika, pembelajaran. Siswa juga akan mengalami
menjelaskan keterkaitan kesulitan memahami konsep dari materi yang
antarkonsep dan mengaplikasikan diajarkan.
konsep atau algoritma secara luwes, Ansari (2009:5) yang menyatakan
akurat, efisien, dan tepat dalam bahwa:
pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola Dalam proses pembelajaran
dan sifat, melakukan manipulasi kemampuan komunikasi matematika
matematika dalam membuat belum sepenuhnya dikembangkan
generalisasi, menyusun bukti, atau secara tegas, padahal sebagaimana
menjelaskan gagasan dan pernyataan diungkapkan oleh para
matematika. matematikawan bahwa komunikasi
3. Memecahkan masalah yang meliputi matematika merupakan salah satu
kemampuan memahami masalah, kompetensi yang perlu diupayakan
merancang model matematika, peningkatannya sebagaimana
menyelesaikan model, dan menafsirkan kompetensi lainnya, seperti bernalar
solusi yang diperoleh. dan pemecahan masalah. Suatu cara
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan untuk mengungkapkan kemampuan
simbol, tabel, diagram, atau media komunikasi matematika di kalangan
lain. siswa pada semua tingkat sekolah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan adalah dengan representasi yang
matematika dalam kehidupan, yaitu relevan. Representasi adalah bentuk
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, baru sebagai hasil translasi dari suatu
dan minat dalam mempelajari masalah atau idea atau translasi suatu
matematika, serta sikap ulet dan diagram atau model fisik ke dalam
percaya diri dalam pemecahan masalah. symbol atau kata-kata.
Baroody (dalam Ansari, 2009:4)
menyebutkan : Berdasarkan observasi awal yang
Sedikitnya ada dua alasan penting dilakukan peneliti di SMP Swasta Sinar Husni
mengapa komunikasi dalam Medan pada tanggal 30 Maret 2016, peneliti
matematika perlu dikembangkan di mendapatkan bahwa kemampuan komunikasi
kalangan siswa. Pertama mathematics matematis siswa belum berkembang dengan
as language artinya matematika bukan baik. Jika dipandang dari segi minat belajar,
hanya sekedar alat bantu berpikir, alat siswa masih menganggap matematika
untuk menemukan pola, merupakan pelajaran yang sulit sehingga minat
menyelesaikan masalah atau belajar siswa sangat kurang dalam belajar
mengambil keputusan tetapi matematika. Kurangnya minat belajar
matematika juga merupakan alat yang matematika siswa berakibat pada menurunnya
berharga untuk mengkomunikasikan hasil belajar siswa di sekolah. Dari hasil
berbagai ide secara jelas dan tepat. temuan-temuan ini, betapa bermasalahnya
kemampuan komunikasi matematis siswa, hal secara penuh dalam suasana belajar yang
ini menjadi sebuah permasalahan serius yang demokratis dan terbuka.
harus segera ditangani. Sehingga kemampuan
siswa terhadap kompetensi dasar yang Model Group Investigation merupakan
diinginkan dapat tercapai pada saat ini. model pembelajaran yang melibatkan siswa
sejak perencanaan, baik dalam mengidentifikasi
Proses komunikasi yang kurang akan topik, maupun cara untuk mempelajarinya
menyebabkan siswa tidak mampu melalui investigasi di dalam kelompok. Model
berkomunikasi secara matematika, sehingga Group Investigation menekankan pada
siswa tidak mampu mengungkapkan ide-ide partisipasi dan aktivitas siswa dalam
yang ada pada mereka. menurut Arenawa pembelajaran .Ibrahim, dkk (2000:23)
(2011): menyatakan dalam model Group Investigation
guru membagi kelas menjadi beberapa
“Dominasi guru menyebabkan siswa kelompok yang beranggotakan 4 atau 5 siswa
menjadi pasif karena siswa kurang dengan mempertimbangkan minat yang sama
dapat mengemukakan pendapat yang dalam topik tertentu.
dimilikinya bahkan dalam
menyelesaikan sosoal atau masalah Pembelajaran ini memberikan
Matematika, siswa jarang diminta kesempatan pada siswa untuk menyusun dan
untuk mengungkapkan alasannya dan mengorganisir suatu data yang diberikan guru.
menjelaskan secara lisan dan tertulis, Sehingga siswa dituntut untuk menggunakan ide
mengapa mereka memperoleh jawaban dan pemahaman yang telah dimiliki untuk
tersebut sehingga kurang terbiasa menemukan sesuatu yang baru, sehingga
menyimpulkan materi yang telah pemahaman konsep matematis siswa dapat
dipelajari secara sistematis”. meningkat.

Pembelajaran matematika yang kurang Slavin (2009:12) menyatakan bahwa


melibatkan siswa secara aktif akan penggunaan metode STAD sangat
menyebabakan siswa tidak dapat sesuai untuk mengajarkan bidang studi
menggunakan komunikasi matematikanya. seperti matematika, berhitung, dan studi
Salah satu pembelajaran yang dapat terapan, penggunaan dan mekanika
meningkatkan kualitas intelektual serta bahasa, geografi dan kemampuan peta,
kehidupan yang lebih baik adalah dengan dan konsep-konsep ilmu pengetahuan
pembelajaran matematika yang bermakna, ilmiah.
siswa tidak hanya belajar untuk mengetahui
sesuatu tetapi juga belajar memahami Pembelajaran kooperatif tipe STAD
permasalahan yang ada. Tugas dan peran guru adalah pembelajaran kooperatif dimana siswa
bukan lagi sebagai pemberi informasi (transfer belajar dengan menggunakan kelompok kecil
knowledge), tetapi sebagai pendorong siswa yang anggotanya heterogen dan menggunakan
belajar (stimulation learning) agar dapat lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran
mengkonstuksi sendiri pengetahuan melalui untuk menuntaskan materi
berbagai aktivitas seperti pemecahan masalah, pembelajaran,kemudian saling membantu satu
penalaran dan komunikasi. sama lain untuk memahami bahan pembelajaran
melalui tutorial, kuis satu sama lain dan atau
Berdasarkan hal di atas, menurut melakukan diskusi.
penulis salah satu solusi untuk mengatasi
masalah dia atas adalah melalui pembelajaran Penelitian oleh Nova Fahradina, dkk
yang kooperatif. Mengapa pembelajaran (2014), dengan judul Peningkatan Kemampuan
kooperatif? Karena menurut Sanjaya (dalam Komunikasi Matematis dan Kemandirian
Sapitri & Hartono, 2015 : 3) “pembelajaran Belajar Siswa SMP dengan Menggunakan
kelompok banyak dipengaruhi oleh psikologi Model Investigasi Kelompok, hasilnya
belajar kognitif holistik yang menekankan ditemukan bahwa peningkatan kemampuan
bahwa belajar pada dasarnya adalah proses matematis dengan menggunakan model
berpikir”. Metode pembelajaran kooperatif pembelajaran investigasi kelompok lebih baik
memungkinkan siswa untuk mengembangkan dibandingkan dengan pembelajaran
pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan konvensional baik secara keseluruhan maupun
berdasarkan level siswa. merasa perlu memberikan batasan terhadap
masalah yang akan dikaji agar analisa hasil
Penelitian oleh Tria Muharom (2014), penelitian ini dapat dilakukan dengan lebih
dengan judul Pengaruh Pembelajaran dengan mendalam dan terarah. Masalah yang akan
Model Kooperatif Tipe Student Team dikaji dalam penelitian ini adalah: “perbedaan
Achievement Division (STAD) Terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa yang
Kemampuan Penalaran dan Komunikasi diajar dengan model pembelajaran Group
Matematik Peserta Didik di SMK Negeri Investigation dan Student-Teams-
Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya, penelitian Achievements-Divisions pada materi Teorema
ini menyimpulkan bahwa kemampuan Phytagoras di kelas VIII SMP Swasta Sinar
komunikasi matematik peserta didik yang Husni Medan T.A. 2016/2017”.
mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Division (STAD) lebih Rumusan Masalah
baik daripada peserta didik yang mengikuti Berdasarkan batasan masalah di atas,
pembelajaran langsung. maka yang menjadi fokus permasalahan dalam
penelitian ini adalah:
Penelitian oleh Sapitri & Hartono
1. Apakah terdapat perbedaan
(2015), dengan judul Keefektifan Cooperative
kemampuan komunikasi matematis
Learning STAD dan GI Ditinjau dari
siswa yang diajar dengan model
Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi
pembelajaran GI dan STAD pada
Matematis, menyimpulkan bahwa pembelajaran
materi Teorema Phytagoras di kelas
kooperatif tipe STAD dan GI merupakan
VIII SMP Swasta Sinar Husni Medan
alternatif metode yang dapat digunakan dalam
T.A. 2016/2017?
proses pembelajaran matematika untuk
2. Apakah kemampuan komunikasi
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
matematis siswa yang diajar dengan
kemampuan komunikasi matematis siswa.
GI lebih baik daripada yang diajar
Bertitik tolak dengan hal di atas dengan STAD?
penulis melakukan penelitian mengenai 3. Apakah perbedaan model
”Perbedaan Kemampuan Komunikasi pembelajaran GI dan STAD ditinjau
Matematis Siswa yang Diajar dengan Model dari hasil belajar siswa?
Pembelajaran GI dan STAD Pada Materi
Teorema Phytagoras di Kelas VIII SMP Tujuan Penelitian
Swasta Sinar Husni Medan T.A 2016/2017”. Berdasarkan rumusan masalah yang
ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah
Identifikasi Masalah 1. Untuk mengetahui apakah ada
perbedaan kemampuan komunikasi
Berdasarkan latar belakang masalah, matematis siswa yang diajar dengan
maka identifikasi masalah penelitian ini adalah model pembelajaran Group
sebagai berikut : Investigation dan Student-Teams-
Achievements-Divisions pada materi
1. Matematika dipandang sebagai Teorema Phytagoras di kelas VIII
pelajaran yang kurang menarik SMP Swasta Sinar Husni Medan T.A.
2. Belum dikembangkan sepenuhnya 2016/2017
kemampuan komunikasi siswa 2. Untuk mengetahui model
3. Hasil belajar siswa masih rendah pembelajaran yang lebih baik antara
4. Model pembelajaran yang digunakan GI dan STAD untuk menigkatkan
masih berpusat pada guru kemampuan komunikasi matematis
5. Penerapan model pembelajaran siswa
kooperatif masih jarang diterapkan 3. Untuk mengetahui perbedaan model
dalam kegiatan pembelajaran pembelajaran GI dan STAD ditinjau
dari hasil belajar siswa
Batasan Masalah
Melihat luasnya cakupan masalah-
masalah yang berasal dari identifikasi masalah
agar masalah tidak meluas, maka peneliti
Manfaat Penelitian METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Setelah dilakukan penelitian ini Jenis penelitian yang digunakan adalah
diharapkan hasil penelitian ini dapat penelitian eksperimen komparatif.
memberikan manfaat yang berarti yaitu : 2. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Bagi siswa : siswa diharapkan mampu Penelitian ini dilaksanakan di SMP
melaksanakan serta menerapkan Swasta Sinar Husni Medan pada semester I
model pembelajaran kooperatif tipe Tahun Ajaran 2016/2017.
Group Investigation dan Student- 3. Populasi dan Sampel Penelitian
Teams-Achievement-Divisions ini Populasi dalam penelitian ini adalah
guna lebih meningkatkan kemampuan seluruh siswa kelas VIII SMP Swasta Sinar
komunikasi matematis sehingga siswa Husni Medan Tahun Ajaran 2016/2017
dapat secara aktif mengungkapkan dengan sampel dalam penelitian ini terdiri
ide-ide mereka dalam bahasa dari 2 kelas sebagai kelas eksperimen 1 dan
matematika. kelas eksperimen 2 yang ditentukan secara
2. Bagi Guru / calon guru : menambah random sampling.
wawasan terhadap model 4. Desain penelitian
pembelajaran kooperatif tipe Group Desain penelitian ini adalah posttest
Investigation dan Student-Teams- control group design
Achievement-Divisions dan dapat
menerapkannya di kelas dalam Kelas Perlakuan Postes
pembelajaran matematika. Eks I X1 T2
3. Bagi Sekolah : meningkatkan mutu Eks II X2 T2
pendidikan sekolah terutama di bidang
matematika serta dapat dijadikan salah Pada desain ini, pengelompokan
satu upaya untuk meningkatkan sampel penelitian dilakukan secara acak,
kualitas guru dan siswa yang lebih kelas eksperimen 1 diberi perlakuan GI (X1)
aktif, terampil dan kreatif dalam dan kelas eksperimen 2 diberi perlakuan
pembelajaran matematika. STAD (X2),sebelum dilakukan perlakuan
4. Bagi Peneliti : menambah ilmu dan kepada kedua kelas masing-masing
pengalaman tentang pembelajaran diberikan tes kemampuan awal dan sesudah
matematika melalui model perlakuan diberi postes (T2).
pembelajaran kooperatif tipe Group 5. Instrumen Penelitian
Investigation dan Student-Teams- Instrumen penelitian ini menggunakan
Achievement-Divisions dan teskemampuan pemecahan
mengimplementasikannya dikelas- masalahmatematis sebanyak 4 soal tes
kelas. kemampuan awal dan 4 soal postes
berbentuk uraian dimana setiap soal
Hipotesis mengandung setiap indikator komunikasi
Berdasarkan rumusan masalah dan matematis.
tujuan penelitian, yang menjadi hipotesis 6. Analisis Data
dalam penelitian ini adalah Analisis data penelitian ini adalah uji
1. Terdapat perbedaan kemampuan normalitas, uji homogenitas, dan uji
komunikasi matematis siswa yang hipotesis.
diajar dengan model pembelajaran
STAD dan GI pada materi Teorema HASIL PENELITIAN DAN
Phytagoras di kelas VIII SMP Swasta PEMBAHASAN
Sinar Husni Medan.
2. Kemampuan komunikasi matematis Deskripsi Hasil Penelitian
siswa yang diajar dengan GI lebih
tinggi dari pada yg diajar dengan Dalam penelitian ini kelas yang
STAD pada materi Teorema diambil secara acak dikelompokkan menjadi
Phytagoras di kelas VIII SMP Sinar dua kelas yaitu eksperimen satu dan kelas
Husni Medan. eksperimen dua. Kedua kelas yang terpilih
tersebut diacak untuk menentukan kelas
eksperimen satu dan kelas eksperimen dua. antara pengajaran dengan model GI dan
Sample penelitian ini berjumlah 66 orang pengajaran dengan model STAD sebesar 2.1
siswa yang terdiri dari 33 orang siswa yang maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
diajar dengan model GI dan 33 orang siswa antara kemampuan komunikasi siswa yang
yang diajar dengan model STAD. diajar dengan model GI dan dengan model
STAD.
Kedua kelas diberi tes kemampuan
awal dengan soal yang sama setelah diberi pre- Dibawah ini digambarkan distribusi frekuensi
tes kedua kelas diberi materi pembelajaran dan histogram dari kemampuan komunikasi
yang sama dengan metode yang berbeda. kedua kelas
Setelah proses pembelajaran selesai kedua
kelas diberi post-test (T2). Hasil pre-tes dan Tabel Distribusi Frekuensi Skor Tes
post tes diperiksa sebagai data kemampuan kemampuan awal dengan Pembelajaran
komunikasi siswa. Data yang terkumpul Model GI ( Kelas eksperimen I )
berupa data skor yang diperoleh dari hasil tes
yaitu pre-tes dan post-tes yang berjumlah 4 Interval Kelas Batas Kelas Frekuensi
butir soal berbentuk essay tes dengan soal,
kunci jawaban, pedoman penskoran, hasil pre- 33 – 42 32.5 – 42.4 2
tes dan post tes an selisih pre tes dan post-tes
terlampir. 43 – 52 42.5 – 52.4 5
Data Kemampuan Komunikasi 53 – 62 52.5 – 62.4 5
Berdasarkan analisis data diperoleh
data kemampuan komunikasi siswa yang 63 – 72 62.5 – 72.4 12
diajarkan dengan model GI dan model STAD
pada tabel berikut : 73 – 82 72.5 – 82,4 5

Tabel Deskripsi data kemampuan 83 – 92 82,5 – 92,4 4


komunikasi
Jumlah 33
N Keteran Model GI Model STAD
o gan
Pre- Post- Pre- Po
Tabel Distribusi Frekuensi Skor Postes
tes(T tes tes(T st-tes
dengan Pembelajaran Model GI ( Kelas
11) (T21) 11) (T21)
eksperimen I )
1 N 33 33 33 33
Interval Kelas Batas Kelas Frekuensi
2 ΣX 2811,
2131, 2759, 2253, 90 69 - 74 68.5 – 74.4 1
50 40 30
75 – 80 74.5 – 80.4 9
3 64,59 83,62
̅ 68,28 85,21 81 – 86 80.5 – 86.4 17

4 SD 13,71 5,24 87 – 92 86.5 – 92.4 3


13,13 5,20
93 – 98 92.5 – 98,4 2
Dari tabel diatas diperoleh beda
99 – 104 98.5 – 104.4 1
tingkat kemampuan komunikasi siswa pada
materi teorema phytagoras dengan Jumlah 33
menggunakan model GI dan menggunakan
model STAD adalah : (83,62 – 64,59) –
(85,21-68,28) = 2,1 atau tidak sama dengan
nol. Karena beda tingkat kemampuan
komunikasi pada materi teorema phytagoras
Tabel Distribusi Frekuensi Skor Postes
Frekuensi dengan Pembelajaran Model STAD (
eksperimen II )
15
10 Interval Kelas Batas Kelas Frekuensi
5
0 Frekuensi 71 – 74 70.5 – 74.4 1
33 - 43 – 53 – 63 – 73 – 83 –
42 52 62 72 82 92 75 – 79 74.5 – 79.4 1

80 – 84 79.5 – 84.4 14
Gambar Diagram Skor Tes kemampuan
85 – 89 84.5 – 89.4 12
awal dengan Pembelajaran Model GI (kelas
Eksperimen I) 90 – 94 89.5 – 94,4 3

95 – 99 94.5 – 99.4 2

Jumlah 33
Frekuensi
20
10
0 Frekuensi Frekuensi
69 - 75 – 81 – 87 – 93 – 99 – 15
74 80 86 92 98 104 10
5
Frekuensi
0
Gambar Diagram Skor Postes dengan
Pembelajaran Model GI (kelas 40 - 48 – 56 – 64 – 72 – 80 –
Eksperimen I) 47 55 63 71 79 87

Gambar Diagram Skor Tes kemampuan


Tabel Distribusi Frekuensi Skor Tes awal dengan Pembelajaran Model STAD
kemampuan awal dengan Pembelajaran (Kelas Eksperimen II)
Model STAD ( eksperimen II )

Interval Kelas Batas Kelas Frekuensi Frekuensi


40 – 47 35.5 – 47.4 2 15
10
48 – 55 47.5 – 55.4 6 5
Frekuensi
56 – 63 55.5 – 63.4 2 0
71 - 75 – 80 – 85 – 90 – 95 –
64 – 71 63.5 – 71.4 10 74 79 84 89 94 99

72 – 79 71.5 – 79,4 2
Gambar Diagram Skor Post-Tes dengan
80 – 87 79.5 – 87.4 11 Pembelajaran Model STAD (Kelas
Eksperimen II)
Jumlah 33
Tingkat Kemampuan Awal Komunikasi setiap soal mencakup pertanyaan mengenai
Matematis Siswa pada Kelas Eksperimen I kemampuan komunikasi matematis yang
dan Kelas Eksperimen II diajukan oleh Baroody yaitu representasi,
menggambar dan menulis, diperoleh bahwa
Berdasarkan hasil jawaban siswa kelas kemampuan rata-rata siswa pada aspek
eksperimen yang diberikan pada tes awal (tes representasi dikelas eksperimen I sebesar
kemampuan awal) dideskripsikan tingkat 76,89% dan kelas eksperimen II sebesar
kemampuan komunikasi matematis siswa. 73,67%, kemampuan rata-rata siswa pada
Dari hasil tes kemampuan awalt yang aspek menggambar kelas eksperimen I sebesar
diberikan, dimana setiap soal mencakup 89,02%dan kelas eksperimen II sebesar
pertanyaan mengenai kemampuan komunikasi 81,06%, kemampuan rata-rata siswa pada
matematis yang diajukan oleh Baroody yaitu aspek menulis kelas eksperimen I sebesar
representasi, menggambar dan menulis, 88,07% dan kelas eksperimen II sebesar
diperoleh bahwa kemampuan rata-rata siswa 88,45%. Berikut disajikan dalam bentuk
pada aspek representasi dikelas eksperimen I diagram:
sebesar 64,02% dan kelas eksperimen II
sebesar 62,12%, kemampuan rata-rata siswa
100,00%
pada aspek menggambar kelas eksperimen I
sebesar 64,20% dan kelas eksperimen II 80,00%
sebesar 60,42%, kemampuan rata-rata siswa 60,00%
pada aspek menulis kelas eksperimen I sebesar Kelas
40,00%
75,00% dan kelas eksperimen II sebesar Eksperimen I
77,65%. Berikut disajikan dalam bentuk 20,00%
diagram 0,00% Kelas
Eksperimen II
90,00%
80,00%
70,00%
60,00%
50,00%
40,00% Kelas
30,00% Gambar Diagram Data Kemampuan
Eksperimen I
20,00% Rata-Rata Siswa dalam Setiap Aspek
10,00% Kelas Komunikasi Matematis Kelas
0,00% Eksperimen II Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
pada Postes

Analisis Data Hasil Penelitian


 Uji Normalitas
Dalam pengajian analisis statistik
Gambar Diagram Data Kemampuan diadakan uji normalitas data. Pengujian normal
Rata-Rata Siswa dalam Setiap Aspek tidaknya sebaran data dilakukan dengan
Komunikasi Matematis Kelas menggunakan rumus Liliefors. Criteria
Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pengujianyaitu data dikatakan berasal dari
pada Tes Kemampuan Awal populasi yang berdistribusi normal jika Lhitung
< Ltabel pada taraf nyata α = 0,05.
Tingkat Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa pada Postes Kelas Berikut disajikan hasil analisis
Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II normalitas data penelitian pada tabel di bawah.

Berdasarkan hasil jawaban siswa kelas


eksperimen yang diberikan pada posttest
dideskripsikan tingkat kemampuan
komunikasi matematis siswa. Dari hasil tes
kemampuan awalt yang diberikan, dimana
Tabel Hasil Analisis Normalitas Data  Uji hipotesis
Penelitian Pengujian hipotesis dilakukan melalui
uji perbedaan dua rata-rata atau uji t.
NO Kelas Lhitung Ltabel Diperoleh thitung = 2.11 dengan meninjau harga
ttabel pada dk = 64 dan taraf signifikan α = 0,05
Eksperimen 1 diperoleh t(0,05) (64) = 1,997, ternyata thitung > ttabel
1 Pre-tes 0,06 0,1542 maka H0 ditolak atau Ha diterima sehingga di
simpulkan bahwa ada perbedaan kemampuan
Post-tes 0,14 komunikasi siswa yang di ajar dengan model
GI dan yang di ajar dengan model STAD.
Eksperimen 2
Walaupun berdasarkan judul peneliti
2 Pre-tes 0,10 0,1542 hanya malihat perbedaan antara kedua metode
namun peneliti ingin melihat model
Post-tes 0,12 pembelajaran yang lebih baik untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi
Dari tabel 4.2 terlihat bahwa pada matematis siswa sehingga peneliti melakukan
kelas eksperimen I Lhitung Pre-tes= 0,06 dan uji hipotesis perbandingan kedua metode
Lhitung Post-tes=0,14. Dan Ltabel =0,1542 tersebut dengan uji t satu pihak. Dari
sehingga Lhitung < Ltabel pada taraf nyata α =
perhitungan lampiran 38, diperoleh ′ = 0,5
0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan
lebih kecil dari t(0,95)32 = 1,70 maka Ha ditolak
bahwa distribusi dari kelas eksperimen I atau H0 diterima. Dalam hal ini dapat
adalah normal. Kemudian pada kelas dikatakan bahwa kemampuan komunikasi
eksperimen II Lhitung Pre-tes= 0,10 dan Lhitung
matematis siswa lebih baik ketika diajar
Post-tes=0,12. Dan Ltabel =0,1542 sehingga
dengan model pembelajaran GI daripada
Lhitung < Ltabel pada taraf nyata α = 0,05. Dengan
STAD.
demikian dapat disimpulkan bahwa distribusi
dari kelas eksperimen II adalah normal. Menurut peneliti faktor yang
menyebabkan terjadinya perbedaan antara
Uji Homogenitas kelas yang diberi GI dan kelas yang diberi
Pengujian ini dilakukan dengan STAD adalah tahapan pembelajaran GI yang
menggunakan uji statistic F dengan rumus lebih menuntut siswa mencari suatu masalah
dan berusaha memecahkan masalah tersebut
Varians terbesar
F= secara berkelompok dengan cara melakukan
Varians terkecil investigasi sedangkan dalam model STAD
siswa hanya mendiskusikan suatu soal secara
Dari perhitungan pada pengujian berkelompok tanpa melakukan investigasi
homogenitas data yang diperoleh : terhadap soal tersebut.
Tabel Hasil Analisis Homogenitas Data Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian Pada penelitian ini kedua kelompok
yang dijadikan sampel berada dalam kondisi
NO Data Fhitung Ftabel yang sama sebelum pelaksanaan pembelajaran
yaitu buku ajar kedua sampel sama, lama
1 Pre-tes 1,09
penyampaian materi pada kedua kelas sama
2 Post-tes 1,01 1,80 dan waktu belajar kedua sampel tidak jauh
berbeda. Tetapi ada kemungkinan pengetahuan
Pada tabel diatas terlihat bahwa Fhitung awal kedua kelompok tentang materi yang
pre-tes = 1,09 dan Fhitung post-tes = 1,01 akan diajarkan berbeda, maka untuk
sedangkan harga Ftabel = 1,01 sehingga harga mengetahui seberapa jauh siswa menguasai
Fhitung < Ftabel. Dengan demikian kemampuan materi himpunan terlebih dahulu diberikan
komunikasi siswa yang pengajarannya pre-tes dan hasil pre-tes, rata – rata kelas
menggunakan model GI dan model STAD eksperimen I adalah 64,59 dan kelas
adalah homogen. eksperimen II adalah 68.28 berarti kemampuan
awal kedua kelas berbeda.
Setelah kelas eksperimen I dikenai REFERENSI
model pembelajaran GI dan kelas eksperimen Ansari, Bansu I., (2009), Komunikasi
II dikenai model pembelajaran STAD Matematik (Konsep dan Aplikasi),
kemampuan komunikasi kedua kelas Pena, Banda Aceh.
mengalami peningkatan, dapat dilihat dari rata
– rata post-tes pada kedua kelas, rata- rata Fahradina, Nova dkk, (2014), Peningkatan
post-tes kelas eksperimen I diperoleh 83,62 Kemampuan Komunikasi Matematis
sedangkan rata – rata post-tes kelas dan Kemandirian Belajar Siswa SMP
eksperimen II diperoleh 85,21. Dapat dilihat dengan Menggunakan Model
bahwa setelah diberikan pembelajaran dengan Investigasi Kelompok, Jurnal Didaktik
metode pembelajaran yang berbeda, Matematika, Universitas Syiah Kuala
kemampuan komunikasi kedua kelompok
sampel tersebut juga berbeda dan kemampuan Isjoni., (2011), Cooperative Learning,
komunikasi masing – masing kelompok Alfabeta, Bandung.
sampel juga mengalami peningkatan, dimana Izzati, Nur & Didi Suryadi, (2010),
kelas eksperimen I mengalami peningkatan Komunikasi Matematik Dan Pendidikan
kemampuan komunikasi rata – rata 19,02 Matematika Realistik, Prosiding
sedangkan kelas eksperimen II mengalami Seminar Nasional Matematika dan
peningkatan kemampuan komunikasi rata – Pendidikan Matematika, Yogyakarta
rata 16.93. Diperoleh bahwa selisih nilai
postes dan tes kemampuan awal kelas Rachmayani, Dwi (2014), Penerapan
eksperimen I lebih besar dibandingkan kelas Pembelajaran Reciprocal Teaching
eksperimen II, hal ini menunjukkan lebih Untuk Meningkatkan Kemampuan
efektifnya model GI dibandingkan dengan Komunikasi Matematis dan
model STAD untuk meningkatkan komunikasi Kemandirian Belajar Matematika,
matematis siswa. Jurnal Pendidikan UNSIKA,
Universitas Muhamadiyah Jakarta.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang Rusman, (2011), Model-Model Pembelajaran
diperoleh dari analisis data didapatkan Mengembangkan Profesionalisme
kesimpulan sebagai berikut: Guru, PT.Rajagrafindo Persada, Jakarta
1. Terdapat perbedaan kemampuan Sapitri & Hartono, (2015), Keefektifan
komunikasi matematis siswa ditinjau Cooperative Learning STAD dan GI
dari aspek representasi, menulis dan Ditinjau dari Kemampuan Berpikir
menggambar yang diajar dengan GI dan Kritis dan Komunikasi Matematika,
siswa yang diajar STAD pada SMP Jurnal Riset Pendidikan Matematika,
Swasta Sinar Husni Medan. Hal ini Yogyakarta
dibuktikan dengan rata-rata selisih nilai
kemampuan awal dan postes siswa yang Siahaan, S., (2014), Pedoman Penulisan
diberi GI adalah 19,02 dan rata-rata Skripsi Mahasiswa Program Studi
selisih nilai kemampuan awal dan postes Pendidikan Matematika, Jurusan
siswa yang diberi STAD adalah 16,93. Matematika FMIPA Unimed, Medan
2. Model pembelajaran GI lebih baik jika
dibandingkan dengan model STAD Sudjana., (2005), Metoda Statistika, Tarsito,
untuk meningkatkan kemampuan Bandung.
komunikasi matematis siswa.
Trianto., (2010), Mendesain Model
3. Ditinjau dari hasil belajar, model GI
Pembelajaran Inovatif-Progresif,
lebih baik daripada model STAD. Hal
Kencana, Jakarta.
tersebut terlihat pada selisih nilai
kemampuan awal siswa dengan nilai
postes masing-masing kelas.
1
Gunawan
2
Marojahan Panjaitan

Anda mungkin juga menyukai