Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN

HALUSINASI

1. Pokok bahasan : Halusinasi


a. Sub pokok bahasaan : Peran keluarga dalam mencegah
kekambuhan gangguan jiwa
dengan halusinasi
b. Sasaran : Klien dan keluarga
c. Hari/Tanggal : Kamis,15 November 2018
d. Jam/waktu : 17.00 wita - selesai
e. Tempat : Jl. Karya Baru Rt.10
f. Pelaksana : Siti Raudhatul Jannah
2. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan keluarga Tn.L dapat memahami apa
perannya dalam mencegah kekambuhan penderita gangguan jiwa di rumah
dengan halusinasi.
3. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 X 30 menit diharapkan
keluarga Tn.L mampu:
a. Mengetahui pengertian halusinasi
b. Mengetahui pencetus terjadinya halusinasi
c. Mengetahui tanda dan gejala halusinasi
d. Mengetahui tipe-tipe halusinasi
e. Mengetahui proses terjadinya halusinasi
4. Materi
a. Pengertian Halusinasi
b. Penyebab halusinasi
c. Tanda dan gejala halusinasi
d. Tipe-tipe halusinasi
e. Proses terjadinya halusinasi
5. Metode
a. Diskusi
b. Tanya jawab
6. Media
a. leaflet
7. Susunan acara
No Penyuluh Pasien Waktu
Pra Interaksi
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri Menjawab 5 menit
salam
2. Menjelaskan tujuan dan tema pengajaran
Mendengarkan
Isi Mendengarkan
3. Menjelaskan materi pengajaran mengenai:
a. Mengkaji pengetahuan tentang hausinasi
b. Menjelaskan apa itu halusinasi
c. Menjelaskan tentang penyebab halusinasi
d. Menjelaskan tentang tanda dan gejala halusinasi
e. Menjelaskan tentang tipe-tipe halusinasi 20 menit
f. Menjelaskan proses terjadinya halusinasi

4. Memberi kesempatan kepada pasien untuk bertanya Mengajukan


tentang materi yang disampaikan. pertanyaan
Penutup
5. Memberikan pertanyaan akhir sebagai evaluasi 5 menit

6. Menyimpulkan bersama-sama hasil


kegiatan pengajaran
7. Menutup pengajaran dan member salam

8. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
1) Kelengkapan media : tersedia dan siap dipakai
2) Pelaksana siap melakukan penyuluhan/pendidikan kesehatan
3) Sasaran siap diberikan penyuluhan/pendidikan kesehatan
b. Evaluasi proses
1) Sasaran mengikuti penyuluhan sesuai waktu yang telah ditentukan
2) Sasaran aktif dalam kegiatan penyuluhan
3) Pelaksana wajib menyajikan materi secara lengkap
4) Pelaksna menyajikan materi sesuai waktu yang telah ditentukan
c. Evaluasi hasil
1) Apa pengertian halusinasi
2) Menyebutkan proses pencetus halusinasi
3) Apa tanda dan gejala halusinasi
4) Apa saja tipe-tipe halusinasi
5) Menyebutkan poses terjadinya halusinasi
6) Cara mengatasi pasien dengan halusinasi
PERAN KELUARGA
DALAM MENCEGAH KEKAMBUHAN
PENDERITA GANGGUAN JIWA DENGAN HALUSINASI
DI RUMAH
A. Definisi
Halusinasi adalah terjadinya persepsi dalam kondisi sadar tanpa adanya
rangsang nyata terhadap indera. Kualitas dari persepsi itu dirasakan oleh
penderita sangat jelas, substansial dan berasal dari luar ruang nyatanya.
Definisi ini dapat membedakan halusinasi dengan mimpi, berkhayal, ilusi dan
pseudohalusinasi (tidak sama dengan persepsi sesungguhnya, namun tidak
dalam keadaan terkendali). Contoh dari fenomena ini adalah dimana
seseorang mengalami gangguan penglihatan, dimana ia merasa melihat suatu
objek, namun indera penglihatan orang lain tidak dapat menangkap objek
yang sama.
B. Penyebab Terjadinya Halusinasi
1. Faktor Biologis
Keturuan, cacat kengenital, penyalahgunaan obat-obatan, kerusakan
fungsi otak ketidak seimbangan neurotransmitter.
2. Faktor Psikologis
Trauma dimasa anak-anak, kehilangan kasih sayang, kekecewaan,
pengalaman yang menyakitkan, stress berat,dll.
3. Faktor Sosial Budaya
Pola asuh, kesenjangan anatra mimpi dan kenyataan, ekonomi, dan tidak
mamapu membina hubungan yang memuaskan
4. Faktor Fisik
Kelelahan yang berlebihan, tidak bisa tidur dalam waktu yang sangat
lama
5. Faktor Emosional
Cemas berlebiham yamg tidak mampu diatasi
C. Tanda dan gejala Haluinasi
1. Tanda dan gejala halusinasi
2. Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
3. Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
4. Tidak dapat membedakan nyata dan tidak nyata.
5. Tidak dapat memusatkan perhatian/konsentrasi.
6. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungan),
dan takut.
7. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.
8. Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, menghidu dan merasa
sesuatu tanpa stimulus yang nyata
D. Tipe Halusinasi
Dibawah ini beberapa tipe dari halusinasi (Cancro & Lehman, 2000):
1. Halusinasi Pendengaran
Mendengar suara-suara, sering mendengar suara-suara orang berbicara
atau membicarakannya, suara-suara tersebut biasanya familiar. Halusinasi
ini paling sering dialami klien dibandingkan dengan halusinasi yang lain.
2. Halusinasi Penglihatan
Melihat bayangan yang sebenarnya tidak ada, seperti cahaya atau
seseorang yang telah mati.
3. Halusinasi Penciuman
Mencium bau-bau padahal di tempat tersebut tidak ada bau. Tipe ini
sering ditemukan pada klien dengan dimensia seizure atau mengalami
gangguan cerebrovaskuler.
4. Halusinasi Sentuhan
Perasaan nyeri, nikmat atau tidak nyaman padahal stimulus itu tidak ada.
5. Halusinasi Pengecapan
Termasuk rasa yang tidak hilang pada mulut, perasaan adanya rasa
makanan dan berbagai zat lainnya yang dirasakan oleh indra pengecapan
klien
E. Proses Terjadinya Halusinasi
Proses terjadinya halusinasi (Stuart & Laraia, 1998) dibagi menjadi empat
fase yang terdiri dari:
1. Fase Pertama
Klien mengalami kecemasan, stress, perasaan terpisah dan kesepian, klien
mungkin melamun, memfokuskan pikirannnya kedalam hal-hal
menyenangkan untuk menghilangkan stress dan kecemasannya. Tapi hal
ini bersifat sementara, jika kecemasan datang klien dapat mengontrol
kesadaran dan mengenal pikirannya namun intesitas persepsi meningkat.
2. Fase Kedua
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan
eksternal, individu berada pada tingkat listening pada halusinasinya.
Pikiran internal menjadi menonjol, gambarn suara dan sensori dan
halusinasinya dapat berupa bisikan yang jelas. Klien membuat jarak
antara dirinya dan halusinasinya dengan memproyeksikan seolah-olah
halusinasi datang dari orang lain atau tempat lain.
3. Fase Ketiga
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol. Klien menjadi
lebih terbiasa dan tidak berdaya dengan halusinasinya. Kadang
halusinasinya tersebut memberi kesenangan dan rasa aman sementara.
4. Fase Keempat
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasi sebelumnya menyenangkan berubah menjadi
mengancam, memerintah, memarahi. Klien tidak dapat berhubungan
dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya. Klien hidup
dalam dunia yang menakutkan yang berlangsung secara singkat atau
bahkan selamanya.
F. Cara Perawatan Pasien Halusinasi Di Rumah
a. Fasilitasi dan awasi penggunaan Obat Klien
b. Libatkan klien dalam berbagai kegiatan bersama anggota keluarga
c. Jangan biarkan klien sering menyendiri, ajak kumpul bersama
d. Bantu klien melakukan kegiatan seperti biasanya;
e. Jika klien senyum dan bicara sendiri, langsung sapa katakana sedang
bicara sama siapa dan ajak bincang-bincang.
f. Jangan mengkritik langsung, hindari berdebat, berikan pujian jika
berperilaku baik;
g. Bantu pasien melakukan hubungan dan kegiatan dengan masyarakat
secara bertahap.
h. Dan Paling Penting “Jangan Memandang Penderita Tidak Dapat
Disembuhkan lagi ” karena terbukti dengan pengobatan medis dan
perawatan serta dukungan dari keluarga dan masyarakat mereka mampu
produktif dan member manfaat bagi orang lain.

G. Kemampuan Keluarga Dalam Mengambil Keputusan


1. Mengantarkan pasien/keluarga ke pelayanan kesehatan terdekat
2. Menganjurkan/ motivasi paasien/ keluarga untuk berobat
3. Jangan malu untuk membimbing pasien/keluarga untuk berobat ke
Rumah Sakit atau pelayanan kesehatan terdekat

H. Kemampuan Keluarga Dalam Memodifikasi Lingkungan Dan


Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan
1. Modifikasikan lingkungan agar penderita terhindar dari hal-hal yang
dapat melukai dan menciderai klien
2. Segera Konsultasikan Ke fasilitas Kesehatan terdekat jika ada anggota
keluarga yang mengalami perubahan perilaku
DAFTAR PUSTAKA

Keliat budi, ana. Peran serta keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa.
EGC. 1995
Keliat budi, ana dkk. Proses keperawatan jiwa. EGC. 1987
Stuart and Sunden. Pocket guide to psychiatric nursing. EGC.1998

Anda mungkin juga menyukai