Anda di halaman 1dari 13

INDIKATOR MUTU ASUHAN KEPERAWATAN

Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Management Keperawatan
Dosen Pengampu : Bejo Danang Saputra, M.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 3 :
1. Dudi Tri Wibowo (108116010)
2. Fiorentina Angie AL Fadli (108116011)
3. Badriatus Sa’diyah (108116012)
4. Atika Nur Hapsari (108116013)
5. Novia Pratiwi (108116014)
6. Ani Meisah Putri (108116016)
7. Kristin Indaryani (108116017)
8. Sonia Okta Indriati (108116018)

S1 KEPERAWATAN
STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

i
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat yang
diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan
sebaik-baiknya.
Penyusunan makalah ini atas dasar tugas matakuliah Management
Keperawatan II sub bab materi “Indikator Mutu Asuhan Keperawatan” untuk
melengkapi materi berikutnya. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
nara sumber yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini. Mohon
maaf penulis sampaikan apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
karena kami masih dalam tahap belajar.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai referensi untuk menambah
wawasan kepada pembaca. Penulis sadari dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik
guna perbaikan di masa yang akan datang. Terima kasih.

Cilacap, 16 April 2019

Penulis

DAFTAR ISI

ii
Halaman Utama................................................................................................... i
Kata Pengantar................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................ iii
BAB I Pendahuluan............................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................2
D. Manfaat Penilitian........................................................ ......................2
BAB II Pembahasan........................................................................................... 3
A. Aspek Struktur (Input) dalam Mutu Asuhan Keperawatan................4
B. Proses dalam Mutu Asuhan Keperawatan..........................................4
C. Hasil dalam Mutu Asuhan Keperawatan............................................5
BAB III Penutup..................................................................................................9
A. Kesimpulan.........................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mutu pelayanan keperawatan merupakan indikator kualitas pelayanan
kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan kesehatan di masyarakat adalah
perawat. Kualitas pelayanan yang diberikan oleh perawat akan terlihat dari
asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien. Pengetahuan perawat
memegang peranan penting dalam pendokumentasian proses keperawatan.
Perawat perlu memperoleh pengetahuan tentang aplikasi proses keperawatan
yang digunakan untuk menginterpretasi data pasien. Dengan tingkat
pengetahuan yang berbeda, dokumentasi proses keperawatan akan
menghasilkan dokumentasi yang tidak lengkap dan seragam yang
akanberpengaruh pada mutu asuhan yang berbeda pula. Dalam aspek hukum,
perawat tidak mempunyai bukti tertulis bila pasien menuntut ketidakpuasan
terhadap pelayanan keperawatan. Dalam kenyataannya dengan semakin
kompleksnya pelayanan dan peningkatan kualitas keperawatan, perawat tidak
hanya dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanan tetapi dituntut untuk
mendokumentasikan asuhan keperawatan secara benar (Nursalam, 2012).
Pendokumentasian merupakan unsur pokok dalam pertanggung jawaban
kinerja profesi keperawatan setelah melakukan intervensi keperawatan
langsung kepada klien. Didasari oleh profesi keperawatan, bahwa masyarakat
mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan asuhan keperawatan secara 2
profesional. Mutu asuhan keperawatan dapat tergambar dari dokumentasi
proses keperawatan (Dalami, dkk, 2011). Dalam pendokumentasi asuhan
keperawatan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari
pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi sebagai
metode penyelesaian masalah keperawatan pada klien yang akan

1
meningkatkan kesehatan klien (Hidayat, 2008). Dalam upaya peningkatan
mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit, telah disusun Standar Pelayanan
Rumah Sakit melalui SK Menkes No. 436/MENKES/SK/VI/1993 dan Standar
Asuhan Keperawatan melalui SK Dirjen Yanmed No. YM.00.03.2.6.7637
tahun 1993. Standar pelayanan dan Standar Asuhan Keperawatan tersebut
berfungsi sebagai alat ukur untuk mengetahui, memantau dan menyimpulkan
apakah pelayanan / asuhan keperawatan yang diselenggarakan di rumah sakit
sudah mengikuti dan memenuhi persyaratan dalam standar tersebut atau tidak
(Depkes RI, 2005).

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Aspek Struktur (Input) dalam Mutu Asuhan Keperawatan ?
2. Bagaimana Proses dalam Mutu Asuhan Keperawatan ?
3. Bagaimana Hasil dalam Mutu Asuhan Keperawatan ?

C. Tujuan
Makalah ini disusun bertujuan untuk:
1. Untuk memenuhi Aspek Struktur (Input) dalam Mutu Asuhan
Keperawatan.
2. Untuk memenuhi Proses dalam Mutu Asuhan Keperawatan.
3. Untuk memenuhi Hasil dalam Mutu Asuhan Keperawatan.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan studi banding bagi ilmu yang relevan
b. Untuk memperbaiki teori yang sudah ada
2. Manfaat Praktisi
a. Agar mahasiswa dapat mengetahui Aspek Struktur (Input) dalam Mutu
Asuhan Keperawatan.
b. Agar mahasiswa dapat mengetahui Proses dalam Mutu Asuhan
Keperawatan.
c. Agar mahasiswa dapat mengetahui Hasil dalam Mutu Asuhan
Keperawatan.

2
3
BAB II
PEMBAHASAN

Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan
struktur, proses, dan outcome sistem pelayanan RS tersebut. Mutu asuhan
pelayanan RS juga dapat dikaji dari tingkat pemanfaatan sarana pelayanan oleh
masyarakat, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi RS. Secara umum aspek
penilaian meliputi evaluasi, dokumen, instrumen, dan audit (EDIA) (Nursalam,
2014).Penilaian terhadap mutu dilakukan dengan menggunakan pendekatan-
pendekatan yang dikelompokkan dalam tiga komponen, yaitu :

A. Aspek Struktur (Input)


Donabedian (1987, dalam Wijono 2000) mengatakan bahwa struktur
merupakan masukan (input) yang meliputi sarana fisik perlengkapan/peralatan,
organisasi, manajemen, keuangan, sumber daya manusia dan sumber daya lainnya
dalam fasilitas keperawatan. Donabedian (1987, dalam Wijono 2000)
Input (masukan) adalah segala sesuatu yg dibutuhkan untuk dapat
melaksanakan sistem playanan struktur rumah sakit yang tertata dengan baik akan
menjamin mutu playanan kualitas struktur rumah sakit termasuk komitmen, dan
prosedur serta kebijakan sarana dan prasarana fasilitas dari masing-masing
komponen struktur.

B. Proses
Donabedian (1987, dalam Wijono 2000) menjelaskan bahwa pendekatan ini
merupakan proses yang mentransformasi struktur (input) ke dalam hasil
(outcome). Proses adalah kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh
tenaga kesehatan (perawat) dan interaksinya dengan pasien.
Proses (process) adalah langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Proses dikenal dengan nama fungsi manajemen. Pada

4
umumnya, proses ataupun fungsi manajemen merupakan tanggung jawab
pimpinan. Pendekatan proses adalah semua metode dengan caramenginteraksi
secara professional dengan pasien. Interaksi ini diukur antara lain dalam bentuk
penilaian tentang penyakit pasien, penegakkan diagnosis, rencana tindakan
pengobatan, oenanganan penyakit , dan prosedur pengobatan.

C. Hasil (Outcome)
Pendekatan ini adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan perawat terhadap
pasien. Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik
positif maupun negatif. Sehingga baik tidaknya hasil dapat diukur dari derajat
kesehatan pasien dan kepuasan pasien terhadap pelayanan perawatan yang telah
diberikan (Donabedian, 1987 dalam Wijono 2000).
Output adalah hasil dari suatu pekerjaan manajemen yang di capai dalam
jangka pendek . Untuk manajemen kesehatan,misalnya akhir darikegiatan
pemasangan infus, output dikenal dengan nama pelayanan kesehatan (health
services),Macam pelayanan kesehatan adalah Upaya Kesehatan Perorangan
(UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM).
Sedangkan outcome adalah hasil yang terjadi setelah pelaksanaan kegiatan
jangka pendek misalnya plebitis setelah 3x24jam pemasangan infus. Indikator
penilaian mutu pelayanan kesehatan, yaitu:
1. Indikator yang mengacu pada aspek medis.
2. Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS.
3. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien.
4. Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasaan pasien.

a. Standart Nasional Indikator Mutu Pelayanan


Standar Nasional
Ʃ BOR 75-80%
Ʃ ALOS 1-10 hari

5
Ʃ TOI 1-3 hari
Ʃ BTO 5-45 hari
Ʃ NDR < 2,5%
Ʃ GDR < 3%
Ʃ ADR 1,15.000
Ʃ PODR < 1%
Ʃ POIR < 1%
Ʃ NTRR < 10%
Ʃ MDR < 0,25%
Ʃ IDR < 0,2%
Tabel 1. Standar Nasional Indikator Mutu Pelayanan

Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat


pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut
bersumber dari sensus harian rawat inap :
1) BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada
satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya
tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.Nilai parameter BOR yang ideal
adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Rumus :
(jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100%
(jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu periode)
2) ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.
Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis
tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut.Secara
umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus :
(jumlah lama dirawat)

6
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))

3) TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)


TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.Idealnya tempat tidur kosong
tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus :
((jumlah tempat tidur × Periode) − Hari Perawatan)
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))

4) BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)


BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada
satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu
tertentu.Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Rumus :
Jumlah pasien dirawat (hidup + mati)
(jumlah tempat tidur)

5) NDR (Net Death Rate)

NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat
untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu
pelayanan di rumah sakit.
Rumus :
Jumlah pasien mati > 48 jam × 100%
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))

7
6) GDR (Gross Death Rate)

GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000
penderita keluar.
Rumus :
Jumlah pasien mati seluruhnya × 100%
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))

Menurut Nursalam (2014), ada enam indikator utama kualitas pelayanan kesehatan di
rumah sakit:
a. Keselamatan pasien (patient safety), yang meliputi: angka infeksi nosokomial,
angka kejadian pasien jatuh/kecelakaan, dekubitus, kesalahan dalam pemberian
obat, dan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan
b. Pengelolaan nyeri dan kenyamanan

c. Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan

d. Perawatan diri

e. Kecemasan pasien

f. Perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) pasien.

1) Sharp injury, meliputi bekas tusukan infus yang berkali-kali, kurangnya


ketrampilan perawat, dan complain pasien.
2) Medication incident, meliputi lima tidak tepat(jenis, obat, dosis, pasien,
cara, waktu)

8
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Mutu pelayanan keperawatan
merupakan indikator kualitas pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi
pelayanan kesehatan di masyarakat adalah perawat. Kualitas pelayanan yang
diberikan oleh perawat akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah
diberikan kepada klien. Pengetahuan perawat memegang peranan penting
dalam pendokumentasian proses keperawatan.
Proses (process) adalah langkah yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Proses dikenal dengan nama fungsi manajemen.
Pada umumnya, proses ataupun fungsi manajemen merupakan tanggung
jawab pimpinan. Pendekatan proses adalah semua metode dengan
caramenginteraksi secara professional dengan pasien. Interaksi ini diukur
antara lain dalam bentuk penilaian tentang penyakit pasien, penegakkan
diagnosis, rencana tindakan pengobatan, oenanganan penyakit , dan prosedur
pengobatan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, 2015. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.

Wijono, D. 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Teori, Strategi dan


Aplikasi. Volume.1. Cetakan Kedua.Surabaya : Airlangga University.

http://ayuules.blogspot.co.id/2014/10/manajemen-mutu-dalam-pelayanan.html.
Diunduh pada Tanggal 16 April 2019.

http://sakinahkreatif.blogspot.co.id/2015/12/mutu-pelayanan-keperawatan.html.
Diunduh pada Tanggal 16 April 2019.

https://www.scribd.com/doc/233676061/Indikator-Penilaian-Mutu-Asuhan-
Keperawatan. Diunduh pada Tanggal 16 April 2019.

10

Anda mungkin juga menyukai