Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak
karena faktor eksternal maupun intaernal. Faktor eksternal menyangkut keterbatasan ekonomi
keluarga sehingga uang yang tersedia tidak cukup untuk membeli makanan. Sedangkan faktor
internal adalah faktor yang terdapat di dalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai
problema makan pada anak.
Anak balita memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang dewasa. Tetapi
mereka pun bisa menolak makanan yang disajikan tidak memenuhi selera mereka. Oleh karena
itu sebagai orang tua kita juga harus berlaku demokratis untuk sekali-kali menghidangkan
makanan yang memang menjadi kegemaran si anak.
Intake gizi yang baik berperan penting didalam mencapai pertumbuhan badan yang
optimal. Dan pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak yang
sangat menentukan kecerdasan seseorang.
Faktor yang paling terluhat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya pengetahuan
ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya
memberikan makan yang enak kepada anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut
mengandung gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan
sehat yang mengandung banyak gizi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi bayi?
2. Bagaimana prinsip gizi seimbang bagi bayi?
3. Apa saja macam-macam makanan bagi bayi?
4. Bagaimana cara pengelolaan makanan untuk bayi?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian makanan pada bayi?
6. Bagaimana pengaruh status gizi seimbang pada bayi?
7. Bagaimana proses sistem pencernaan pada bayi?
8. Apa saja dampak kekurangan dan kelebihan gizi pada bayi?
9. Bagaimana pemenuhan gizi pada balita?
10. Bagaimana pengaturan menu makanan balita?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi bayi.
2. Untuk memahami prinsip gizi seimbang bagi bayi.
3. Untuk mengetahui macam-macam makanan bagi bayi.
4. Untuk mempelajari bagaimana cara pengelolaan makanan untuk bayi.
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian makanan pada bayi.
6. Untuk memahami pengaruh status gizi seimbang pada bayi.
7. Untuk mempelajari proses sistem pencernaan pada bayi.
8. Untuk mengetahui dampak kekurangan dan kelebihan gizi pada bayi.
9. Untuk mengetahui pemenuhan gizi pada balita.
10. Untuk mempelajari pengaturan menu makanan balita.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Bayi

Bayi adalah masa tahapan pertama kehidupan seorang manusia setelah terlahir dari
rahim seorang ibu. Pada masa ini, perkembangan otak dan fisik bayi selalu menjadi
perhatian utama, terutama pada bayi yang terlahir prematur maupun bayi yang terlahir
cukup bulan namun memiliki berat badan rendah. Baik ibu maupun bapak dan orang-orang
terdekat si bayi juga harus selalu mengawasi serta memberikan perawatan yang terbaik bagi
bayi sampai bayi berumur 1 tahun. Sedangkan pengertian bayi baru lahir adalah bayi yang
lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu, memiliki berat lahir 2500
gram sampai 4000 gram. Bayi baru lahir dapat dilahirkan melalui 2 cara, secara normal
melalui vagina atau melalui operasi cesar. Bayi baru lahir harus mampu beradaptasi dengan
lingkungan yang baru karena setelah plasentanya dipotong maka tidak ada lagi asupan
makanan dari ibu selain itu kondisi bayi baru lahir masih rentan terhadap penyakit. Karena
itulah bayi memerlukan perawatan yang insentif. Jagalah kebersihan bayi dan berikan
nutrisi yang cukup kepada bayi melalui ASI.
Selain pengertian bayi baru lahir, akan diberikan ciri-ciri bayi baru lahir normal dan
sehat. Berikut ini ciri-ciri bayi baru lahir sehat:
1. Berat badan 2500 – 4000 gram
2. Panjang badan 48 – 52 cm
3. Lingkar dada 30 – 38 cm
4. Lingkar kepala 33 – 35 cm
5. Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit
6. Pernafasan ± 60 - 40 kali/menit
7. Genitalia, pada bayi perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora sedangkan
pada bayi laki-laki testis sudah turun dan skrotum sudah ada
Memiliki 3 gerak reflek bayi yaitu : reflek hisap dan menelan, reflek morrow atau gerak
memeluk bila dikagetkan dan reflek graps atau menggenggam.

2.2 Prinsip Gizi Seimbang Bagi Bayi

Makanan terbaik bagi bayi adalah ASI. Namun, dengan bertambahnya umur bayi dan
tumbuh kembang, bayi memerlukan energi dan zat-zat gizi yang melebihi jumlah ASI. Bayi

3
harus mendapat makanan Makanan tambahan/ pendamping ASI. Banyaknya ASI yang
dihasilkan ibu tergantung dari status gizi ibu, makanan tambahan sewaktu hamil/menyusui,
stress mental dan sebagainya. Dianjurkan untuk memberi 100-110 Kkal energi tiap kgBB/
hari. Oleh karena itu, susu bayi mengandung kurang lebih 67 Kkal tiap 100 cc. Maka bayi
diberikan 150-160 cc susu tiap kgBB. Tetapi tidak semua bayi memerlukan jumlah energi
tersebut.

2.3 Macam – Macam Makanan Bagi Bayi

Makanan bayi beraneka ragam macamnya yaitu :


1. ASI (Air Susu Ibu)
Yang paling baik untuk bayi baru lahir adalah ASI. ASI mempunyai keunggulan baik
ditinjau segi gizi, daya kekebalan tubuh, psikologi, ekonomi dan sebagainya.
a) Manfaat ASI
 Bagi Ibu
- Aspek kesehatan ibu : isapan bayi akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh
kelenjar hipofisis. Oksitosin akan membantu involusi uterus dan mencegah
terjadi perdarahan post partum. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan
post partum mengurangi prevalensi anemia zat besi. Selain itu, mengurangi
angka kejadian karsinoma mammae.
- Aspek keluarga berencana : merupakan KB alami, sehingga dapat menjarangkan
kehamilan. Menurut penelitian, rerata jarak kehamilan pada ibu yang menyusui
adalah 24 bulan, sedangkan yang tidak 11 bulan.
- Aspek psikologis : ibu akan merasa bangga dan diperlukan oleh bayinya karena
dapat menyusui.
 Bagi Bayi
- Nutrien (zat gizi) yang sesuai untuk bayi : mengandung lemak, karbohidrat,
protein, garam dan mineral serta vitamin.
- Mengandung zat protektif : terdapat zat protektif berupa laktobasilus
bifidus,laktoferin, lisozim, komplemen C3 dan C4, faktor antistreptokokus,
antibodi, imunitas seluler dan tidak menimbulkan alergi.
- Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan : sewaktu menyusui kulit bayi
akan menempel pada kulit ibu, sehingga akan memberikan manfaat untuk

4
tumbuh kembang bayi kelak. Interaksi tersebut akan menimbulkan rasa aman
dan kasih sayang.
- Menyebabkan pertumbuhan yang baik : bayi yang mendapat ASI akan
mengalami kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah
periode perinatal baik dan mengurangi obesitas.
- Mengurangi kejadian karies dentis : insiden karies dentis pada bayi yang
mendapat susu formula lebih tinggi dibanding yang mendapat ASI, karena
menyusui dengan botol dan dot pada waktu tidur akan menyebabkan gigi lebih
lama kontak dengan sisa susu formula dan menyebabkan gigi menjadi asam
sehingga merusak gigi.
- Mengurangi kejadian maloklusi : penyebab maloklusi rahang adalah kebiasaan
lidah yang mendorong ke depan akibat menyusu dengan botol dan dot.
 Bagi Keluarga
- Aspek ekonomi : ASI tidak perlu dibeli dan karena ASI bayi jarang sakit sehingga
dapat mengurangi biaya berobat.
- Aspek psikologis : kelahiran jarang sehingga kebahagiaan keluarga bertambah
dan mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
- Aspek kemudahan : menyusui sangat praktis sehingga dapat diberikan dimana
saja dan kapan saja serta tidak merepotkan orang lain.
 Bagi Negara
- Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak. Adanya faktor protektif dan
nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik serta angka
kesakitan dan kematian menurun. Beberapa penelitian epidemiologis
menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi, seperti
diare, otitis media, dan infeksi saluran pernafasan bagian bawah.
- Mengurangi subsidi untuk rumah sakit. Dengan adanya rawat gabung maka akan
memperpendek lama rawat inap ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan
dan infeksi nosokomial serta mengurangi biaya perawatan anak sakit.
- Mengurangi devisa untuk membeli susu formula. ASI dapat dianggap sebagai
kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui, diperkirakan akan menghemat
devisa sebesar Rp 8,6 milyar untuk membeli susu formula.

5
- Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa. Anak yang dapat ASI dapat
tumbuh kembang secara optimal, sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan
terjamin.

b) Komposisi ASI
Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan pada stadium
laktasi. Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
1). Kolostrum: ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga
setelah bayi lahir.
2). ASI transisi: ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari ke
sepuluh.
3). ASI mature: ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai dengan
seterusnya.
c) Kecukupan ASI
Untuk mengetahui kecukupan ASI dapat dilihat dari :
1). Berat badan waktu lahir telah tercapai sekurang-kurangnya akhir minggu setelah
lahir dan selama itu tidak terjadi penurunan berat badan lebih 10 %.
2). Kurve pertumbuhan berat badan memuaskan, yaitu menunjukkan berat badan pada :
a) Triwulan ke 1 : 150-250 gr setiap minggu,
b) Triwulan ke 2 : 500-600 gr setiap bulan,
c) Triwulan ke 3 : 350-450 gr setiap bulan,
d) Triwulan ke 4 : 250-350 gr setiap bulan atau berat badan naik 2 kali lipat berat
badan waktu lahir pada umur 4-5 bulan dan 3 kali lipat pada umur satu tahun.
3). Bayi lebih banyak ngompol, sampai 6 kali atau lebih dalam sehari.
4). Setiap kali menyusui, bayi menyusu dengan rakus, kemudian melemah dan tertidur.
5). Payudara ibu terasa lunak setelah menyusui.
2. MP ASI (Makanan Pendamping ASI)
Makanan pendamping ASI (MP ASI) diberikan setelah bayi berumur 6 bulan. Jenis MP
ASI diantaranya :
a. Buah-buahan yang dihaluskan/ dalam bentuk sari buah. Misalnya pisang Ambon,
pepaya , jeruk, tomat.
b. Makanan lunak dan lembek. Misal bubur susu, nasi tim.
c. Makanan bayi yang dikemas dalam kaleng/ karton/ sachet.

6
Tujuan pemberian makanan tambahan pendamping ASI adalah :
a. Melengkapi zat gizi ASI yang sudah berkurang.
b. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan
dengan berbagai rasa dan bentuk.
c. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan.
d. Mencoba adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi tinggi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian MP ASI :
a. Perhatikan kebersihan alat makan.
b. Membuat makanan secukupnya.
c. Berikan makanan dengan sebaik-baiknya.
d. Membuat variasi makanan.
e. Ajak makan bersama anggota keluarga lain
f. Jangan memberi makanan dekat dengan waktu makan
g. Makanan berlemak menyebabkan rasa kenyang yang lama.

2.4 Cara Pengelolaan Makanan Bayi

Bayi setelah lahir sebaiknya diberikan ASI, namun seiring dengan tumbuh kembang
diperlukan makanan pendamping ASI.
Berikut cara pengolahan makanan bagi bayi usia 6 bulan
1. Karbohidrat
Jangan terpaku pada nasi putih saja. Biasakan anak konsumsi beragam sumber
karbohidarat, seperti beras merah, kentang, ubi, singkong, mi, bihun maupun jagung.
Cara memasak:
a. Beras putih, ditanak atau ditim, yang penting, beras dimasak sampai matang
dengan air secukuppnya agar tergelatinasi sempurna (pulen).
b. Beras merah sebaiknya dicampur dengan beras putih agar pulen, karen beras
merah lebih keras.
c. Jagung direbus dengan sedikit air sekitar 10 menit, kemudian diolesi mentega,
garam dan gula.
d. Ubi, dikukus dan dibuat pure (dihaluskan).
2. Protein
Bisa didapat dari daging-dagingan, ikan-ikanan, hati, udang, kerang, tempe dan tahu.
Pilih sumber protein yang mudah, murah, enak maupun berkualitas tinggi seperti telur.

7
Cara memasak:
a. Telur
Saat menggoreng jangan sampai warnanya kecokelatan karena kadar gizinya akan
berkurang. Yang terbaik, telur direbus sampai matang (7-8 menit) atau masak cepat
menggunakan sedikit minyak dan bisa dicampur dengan sayuran yang diiris halus.
b. Ayam
Cara terbaik adalah dikukus untuk campuran soto, ditumis sebagai campuran cap
cay, disup, digoreng sebentar setelah dibumbui (diungkep) atau digoreng sejenak
menjadi ayam pop. Jangan lupa, buang kulit ayam karena mengandung minyak
jenuh.
c. Daging-dagingan.
Protein pada daging justru harus dimasak dengan baik. Namun agar zat besi tidak
terbuang, jangan masak daging terlalu lama. Sebaiknya ditim atau ditumis, karena
itu potong tipis-tipis atau cincang. Berbagai olahan daging seperti bakso dan sosis,
proteinnya tidak sebaik daging segar. Selain itu juga mengandung zat aditif
sehingga jangan terlalu sering dikonsumsi. Memasak bakso dan sosis sebaiknya
ditumis, disup atau sebagai campuran cap cay dan bihun goreng. Jangan digoreng
karena akan menambah kadar lemak yang sudah tinggi.
3. Vitamin Dan Mineral
Banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan. Semakin hijau waran sayuran, makin
banyak vitaminya. Semakin kuning, merah, atau biru warna daging buah, vitaminya
semakin kaya.
Cara memasak sayur :
a. Vitamin A,D,E,K (terdapat pada bayam, wortel, daun singkong, kangkung,
kacang panjang, katuk, sawi, jagung) larut dalam lemak. Jika dimasak bersama
minyak goreng, seperti ditumis, jangan terlalu lama sebab vitaminnya akan habis.
b. Vitamin C, B1, B2, B5, B12 (terdapat pada daun singkong, katuk, melinjo, sawi,
kentang, seledri, kucai, kacang panjang, kol. Tomat) larut dalam air, karena itu
jika direbus atau disup, jangan terlalu lama sebab vitamin akan habis.
c. Rahasia merebus sayuran: masukkan sayur saat air sudah mendidih, bubuhi
garam, angkat.
d. Direbus maupun ditumis, pastikan sayur masih berwarna hijau, segar dan
batangnya masih renyah.

8
e. Hampir semua sayuran, khususnya bayam, harus langsung dimakan setelah
dimasak. Jangan tunda lebih dari 2 jam. Selain vitaminnya rusak, dikhawatirkan
ada reaksi kimia yang menyebabkan sayur tidak layak dimakan.
4. Buah-buahan
Cara mengolah buah:
a. Agar vitamin utuh sebaiknya buah dimakan langsung. Jika dijus, seratnya akan
hilang, jika disetup, vitamin berkurang saat dipanaskan. Diolah menjadi es buah
baik, tetapi kadar gula menjadi tinggi.

Beberapa buah akan lebih banyak vitaminnya jika dimakan dengan kulitnya, seperti
apel, pir dan anggur. Tetapi jika Anda khawatir terhadap sisa pestisida pada kulit apel,
sebaiknya dikupas saja.

2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Makanan Pada Bayi

Hal-hal yang perlu diperhatikan supaya pengaturan makan untuk bayi dan anak dapat
berhasil dengan baik adalah sebagai berikut :
1. Kerjasama ibu dan anak.
Dimulai pada saat kelahiran bayi dilanjutkan sampai dengan anak mampu makan
sendiri. Makanan hendaknya menyenangkan bagi anak dan ibu. Ibu yang tegang,
cemas, mudah marah merupakan suatu kecenderungan untuk menimbulkan kesulitan
makan pada anak.
2. Memulai pemberian makan sedini mungkin.
Pemberian makan sedini mungkin mempunyai tujuan menunjang proses metabolisme
yang normal, untuk pertumbuhan, menciptakan hubungan lekat ibu dan anak,
mengurangi resiko terjadinya hipoglikemia, hiperkalemi, hiperbilirubinemia dan
azotemia.
3. Mengatur sendiri.
Pada awal kehidupannya, seharusnya bayi sendiri yang mengatur keperluan akan
makanan. Keuntungannya untuk mengatur dirinya sendiri akan kebutuhan zat gizi
yang diperlukan.
4. Peran ayah dan anggota keluarga lain.
5. Menentukan jadwal pemberian makanan bayi.
6. Umur.

9
7. Berat badan.
8. Diagnosis dari penyakit dan stadium (keadaan).
9. Keadaan mulut sebagai alat penerima makanan.
10. Kebiasaan makan (kesukaan, ketidaksukaan dan acceptability dari jenis makanan
dan toleransi daripada anak terhadap makanan yang diberikan).
11. Gaya hidup orang tua
12. Kemiskinan

2.6 Pengaruh Status Gizi Seimbang Bagi Bayi

Tumbuh kembang anak selain dipengaruhi oleh faktor keturunan juga dipengaruhi oleh
faktor lingkungan. Adapun faktor lingkungan yang berpengaruh adalah masukan makanan
(diet), sinar matahari, lingkungan yang bersih, latihan jasmani dan keadaan kesehatan.
Pemberian makanan yang berkualitas dan kuantitasnya baik menunjang tumbuh kembang,
sehingga bayi dapat tumbuh normal dan sehat/ terbebas dari penyakit.
Makanan yang diberikan pada bayi dan anak akan digunakan untuk pertumbuhan
badan, karena itu status gizi dan pertumbuhan dapat dipakai sebagai ukuran untuk
memantau kecukupan gizi bayi dan anak. Kecukupan makanan dan ASI dapat dipantau
dengan menggunakan KMS. Daerah diatas garis merah dibentuk oleh pita warna kuning,
hijau muda, hijau tua, hijau muda dan kuning. Setiap pita mempunyai nilai 5 % perubahan
baku. Diatas kurve 100 % adalah status gizi lebih. Diatas 80 % sampai dengan batas 100 %
adalah status gizi normal, yang digambarkan oleh pita warna hijau muda sampai hijau tua.

2.7 Sistem Pencernaan Bayi

Selama periode intrauterine janin “di beri makan” melalui sirkulasi plasenta
memindahkan semua nutrient dari darah ibu langsung masuk ke sirkulasi janin, berupa
bahan makanan yang siap untuk langsung digunakan. Sehingga janin tidak perlu mencerna
dan mengabsorbsi, begitu pula dengan sistem pembuangan belum diperlukan kerena bahan
sisa yang terbentuk, semua akan kembali ke dalam sirkulasi darah ibu.
Menjelang bayi dilahirkan, fungsi-fungsi saluran cerna dan ginjal berkembang sangat
cepat. Pada akhir masa kehamilan janin menunjukan gerakan-gerekan menelan dan
meminum cairan amonion begitu pula untuk kemampuan memproduksi dan mengkekskresi
urine, walaupun ginjal janin masih berkembang dan belum memainkan peran vital.

10
Setelah bayi lahir, bayi harus memasukan makanan dari mulut, mencerna dan
mengabsorbasinya, memfungsikan ginjal untuk mengeluarkan limbah metabolic,
mempertahankan air dan hemeostatis elektrolit. Namun karena alat pencernaan dan sistem
ekskresi belum berkembang sempurna, sehingga batas toleransi terhadap air, mineral
keseluruhan dan spesifik sangat sempit dibandingkan dengan bayi yang berusia lebih tua,
karena pada saat lahir sampai dengan beberapa bulan ginjal belum mampu
mengkonsentersikan urine untuk mengeluarkan mineral yang memadai.
Pada saat bayi yang normal sanggup menghisap ASI. Bayi dapat menempatkan ASI di
mulut bagian belakang dan kemudian menelannya. Fungsi menghisap dan menelan
merupakan kemampuan yang vital bagi neonatus dan bayi selama bulan – bulan pertama
kehidupannya. Jika makanan padat atau semi padat dimasukan kedalam mulut bayi
biasanya secara sepontan akan ditolak. Sampai usia 4 -6 bulan gerakan lidah yang
mendorong atau efleks menjulurkan lidah telah hilang dan bayi sudah dapat mengatur
makanan semi padat. Selanjutnya usia 7 -9 bulan, gerakan gigitan yang ritmis mulai terlihat
dan pada sat bersamaan dengan pertubuhan gigi pertama shehingga perkemangan
kemampuan mengunyah dimualai.
Jadi, usia 4 -6 bulan pertama dalam kehidupan bayi normal merupakan tingkat
perkembangan fungsional yang memberikan kesempatan pada bayi untuk dapat menerima
diet yang esensial yang berbentuk cair, yang merupakan priode transisi dari diet janin dalam
kandungan menuju makanan dewasa.
Pencernaan Hidrat Arang. Proses pencernaan makanan dimulai dari mulut; selama
mengunyah makanan bercampur dengan saliva yang memberikan kesempatan Amilase
untuk mencerna pati. Meskipun amilase ditemukan pada saliva bayi. Tetapi tidak ada
proses pencernaan hidrat arang dalam mulut atau esophagus selama bulan –bulan
kehidupan.
Diperkirakan bayi yang lahir cukup bulan mempuyai aktivitas amilase 10% amilase
orang dewasa, dan agaknya ini adalah aktivitas utama glukoamilase. Informasi sampai saat
ini mengatakan bahwa amilase dari pangkereas tidak disekresi selama 3 bulan pertama usia
bayi ; juga ditemukan hanya dalam kadar sangat rendah atau tidak ada sama sekali, sampai
bayi berusia enam bulan. Namun terdap bukti bahwa bayi dapat mencerna pati sebelum
usia 3 bulan, ini mungkin disebabkan oleh glukomilase, yang pada saat itu tidak aktif, namu
dapat diaktifasikan oleh keberadaan dan sifat bahan makanan atau cairan enzim yang
bekerja padanya. Walaupun belum terdapat bukti pencernaan pati dimungkinkan oleh
amilase dari pancreas dari diproduksi karena adanya pati dalam usus halus.
11
Bayi muda membutuhkan suatu proses adaptasi untuk dapat mencerna pati, dan ini
dapat berlangsung beberapa hari atau beberapa minggu dan proses tersebut mungin dapat
menjelaskan mengapa terjadi gangguan pencernaan yang sering timbul terutama diare yang
sering diderita oleh bayi muda yang diberi makan yang mengandung pati.
Diit pati dalam proporsi besar menyebabkan adanya pati yang tidak dapat dicerna, yang
dapat mengakibatkan gangguan nutrien-nutrien lainya dan kemudian bayi mengalami
gangguan pertumbuhan. Pada saat bayi lahir aktivitas disakaridase telah berkembang
penuh. Ada 2 disakaridase, yaitu Delta Glukosidase yang menghidrolisis sukrosa dan
maltosa dan Beta Glukosidase yang menghidrolisis laktosa yang pada saat lahir mempunyai
kadar aktvitas yang sama dengan kadar pada bayi yang berusia lebih tua. Dengan demikian,
pada usia itu tidak ada masalah bagi bayi dalam pencernaan dan pemanfaatan gula yang
terkandung dalam susu.
Protein. Sekresi asam hidroklorat dan pepsin lambung berkembang baik pada neonatus
cukup bulan, tetapi konsenterasi masih rendah dan akan cepat meningkat pada bulan - bulan
pertama kehidupannya. Pencernaan utama protein adalah berlangsung di usus halus, tetapi
karena bayi muda mempunyai beberapa kesulitan dalam mencerna protein, seperti kasien,
aktivitas lambung bisa menjadi sangat penting sebagai sarana untuk memulai pencernaan
karena kapasitas bayi untuk mencerna protein, sebenarnya telah berkembang sempurna
sejak lahir. Sekalipun demikian masukan protein tinggi harus dihindari terutama bayi
premature dan yang masih sangat muda, karena beban ginjal terhadap kepekatan cairan
(Renal Solute Lood) yang sangat berlebihan akan menyebabkan gangguan keseimbangan
asam – basa dan menyebabkan Asidoses Metabolic.
Lemak. Selama priode intrauterine, glukosa merupakan sumber utama untuk
perkembanggan janin. Tetapi setelah lahir lemak menjadi sumber energy utama yang
sangat penting, dekitar 40 – 50 % energy yang terkandung dalam ASI terbentuk sebagai
lemak. Pada bayi baru lahir yang cukup bulan fungsi pangkreas dan fungsi hati belum
berkembang dengan sempurna. Oleh kerena itu konsenterasi lipase pancreas dan garam
empedu masih sangat rendah. Namun bayi muda sanggup mengasorbsi lemak cukup
adekwat, terutama dari ASI. Pencernaan dan penyerapan lemak pada bayi muda ini dipacu
oleh adanya aktivitas lipase lingual dan aktivitas lipase yang terdapat dalam ASI.
Lipase lingual disekresi oleh papil-papil pada bagian posterior lidah yang mulai bekerja
jika sudah dilambung dan produk lipopisisnya (asam lemak dan monogliserida) akan
berperan dalam emulsifikasi campuran lemak tersebut sehingga bayi dapat mengimbangi
keadaan garam empedu yang tersedian masih rendah. Lipopisis praduodenal pada bayi
12
muda akan dilengkapi oleh lipase yang terdapat dalam ASI. Lipase dalam ASI juga
mempunyai aktivitas esterase, hal ini sangat vital untuk memanfaatkan viatamin A yang
berupa ester-ester retinol, yang terdapat dalam ASI.
Jadi meskipun fungsi hati dan pankreas belum matang, bayi muda telah dilengkapi
dengan kemampuan untuk dapat memanfaatkan, baik lemak dalam ASI, maupun
komponen-komponen ASI yang larut dalam lemak, tetapi pemanfaatan lemak akan kurang
efisien jika susu sapi dan lemak lainnya yang diperkenalkan pada diet bayi muda.
Vitamin dan Mineral. Dalam kehidupan awal bayi tampaknya tidak ada masalah yang
besar dalam pemanfaatan vitamin dan mineral. Absorbsi vitamin yang larut dalam lemak
berhubungan erat dengan absorbsi lemak.
Zat besi absorbsinya jauh lebih tinngi pada bayi dari pada anak dan orang dewasa. Ini
berhubungan erat dengan kebutuhan mineral yang lebih banyak pada awal kehidupan. Nilai
biologis zat besi pada ASI jauh lebih dari pada susu sapi atau zat besi yang ditambahkan
dalam makanan. Nilai biologis zat besi dalam ASI akan menurun dengan drastis apabila
makanan pelengkap yang padat dan yang berasal dari sayur – sayuran diberikan pada bayi
yang mendapat ASI.

2.8 Dampak Kekurangan Dan Kelebihan Gizi Pada Bayi

Makanan yang ideal harus mengandung cukup energi dan zat esensial sesuai dengan
kebutuhan sehari-hari. Pemberian makanan yang kelebihan akan energi mengakibatkan
obesitas, sedang kelebihan zat gizi esensial dalam jangka waktu lama akan menimbulkan
penimbunan zat gizi tersebut dan menjadi racun bagi tubuh. Misalnya hipervitaminosis A,
hipervitaminosis D dan hiperkalemi.
Sebaliknya kekurangan energi dalam jangka waktu lama berakibat menghambat
pertumbuhan dan mengurangi cadangan energi dalam tubuh sehingga terjadi marasmus
(gizi kurang/buruk). Kekurangan zat esensial mengakibatkan defisiensi zat gizi tersebut.
Misalnya xeroftalmia (kekurangan vit.A), Rakhitis (kekurangan vit.D).
Jika dikaji secara mendalam penyakit kekurangan gizi disebabkan karena tubuh
mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gisi esensial. Selain itu, adanya
ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi, faktor penyakit pencernaan, absorbsi, dan penyakit
infeksi. Dampak dari penyebab semua ini akan berlanjut pada penyakit akut maupun
kronik. Adapun penyakit yang dimaksud adalah:

13
1. Berat bayi lahir rendah (BBLR)
Kelompok masyarakat yang paling menderita akibat dampak krisis ekonomi terhadap
kesehatan adalah ibu. Kesehatan ibu ini akhirnya akan mempengaruhi kualitas bayi
yang dilahirkan dan anak yang dibesarkan. Bayi dengan berat lahir rendah merupakan
salah satu dampak dari ibu hamil yang menderita kurang energi kronis dan akan
mempunyai statuz gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi
dan balita, juga berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang yaitu akan
memperlambat pertumbuhan dan perkembangan mental anak,serta berpengaruh pada
penurunan IQ.
2. Gangguan pertumbuhan
Telah disebutkan diatas bahwa status gizi yang buruk akan menyebabkan gangguan
pertumbuhan. Dalam teori pertumbuhan ada banyak jenis yang perlu dibahas seperti
mental, fisik, sosial, spritual, dan budaya. Sehingga jika status gizi buruk tidak
ditangani secara intensif maka generasi akan cenderung mengalami gangguan mental,
fisik, sosial, spritual, dan budaya. Tapi yang paling berpengaruh adalah gangguan
perilaku dan fungsi otak. Generasi akan mengalami kebodohan dan isolasi sosial hingga
akhirnya bunuh diri.
3. Kurang Energi Kronis (KEK)
KEK adalah keadaan ibu yang menderita keadaan kekurangan makanan yang
berlangsung menahun (kronis) sehingga mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan
pada ibu. KEK dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan Ibu hamil (bumil).
Tentunya selang waktu dari KEK ini cukup lama. Karena mulai dari usia subur dengan
status gizi buruk akan berdampak pada rahimnya kemudian berdampak pada
kehamilannya dan akhirnya berdampak pada janinnya, masa persalinan sampai bayi
dan anaknya yang akan tumbuh secara terus menerus dengan disertai gangguan dan
hambatan.
4. Gangguan pertahanan tubuh
Status gizi yang kurang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap tekanan atau stres
menurun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga seseorang mudah terserang
infeksi seperti pilek, batuk, diare,. Pada usia balita, keadaan ini akan mengakibatkan
kematian.

14
2.9 Pemenuhan Gizi Pada Balita

2.9.1 Pengertian Balita


Balita adalah kelompok anak yang berumur dibawah lima tahun. Kelompok
anak ini menjadi istimewa karena menuntut curahan perhatian yang intensif untuk
mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangannya. Lima tahun pertama dari
kehidupan seorang manusia adalah fondasi bagi seluruh kehidupan di dunia. Sumber
daya manusia yang berkualitas baik fisik, psikis, maupun intelegensianya berawal dari
balita yang sehat. Balita adalah anak usia dibawah lima tahun yang berumur 0-4 tahun
11 bulan.
Konsep terjadinya keadaan gizi mempunyai faktor dimensi yang sangat
kompleks. Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu konsumsi makanan
dan tingkat kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan, dan
tersedianya bahan makanan.
Masalah gizi anak secara garis besar merupakan dampak dari
ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran zat gizi (nutritional imbalance), yaitu
asupan yang melebihi keluaran atau sebaliknya, di samping kesalahan dalam memilih
bahan makanan untuk disantap.
2.9.2 Karakteristik Balita
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima
makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak
balita diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita
lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif
lebih besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang
mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya lebih
besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi
sering.
2.9.3 Karakteristik Usia Prasekolah
Pada usia prasekolah, anak menjadi konsumen aktif, yaitu mereka sudah dapat
memilih makanan yang disukainya. Masa ini juga sering dikenal sebagai “ masa keras
kepala “. Akibat pergaulan dengan lingkungannya terutama dengan anak-anak yang
lebih besar, anak mulai senang jajan. Jika hal ini dibiarkan, jajanan yang dipilih dapat
mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan bagi tubuhnya sehingga anak kurang gizi.

15
Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh kedaan psikologis, kesehatan, dan
sosial anak. Oleh karena itu, kedaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang
sangat penting dalam pemberian makan pada anak agar anak tidak cemas dan khawatir
terhadap makanannya. Seperti pada orang dewasa, suasana yang menyenangkan dapat
membangkitkan selera makan anak.
2.9.4 Peran Makanan Bagi Balita
a. Makanan sebagai sumber zat gizi
Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai
zat tenaga, zat pembangun , dan zat pengatur.
1) Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat ,
lemak, dan protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan
aktivitasnya serta pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu,
kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar daripada orang
dewasa.
2) Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan
jaringan yang aus atau rusak.
3) Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh
termasuk otak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat
yang berperan sebagai zat pengatur.
a) Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C ) maupun
yang larut dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K ).
b) Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.
c) Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.
2.9.5 Kebutuhan Gizi Balita
Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk
memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan
oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi
dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik.

16
Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan
dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).
a. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang
dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat.
Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.
b. Kebutuhan zat pembangun
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga
kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika
dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun,
kebutuhannya relatif lebih kecil.
c. Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan
bertambahnya usia.
2.9.6 Beberapa Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi
Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan
gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun (balita)
adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan
kebutuhan tubuh mereka.
Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi
terutama pada anak Balita antara lain sebagai berikut:
a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang
sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan
seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan
pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang
berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan bahwa
ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab
buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan anak balita.
Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi karena kurang
pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak menurunkan komsumsi anak,
keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan
misalnya kebosanan.
17
b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak
digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang
tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap
dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan
daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah
masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.
c. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan
Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu
masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak
untuk makan telur, ikan, ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak
ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu
sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan
tubuhnya.
Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat
anak sulit mendapat cukup protein. Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam,
dan jenis makanan protein lainnya memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak
yang terkena diare malah dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan
seperti ini akan memperburuk gizi anak.
d. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut
sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat
gizi yang diperlukan.
e. Jarak kelahiran yang terlalu rapat
Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita
gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah
lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawatnya secara baik.
Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya,
baik perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika
dalam masa 2 tahun itu ibu sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu
terhadap anak akan menjadi berkurang.akan tetapi air susu ibu ( ASI ) yang masih
sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar.
Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti
ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan
18
penghentian pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat
mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila
tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena alasan inilah
dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi
juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.
f. Sosial Ekonomi
Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang
disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut
menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas
maupun jumlah makanan.
g. Penyakit infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan.
Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya
dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan
makanan. Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare,
infeksi saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis,
cacingan.
2.9.7 Akibat Gizi yang Tidak Seimbang
a. Kekurangan Energi dan Protein (KEP)
Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein.
1) Makanan yang tersedia kurang mengandung energy
2) Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan.
3) Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan
dalam usus terganggu
4) Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak
diimbangi dengan asupan yang memadai.
Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan balita terganggu. Gangguan asupan gizi yang bersifat akut
menyebabkan anak kurus kering yang disebut dengan wasting. Wasting, yaitu
berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi badannya. Jika kekurangna ini
bersifat menahun ( kronik), artinya sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka
waktu yang lama maka akan terjadi kedaan stunting. Stunting , yaitu anak
menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara
sekilas anak tidak kurus.
19
Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat berat dapat
dibedakan menjadi tiga bentuk.
1) Marasmus
kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya seperti orang
tua.Bentuk ini dikarenakan kekurangan energi yang dominan.
2) Kwashiorkor
Anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu penumpukan cairan di sela- sela
sel dalam jaringan. Walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-otot tubuhnya
mengalami pengurusan ( wasting ). Edema dikarenakan kekurangan asupan
protein secara akut ( mendadak ), misalnya karena penyakit infeksi padahal
cadangan protein dalam tubuh sudah habis.
3) Marasmik-kwashiorkor
Bentuk ini merupakan kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor. Kejadian
ini dikarenakan kebutuhan energi dan protein yang meningkat tidak dapat
terpenuhi dari asupannya.
b. Obesitas
Timbulnya Obesitas dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktor keturunan
dan lingkungan. Tentu saja, faktor utama adalah asupan energi yang tidak sesuai
dengan penggunaan. Obesitas sering ditemui pada anak-anak sebagai berikut:
1) Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol.
2) Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat.
3) Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.
4) Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia berbuat
sesuai keinginan orangtua.
5) Anak yang malas untuk beraktivitas fisik.

2.10 Pengaturan Menu Makanan Balita

Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak.
Oleh karenanya, pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini,
antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan.
Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut :
- Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari sebaiknya
terdiri atas ketiga golongan bahan makanan tersebut.

20
· Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan gizi
yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu yang disarankan
adalah:
o Pagi hari waktu sarapan.
o Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.
o Pukul 12.00 pada waktu makan siang.
o Pukul 16.00 sebagai selingan
o Pukul 18.00 pada waktu makan malam.
o Sebelum tidur malam, tambahkan susu.
o Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.
Makanan Selingan Balita
Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang
mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan seimbang
pada usia ini perlu diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada usia dewasa
sampai lanjut.
Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel
otak sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu diperhatikan
keseimbangan gizinya sejak janin melalui makanan ibu hamil. Pertum-buhan sel otak
akan berhenti pada usia 3-4 tahun.
Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan makanan
yang telah dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi, dan
dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai makanan keluarga.
Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga. Peranan
orangtua sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan yang sehat. Seorang ibu
dalam hal ini harus mengetahui, mau, dan mampu menerapkan makan yang seimbang
atau sehat dalam keluarga karena anak akan meniru perilaku makan dari orangtua dan
orang-orang di sekelilingnya dalam keluarga.
Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam di antara
makan pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak cukup menerima
porsi makan karena anak susah makan. Namun, pemberian yang berlebihan pada
makanan selingan pun tidak baik karena akan mengganggu nafsu makannya.
Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitu
sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi daging
sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, piza, dan lain-lain.
21
Fungsi makanan selingan adalah :
1. Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan makanan
selingan.
2. Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi,
siang dan malam).
3. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia balita.

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Makanan terbaik bagi bayi adalah ASI. Namun, dengan bertambahnya umur bayi dan
tumbuh kembang, bayi memerlukan energi dan zat-zat gizi yang melebihi jumlah ASI. Untuk
itu bayi yang berumur 6 bulan di anjurkan untuk mengkonsumsi bubur tim dengan cara
pengolahan dan ragam sayuran/buah yang telah disebutkan di atas.
Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang mengandung
zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan seimbang pada usia ini perlu
diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada usia dewasa sampai lanjut.
Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otak
sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu diperhatikan
keseimbangan gizinya sejak janin melalui makanan ibu hamil. Pertum-buhan sel otak akan
berhenti pada usia 3-4 tahun.

3.2 Saran
Untuk itu perlunya memberikan asupan gizi yang baik dan seimbang diperlukan dalam
perkembangan bayi dan balita dengan pemberian makanan yang sesuai aturan sehingga
mendukung terjadinya tumbuh kembang pada bayi dan balita serta memberikan nutrisi yang
baik.

23
DAFTAR PUSTAKA

24

Anda mungkin juga menyukai