Anda di halaman 1dari 4

CONTINUING MEDICAL EDUCATION

Akreditasi IDI - 3 SKP

Stroke: Gejala dan Penatalaksanaan


Ismail Setyopranoto
Kepala Unit Stroke RSUP Dr Sardjito/ Bagian Ilmu Penyakit Saraf,
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

PENDAHULUAN Tabel 1. Data pasien stroke di Unit Stroke RSUP Dr Sardjito, 2004 - 2009.
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal
maupun global akut, lebih dari 24 jam, berasal Jenis patologi stroke
No Tahun Jumlah
dari gangguan aliran darah otak dan bukan di- Iskemik % Perdarahan %
sebabkan oleh gangguan peredaran darah otak
sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena 1 2004 229 78,97 61 21,03 290
trauma maupun infeksi (WHO MONICA, 1986).
2 2005 291 78,44 80 21,56 371

Stroke dengan defisit neurologik yang terjadi 3 2006 307 72,38 117 27,59 424
tiba-tiba dapat disebabkan oleh iskemia atau
perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan 4 2007 305 74,93 102 25,07 407

oleh oklusi fokal pembuluh darah otak yang


5 2008 358 70,61 149 29,39 507
menyebabkan turunnya suplai oksigen dan
glukosa ke bagian otak yang mengalami oklusi 6 2009 355 70,00 152 30,00 507
(Hacke, 2003). Munculnya tanda dan gejala
fokal atau global pada stroke disebabkan oleh
PATOLOGI STROKE Penyebab lain adalah pecahnya aneurisma,
penurunan aliran darah otak. Oklusi dapat
Infark malformasi arterivena, angioma kavernosa,
berupa trombus, embolus, atau tromboembolus,
Stroke infarct terjadi akibat kurangnya aliran alkoholisme, diskrasia darah, terapi antikoa-
menyebabkan hipoksia sampai anoksia pada
darah ke otak. Aliran darah ke otak normalnya gulan, dan angiopati amiloid.
salah satu daerah percabangan pembuluh
darah di otak tersebut. Stroke hemoragik adalah 58 mL/100 gram jaringan otak per
menit; jika turun hingga 18 mL/100 gram Perdarahan Subaraknoid
dapat berupa perdarahan intraserebral atau
jaringan otak per menit, aktivitas listrik neuron Sebagian besar kasus disebabkan oleh pecah-
perdarahan subrakhnoid (Bruno et al., 2000).
akan terhenti meskipun struktur sel masih baik, nya aneurisma pada percabangan arteri-arteri
sehingga gejala klinis masih reversibel. Jika besar. Penyebab lain adalah malformasi arteri-
EPIDEMIOLOGI STROKE
vena atau tumor.
Pada 1053 kasus stroke di 5 rumah sakit di Yogya- aliran darah ke otak turun sampai <10 mL/100
karta angka kematian tercatat sebesar 28.3%; gram jaringan otak per menit, akan terjadi rangkai-
FAKTOR RISIKO STROKE
sedangkan pada 780 kasus stroke iskemik adalah an perubahan biokimiawi sel dan membran
Beban akibat stroke mencapai 40 miliar dollar
20,4%, lebih banyak pada laki-laki. Mortalitas yang ireversibel membentuk daerah infark.
setahun, selain untuk pengobatan dan pera-
pasien stroke di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta men- watan, juga akibat hilangnya pekerjaan serta
duduki peringkat ketiga setelah penyakit jantung Perdarahan Intraserebral turunnya kualitas hidup (Currie et al., 1997).
koroner dan kanker, 51,58% akibat stroke hemo- Kira-kira 10% stroke disebabkan oleh perdarah- Kerugian ini akan berkurang jika pengendalian
ragik, 47,37% akibat stroke iskemik, dan 1,05% an intraserebral. Hipertensi, khususnya yang tidak faktor risiko dilaksanakan dengan ketat (Cohen,
akibat perdarahan subaraknoid (Lamsudin, 1998). terkontrol, merupakan penyebab utama. 2000). (Tabel 2 ).
Tabel 2. Faktor Risiko Stroke
Penelitian prospektif tahun 1996/1997 men-
dapatkan 2.065 pasien stroke dari 28 rumah Bisa dikendalikan Potensial bisa dikendalikan Tidak bisa dikendalikan
sakit di Indonesia (Misbach, 2000). Survei
Departemen Kesehatan RI pada 987.205 Hipertensi Diabetes Melitus Umur
subjek dari 258.366 rumah tangga di 33 Penyakit Jantung Hiperhomosisteinemia Jenis kelamin
propinsi mendapatkan bahwa stroke merupa- Hipertrofi ventrikel kiri Herediter
Fibrilasi atrium
kan penyebab kematian utama pada usia > 45 Ras dan etnis
tahun (15,4% dari seluruh kematian). Prevalensi Endokarditis
Geografi
stroke rata-rata adalah 0,8%, tertinggi 1,66% Stenosis mitralis
di Nangroe Aceh Darussalam dan terendah Infark jantung
0,38% di Papua (RISKESDAS, 2007). Merokok
Anemia sel sabit
Di Unit Stroke RSUP Dr Sardjito, sejak berdirinya
pada tahun 2004, terlihat peningkatan jumlah Transient Ischemic Attack (TIA)
kasus terutama stroke iskemik akut (Tabel 1). Stenosis karotis asimtomatik
(Laporan Tahunan Unit Stroke, 2009).
C D K 185/ Vol . 3 8 n o . 4 / M ei - J u n i 2 0 1 1 247
CONTINUING MEDICAL EDUCATION

TANDA DAN GEJALA STROKE Selanjutnya, bebaskan jalan napas, beri oksi- kgBB per 30 menit, dan jika dicurigai fenomena
Serangan stroke jenis apa pun akan menimbul- gen 1-2 liter/menit sampai didapatkan hasil rebound atau keadaan umum memburuk, di-
kan defisit neurologis yang bersifat akut (De analisis gas darah. Jika perlu, dilakukan intubasi. lanjutkan 0,25g/kgBB per 30 menit setiap 6
Freitas et al., 2009) (Tabel 3). Demam diatasi dengan kompres dan antipire- jam selama 3-5 hari. Harus dilakukan peman-
tik, kemudian dicari penyebabnya; jika kandung tauan osmolalitas (<320 mmol); sebagai alter-
Tabel 3. Tanda dan gejala stroke (De Freitas et al., 2009) kemih penuh, dikosongkan (sebaiknya dengan natif, dapat diberikan larutan hipertonik (NaCl
kateter intermiten). 3%) atau furosemid.
Tanda dan Gejala
Hemidefisit motorik, Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, Terapi khusus:
Hemidefisit sensorik, kristaloid atau koloid 1500-2000 mL dan elek- Ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian
Penurunan kesadaran, trolit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengan- antiplatelet seperti aspirin dan anti koagulan,
Kelumpuhan nervus fasialis (VII) dan hipoglosus dung glukosa atau salin isotonik. Pemberian atau yang dianjurkan dengan trombolitik rt-PA
(XII) yang bersifat sentral, nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya (recombinant tissue Plasminogen Activator).
Gangguan fungsi luhur seperti kesulitan ber- baik; jika didapatkan gangguan menelan atau Dapat juga diberi agen neuroproteksi, yaitu
bahasa (afasia) dan gangguan fungsi intelektual kesadaran menurun, dianjurkan melalui slang sitikolin atau pirasetam (jika didapatkan afasia).
(demensia), nasogastrik.
Buta separuh lapangan pandang (hemianopsia), Stroke Hemoragik
Defisit batang otak. Kadar gula darah >150 mg% harus dikoreksi Terapi umum
sampai batas gula darah sewaktu 150 mg% Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU
PENATALAKSANAAN ( PERDOSSI, 2007 ): dengan insulin drip intravena kontinu selama jika volume hematoma >30 mL, perdarahan
STADIUM HIPERAKUT 2-3 hari pertama. Hipoglikemia (kadar gula darah intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan ke-
Tindakan pada stadium ini dilakukan di Insta- < 60 mg% atau < 80 mg% dengan gejala) di- adaan klinis cenderung memburuk.
lasi Rawat Darurat dan merupakan tindakan atasi segera dengan dekstrosa 40% iv sampai
resusitasi serebro-kardio-pulmonal bertujuan agar kembali normal dan harus dicari penyebabnya. Tekanan darah harus diturunkan sampai
kerusakan jaringan otak tidak meluas. Pada tekanan darah premorbid atau 15-20% bila
stadium ini, pasien diberi oksigen 2 L/menit dan Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi tekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120
cairan kristaloid/koloid; hindari pemberian cairan dengan pemberian obat-obatan sesuai gejala. mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume hema-
dekstrosa atau salin dalam H2O. Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, toma bertambah. Bila terdapat gagal jantung,
kecuali bila tekanan sistolik ≥220 mmHg, tekanan darah harus segera diturunkan dengan
Dilakukan pemeriksaan CT scan otak, elektro- diastolik ≥120 mmHg, Mean Arterial Blood labetalol iv 10 mg (pemberian dalam 2 menit)
kardiografi, foto toraks, darah perifer lengkap Pressure (MAP) ≥ 130 mmHg (pada 2 kali sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit)
dan jumlah trombosit, protrombin time/INR, pengukuran dengan selang waktu 30 menit), maksimum 300 mg; enalapril iv 0,625-1.25 mg
APTT, glukosa darah, kimia darah (termasuk elek- atau didapatkan infark miokard akut, gagal per 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral.
trolit); jika hipoksia, dilakukan analisis gas darah. jantung kongestif serta gagal ginjal. Penurunan
tekanan darah maksimal adalah 20%, dan Jika didapatkan tanda tekanan intrakranial
Tindakan lain di Instalasi Rawat Darurat adalah obat yang direkomendasikan: natrium nitro- meningkat, posisi kepala dinaikkan 300, posisi
memberikan dukungan mental kepada pasien prusid, penyekat reseptor alfa-beta, penyekat kepala dan dada di satu bidang, pemberian
serta memberikan penjelasan pada keluarganya ACE, atau antagonis kalsium. manitol (lihat penanganan stroke iskemik),
agar tetap tenang. dan hiperventilasi (pCO2 20-35 mmHg).
Jika terjadi hipotensi, yaitu tekanan sistolik ≤
STADIUM AKUT 90 mm Hg, diastolik ≤70 mmHg, diberi NaCl Penatalaksanaan umum sama dengan pada
Pada stadium ini, dilakukan penanganan faktor- 0,9% 250 mL selama 1 jam, dilanjutkan 500 mL stroke iskemik, tukak lambung diatasi dengan
faktor etiologik maupun penyulit. Juga dilaku- selama 4 jam dan 500 mL selama 8 jam atau antagonis H2 parenteral, sukralfat, atau inhi-
kan tindakan terapi fisik, okupasi, wicara dan sampai hipotensi dapat diatasi. Jika belum ter- bitor pompa proton; komplikasi saluran
psikologis serta telaah sosial untuk membantu koreksi, yaitu tekanan darah sistolik masih < 90 napas dicegah dengan fisioterapi dan diobati
pemulihan pasien. Penjelasan dan edukasi kepada mmHg, dapat diberi dopamin 2-20 μg/kg/menit dengan antibiotik spektrum luas.
keluarga pasien perlu, menyangkut dampak sampai tekanan darah sistolik ≥ 110 mmHg.
stroke terhadap pasien dan keluarga serta Terapi khusus
tata cara perawatan pasien yang dapat dilaku- Jika kejang, diberi diazepam 5-20 mg iv pelan- Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang ber-
kan keluarga. pelan selama 3 menit, maksimal 100 mg per sifat vasodilator. Tindakan bedah mempertim-
hari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan per bangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada
Stroke Iskemik oral (fenitoin, karbamazepin). Jika kejang muncul pasien yang kondisinya kian memburuk dengan
Terapi umum: setelah 2 minggu, diberikan antikonvulsan perdarahan serebelum berdiameter >3 cm3, hidro-
Letakkan kepala pasien pada posisi 300, kepala peroral jangka panjang. sefalus akut akibat perdarahan intraventrikel atau
dan dada pada satu bidang; ubah posisi tidur serebelum, dilakukan VP-shunting, dan perdarah-
setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila Jika didapatkan tekanan intrakranial meningkat, an lobar >60 mL dengan tanda peningkatan
hemodinamik sudah stabil. diberi manitol bolus intravena 0,25 sampai 1 g/ tekanan intrakranial akut dan ancaman herniasi.

248 C D K 1 8 5/ V ol . 3 8 n o . 4 / M e i - J u n i 2 0 1 1
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
Pada perdarahan subaraknoid, dapat diguna- Terapi fase subakut: cegah secara dini komplikasi neurologik mau-
kan antagonis Kalsium (nimodipin) atau tindakan - Melanjutkan terapi sesuai kondisi akut pun medik, dan (3) mempercepat perbaikan
bedah (ligasi, embolisasi, ekstirpasi, maupun sebelumnya, fungsi neurologis secara keseluruhan. Jika
gamma knife) jika penyebabnya adalah aneu- - Penatalaksanaan komplikasi, secara keseluruhan dapat berhasil baik, prog-
risma atau malformasi arteri-vena (arteriove- nosis pasien diharapkan akan lebih baik.
- Restorasi/rehabilitasi (sesuai kebutuhan pasien),
nous malformation, AVM).
yaitu fisioterapi, terapi wicara, terapi kognitif,
dan terapi okupasi, Pengenalan tanda dan gejala dini stroke dan
STADIUM SUBAKUT upaya rujukan ke rumah sakit harus segera
Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, - Prevensi sekunder
dilakukan karena keberhasilan terapi stroke
tingkah laku, menelan, terapi wicara, dan - Edukasi keluarga dan Discharge Planning
sangat ditentukan oleh kecepatan tindakan
bladder training (termasuk terapi fisik). Meng- pada stadium akut; makin lama upaya rujukan
ingat perjalanan penyakit yang panjang, di- SIMPULAN
ke rumah sakit atau makin panjang saat antara
butuhkan penatalaksanaan khusus intensif Tujuan penatalaksanaan komprehensif pada
serangan dengan pemberian terapi, makin
pasca stroke di rumah sakit dengan tujuan kasus stroke akut adalah: (1) meminimalkan
buruk prognosisnya.
kemandirian pasien, mengerti, memahami dan jumlah sel yang rusak melalui perbaikan jaringan
melaksanakan program preventif primer dan penumbra dan mencegah perdarahan lebih
sekunder. lanjut pada perdarahan intraserebral, (2) men-

DEFTAR PUSTAKA
1. Bruno A, Kaelin DL, Yilmaz EY. The subacute stroke patient: hours 6 to 72 after stroke onset. In Cohen SN. Management of Ischemic Stroke. McGraw-Hill. 2000. pp. 53-87.
2. Cohen SN. The subacute stroke patient: Preventing recurrent stroke. In Cohen SN. Management of Ischemic Stroke. Mc Graw Hill. 2000. pp. 89-109.
3. Currie CJ, Morgan CL, Gill L, Stott NCH, Peters A. Epidemiology and costs of acute hospital care for cerebrovascular disease in diabetic and non diabetic populations. Stroke
1997;28: 1142-6.
4. De Freitas GR, Christoph DDH, Bogousslavsky J. Topographic classification of ischemic stroke, in Fisher M. (ed). Handbook of Clinical Neurology, Vol. 93 (3rd series). Elsevier BV, 2009.
5. Hacke W, Kaste M, Bogousslavsky J, Brainin M, Chamorro A, Lees K et al.. Ischemic Stroke Prophylaxis and Treatment - European Stroke Initiative Recommendations 2003.
6. Lamsudin R. Stroke profile in Yogyakarta: morbidity, mortality, and risk factor of stroke. In: Lamsudin R, Wibowo S, Nuradyo D, Sutarni S. (eds). Recent Management of Stroke.
BKM 1998; Suppl XIV: 53-69.
7. Misbach J. Clinical pattern of hospitalized strokes in 28 hospitals in Indonesia. Med J Indonesia 2000; 9: 29-34.
8. PERDOSSI. Pedoman penatalaksanaan stroke. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), 2007
9. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007.
10. Toole JF. Cerebrovascular Disorder. 4th ed. Raven Press. New York. 1990.
11. WHO. MONICA. Manual Version 1: 1. 1986.

250 C D K 1 8 5/ V ol . 3 8 n o . 4 / M e i - J u n i 2 0 1 1

Anda mungkin juga menyukai