Puji syukur kami mengucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan kuasaNya kami mampu memyelesaikan tugas makalah “Pewarisan Sifat” dengan baik.
Makalah ini dibuat agar dapat menambah pengetahuan pembaca tentang bagaimana proses
pewarisan sifat dan macam-macam kelainan yang dapat terjadi jika tidak sesuai proses
pewarisan sifat itu sendiri, baik fenotipe maupun genotype.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah berpartisipasi
atau ikut andil dalam pembuatan makalah ini, diantaranya :
1. Ibu Koesriharti selaku dosen pembimbing dalam mata kuliah Botani
2. Teman – teman kelompok 3 yang telah ikut andil dalam pembuatan makalah ini
3. Buku panduan, buku elektronik , literature yang telah di pakai dan sangat membantu kami
dalam pembuatan makalah ini serta pihak – pihak lainnya yang bertanggung jawab atas
terselesaikannya makalah ini.
Demikianlah makalah ini kami perbuat, semoga bermanfaat bagi pembaca dalam
memperdalam atau menambah wawasan dan pengetahuan tentang “Pewarisan Sifat”. Jika
terdapat kesalahan kata maupun penulisan yang salah, kami mohon maaf serta kami meminta
saran atau kritik yang membangun agar makalah selanjutnya dapat kami kerjakan dengan
lebih baik lagi. Terima kasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meskipun orang biasanya menetapkan genetika dimulai dengan ditemukannya
kembali naskah artikel yang ditulis Gregor Mendel pada tahun 1900, sebetulnya
genetika sebagai "ilmu pewarisan" atau hereditas sudah dikenal sejak masa prasejarah,
seperti domestikasi dan pengembangan berbagai ras ternak dan kultivar tanaman. Orang
juga sudah mengenal efek persilangan dan perkawinan sekerabat serta membuat
sejumlah prosedur dan peraturan mengenai hal tersebut sejak sebelum genetika berdiri
sebagai ilmu yang mandiri. Silsilah tentang penyakit pada keluarga, misalnya, sudah
dikaji orang sebelum itu. Namun demikian, pengetahuan praktis ini tidak memberikan
penjelasan penyebab dari gejala-gejala itu.
Teori populer mengenai pewarisan yang dianut pada masa itu adalah teori
pewarisan campur: seseorang mewariskan campuran rata dari sifat-sifat yang dibawa
tetuanya, terutama dari pejantan karena membawa sperma. Hasil penelitian Mendel
menunjukkan bahwa teori ini tidak berlaku karena sifat-sifat dibawa dalam kombinasi
yang dibawa alel-alel khas, bukannya campuran rata. Pendapat terkait lainnya adalah
teori Lamarck: sifat yang diperoleh tetua dalam hidupnya diwariskan kepada anaknya.
Teori ini juga patah dengan penjelasan Mendel bahwa sifat yang dibawa oleh gen tidak
dipengaruhi pengalaman individu yang mewariskan sifat itu. Charles Darwin juga
memberikan penjelasan dengan hipotesis pangenesis dan kemudian dimodifikasi oleh
Francis Galton. Dalam pendapat ini, sel-sel tubuh menghasilkan partikel-partikel yang
disebut gemmula yang akan dikumpulkan di organ reproduksi sebelum pembuahan
terjadi. Jadi, setiap sel dalam tubuh memiliki sumbangan bagi sifat-sifat yang akan
dibawa zuriat (keturunan).
B. Tujuan
· 1. Mengetahui prinsip dasar hereditas
· 2. Mengetahui dan memahami definisi kromosom sebagai salah satu factor dalam
pewarisan sifat
3. Mengetahui dan memahami definisi gen sebagai salah satu factor botani dalam
pewarisan sifat
4. Mengetahui definisi alel
BAB II
PEMBAHASAN
Di dalam setiap sel terdapat faktor pembawaan sifat keturunan (materi genetis),
misalnya pada sel tulang, sel darah, dan sel gamet. Substansi genetis tersebut terdapat di
dalam inti sel (nukleus), yaitu pada kromosom yang mengandung gen. Gen merupakan
substansi hereditas yang terdiri atas senyawa kimia tertentu, yang menentukan sifat
individu. Gen mempunyai peranan penting dalam mengatur pertumbuhan sifat-sifat
keturunan. Misalnya pertumbuhan bentuk dan warna rambut, susunan darah, kulit, dan
sebagainya.
1. Gen
Dari sekian banyak gen yang berderet secara teratur pada benang-benang
kromosom, masing-masing gen mempunyai tugas khas dan waktu beraksi yang khas
pula. Ada gen yang menunjukkan aktivitasnya saat embrio, lainnya pada waktu
kanak-kanak ataupun gen lainnya lagi setelah spesies menjadi dewasa. Mungkin juga
suatu gen aktif pada suatu organ namun tidak aktif pada organ yang lain. Setiap gen
menduduki tempat tertentu dalam kromosom yang dinamakan lokus gen.
Gen yang menentukan sifat-sifat dari suatu individu biasanya diberi simbol
huruf pertama dari suatu sifat. Gen dominan (yang mengalahkan gen lain) dinyatakan
dengan huruf besar dan resesif (gen yang dikalahkan gen yang lain) dinyatakan
dengan huruf kecil.
Karena tanaman ercis individu yang diploid, maka simbol tanaman itu ditulis
dengan huruf dobel:
TT= simbol untuk tanaman berbatang tinggi;
tt = simbol untuk tanaman berbatang rendah.
2. Kromosom
Kromosom terdapat di dalam nukleus mempunyai susunan halus berbentuk
batang panjang atau pendek, lurus atau bengkok. Di dalam nukleus terdapat substansi
berbentuk benang-benang halus, seperti jala yang dapat menyerap zat warna. Benang-
benang halus tersebut dinamakan retikulum kromatin. Retikulum berarti jala yang
halus. Kroma berarti warna, dan tin berarti badan. Definisi Kromosom adalah benang-
benang halus yang berfungsi sebagai pembawa informasi genetis kepada
keturunannya.
2.2 Alel
Gen sebagai pembawa dan penentu suatu sifat atau karakter. Gen dalam tubuh
yang terletak pada kromosom tidak hanya satu, tetapi banyak. Alel adalah gen-gen yang
menempati atau terletak pada lokus yang sama pada kromosom homolognya yang
mempunyai tugas berlawanan untuk suatu sifat tertentu. Agar lebih jelas, cobalah Anda
lihat Gambar 3.8 letak alel dan gen pada kromosom.
Surya (1984) mendefinisikan alel sebagai anggota dari sepasang gen yang
memiliki pengaruh berlawanan. Misalnya gen B memiliki peran untuk menumbuhkan
karakter pigmentasi kulit secara normal. Gen B dapat membentuk melanin karena
diekspresikan sepenuhnya pada penampakan fisik organisme. Dalam hal ini gen B
menimbulkan karakter yang dominan. Apabila gen B bermutasi maka akan berubah
menjadi b, sehingga pigmentasi kulit secara normal, tidak dapat dilakukan. Gen b
menimbulkan karakter yang berbeda, yaitu resesif. Karakter resesif ini menumbuhkan
karakter albinisme (tidak terbentuk melanin). Contoh yang lainnya, misalnya:
Sedangkan alel ganda (multiple alelo murphi) adalah beberapa alel lebih dari satu gen
yang menempati lokus sama pada kromosom homolognya. Pengaruh alel ganda pada
organisme dapat ditemukan pada tempat-tempat berikut.
A |A |A|A dan |A |O
B |B |B|B dan |B |O
AB |A,|B |A |B
O |O |O |O
GENOTOPE FENOTIPE
Warna bulu kelinci dipengaruhi oleh empat alel yaitu W, Wch, Wh, w yang
keempatnya berada pada lokus yang sama, di mana:
Genotipe Fenotipe
Putih (Albino) Ww
W>Wch>Wh>w.
Jika tanaman kapri yang berbiji bulat kuning (BBKK) disilangkan dengan
kapri yang berbiji keriput hijau (bbkk), semua tanaman F1 berbiji bulat kuning. Jika
tanaman F1 dibiarkan mengadakan penyerbukan sendiri, F2 memperlihatkan 16
kombinasi yang terdiri atas empat macam fenotipe, yaitu tanaman berbiji bulat
kuning, bulat hijau, keriput kuning, dan keriput hijau. Dalam percobaan ini Mendel
mendapatkan 315 tananman berbiji bulat kuning, 100 tanaman berbiji bulat hijau, 101
tanaman berbiji keriput kuning, dan 32 tanaman keriput hijau. Angka-angka tersebut
menujukkan suatu perbandingan fenotipe yang mendekati 9 : 3 : 3 : 1.
Pada saat pembentukan gamet (pembelahan meiosis) anggota dari sepasang
gen memisah secara bebas (tidak saling memengaruhi). Oleh karena itu, pada
persilangan dihibrid tersebut terjadi empat macam pengelompokan dari dua pasang
gen, yaitu:
a. Gen B mengelompok dengan gen K, terdapat dalam gamet BK
b. Gen B mengelompok dengan gen k, terdapat dalam gamet Bk
c. Gen b mengelompok dengan gen K, terdapat dalam gamet bK
d. Gen b mengelompok dengan gen k, terdapat dalam gamet bk
Prinsip tersebut di atas dirumuskan sebagai Hukum Mendel II (Hukum
Pengelompokkan Gen secara Bebas) yang menyatakan bahwa:
a. Setiap gen dapat berpasangan secara bebas dengan gen lain membentuk alela,
b. Keturunan pertama menunjukkan sifat fenotipe dominan,
c. Keturunan kedua menunjukkan fenotipe dominan dan resesif dengan perbandingan
tertentu, misalnya pada persilangan monohibrid 3 : 1 dan pada persilangan dihibrid 9 :
3 : 3 : 1.
Untuk memperjelas pemahamanmu tentang persilangan dihibrid, perhatikan
bagan persilangan antara kapri (ercis) biji bulat warna kuning dengan kapri biji
keriput warna hijau yang menghasilkan F1 berupa kapri berbiji bulat warna kuning.
Perbandingan genotipe F2 = BBKK : BBKk : BkKK : BbKk : BBkk : Bbkk :
bbKK:bbKk:bbkk= 1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 : 1
Perbandingan fenotipe F2 = bulat kuning : bulat hijau : keriput kuning : keriput hijau
= 9 : 3 : 3 :1