SEBAGAI
SISTEM ETIKA
POLITIK DAN
IDEOLOGI
NEGARA
Sila keTuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila pada prinsipnya menegaskan bahwa
bangsa Indonesia dan setiap warga negara harus mengakui adanya Tuhan. Oleh karena
itu, setiap orang dapat menyembah Tuhannya sesuai dengan keyakinannya masingmasing. Segenap rakyat Indonesia mengamalkan dan menjalankan agamanya dengan
cara yang berkeadaban yaitu hormat menghormati satu sama lain. Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya. Negara Indonesia adalah satu
negara yang ber-Tuhan. Dengan demikian, segenap agama yang ada di Indonesia
mendapat tempat dan perlakuan yang sama dari negara.
Pancasila mengajarkan kepada kita agar kita sebagai bangsa Indonesia senantiasa
meletakkan keselarasan dalam kehidupannya. Gambaran manusia yang utuh secara
etis, menurut Wahjono (2008: 203) bahwa manusia tersebut mengemban nilai-nilai:
Mengejar kemajuan lahiriah seperti sandang, pangan perumahan, kesehatan secara
serasi, selaras dan seimbang dengan kepuasan batiniah sepeti pendidikan, rasa
aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab, rasa keadilan dan
sebagainya.
Ada keselarasan hubungan manusia dengan Tuhannya dan juga keselarasan antara
cita-cita hidup di dunia dan mengejar kebahagiaan dan akhirat.
Ada keselarasan antara sesama manusia, serta lingkungan alam sekitarnya, dan
keserasian hubungan antara bangsa.
Menjunjung nilai keserbaselarasan hubungan antara kehidupan manusia dan
masyarakatnya.
Liberalisme
Liberalisme berasal dari kata liberalis (kata latin) yang merupakan kata turunan dari
liber yang berarti bebas, merdeka, tak terikat, tak tergantung. Ideologi ini
mementingkan kebebasan perseorangan, ia terpantul dalam aspek segala kehidupan.
Berpangkal tolak dari anggapan bahwa kebahagiaan perseorangan akan dapat pula
terwujud menjadi kebahagiaan masyarakat, tidaklah mengherankan kemudian paham
ini berkembang atau bervariasi menjadi pragmatisme, yang berguna bagi perseorangan
adalah baik. Seseorang mengejar apa yang dianggapnya terbaik yang barangkali
akibatnya merugikan orang lain (Darmodiharjo,1984:58).
Landasan pemikirannya adalah bahwa manusia pada hakikatnya adalah baik dan
berbudi pekerti, tanpa harus diadakannya pola-pola pengaturan yang ketat dan bersifat
memaksa terhadapnya.
Komunisme
Ideologi komunisme menurut darmodharjo memiliki beberapa ciri khusus, seperti:
Ateisme, artinya penganut ini tidak percaya adanya Tuhan dalam arti bahwa kehidupan
manusia berdasarkan atas suatu evolusi. Kehidupan ini ditentukan oleh hukum-hukum
kehidupan tertentu. Agama dimusuhi, agama dianggap sebagai penghalang kemajuan.
Agama memelihara kekolotan. Bahkan para pengikutnya diperkenankan atau dianjurkan
untuk bersikap anti agama.
Dogmatisme, tidak mempercayai pikiran orang lain, artinya ajaran-ajaran yang baku
berdasarkan atas pikiran Marx-Engels harus diterima begitu saja.
Otoritas, pelaksanaan politik berdasakan kekerasan.
Pengkhianatan terhadap HAM, tidak mengakui adanya hak-hak asasi manusia, hanya partai
yang mempunyai hak.
Diktator, kekuasaan pemerintahan dipegang oleh partai komunis, golongan lain dilenyapkan.
Interpretasi ekonomi, sistem ekonomi diatur secara sentralistik, artinya pengaturan dan
penguasaan ekonomi diatur oleh pusat. Negara mengambil alih semua kekuasaan dan
pengaturan ekonomi.
Fasisme
Fasisme merupakan sebuah ideologi yang berusaha
menghidupkan kembali kehidupan sosial, ekonomi dan budaya
dari negara dengan berlandaskan pada asas nasionalisme yang
tinggi, dengan ciri-ciri 1) tidak setuju dengan kemapanan yang
anti perubahan (konservatisme); 2) selalu mengangkat kembali
kenangan kejayaan masa lalu; 3) selalu muncul ketika Negara
mengalami krisis.
Rasialisme, pengikut ideologi ini tidak bebas berpikir terhadap ideologi itu sendiri.
Semua orang harus tunduk pada pikiran yang telah diletakkan oleh ideologi.
Dogma yang diletakkan oleh pelaksana ideologi, baik di Jerman maupun di Italia
harus diikuti dengan patuh tanpa kritik mana pun datangnya.
Diktator, ajaran ini dogmatis, kritik dianggap suatu kejahatan. Perlawanan terhadap
ajaran ini dan kekuasaan pemerintah dimusnahkan dengan cara kekerasan. Caracara demokratis tidak dikenal. Pemerintah dilakukan oleh sekelompok kecil orang.
Pemerintah dikuasai oleh partai penguasa dengan kekuasaan yang besar sekali.
Imperialisme, atas dasar ideologi mereka melakukan penguasaan atas bangsa lain.
Akibatnya imperialisme adalah suatu akibat logis dari paham yang realistis itu.
Marxisme
Tiga hal yang merupakan komponen dasar dari Marxisme adalah
1) filsafat dialectical and historical materialism
2) sikap terhada masyarakat kapitalis yang bertumpu pada teori nilai tenagga kerja dari David
Ricardo (1772) dan Adam Smith (1723-1790)
3) menyangkut teori negara dan teori revolusi yang dikembangkan atas dasar konsep
perjuangan kelas. Konsep ini dipandang mampu membawa masyarakat kearah komunitas
kelas.
Dalam teori yang dikembangkannya, Marx memang meminjam metode dialektika Hegel.
Menurut metode tersebut, perubahan-perubahan dalam pemikiran, sifat dan bahkan perubahan
masyarakat itu sendiri berlangsung melalui tiga tahap, yaitu tesis (affirmation), antitesis
(negation), dan sintesis (unfication). Dalam hubungan ini Marx cenderung mendasarkan
pemikiran kepada argumentasi Hegel yang menandaskan bahwa kontradiksi dan konflik dari
berbagai hal yang saling berlawanan satu sama lain sebenarnya bisa membawa pergeseran
kehidupan sosial-politik dari ringkat yang sebelumnya ke tingkat yang lebih tinggi.
Paham atau ajaran Marx yang terkait pada dasar-dasar dan taktik perjuangan
yang diajarkan oleh Lenin, Stalin, Mao Tse Tung dan lain-lain, mengandung
benih-benih dan unsur-unsur yang bertentangan dengan falsafah Pancasila.