Anda di halaman 1dari 20

PANCASILA

SEBAGAI
SISTEM ETIKA
POLITIK DAN
IDEOLOGI
NEGARA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI


NEGARA

Pancasila dinyatakan sebagai ideologi negara republik


Indonesia dengan tujuan bahwa segala sesuatu dalam bidang
pemerintahan ataupun semua yang berhubungan dengan hidup
kenegaraan harus dilandasi dalam titik tolaknya, dibatasi dalam
gerak pelaksanaannya, dan diarahkan dalam mencapai
tujuannya dengan Pancasila (Bakry, 1985: 42).

Sila pertama: KETUHANAN YANG


MAHA ESA

Sila keTuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila pada prinsipnya menegaskan bahwa
bangsa Indonesia dan setiap warga negara harus mengakui adanya Tuhan. Oleh karena
itu, setiap orang dapat menyembah Tuhannya sesuai dengan keyakinannya masingmasing. Segenap rakyat Indonesia mengamalkan dan menjalankan agamanya dengan
cara yang berkeadaban yaitu hormat menghormati satu sama lain. Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya. Negara Indonesia adalah satu
negara yang ber-Tuhan. Dengan demikian, segenap agama yang ada di Indonesia
mendapat tempat dan perlakuan yang sama dari negara.

Sila kedua: KEMANUSIAAN


YANG ADIL DAN BERADAB
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab dalam Pancasila pada
prinsipnya menegaskan bahwa kita memiliki Indonesia merdeka
yang berada pula lingkungan kekeluargaan bangsa-bangsa. Prinsip
internasionalisme yang berakar di dalam buminya nasionalisme, dan
nasionalisme yang hidup dalam taman sarinya internasionalisme.
Bahwa akan dihargai dan dijunjung tinggi hak-hak asasi manusia.
Sila ini menegaskan bahwa kebangsaan Indonesia merupakan
bagian dari kemanusiaan universal, yang dituntut mengembangkan
persaudaraan duni berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan yang
berkeadilan dan berkeadaban.

Sila ketiga: PERSATUAN


INDONESIA
Sila persatuan Indonesia (kebangsaan Indonesia) dalam Pancasila pada
prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia merupakan negara
kebangsaan. Bangsa yang memiliki kehendak untuk bersatu, memiliki persatuan
perangai karena persatuan nasib, bangsa yang terikat pada tanah airnya.
Bangsa yang akan tetap terjaga dari kemungkinan mempunyai sifat chauvinistis.
Persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa
Indonesia, bertujuan melindungi segenap bangsa Indonesia dengan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa, serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.
Perwujudan persatuan Indonesia adalah perwujudan dari paham kebangsaan
Indonesia yang dijiwai oleh keTuhanan Yang Maha Esa, serta kemanusiaan yang
adil dan beradab.

Sila keempat: KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH


HIKMAT KEBIJAKSANAN DALAM
PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN

Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan (mufakat atau demokrasi) dalam
Pancasila pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia
akan terus memelihara dan mengembangkan semangat
bermusyawarah untuk mencapai mufakat dalam perwakilan.
Bangsa Indonesia akan tetap memelihara dan mengembangkan
kehidupan demokrasi. Bangsa Indonesia akan memelihara serta
mengembangkan kearifan dan kebijaksanaan dalam
bermusyawarah.

Sila kelima: KEADILAN SOSIAL BAGI


SELURUH RAKYAT INDONESIA

Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (kesejahteraan) dalam


Pancasila pada prinsipnya menegaskan bahwa seyogyanya tidak akan
ada kemiskinan dalam Indonesia Merdeka. Bangsa Indonesia bukan
hanya memiliki demokrasi politik, tetapi juga demokrasi ekonomi.
Indonesia harus memiliki keadilan ekonomi sekaligus. Indonesia harus
memiliki kehidupan yang adil makmur bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila keadilan sosial merupakan perwujudan yang paling konkret dari
prinsip-prinsip Pancasila. Satu-satunya sila Pancasila yang dilukiskan
dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dengan menggunakan kata kerja mewujudkan suatu
'Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia'.

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA


POLITIK
Berarti Pancasila merupakan kesatuan sila-sila Pancasila, sila-sila Pancasila itu saling berhubungan, saling
bekerja sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Pancasila sebagai sistem etika, bertujuan untuk mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Etika yang dijiwai nilai-nilai sila-sila Pancasila merupakan etika Pancasila, meliputi:
Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai keTuhanan Yang Maha Esa, merupakan etika yang berlandaskan pada
kepercayaan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, merupakan etika yang menjunjung
tinggi nila-nilai kemanusiaan.
Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai persatuan Indonesia, merupakan etika yang menempatkan persatuan,
kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan Negara diatas kepentingan pribadi dan
golongan.
Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam
permusyawaratan/perwakilan, merupakan etika yang menghargai kedudukan, hak dan kewajiban warga
masyarakat/warganegara, sehingga tidak memaksakan pendapat dan kehendak kepada orang lain.
Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, merupakan etika yang
menuntun manusia untuk mengembangkan sikap adil terhadap sesama manusia, mengembangkan
perbuatan-perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.

Pancasila mengajarkan kepada kita agar kita sebagai bangsa Indonesia senantiasa
meletakkan keselarasan dalam kehidupannya. Gambaran manusia yang utuh secara
etis, menurut Wahjono (2008: 203) bahwa manusia tersebut mengemban nilai-nilai:
Mengejar kemajuan lahiriah seperti sandang, pangan perumahan, kesehatan secara
serasi, selaras dan seimbang dengan kepuasan batiniah sepeti pendidikan, rasa
aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab, rasa keadilan dan
sebagainya.
Ada keselarasan hubungan manusia dengan Tuhannya dan juga keselarasan antara
cita-cita hidup di dunia dan mengejar kebahagiaan dan akhirat.
Ada keselarasan antara sesama manusia, serta lingkungan alam sekitarnya, dan
keserasian hubungan antara bangsa.
Menjunjung nilai keserbaselarasan hubungan antara kehidupan manusia dan
masyarakatnya.

Salam (1997: 116) secara lebih tegas menyimpulkan bahwa


siapa saja yang mau bertugas mengurus kepentingan
masyarakat, menurut ajaran Pancasila hendaknya
mempersiapkan diri dan melatih diri untuk:
Mematuhi perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya.
Belajar membiasakan diri mencintai sesama manusia.
Menanamkan kesadaran dan rasa cinta kepada tanah air,
bangsa dan negara.
Melatih dan membiasakan diri hidup, bergaul dan bersikap
demokratis.
Melatih dan membiasakan diri bersikap adil, berjiwa sosial dan
kemasyarakatan.

IDEOLOGI-IDEOLOGI BESAR YANG


ADA DI DUNIA

Liberalisme

Liberalisme berasal dari kata liberalis (kata latin) yang merupakan kata turunan dari
liber yang berarti bebas, merdeka, tak terikat, tak tergantung. Ideologi ini
mementingkan kebebasan perseorangan, ia terpantul dalam aspek segala kehidupan.
Berpangkal tolak dari anggapan bahwa kebahagiaan perseorangan akan dapat pula
terwujud menjadi kebahagiaan masyarakat, tidaklah mengherankan kemudian paham
ini berkembang atau bervariasi menjadi pragmatisme, yang berguna bagi perseorangan
adalah baik. Seseorang mengejar apa yang dianggapnya terbaik yang barangkali
akibatnya merugikan orang lain (Darmodiharjo,1984:58).

Beberapa pokok pemikiran yang terkandung di dalam konsep liberalisme, adalah:

Inti pemikiran kebebasan individu

Perkembangannya, berkembang sebagai respons terhadap pola kekuasaan Negara yang


absolut, pada tumbuhnya Negara otoriter yang disertai dengan pembatasan ketat
melaui berbagai undang-undang dan peraturan terhadap warganegara.

Landasan pemikirannya adalah bahwa manusia pada hakikatnya adalah baik dan
berbudi pekerti, tanpa harus diadakannya pola-pola pengaturan yang ketat dan bersifat
memaksa terhadapnya.

Komunisme
Ideologi komunisme menurut darmodharjo memiliki beberapa ciri khusus, seperti:
Ateisme, artinya penganut ini tidak percaya adanya Tuhan dalam arti bahwa kehidupan
manusia berdasarkan atas suatu evolusi. Kehidupan ini ditentukan oleh hukum-hukum
kehidupan tertentu. Agama dimusuhi, agama dianggap sebagai penghalang kemajuan.
Agama memelihara kekolotan. Bahkan para pengikutnya diperkenankan atau dianjurkan
untuk bersikap anti agama.
Dogmatisme, tidak mempercayai pikiran orang lain, artinya ajaran-ajaran yang baku
berdasarkan atas pikiran Marx-Engels harus diterima begitu saja.
Otoritas, pelaksanaan politik berdasakan kekerasan.
Pengkhianatan terhadap HAM, tidak mengakui adanya hak-hak asasi manusia, hanya partai
yang mempunyai hak.
Diktator, kekuasaan pemerintahan dipegang oleh partai komunis, golongan lain dilenyapkan.
Interpretasi ekonomi, sistem ekonomi diatur secara sentralistik, artinya pengaturan dan
penguasaan ekonomi diatur oleh pusat. Negara mengambil alih semua kekuasaan dan
pengaturan ekonomi.

Beberapa hal terkait dengan komunisme seperti:


Inti pemikiran: perjuangan kelas dan penghapusan kelas-kelas
di masyarakat.
Landasan pemikiran, meliputi: 1) penolakan situasi dan kondisi
masa lampau, baik secara tegas maupun tidak. 2) analisa yang
cenderung negative terhadap situasi dan kondisi yang ada. 3)
berisi resep perbaikan untuk masa depan. 4) rencana-rencana
tindakan jangka pendek yang memungkinkan terwujudnya
tujuan-tujuan yang berbeda-beda.
Sistem pemerintahan (hanya) otoriter/totaliter/diktator.

Fasisme
Fasisme merupakan sebuah ideologi yang berusaha
menghidupkan kembali kehidupan sosial, ekonomi dan budaya
dari negara dengan berlandaskan pada asas nasionalisme yang
tinggi, dengan ciri-ciri 1) tidak setuju dengan kemapanan yang
anti perubahan (konservatisme); 2) selalu mengangkat kembali
kenangan kejayaan masa lalu; 3) selalu muncul ketika Negara
mengalami krisis.

Berdasarkan pendapat Darmodiharjo (1984:75) fasisme yang


berkembang di jerman menjadi Naziisme, memiliki beberapa ciri khas,
antara lain:

Rasialisme, pengikut ideologi ini tidak bebas berpikir terhadap ideologi itu sendiri.
Semua orang harus tunduk pada pikiran yang telah diletakkan oleh ideologi.
Dogma yang diletakkan oleh pelaksana ideologi, baik di Jerman maupun di Italia
harus diikuti dengan patuh tanpa kritik mana pun datangnya.

Diktator, ajaran ini dogmatis, kritik dianggap suatu kejahatan. Perlawanan terhadap
ajaran ini dan kekuasaan pemerintah dimusnahkan dengan cara kekerasan. Caracara demokratis tidak dikenal. Pemerintah dilakukan oleh sekelompok kecil orang.
Pemerintah dikuasai oleh partai penguasa dengan kekuasaan yang besar sekali.

Imperialisme, atas dasar ideologi mereka melakukan penguasaan atas bangsa lain.
Akibatnya imperialisme adalah suatu akibat logis dari paham yang realistis itu.

Marxisme
Tiga hal yang merupakan komponen dasar dari Marxisme adalah
1) filsafat dialectical and historical materialism
2) sikap terhada masyarakat kapitalis yang bertumpu pada teori nilai tenagga kerja dari David
Ricardo (1772) dan Adam Smith (1723-1790)
3) menyangkut teori negara dan teori revolusi yang dikembangkan atas dasar konsep
perjuangan kelas. Konsep ini dipandang mampu membawa masyarakat kearah komunitas
kelas.
Dalam teori yang dikembangkannya, Marx memang meminjam metode dialektika Hegel.
Menurut metode tersebut, perubahan-perubahan dalam pemikiran, sifat dan bahkan perubahan
masyarakat itu sendiri berlangsung melalui tiga tahap, yaitu tesis (affirmation), antitesis
(negation), dan sintesis (unfication). Dalam hubungan ini Marx cenderung mendasarkan
pemikiran kepada argumentasi Hegel yang menandaskan bahwa kontradiksi dan konflik dari
berbagai hal yang saling berlawanan satu sama lain sebenarnya bisa membawa pergeseran
kehidupan sosial-politik dari ringkat yang sebelumnya ke tingkat yang lebih tinggi.

PERBANDINGAN SISTEM ETIKA


POLITIK PANCASILA DENGAN
LIBERALISME DAN KOMUNISME

Paham atau ajaran komunisme dalam praktek kehidupan politik dan


kenegaraan menjelmakan diri dalam kegiatan-kegiatan yang bertentangan
dengan azas-azas dan sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia yang bertuhan
dan beragama yang berlandaskan faham gotong royong dan musyawarah untuk
mufakat.

Paham atau ajaran Marx yang terkait pada dasar-dasar dan taktik perjuangan
yang diajarkan oleh Lenin, Stalin, Mao Tse Tung dan lain-lain, mengandung
benih-benih dan unsur-unsur yang bertentangan dengan falsafah Pancasila.

Paham Komunisme/Marxisme-Leninisme yang dianut oleh PKI dalam


kehidupan politik dia Indonesia telah terbukti menciptakan iklim dan situasi yang
membahayakan kelangsungan hidup bangsa Indonesia yang berfalsafah
Pancasila.

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA


Effendi (1995:50) mendefinisikan bahwa ideologi terbuka adalah
ideologi yang dapat berinteraksi dengan perkembangan zaman dan
adanya dinamika secara internal.
Untuk menjawab tantangan bangsa Indonesia yang semakin kompleks,
maka Pancasila perlu tampil sebagai ideologi terbuka, karena
ketertutupan hanya membawa kepada kemandegan. Keterbukaan
bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar Pancasila, tetapi
mengeksplisitkan wawasannya secara lebih konkrit, sehingga memiliki
kemampuan yang lebih tajam untuk memecahkan masalah-masalah
baru.

Menurut Alfian (1991:192) kekuatan suatu ideologi tergantung pada kualitas 3


dimensi yang dimiliki oleh ideologi itu sendiri, yakni:
Dimensi realita, bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam ideologi tersebut
secara riil berakar dalam dan/atau hidup dalam masyarakat/bangsanya, terutama
karena nilai-nilai dasar tersebut bersumber dari budaya dan pengalaman
sejarahnya (menjadi volkgeist/jiwa bangsa).
Dimensi idealisme, bahwa nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme
yang member harapan tentang masa depan yang lebih baik melalui pengalaman
dalam praktik kehidupan bersama sehari-hari denggan berbagai dimensinya.
dimensi fleksibilitas/dimensi pengembangan, artinya ideologi tersebut memiliki
keluwesan yang memungkinkan dan merangsang pengembangan pemikiranpemikiran baru yang relevan dengan ideologi bersangkutan tanpa menghilangkan
atau mengingkari hakikat atau jati diri yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya.

Anda mungkin juga menyukai