Anda di halaman 1dari 278

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut UU RI No.36 tahun 2009 tentang kesehatan bahwa kesehatan
merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwajibkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagai mana
dimaksud dalam Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (Depkes, 2009).
Menurut Peraturan Presiden RI No.72 Tahun 2012 tentang Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) bahwa dalam pengelolaan kesehatan
diselenggarakan melalui pengelolaan administrasi kesehatan, informasi
kesehatan, sumber daya kesehatan, upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan,
peran serta dan pemberdayaan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi
di bidang kesehatan, serta pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan
saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya dilakukan secara berjenjang di pusat dan daerah dengan
memperhatikan otonomi daerah dan otonomi fungsional di bidang
kesehatan. Pengelolaan kesehatan tersebut dilaksanakan melalui Sistem
Kesehatan Nasional.
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan yang
diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan
saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.
Dengan mempertimbangkan hasil kajian atas Visi Gubernur Sumatera
Utara dan sasaran pembangunan kesehatan yang tertuang di dalam RPJMD
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013-2018, maka ditetapkan Visi Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara yang akan menjadi gambaran kondisi
pembangunan kesehatan yang ingin di capai lima tahun kedepan adalah
sebagai berikut : “Mewujudkan Provinsi Sumatera Utara Sehat, Mandiri
dan Berdaya Saing.”
1. Sehat adalah suatu kondisi dimana penduduk Sumatera Utara sehat baik
fisik, mental dan spiritual sehingga mampu untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.
2. Mandiri, yaitu suatu kondisi dimana masyarakat mempunyai
pengetahuan dan kemampuan untuk mempertahankan kualitas
kesehatannya.
3. Berdaya saing (Competitiveness), yaitu suatu kondisi dimana penduduk
Provinsi Sumatera Utara memiliki kemampuan, serta keunggulan
sehingga mampu melangsungkan kehidupan dalam persaingan
masyarakat.
Dalam rangka Mewujudkan Provinsi Sumatera Utara Sehat,
Mandiri dan Berdaya Saing maka ditetapkan Misi Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara sebagai berikut :
1. Menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan bermutu, merata dan
terjangkau.
2. Meningkatkan pengendalian dan penanggulangan masalah kesehatan.
3. Meningkatkan mutu sumber daya kesehatan.
4. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam pemeliharaan
kesehatan.
Sebagai calon dokter yang sedang dalam masa pendidikan,
diperlukan pengetahuan dan pengenalan terhadap program kesehatan baik
ditingkat Provinsi hingga Puskesmas, yang bertujuan membentuk sikap
manager kesehatan dalam pengelolaan program kesehatan, untuk menjawab
tantangan dimasa depan dibutuhkan Five Stars Doctor, yaitu dokter bukan
hanya sebagai Care Provider, namun juga sebagai Decision Maker,
Communicator yang baik, Community Leader hingga tingkat masyarakat
dan Manager.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1. Mahasiswa mengetahui program pembangunan kesehatan nasional.
2. Mahasiswa mengetahui program pembangunan kesehatan di Provinsi
Sumatera Utara.
3. Mahasiswa mengetahui kebijakan dan kewenangan pembangunan
kesehatan di Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten/Kota.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mengerti tentang langkah-langkah perencanaan strategi
bidang kesehatan.
2. Mahasiswa mengerti tentang langkah-langkah kebijakan pusat,
Provinsi maupun Kabupaten/Kota.
3. Mahasiswa mengerti tentang pokok, unggulan maupun spesifik Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
4. Mahasiswa mengerti tentang masalah-masalah yang dihadapi dalam
melaksanakan pembangunan kesehatan.

1.3 Prosedur dan Langkah Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan


Masyarakat
1.3.1 Mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara
1. Pendaftaran
2. Pengarahan oleh sekretaris kepaniteraan klinik senior
3. Melaksanakan ujian pre test
4. Bimbingan materi / Program kesehatan
5. Bimbingan umum atau khusus
6. Post Test
7. Persiapan administrasi ke Dinas Kesehatan Kota Medan
1.3.2 Mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Dinas Kesehatan Kota
Medan
1. Bimbingan, pengarahan dan pemberian materi atau Program
Kesehatan.
2. Mempelajari program-program yang ada di Puskesmas Kota Medan
serta mencari permasalahan dari program tersebut serta mencari
solusinya.
3. Mengarahkan Kepaniteraan Klinik Senior ke Puskesmas yang
ditunjuk oleh Dinas Kesehatan Kota Medan.
4. Responsi mengenai kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior di UPT
Puskesmas Kota Medan.
1.3.3 Mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di UPT Puskesmas Desa
Lalang Kota Medan
1. Melapor kepada Kepala UPT Puskesmas Desa Lalang Kota Medan
dan perkenalan kepada semua petugas kesehatan di UPT Puskesmas
Desa Lalang Kota Medan.
2. Mempelajari program-program yang ada di UPT Puskesmas Desa
Lalang Kota Medan.
3. Mengumpulkan data-data setiap program yang ada di UPT Puskesmas
Desa Lalang Kota Medan.
4. Memberikan penyuluhan dan pengobatan di UPT Puskesmas Desa
Lalang Kota Medan.
5. Membuat laporan hasil kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior selama di
UPT Puskesmas Desa Lalang Kota Medan.
6. Responsi mengenai kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior di UPT
Puskesmas Desa Lalang Kota Medan.
1.3.4 Mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di UPT Puskesmas Medan
Area Selatan
1. Melapor kepada Kepala UPT Puskesmas Medan Area Selatan.
2. Bimbingan, pengarahan terkait pelaksanaan penelitian.
3. Pengarahan Kepaniteraan Klinik Senior ke UPT Puskesmas Medan
Area Selatan.
4. Pengarahan lokasi penelitian dari UPT Puskesmas Medan Area
Selatan ke Posyandu Balita.
5. Melaksanakan pengumpulan data penelitian.
6. Memberikan penyuluhan tentang JKN di Posyandu Balita.
7. Menyusun laporan hasil penelitian.
8. Responsi mengenai kegiatan penelitian.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan bagi peserta
Kepaniteraan Klinik Senior tentang program-program kesehatan Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, Dinas Kesehatan Kota Medan,
UPT Puskesmas Desa Lalang Kota Medan, UPT Puskesmas Medan
Area Selatan.
2. Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam
bersosialisasi dengan masyarakat.
3. Diharapkan dapat menambah wawasan tentang “Gambaran Tingkat
Pengetahuan dan Sikap Terhadap Program Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Area Selatan Kelurahan
Sukaramai Tahun 2018.”

BAB II
KEPENDUDUKAN, SOSIAL BUDAYA, EKONOMI, KEADAAN
LINGKUNGAN, KEADAAN PERILAKU DAN DERAJAT
KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA

2.1 Kependudukan Provinsi Sumatera Utara


Provinsi Sumatera Utara berada dibagian barat Indonesia, terletak pada
garis 10 – 40 Lintang Utara, dan 980 – 1000 Bujur Timur. Berbatasan dengan
daerah perairan dan laut serta dua Provinsi lain yaitu; sebelah Utara
perbatasan dengan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD), sebelah Timur
dengan Negara Malaysia di selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan
Provinsi Riau dan Sumatera Barat, dan di sebelah Barat berbatasan dengan
Samudera Hindia (Profil Dinkes Prov. Sumut, 2016).
Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 72.981,23 km2 sebagian
besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil di Pulau Nias,
pulau-pulau Batu, serta beberapa pulau kecil baik dibagian barat maupun
bagian timur pantai Pulau Sumatera. Berdasarkan luas daerah menurut
kabupaten/Kota di Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah Kabupaten
Langkat dengan luas 6.262,00 km2 atau sekitar 8,58% dari total luas Sumatera
Utara, diikuti Kabupaten Mandailing Natal dengan luas 6.134,00 km2 (8,40%)
kemudian Kabupaten Tapanuli Selatan dengan luas 6.030,47 km2 atau
(8,26%). Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kota Tebing Tinggi dengan
luas 31,00 km2 atau 0,04% dari total luas wilayah Sumatera Utara.
Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam 3
(tiga) kelompok wilayah yaitu Pantai Barat, Dataran Tinggi dan Pantai Timur
(Profil Dinkes Prov. Sumut, 2016).
Administratif pemerintahan di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2016,
terdiri dari 33 pemerintahan Kabupaten/Kota yang terbagi menjadi 8 Kota
dan 25 Kabupaten dengan jumlah Kecamatan sebanyak 440 Kecamatan serta
6.112 Desa/Kelurahan. Provinsi Sumatera Utara tergolong ke dalam daerah
beriklim tropis, kisaran suhu antara 150C – 330C, mempunyai musim kemarau
pada bulan Januari s/d Juli dan musim hujan pada bulan Agustus s/d
Desember, diantara kedua musim itu diselingi oleh musim pancaroba. Adapun
letak ketinggian daerah dari permukaan laut untuk masing-masing
kabupaten/Kota adalah sebagai berikut (Profil Dinkes Prov. Sumut, 2016).

Tabel 2.1.1 Ketinggian Kabupaten/Kota dari Permukaan Laut di Sumatera


Utara

KETINGGIAN DARI
NO NAMA KABUPATEN/KOTA
PERMUKAAN LAUT
1 GUNUNG SITOLI 0-600m
2 PADANG SIDEMPUAN 260-1.100m
3 BINJAI 0-28m
4 MEDAN 2,5-37,5m
5 TEBING TINGGI 26-34m
6 PEMATANG SIANTAR 400-500m
7 TANJUNG BALAI 0-3m
8 SIBOLGA 0-50m
9 NIAS BARAT 0-800m
10 NIAS UTARA 0-478m
11 LABUHAN BATU UTARA 0-700m
12 LABUHAN BATU SELATAN 0-500m
13 PADANG LAWAS 0-1.915m
14 PADANG LAWAS UTARA 0-1.915m
15 BATUBARA 0-50m
16 SERDANG BEGADAI 0-500m
17 SAMOSIR 904-2.157m
18 PAKPAK BHARAT 700-1.500m
19 HUMBANG HASUNDUTAN 330-500m
20 NIAS SELATAN 0-800m
21 LANGKAT 0-1.200m
22 DELI SERDANG 0-500m
23 KARO 120-1.420m
24 DAIRI 400-1.600m
25 SIMALUNGUN 0-369m
26 ASAHAN 0-1.000m
27 LABUHAN BATU 0-700m
28 TOBA SAMOSIR 900-2.200m
29 TAPANULI UTARA 150-1.700m
30 KABUPATEN TAPANULI TENGAH 0-1.266m
31 TAPANULI SELATAN 0-1.915m
32 MANDAILING NATAL 0-1.000m
33 NIAS 0-800m
Sumber : SUDA-BPS Sumatera Utara 2017.

Tabel 2.1.2 Luas Daerah menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

NO NAMA KAB/KOTA LUAS/AREA (km2) RASIO (%)


1 Nias 1.842,51 2,52
2 Mandailing Natal 6.134,00 8,40
3 Tapanuli Selatan 6.030,47 8,26
4 Tapanuli Tengah 2.188,00 3,00
5 Tapanuli Utara 3.791,64 5,20
6 Toba Samosir 2.328,89 3,19
7 Labuhan Batu 2.156,02 2,95
8 Asahan 3.702,21 5,07
9 Simalungun 4.369,00 5,99
10 Dairi 1.927,80 2,64
11 Karo 2.127,00 2,91
12 Deli Serdang 2.241,68 3,07
13 Langkat 6.262,00 8,58
14 Nias Selatan 1.825,20 2,50
15 Humbang Hasundutan 2.335,33 3,20
16 Pakpak Bharat 1.218,30 1,67
17 Samosir 2.069,05 2,84
18 Serdang Begadai 1.900,22 2,60
19 Batu Bara 922,20 1,26
20 Padang Lawas Utara 3.918,05 5,37
21 Padang Lawas 3.892,74 5,33
22 Labuhan Batu Selatan 3.596,00 4,93
23 Labuhan Batu Utara 3.570,98 4,89
24 Nias Utara 1.202,78 1,65
25 Nias Barat 473,73 0,65
26 Sibolga 41,31 0,06
27 Tanjung Balai 107,83 0,15
28 Pematang Siantar 55,66 0,08
29 Tebing Tinggi 31,00 0,04
30 Medan 265,00 0,36
31 Binjai 59,19 0,08
32 Padang Sidempuan 114,66 0,16
33 Gunung Sitoli 280,78 0,38
Sumatera Utara 72.981,23 100,00
Sumber : SUDA-BPS Sumatera Utara 2017.

2.1.1 Pertumbuhan, Persebaran, Kepadatan, Sex Ratio Penduduk


2.1.1.1 Laju Pertumbuhan Penduduk
Sumatera Utara merupakan Provinsi keempat terbesar dalam
jumlah penduduknya di Indonesia setelah Provinsi Jawa Barat,
Jawa Timur dan Jawa Tengah. Berdasarkan data BPS Provinsi
Sumatera Utara tahun 2016 tercatat memiliki jumlah penduduk
14.102.911 jiwa terdiri dari 7.037.326 jiwa laki-laki dan
7.065.585 jiwa perempuan, dengan sex ratio sebesar 99,60 dan
rata-rata kepadatan penduduk 193 per km2 (Profil Dinkes Prov.
Sumut, 2017).
Tingkat kepadatan penduduk yang umumnya tinggi terdapat di
wilayah perkotaan. Adapun Kota dengan kepadatan penduduk
tertinggi adalah Kota Medan yakni sebesar 8.412,96 jiwa per km 2,
disusul Tebing Tinggi dengan kepadatan penduduk 5.125,87 jiwa
per km2 dan Kota Binjai dengan kepadatan penduduk sebesar
4.540,69 jiwa per km2. Sedangkan wilayah dengan kepadatan
penduduk tergolong rendah adalah Kabupaten Pakpak Bharat
sebesar 38,09 jiwa per km2, disusul dengan Kabupaten Tapanuli
Selatan 45,92 jiwa per km2 dan Kabupaten Samosir 60,17 jiwa
per km2. Perincian jumlah penduduk dan angka kepadatan
penduduk per Kabupaten/Kota selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran tabel 1 profil kepadatan penduduk (Profil Dinkes Prov.
Sumut, 2016).
Rata-rata jumlah anggota keluarga di Sumatera Utara pada
tahun 2016 adalah sebesar 4,28 per KK yang berarti rata-rata
setiap keluarga memiliki 4-5 anggota keluarga. Adapun sebaran
Kabupaten/Kota dengan rata-rata jumlah anggota keluarganya
paling banyak adalah terjadi di Kabupaten Nias Barat yaitu 5,05
dan yang paling sedikit adalah Kabupaten Karo yaitu 3,71 orang.
Adapun distribusi jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara per
tahun berdasarkan data tahun 1961-2016 adalah seperti di
gambarkan pada grafik (2.1.1.1.1) dibawah ini.

Grafik 2.1.1.1.1 Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera


Utara Tahun 1961-2016

Sumber : SUDA-BPS Sumatera Utara 2017 (Profil Dinkes Provinsi Sumatera


Utara).

Dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah penduduk di Sumatera


Utara mengalami perkembangan jumlah setiap tahun nya antara
100-200 jiwa per tahun nya. Sedangkan distribusi jumlah
penduduk tahun 2016 (14.102.911 jiwa) dapat dilihat
distribusinya menurut kelompok umur seperti digambarkan
dengan komposisi pada grafik berikut ini.
Grafik 2.1.1.1.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan
Kelompok Umur dan jenis kelamin di Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2016
Sumber : SUDA-BPS Sumatera Utara 2017 (Profil Dinkes Provinsi Sumatera
Utara).

Komposisi penduduk Sumatera Utara menurut kelompok


umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (0-14
tahun) sebesar 31,81% , dewasa muda (15->65) sebesar 64,06%
dan yang berusia tua (>65 tahun) sebesar 4,14% dengan demikian
maka angka beban tanggungan (Dependency Ratio) penduduk
Sumatera Utara tahun 2016 sebesar 56,11%. Angka ini mengalami
penurunan 0,26% bila dibandingkan dengan DR tahun 2015 yakni
sebesar 56,37% (Profil Dinkes Prov. Sumut, 2016).
Permasalahan kesehatan umumnya sangat di pengaruhi oleh
tingkat sosial ekonomi masyarakat. Sejak terjadinya krisis
moneter jumlah penduduk miskin meningkat secara drastis hingga
mencapai 30,77%. Walaupun demikian jumlah penduduk miskin
kemudian dapat diturunkan secara signifikan tahun 1999. Data
terakhir menunjukkan bahwa jumlah masyarakat miskin tahun
2012 terus menurun dari 1.490.900 jiwa atau 11,31% menjadi
1.378.400 jiwa (10,41%) pada tahun 2011. Sedangkan pada tahun
2013 jumlah penduduk miskin sebesar 1.415.400 (10,39%), serta
pada September 2015 diketahui bahwa jumlah masyarakat miskin
tercatat sebesar 1.508.100 jiwa (10,49%) sedangkan pada
September 2016 menurun menjadi 1.452.500 jiwa (10,27%)
(Profil Dinkes Prov. Sumut, 2016).
2.1.1.2 Penyebaran dan Kepadatan Penduduk
Dengan luas wilayah Provinsi Sumatera Utara sekitar
71.680,68 km2 yang didiami oleh 13.103.596 orang maka rata-rata
tingkat kepadatan penduduk Provinsi Sumatera Utara adalah
sebanyak 183 orang/km2. Kabupaten/Kota yang paling tinggi
tingkat kepadatan penduduknya adalah Kota Medan yakni
sebanyak 7.987 orang/km2 sedangkan yang paling rendah adalah
Kabupaten Pakpak Barat yakni sebanyak 34 orang/km 2 (Profil
Dinkes Prov. Sumut, 2016).
2.1.1.3 Sex Ratio
Jumlah penduduk laki-laki di Sumatera Utara lebih sedikit
dibandingkan dengan penduduk perempuan.Jumlah penduduk
laki-laki sebanyak 6.954.552 jiwa dan perempuan sebanyak
6.983.245 jiwa, dengan sex ratio sebesar 99,59. Bila dilihat
berdasarkan rata-rata banyaknya anggota keluarga di Sumatera
Utara pada tahun 2015 adalah sebesar 4,28 (yang berarti rata-rata
pada setiap keluarga terdiri dari 4-5 anggota keluarga). Kabupaten
yang rata-rata jumlah anggota keluarganya paling banyak adalah
Kabupaten Nias Barat yaitu 5,07 dan yang paling sedikit adalah
Kabupaten Karo yaitu 3,71 orang. (Profil Dinkes Prov. Sumut,
2016)

2.2 Sosial Budaya dan Ekonomi


2.2.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil
pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dan
sebagainya. IPM dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar yaitu, umur panjang
dan hidup sehat, pengetahuan dan standar hidup layak. Berikut ini akan
disajikan komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menurut
Kabupaten/Kota di Sumatera Utara tahun 2015 (Profil Dinkes Prov.
Sumut, 2016).

Tabel 2.2.1.1 Komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM)


menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015

Kapita(Rp.000)
Harapan Lama
HarapanHidup

Sekolah(Thn)

Pengeluaran
Rata-Rata
Angka

Lama

per
No NAMA KAB/KOTA IPM

1 Nias 68,97 11,77 4,76 6.234 58,85


2 Mandailing Natal 61,58 12,77 7,63 9.096 63,99
3 Tapanuli Selatan 63,74 13,06 8,27 10.623 67,63
4 Tapanuli Tengah 66,59 12,40 8,02 9.555 67,06
5 Tapanuli Utara 67,55 13,19 9,31 11.079 71,32
6 Toba Samosir 69,14 13,18 10,08 11.535 73,40
7 Labuhan Batu 69,36 12,57 8,75 10.356 70,23
8 Asahan 67,37 12,49 8,32 10.067 68,40
9 Simalungun 70,34 12,69 8,80 10.728 71,24
10 Dairi 67,78 12,80 8,69 9.708 69,00
11 Karo 70,62 12,22 9,50 11.800 72,69
12 Deli Serdang 71,00 12,52 9,48 11.359 72,79
13 Langkat 67,63 12,70 7,92 10.364 68.53
14 Nias Selatan 67,66 11,96 4,64 6.454 58,74
15 Humbang Hasundutan 68,10 13,15 8,90 6.889 66,03
16 Pakpak Bharat 64,85 13,80 8,45 7.496 65,53
17 Samosir 70,26 13,41 8,84 7.698 68,43
18 Serdang Bedagai 67,47 12,31 8,08 10.110 68,01
19 Batu Bara 65,80 11,96 7,74 9.692 66,02
20 Padang Lawas Utara 66,50 11,87 8,91 9.363 67,35
21 Padang Lawas 66,31 12,91 8,40 7.955 65,99
22 Labuhan Batu Selatan 68,09 12,73 8,68 10.319 69,67
23 Labuhan Batu Utara 68,70 12,12 8,31 11.201 69,69
24 Nias Utara 68,59 12,40 6,06 5.627 59,88
25 Nias Barat 67,94 12,33 5,74 5.207 58,25
26 Sibolga 67,70 13,10 9,85 10.765 71,64
27 Tanjung Balai 61,90 12,40 9,12 10.326 66,74
28 Pematang Siantar 72,29 13,99 10,73 11.388 76,34
29 Tebing Tinggi 70,14 12,23 10,06 11,393 72,81
30 Medan 72,28 13,97 11,00 14.191 78,87
31 Binjai 71,59 13,56 10,28 10.098 73,81
32 Padang Sidempuan 68,32 14,48 10,47 9.668 72,80
33 Gunung Sitoli 70,29 13,65 8,18 6.742 66,41
68,2
Sumatera Utara 12,82 9,03 9.563 69,51
9
Sumber : SUDA-BPS Sumatera Utara 2017 (Profil Dinkes Provinsi Sumatera
Utara).

Tabel 2.2.1.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menurut


Kabupaten/Kota Tahun 2011-2015

Indeks Pembangunan Manusia ( IPM )


No NAMA KAB/KOTA
2011 2012 2013 2014 2015
1 Nias 55,55 56,50 57,43 57,98 58,85
2 Mandailing Natal 61,60 62,26 62,91 63,42 63,99
3 Tapanuli Selatan 65,14 65,65 66,75 67,22 67,63
4 Tapanuli Tengah 65,16 65,43 65,64 66,16 67,06
5 Tapanuli Utara 69,24 69,83 70,50 70,70 71,32
6 Toba Samosir 71,39 71,89 72,36 72,36 73,40
7 Labuhan Batu 67,88 68,64 69,45 70,06 70,23
8 Asahan 65,87 66,23 66,58 67,51 68,40
9 Simalungun 69,03 69,79 70,28 70,89 71,24
10 Dairi 66,62 66,95 67,15 67,91 69,00
11 Karo 71,12 71,40 71,62 71,84 72,69
12 Deli Serdang 70,25 70,88 71,39 71,98 72,79
13 Langkat 65,77 66,18 67,17 68,00 68.53
14 Nias Selatan 55,50 55,97 56,78 57,78 58,74
15 Humbang Hasundutan 64,06 64,54 64,92 65,59 66,03
16 Pakpak Bharat 63,11 63,88 64,73 65,06 65,53
17 Samosir 65,81 66,31 66,80 67,80 68,43
18 Serdang Bedagai 65,28 66,14 67,11 67,78 68,01
19 Batu Bara 63,95 64,45 65,06 65,50 66,02
20 Padang Lawas Utara 65,22 65,65 66,13 66,50 67,35
21 Padang Lawas 63,28 64,05 64,62 65,50 65,99
22 Labuhan Batu Selatan 65,77 67,06 67,78 68,59 69,67
23 Labuhan Batu Utara 67,37 67,84 68,28 69,15 69,69
24 Nias Utara 57,53 57,87 58,29 59,18 59,88
25 Nias Barat 55,43 56,20 56,20 56,58 58,25
26 Sibolga 69,17 69,71 70,45 71,01 71,64
27 Tanjung Balai 64,13 64,89 65,40 66,05 66,74
28 Pematang Siantar 73,61 74,51 75,05 75,83 76,34
29 Tebing Tinggi 70,84 71,34 71,85 72,13 72,81
30 Medan 77,54 77,78 78,00 78,26 78,87
31 Binjai 70,85 71,54 72,02 72,55 73,81
32 Padang Sidempuan 71,08 71,38 71,68 71,88 72,80
33 Gunung Sitoli 63,71 64,34 65,25 65,91 66,41
Sumatera Utara 67,34 67,74 68,36 68,87 69,51
Sumber : SUDA-BPS Sumatera Utara 2017 (Profil Dinkes Provinsi
Sumatera Utara).

Dari tabel diatas diketahui bahwa IPM yang tertinggi di


Kabupaten/Kota secara berturut adalah Medan sebesar 78,87, Pematang
Siantar sebesar 76,34 dan Binjai sebesar 73,81. Sedangkan 3 (tiga)
Kabupaten/Kota dengan IPM terendah yaitu; Nias Barat sebesar 58,25,
Nias Selatan sebesar 59,74 dan Nias sebesar 58,85.
2.2.2 Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam
mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara. Pendidikan
berkontribusi terhadap perubahan perilaku masyarakat. Pendidikan
menjadi pelopor utama dalam rangka penyiapan sumber daya manusia dan
merupakan salah satu aspek pembangunan yang merupakan syarat mutlak
untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Untuk peningkatan
peran pendidikan dalam pembangunan, maka kualitas pendidikan harus
ditingkatkan salah satunya dengan meningkatkan rata-rata lama sekolah.
Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah
satu faktor pencetus (predisposing) yang berperan dalam mempengaruhi
keputusan seseorang untuk berperilaku sehat.
Peningkatan kualitas dan partisipasi sekolah penduduk tentunya harus
diimbangi dengan penyediaan sarana fisik pendidikan maupun tenaga
guru yang memadai. Di tingkat pendidikan dasar, jumlah Sekolah Dasar
(SD)/Madrasah Ibtidiyah pada tahun 2016 terdapat sebanyak 9.528 unit
dengan jumlah guru 109.204 orang, murid sebanyak 1.745.715 orang
sehingga ratio murid SD terhadap sekolah sebesar 183 murid/sekolah.
Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)/Madrasah
Tsnawiyah (MTs) terdapat sebanyak 2.419 sekolah dengan jumlah guru
41.638 orang dan jumlah murid yang tercatat sebanyak 662.538 orang,
dengan demikian ratio murid SLTP terhadap sekolah adalah sebesar 274
per sekolah. Pada tahun yang sama (2016) jumlah Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA)/Madrasah Aliyah (MA) sebanyak 1.016 sekolah
dengan jumlah guru 21.520 orang dan jumlah murid 359.363, dengan
demikain ratio murid terhadap sekolah adalah sebesar 354 murid
persekolah. Jumlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) juga diketahui
terdapat 911 unit dengan jumlah guru 18.141 orang dan jumlah murid
285.026 orang (ratio murid terhadap sekolah 1 : 313 murid/sekolah).
Sedangkan jumlah perguruan tinggi swasta pada tahun 2016 adalah
sebanyak 264 PTS, yang terdiri dari 33 universitas, 95 Sekolah Tinggi, 5
Institut, 115 Akademi dan 16 Politeknik (SUDA 2017) dengan jumlah
dosen seluruhnya 5.492 orang (dosen tetap & tidak tetap) dengan jumlah
mahasiswa sebanyak 271.782 orang. Ratio mahasiswa terhadap dosen
masih relative tinggi yaitu sebesar 28 mahasiswa per dosen (Profil Dinkes
Prov. Sumut, 2016).
2.2.3 Agama
Sesuai dengan falsafah negara pelayanan kehidupan beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa senantiasa dikembangkan
dan ditingkatkan untuk membina kehidupan masyarakat dan mengatasi
berbagai masalah sosial budaya yang mungkin menghambat kemajuan
pembangunan bangsa. Berdasarkan data BPS Sumatera Utara, sarana
ibadah umat beragama juga mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pada
tahun 2016, jumlah Mesjid di Sumatera Utara terdapat sebanyak 10.818
unit, Langgar/Musollah 6.235 unit, Gereja Protestan 12.401 unit, Gereja
Katolik 2.138 unit, Kuil 82 unit, Wihara 353 unit dan Klenteng 83 unit
(Profil Dinkes Prov. Sumut, 2016).
2.2.4 Ketenagakerjaan
Pada tahun 2016 di Sumatera Utara angkatan kerja berumur 15 tahun
keatas sebagian besar adalah tamatan SMA (36,28%). Selanjutnya
angkatan kerja yang berpendidikan setingkat SMP 21,23% dan SD
kebawah 31,12%, serta sisanya sebesar 11,38% berpendidikan Diploma I,
II, III & IV serta Universitas (SUDA 2017) seperti dapat dilihat pada
grafik berikut ini.

Grafik 2.2.4.1 Persentase Angkatan Kerja 15 Tahun Keatas


Berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan di Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2016

Sumber: BPS Sumatera Utara; SUDA 2017(Profil Dinkes Provinsi Sumatera


Utara).

Jika dilihat dari status pekerjaan utama maka lebih sepertiga


(36,27%) penduduk berusia 15 tahun ke atas bekerja menjadi buruh
atau karyawan, 20,24% adalah pekerja keluarga, buruh tidak tetap
sebesar 16,60%, penduduk yang bekerja mandiri tanpa bantuan orang
lain sebesar 15,80%. Hanya 3,75% penduduk Sumatera Utara yang
dilaporkan menjadi pengusaha dengan mempekerjakan buruh
tetap/karyawan (Profil Dinkes Prov. Sumut, 2016).
Jumlah penduduk keadaan sampai dengan Agustus 2016 yang
merupakan angkatan kerja sebanyak 6.362.909 jiwa, terdiri dari
5.991.229 jiwa terkategori bekerja dan sebesar 371.680 ribu jiwa
terkategorikan pengangguran. Berdasarkan lapangan usaha, penduduk
Sumatera Utara yang terbanyak adalah bekerja di sektor pertanian
(perkebunan, perikanan dan peternakan) yaitu 44,50%, kemudian
diikuti di sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 19,23%, jasa
yang meliputi perorangan, perusahaan dan pemerintahan sebesar
15,46%, Sedang di sektor industri hanya sekitar 7,26%, selebihnya
bekerja disektor penggalian dan pertambangan, sektor kelistrikan, gas
dan air minum, bangunan, angkutan dan komunikasi serta sektor
keuangan (Profil Dinkes Prov. Sumut, 2016).

2.3 Keadaan Lingkungan


Lingkungan merupakan salah satu variabel yang sering mendapat perhatian
khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat, variabel lainnya adalah
faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik. Keempat variabel di atas
dapat menentukan baik buruknya status derajat kesehatan masyarakat. Untuk
menggambarkan keadaan lingkungan, berikut ini akan disajikan indikator-
indikator yaitu persentase rumah sehat, persentase rumah tangga memiliki
akses terhadap air minum, persentase rumah tangga menurut sumber air
minum, persentase rumah tangga yang memiliki sarana penampungan akhir
kotoran/tinja/BAB (Profil Dinkes Prov. Sumut, 2016).
2.3.1 Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan, yaitu memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat
pembuangan sampah, sarana pembuangan limbah, ventilasi rumah yang
baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat
dari tanah (Profil Dinkes Prov. Sumut, 2016).
Ukuran rumah yang relatif kecil dan berdesak-desakan dapat
mempengaruhi tumbuh kembang mental atau jiwa anak-anak. Anak-anak
memerlukan lingkungan bebas, tempat bermain luas yang mampu
mendukung daya kreativitasnya. Dengan kata lain, rumah bila terlampau
padat disamping merupakan media yang cocok untuk terjadinya penularan
penyakit khususnya penyakit saluran nafas juga dapat mempengaruhi
perkembangan anak (Profil Dinkes Prov. Sumut, 2016).
Kepadatan hunian diperoleh dengan cara membagi jumlah anggota
rumah tangga dengan luas lantai rumah dalam meter persegi. Hasil
perhitungan dikategorikan sesuai kriteria Permenkes tentang rumah sehat,
yaitu memenuhi syarat bila ≥8 m2/kapita (tidak padat) dan tidak memenuhi
syarat bila <8m2/kapita (padat) (Profil Dinkes Prov. Sumut, 2016).
Pada tahun 2015, dari 3.295.701 unit rumah, yang memenuhi syarat
kesehatan adalah sebanyak 1.987.270 (60,3%). Sedangkan tahun 2016,
terdapat 425.890 rumah yang dibina (32,55%), dari jumlah tersebut yang
telah memenuhi syarat kesehatan ada sebanyak 233.949 rumah atau
54,93%, sehingga total rumah yang memenuhi syarat kesehatan sampai
dengan akhir 2016 (termasuk yang telah memenuhi syarat pada tahun
2015) adalah sebesar 2.221.219 unit atau (67,40%) (Profil Dinkes Prov.
Sumut, 2016).
2.3.1.1 Persentase Rumah Tangga Memiliki Akses Terhadap Air
Minum
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
2016 yang diterbitkan BPS Sumatera Utara, diketahui bahwa
persentase terbesar rumah tangga berdasarkan sumber air minum
adalah air kemasan (32,26%), penggunaan pompa sebesar 19,22%,
sumur gali sebesar 18,92%, ledeng sebesar 13,58%, mata air
12,04% dan masih terdapat 3,98 % penduduk di Sumatera Utara
yang memperoleh air minumnya bersumber dari sungai dan air
hujan. Peningkatan akses rumah tangga terhadap sumber air minum
yang sehat dapat menurunkan prevalensi kasus-kasus penyakit
infeksi yang menular melalui air (water borned diseases) yang
tentunya juga akan berdampak positif terhadap peningkatan status
kesehatan masyarakat (Profil Dinkes Prov. Sumut, 2016).
2.3.1.2 Persentase Rumah Tangga menurut Tempat Pembuangan
Kotoran/Tinja
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
2016, diketahui bahwa rumah tangga di Sumatera Utara telah
menggunakan tempat pembuangan tinja berupa tangki
septik/SPAL sebesar 74,08%, lobang tanah/pantai/tanah
lapang/kebun sebesar 12,88%, kolam/sawah/sungai/danau/laut
sebesar 11,63% dan lainnya sebesar 1,41%, untuk lebih jelasnya
berikut ini akan disajikan persentase RT menurut tempat
pembuangan tinja menurut kabupaten/Kota sebagai berikut :
Tabel 2.3.1.2.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan
Tinja Berdasarkan Kabupaten/Kota Tahun 2016

Sumber : BPS Sumatera Utara 2017– Susenas 2015 (Profil Dinkes Provinsi
Sumatera Utara).

Jumlah penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang


layak menurut jenis jamban yang digunakan dapat disajikan
dalam grafik berikut ini.
Grafik 2.3.1.2.2 Penduduk dengan Jenis Tempat
Pembuangan Tinja (Jamban) di Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2016

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 2017(Profil Dinkes Provinsi


Sumatera Utara).

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar


masyarakat Sumatera Utara telah memiliki jamban leher angsa
yaitu sebanyak 1.927.716 buah dan 1.655.710 buah (85,89%)
telah memenuhi syarat kesehatan (Profil Dinkes Prov. Sumut,
2016).
2.3.2 Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Tempat Pengelolaan Makanan
(TPM)
TTU adalah sarana pendidikan, sarana kesehatan dan hotel. Sedangkan
TPM adalah tempat pengelolaan makanan yang memenuhi syarat higiene
dan sanitasi yaitu penjamah makananan yang sehat, memiliki sarana air
bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah,
ventilasi yang baik, luas lantai yang sesuai dengan banyaknya pengunjung
dan memiliki pencahayaan ruang yang sesuai. Yang termasuk TPM adalah
jasa boga, rumah makan/restoran, depot air minum dan makanan jajanan
(Profil Dinkes Prov. Sumut, 2016).
Pada tahun 2016 dari 15.912 unit TTU yang ada di Sumatera Utara,
yang memenuhi syarat kesehatan terdapat sebanyak 11.481 (72,15%),
sedangkan tahun 2015 dari 15.644 unit TTU yang memenuhi syarat
kesehatan tercatat sebanyak 11.232 buah (71,79%). Dengan demikian
persentasi TTU yang memenuhi syarat kesehatan tahun 2016 mengalami
peningkatan sebesar 0,36% dibanding tahun 2015 (Profil Dinkes Prov.
Sumut, 2016).

Grafik 2.3.2.1 Jumlah Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Tempat


Pengelolaan Makanan (TPM) Di Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2014 & 2016

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota 2017 (Profil Dinkes Provinsi


Sumatera Utara).

Begitu juga halnya dengan TPM. Pada tahun 2016 diketahui terdapat
29.326 unit dan meningkat sebanyak 1.999 unit dibandingkan tahun 2015.
Di tahun 2016 TPM yang memenuhi syarat kesehatan adalah sebanyak
18.908 buah (64,47%). Dibandingkan dengan tahun 2015, dari 27.327 unit
TPM, yang memenuhi syarat kesehatan adalah sebanyak 17.789 buah
(65,10%). Dengan demikian terlihat adanya penurunan 0,6% TPM yang
memenuhi syarat kesehatan dibanding tahun 2015 (Profil Dinkes Prov.
Sumut, 2016).
Dengan melihat pencapaian persentase TTU dan TPM yang memenuhi
syarat kesehatan dan institusi yang dibina kesehatan lingkungannya di
Sumatera Utara, maka terlihat belum maksimal, oleh karena itu perlu
upaya yang lebih maksimal dengan lebih mengkoordinasikan dengan lintas
program dan sektor terkait guna meningkatan cakupan yang berdampak
pada peningkatan upaya kesehatan lingkungan (Profil Dinkes Prov. Sumut,
2016).

2.4 Keadaan Perilaku Manusia


Untuk mengambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh
terhadap derajat kesehatan, dapat kita lihat dari persentase masyarakat di
Sumatera Utara yang berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Ada 10
indikator PHBS ditatanan rumah tangga yaitu : 1) Persalinan di RT harus
ditolong oleh tenaga kesehatan, 2) Menimbang balita, 3) RT yang memiliki
bayi harus memberikan ASI eksklusif, 4) Cukup makan buah dan sayur setiap
Hari, 5) Menggunakan air yang memenuhi syarat kesehatan, 6) Menggunakan
jamban yang memenuhi syarat kesehatan, 7) Memberantas jentik nyamuk di
dalam rumah, 8) Mencuci tangan dengan sabun, 9) Beraktivitas fisik setiap
Hari minimal 30 menit, 10) Tidak merokok di dalam ruangan. Penilaian RT
ber-PHBS baik adalah rumah tangga yang melaksanakan 6 indikator dari 10
indikator PHBS RT yang mempunyai balita dan 5 indikator yang tidak punya
balita (Profil Dinkes Prov. Sumut, 2016).
Pencapaian rumah tangga ber-PHBS cenderung fluktuatif dari tahun 2008-
2014 untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Grafik 2.4.1 Persentase Rumah Tangga ber PHBS di Kabupaten/Kota


Tahun 2010-2016

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, 2010-2016 (Profil Dinkes Provinsi


Sumatera Utara).
Dari grafik 2.4.1 diatas dapat dilihat bahwa berdasarkan hasil pemantauan
Provinsi jumlah rumah tangga yang ber-PHBS cenderung fluktuatif, bila
dilihat dari pencapaian tahun 2015 mengalami penurunan 2,51% dari tahun
2014. Namun pada tahun 2016 kemudian mengalami peningkatan kembali
sebesar 2,71% (Profil Dinkes Prov. Sumut, 2016).

2.5 Derajat Kesehatan


Untuk menilai derajat kesehatan masyarakat, digunakan beberapa
indikator yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian), status gizi dan
morbiditas (kesakitan). Untuk kualitas hidup, yang digunakan sebagai
indikator adalah Angka Harapan Hidup Waktu Lahir. Untuk mortalitas telah
disepakati tiga indikator, yaitu Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000
Kelahiran Hidup, Angka Kematian Balita (AKABA) per–1.000 Kelahiran
Hidup, dan Angka Kematian Ibu (AKI) per–100.000 Kelahiran Hidup. Untuk
morbiditas disepakati 14 (empat belas) indikator, yaitu : Angka “Acute
Flaccid Paralysis” (AFP) pada anak Usia <15 Tahun per–100.000 Anak,
Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA +, persentase balita dengan
pneumonia ditangani, persentase HIV/AIDS ditangani, prevalensi HIV
(Persentase Kasus terhadap Penduduk Beresiko), Persentase Infeksi Menular
Seksual (IMS) diobati, Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD)
per–100.000 Penduduk, persentase DBD ditangani, Angka Kesakitan Malaria
per–1.000 Penduduk, persentase penderita malaria diobati, persentase
penderita kusta selesai berobat, kasus penyakit filaria ditangani, jumlah kasus
dan angka kesakitan penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I). Sementara itu untuk status gizi telah disepakati 5 (lima) indikator,
yaitu Persentase Kunjungan Neonatus, Persentase Kunjungan Bayi,
Persentase BBLR ditangani, Persentase Balita dengan Gizi Buruk dan
Persentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi (Profil Dinkes Prov. Sumut, 2016).
2.5.1 Umur Harapan Hidup (UHH)
Umur Harapan Hidup (UHH) digunakan juga untuk menilai derajat
kesehatan dan secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang
adanya peningkatan kualitas hidup masyarakat baik di Kabupaten/Kota,
Provinsi maupun negara. Adanya perbaikan pada pelayanan kesehatan
melalui keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan dapat
diindikasikan dengan adanya peningkatan angka harapan hidup saat lahir
(Profil Dinkes Prov. Sumut, 2016).
Angka harapan hidup penduduk Sumatera Utara diperkirakan
mengalami peningkatan dalam 4 (empat) tahun terakhir (2013 - 2016), Hal
ini seperti disajikan pada grafik berikut ini.

Grafik 2.5.1.1 Estimasi Angka Harapan Hidup Waktu Lahir (UHH)


di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013–2016

Sumber : BPS-Sumatera Utara 2017(Profil Dinkes Provinsi Sumatera


Utara).

Tabel 2.5.1.1 Perkiraan Angka Harapan Hidup (AHH) Menurut


Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013-2016

ANGKA HARAPAN HIDUP


No NAMA KAB/KOTA
2013 2014 2015 2016
1 Nias 68,77 68,87 68,97 69,07
2 Mandailing Natal 61,08 61,18 61,58 61,77
3 Tapanuli Selatan 63,04 63,14 63,74 64,03
4 Tapanuli Tengah 66,47 66,49 66,59 66,62
5 Tapanuli Utara 67,15 67,25 67,55 67,71
6 Toba Samosir 68,94 69,04 69,14 69,25
7 Labuhan Batu 69,24 69,26 69,36 69,40
8 Asahan 67,17 67,27 67,37 67,47
9 Simalungun 70,14 70,24 70,34 70,43
10 Dairi 67,38 67,48 67,78 67,95
11 Karo 70,38 70,42 70,62 70,69
12 Deli Serdang 70,78 70,80 71,00 71,06
13 Langkat 67,23 67,33 67,63 67,79
14 Nias Selatan 67,06 67,16 67,66 67,83
15 Humbang Hasundutan 67,70 67,80 68,10 68,26
16 Pakpak Bharat 64,42 64,45 64,85 64,95
17 Samosir 69,56 69,66 70,26 70,47
18 Serdang Bedagai 67,17 67,27 67,47 67,63
19 Batu Bara 65,40 65,50 65,80 65,95
20 Padang Lawas Utara 66,38 66,40 66,50 66,54
21 Padang Lawas 65,97 66,01 66,31 66,40
22 Labuhan Batu Selatan 68,03 68,06 68,09 68,11
23 Labuhan Batu Utara 68,40 68,50 68,70 68,80
24 Nias Utara 68,39 68,49 68,59 68,68
25 Nias Barat 67,54 67,64 67,94 68,10
26 Sibolga 67,30 67,40 67,70 67,87
27 Tanjung Balai 61,30 61,40 61,90 62,09
28 Pematang Siantar 71,59 71,69 72,29 72,46
29 Tebing Tinggi 69,94 70,04 70,14 70,21
30 Medan 72,13 72,18 72,28 72,34
31 Binjai 71,34 71,39 71,59 71,67
32 Padang Sidempuan 68,22 68,27 68,32 68,37
33 Gunung Sitoli 70,13 70,19 70,29 70,36
Sumatera Utara 67,94 68,04 68,29 68,33
Sumber: BPS Sumatera Utara 2017 (Profil Dinkes Provinsi Sumatera Utara).

Dari tabel diatas diketahui bahwa perkiraan angka harapan hidup 3


(tiga) tertinggi secara berturut-turut pada tahun 2016 adalah, Kota
Pematang Siantar (72,46 tahun), Medan (72,34 tahun) dan Binjai (71,67
tahun). Sedangkan 3 (tiga) Kabupaten/Kota yang perkiraan angka harapan
hidup terendah adalah: Mandailing Natal (61,77 tahun), Tanjung Balai
(62,09 tahun) dan Tapanuli Selatan (64,03 tahun) (Profil Dinkes Prov.
Sumut, 2016).
2.5.2 Mortalitas (Angka Kematian)
Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan
tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, baik penyakit
maupun sebab lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung
dengan melakukan survei dan penelitian. Berikut ini diuraikan angka
kematian dan penyakit-penyakit penyebab utama kematian di Sumatera
Utara dalam beberapa kurun waktu hingga akhir tahun 2016 (Profil Dinkes
Prov. Sumut, 2016).
2.5.2.1 Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah bayi yang
meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam
1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Berdasarkan laporan profil kesehatan Kabupaten/Kota tahun
2016 dari 281.449 bayi lahir hidup, jumlah bayi yang meninggal
sebanyak 1.132 bayi sebelum usia 1 tahun. Berdasarkan angka ini
maka secara kasar dapat diperhitungkan perkiraan Angka Kematian
Bayi (AKB) di Sumatera Utara tahun 2016 yakni 4/1.000 Kelahiran
Hidup (KH). Rendahnya angka ini dimungkinkan karena kasus-
kasus kematian yang terlaporkan hanyalah kasus kematian yang
terjadi di sarana pelayanan kesehatan, sedangkan kasus-kasus
kematian yang terjadi di masyarakat belum seluruhnya terlaporkan.
Untuk menentukan AKB secara akurat dibutuhkan pengumpulan
datanya melalui kegiatan survei (Profil Dinkes Prov. Sumut, 2016).
Berikut ini akan dipaparkan Angka Kematian Bayi di Provinsi
Sumatera Utara berdasarkan Sensus Penduduk (SP). Berdasarkan
Sensus Penduduk, Angka Kematian Bayi di Sumatera Utara
mengalami penurunan yang cukup signifikan dari 2 (dua) kali
sensus terakhir yaitu , SP tahun 2000, AKB di Sumatera Utara
adalah 44/1.000 KH, turun menjadi 25,7 atau dibulatkan menjadi
26/1.000 KH pada hasil SP 2010. Menurut hasil SDKI terjadi
penurunan AKB cukup tajam antara tahun 1991 sampai 2003 yaitu
dari 68 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 35 per 1.000 kelahiran
hidup. Berbagai faktor dapat menyebabkan adanya penurunan AKB
diantaranya dukungan peningkatan akses pelayanan kesehatan
antara lain peningkatan cakupan imunisasi dasar sehubungan
penyebab kematian bayi pada periode 1990-an antara lain dipteri
dan campak. Pada gambar 3.4 dapat dilihat penurunan AKB dari
tahun 1991 sampai tahun 2012. Capaian AKB 32 di tahun 2012
kurang menggembirakan dibandingkan target Renstra Kemenkes
yang ingin dicapai yaitu 24 di tahun 2014 juga target MDGs
sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2015.
Berikut ini akan digambarkan grafik AKB berdasarkan Sensus
Penduduk periode 1971-2010 di Provinsi Sumatera Utara (Profil
Dinkes Prov. Sumut, 2016).

Grafik 2.5.2.1.1 Angka Kematian Bayi (AKB)/Infant


Mortality Rate (IMR) di Provinsi Sumatera Utara (Hasil
SP 1971 – 2010)

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara 2013 (Profil Dinkes Provinsi Sumatera
Utara).
Berbagai faktor dapat menyebabkan adanya penurunan AKB,
diantaranya pemerataan pelayanan kesehatan serta fasilitasnya. Hal
ini disebabkan AKB sangat sensitive terhadap perbaikan pelayanan
kesehatan. Selain itu, perbaikan kondisi ekonomi yang tercermin
dengan pendapatan masyarakat yang meningkat juga punya
kontribusi dalam perbaikan gizi yang berdampak positif pada daya
tahan bayi terhadap infeksi penyakit (Profil Dinkes Prov. Sumut,
2016).
2.5.2.2 Angka Kematian Balita (AKABA)
Angka kematian balita adalah jumlah anak yang meninggal
sebelum mencapai usia 5 (lima) tahun yang dinyatakan sebagai
angka per 1.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012 diperoleh bahwa angka kematian balita
(AKABA) di Sumatera Utara sebesar 54/1.000 kelahiran hidup.
Sedangkan angka rata-rata nasional pada tahun 2012 sebesar 43 per
1.000 kelahiran hidup. Angka nasional ini mengalami sedikit
penurunan dibandingkan AKABA pada tahun 2007 yang sebesar 44
per 1.000 kelahiran hidup. Gambaran perkembangan AKABA pada
tahun 1991-2012 disajikan pada grafik 2.5.2.2.1 berikut ini (Profil
Dinkes Prov. Sumut, 2016).

Grafik 2.5.2.2.1 Estimasi Angka Kematian Balita Per 1.000


Kelahiran Hidup di Indonesia Tahun 1991–2012

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2013(Profil Dinkes Provinsi Sumatera


Utara).
Secara umum AKABA di Indonesia dari tahun ketahun
cenderung mengalami penurunan.
2.5.2.3 Angka Kematian Ibu (AKI)
AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu
penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil)
selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 Hari
setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per
100.000 kelahiran hidup. AKI juga dapat digunakan dalam
pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini
dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan
pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitivitas AKI
terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator
keberhasilan pembangunan sektor kesehatan (Profil Dinkes Prov.
Sumut, 2016).
Berdasarkan SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih
tinggi yaitu 359/100.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit
menurun jika dibandingkan dengan SDKI tahun 1991, yaitu sebesar
390/100.000 kelahiran hidup. Target MDGs global ke-5 adalah
menurunkan angka kematian ibu menjadi 102/ 100.000 kelahiran
hidup. Selama periode tahun 1991 sampai 2007 angka kematian ibu
mengalami penurunan mulai dari 390/100.000 menjadi
228/100.000 kelahiran hidup. Namun kembali naik tahun 2012
menjadi 359/100.000 kelahiran hidup.
Berikut ini akan ditampilkan Angka Kematian Ibu di Sumatera
Utara periode 2009-2016 (Profil Dinkes Prov. Sumut, 2016).
Grafik 2.5.2.3.1 Angka Kematian Ibu per 100.000
Kelahiran Hidup di Sumatera Utara
Tahun 2009 – 2016

Sumber: Survey FKM-USU 2010 (2011-2013 angka estimasi) (Profil Dinkes


Provinsi Sumatera Utara).

2.5.3 Morbiditas (Angka Kesakitan)


Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insiden maupun
angka prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian
penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Tingkat
kesakitan suatu negara juga mencerminkan situasi derajat kesehatan
masyarakat yang ada didalamnya. Bahkan tingkat angka kesakitan
penyakit menular tertentu yang terkait dengan komitmen internasional
senantiasa menjadi sorotan dalam membandingkan kondisi kesehatan antar
negara.
Berikut ini akan disajikan gambaran morbiditas penyakit-penyakit
menular dan tidak menular yang dapat menggambarkan keadaan derajat
kesehatan masyarakat di Sumatera Utara sepanjang tahun 2016(Profil
Dinkes Prov. Sumut, 2016).
2.5.3.1 Penyakit-penyakit Menular
2.5.3.1.1 Diare
Pada tahun 2016, jumlah perkiraan kasus ada
sebanyak 761.557 kasus (20% x 270/1.000 x Jml
Penduduk), yang ditemukan dan ditangani sebanyak
235.495 (30,92%), sehingga angka kesakitan (IR) diare
per 1.000 penduduk baru mencapai 17. Pencapaian IR
ini jauh di bawah target program yaitu 270 per 1.000
penduduk. Rendahnya IR dikhawatirkan bukan
merefleksikan menurunnya kejadian penyakit diare
pada masyarakat tetapi lebih dikarenakan banyaknya
kasus yang tidak terdata (under- reporting cases)(Profil
Dinkes Prov. Sumut, 2016).
Dari 33 kabupaten/Kota yang ada, penemuan dan
penanganan kasus diare tertinggi di 3 (tiga) Kabupaten
yaitu Sibolga (99,28 %), Pakpak Barat (77,32%), dan
Samosir (70,80%). Sedangkan Penemuan dan
penanganan kasus diare terendah di Kab. Nias Utara
(3,09%), Kab. Karo (3,51%) dan Nias Barat (4,60%)
(Profil Dinkes Prov. Sumut, 2016).
2.5.3.1.2 Pneumonia
Pada tahun 2016 cakupan penemuan kasus
pneumonia pada balita relatif masih rendah dan
mengalami penurunan dari tahun 2015 dimana
perkiraan kasus sebesar 156.604 yang ditemukan, yang
ditangani sebesar 22.703 (14,50%). Sedangkan pada
tahun 2016, jumlah perkiraan kasus sebesar 280.620
kasus, yang ditemukan dan ditangani hanya sebesar
16.000 kasus (5,70%).Dari sejumlah 33
Kabupaten/Kota, terdapat 8 Kabupaten/Kota yang
melaporkan 0 (nol) kasus yaitu Kabupaten Nias Utara,
Nias Barat, Nias Selatan, Mandailing Natal, Labuhan
Batu Selatan, Karo, Humbang Hasundutan dan Pakpak
Bharat. Hal tersebut dimungkinkan masih terdapat
keragu-raguan petugas kesehatan dalam diagnosa
penetapan kasus pneumonia sesuai pedoman Tata
Laksana Kasus Pneumonia Kementerian Kesehatan RI.
Adapun Kabupaten dengan jumlah penderita kasus
pneumonia yang ditemukan dan ditangani terbanyak
adalah di laporkan oleh Kota Tebing Tinggi sebesar
55,32%, Deli Serdang sebesar 16,15%, disusul dengan
Padang Lawas Utara sebesar 12,02%. Cakupan
penemuan dan penanganan kasus pneumonia pada
balita pada kurun waktu 2012 – 2016 dapat kita lihat
pada grafik berikut ini (Profil Dinkes Prov. Sumut,
2016).

Grafik 2.5.3.1.2.1 Cakupan Penemuan & Penanganan


Kasus ISPA pada Balita Tahun 2012–2016

Sumber : BPS Sumatera Utara 2016 (Profil Dinkes Provinsi Sumatera Utara).

Rendahnya cakupan penemuan kasus disebabkan


oleh belum diketahuinya dengan baik penetapan
diagnosa pneumonia oleh petugas kesehatan, disamping
kelengkapan laporan dari Kabupaten/Kota yang masih
rendah, serta pelaporan kasus yang masih hanya
bersumber dari Puskesmas, sementara itu kerjasama
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan RSUD dan
RS Swasta dan yang lainnya termasuk klinik, Balai
Pengobataan. Belum terjalin dengan baik sehingga
diduga masih banyak kasus pneumonia yang yang
dirawat dan tidak terlaporkan. Disamping hal tersebut,
juga masih rendahnya alokasi dana untuk pelaksanaan
kegiatan pencegahan dan penanggulangan ISPA baik
bersumber APBD maupun APBN dan bantuan lainnya
yang tidak mengikat (Profil Dinkes Prov. Sumut, 2016).
2.5.3.1.3 TB Paru
Pada tahun 2016, Cross Notification Rate/CNR
(kasus baru) TB Paru BTA (+) di Sumatera Utara baru
mencapai 105,02/100.000 penduduk. Pencapaian per
Kabupaten/Kota, 3 (tiga) tertinggi adalah Kota Medan
sebesar 3.006/100.000, Kabupaten Deli Serdang
sebesar 2.184/100.000 dan Simalungun sebesar
962/100.000). Sedangkan 3 (tiga) Kabupaten/Kota
terendah adalah Kabupaten Nias Barat sebesar
50/100.000,Pakpak Barat sebesar 67/100.000 dan
Gunung Sitoli sebesar 68/100.000. Untuk mengetahui
CNR TB Paru BTA (+) per Kabupaten/Kota di
Sumatera Utara Tahun 2016 selanjutnya dapat dilihat
pada grafik berikut ini (Profil Dinkes Prov. Sumut,
2016).
Grafik 2.5.3.1.3.1 Angka Penemuan Kasus (CNR) TB
Paru BTA (+) Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2016

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, 2016(Profil Dinkes Provinsi


Sumatera Utara).

Ket : Warna Hijau CNR ≥160/100.000 penduduk dan Warna Merah


CNR <160/100.000 penduduk.
Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota
tahun 2016, angka keberhasilan pengobatan (Success
Rate) rata-rata ditingkat Provinsi mencapai 92,19%,
dengan perincian persentase kesembuhan 85,52%,
namun hal ini mengalami kenaikan sebesar 2,58%
dibandingkan tahun 2015 (89,61%). Angka success
rate pada tahun 2016 ini telah mampu melampaui target
nasional yaitu 85%. Dari 33 Kabupaten/Kota, terdapat
2 Kabupaten/Kota yang belum mampu mencapai angka
success rate 85% antara lain Medan & Padang
Sidempuan seperti digambarkan pada grafik (3.6)
sebagai berikut (Profil Dinkes Prov. Sumut, 2016).
Grafik 2.5.3.1.3.2 Angka Success Rate TB Paru BTA (+) Menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2016

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, 2016 (Profil Dinkes Provinsi


Sumatera Utara.

2.5.3.1.4 Acute Flaccid Paralyses (AFP)


Pada tahun 2016, jumlah kasus AFP (Non Polio)
yang ditemukan sebanyak 86 kasus dari 4.422.372 jiwa
anak berumur < 15 tahun. AFP rate (Non Polio) sebesar
1,94 per 100.000 penduduk berumur < 15 tahun,
mengalami penemuan dibandingkan tahun 2015 yaitu
2,20 per 100.000 dan AFP rate telah mencapai target
nasional yaitu 2 per 100.000 anak berumur <15 tahun.
Dari 33 kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara,
ada 18 Kabupaten/Kota yang menemukan kasus AFP,
grafik berikut ini menggambarkan pencapaian AFP rate
per Kabupaten/Kota secara lebih rinci (Profil Dinkes
Prov. Sumut, 2016).

Grafik 2.5.3.1.4.1 AFP Rate (Non Polio) Berdasarkan


Kabupaten/Kota Tahun 2016

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2016(Profil


Dinkes Provinsi Sumatera Utara).

Dari grafik di atas mencerminkan bahwa belum


seluruh Kabupaten/Kota menjalankan Surveilans AFP
dengan baik terbukti belum seluruh Kabupaten/Kota
melaporkan adanya kasus AFP, yang seharusnya
penemuan kasus AFP merata di seluruh
Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dengan masing-
masing mencapai rate minimal 2 per 100.000 sebagai
strategi deteksi dan pembuktian tidak adanya
penyebaran Virus Polio Liar (VPL) di Sumatera Utara
pada tahun 2016 (Profil Dinkes Prov. Sumut, 2016).
2.5.3.1.5 HIV/AIDS
Berdasarkan data dari profil kesehatan
kabupaten/Kota tahun 2016 terdapat penambahan
kasus baru HIV tahun 2016 sebesar 1.352 kasus dan
terjadi kematian AIDS sebanyak 392 kasus. Dengan
peningkatan ini maka sampai dengan tahun 2016
jumlah kasus HIV secara keseluruhan menjadi 6.210
kasus dan AIDS sebanyak 5.625 kasus sejak HIV
ditemukan pertama kali di Sumatera Utara tahun 1992
sebanyak 1 kasus. Perkembangan kasus HIV/AIDS di
Sumatera Utara berdasarkan data tahun 2003-2016
dapat dilihat pada grafik berikut ini(Profil Dinkes Prov.
Sumut, 2016).

Grafik 2.5.3.1.5.1 Jumlah Kasus HIV-AIDS di Provinsi Sumatera Utara


Tahun 2003–2016
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2016.

Berdasarkan grafik di atas diketahui adanya


peningkatan penemuan kasus HIV/AIDS yang terjadi
pada tahun 2016 sebanyak 1.352 kasus, dengan
demikan maka setiap bulannya diperkirakan terdapat
penambahan kasus sekitar 112-113 kasus. Penemuan
penderita ini salah satunya disebabkan adanya layanan
VCT (Voluntary Counselling and Testing) di berbagai
tempat di Sumatera Utara. VCT merupakan pintu
masuk bagi penemuan kasus disamping pelaksanaan
pengobatan dan perawatan pasien serta penyampaian
informasi ke masyarakat khususnya terhadap mereka
yang termasuk dalam kelompok populasi berisiko
tinggi terjangkit HIV/AIDS. Sampai dengan tahun 2016
tercatat telah terdapat 45 layanan VCT yang tersebar di
18 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara (Profil Dinkes
Prov. Sumut, 2016).
Berdasarkan data tahun 2016, tiga Kabupaten/Kota
dengan penderita baru HIV/AIDS secara berturut
adalah Kota Medan yaitu 617 kasus atau sekitar
35,38%, Kabupaten Deli Serdang sebanyak 189 kasus
(10,84%) dan Kabupaten Karo sebanyak 178 kasus
(10,20%) dari total penderita baru di Sumatera Utara.
Sampai dengan akhir tahun 2016 tercatat telah ada 27
Kabupaten/Kota yang melaporkan ditemukannya kasus
baru HIV/AIDS (Profil Dinkes Prov. Sumut, 2016).
2.5.3.1.6 Kusta
Pada akhir tahun 2016 prevalensi rate kusta di
Provinsi Sumatera Utara masih relatif rendah yakni
1,36 per 100,000 penduduk dan Prevalensi Rate
penderita Kusta mengalami penurunan dibandingkan
tahun 2015 dimana prevalensi ratenya 1,47 per 100.000
penduduk.
Proporsi kasus baru kusta pada anak < 15 tahun dan
kasus baru cacat tingkat 2, merupakan indikator penting
dalam rangka memantau kinerja program P2 Kusta di
Provinsi Sumatera Utara. Dengan mengetahui angka
tersebut, pertama, kita mengetahui kemungkinan
adanya sumber penularan di lingkungan tempat tinggal
penderita yang harus ditemukan; kedua, dengan kasus
baru cacat tingkat 2 kita mengetahui ada kasus yang
terlambat terdeteksi dan ditangani yang kemungkinan
juga akan menjadi sumber penularan baru.
Berdasarkan data diketahui tahun 2016 tercatat
sebanyak 181 penderita baru kusta dan 19 kasus baru
kusta adalah terjadi pada anak berumur <15. Sedangkan
31 kasus merupakan penderita baru cacat tingkat 2.
Dalam hal ini jumlah kasus kusta terbanyak tercatat di
Kota Medan yaitu 18 kasus, diikuti dengan Langkat 17
kasus dan Labuhan Batu Utara sebanyak 13 kasus
(Profil Dinkes Prov. Sumut, 2016).
2.5.3.2 Penyakit Penyakit Tidak Menular
2.5.3.2.1 Demam Berdarah Dengue (DBD)
Pada tahun 2016, dilaporkan bahwa jumlah seluruh
kasus DBD di Sumatera Utara sebanyak 8.715 kasus
dengan angka kesakitan atau Insidance Rate (IR)
sebesar 63,3/100.000 penduduk, sedangkan angka
kematian atau Case Fatality Rate (CFR) sebesar 0,69%.
Bila dibandingkan dengan tahun 2015, maka terdapat
peningkatan angka kasus DBD yang signifkan sebesar
21,9/100.000 penduduk. Namun terdapat penurunan
angka kematian (CFR) DBD sebesar 0,1%. Berikut ini
akan disajikan angka kasus dan angka kematian DBD
dalam 7 (tujuh) tahun terakhir dari tahun 2010-2016
(Profil Dinkes Prov. Sumut, 2016)

Grafik 2.5.3.2.1.1 Angka Kasus (IR) dan Angka Kematian (CFR) DBD di
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2016

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Profil Dinkes Provinsi


Sumatera Utara).

Jumlah kasus tertinggi DBD terjadi di Kota Medan


yakni sebanyak 1.784 kasus dengan CFR 0,62%.
Berturut-turut antara lain Kabupaten Deli Serdang
sebanyak 1.144 kasus dengan CFR 0,17% dan
Simalungun sebanyak 1.071 kasus dengan CFR 0%.
Dan secara historis dalam kurun waktu beberapa tahun
wilayah Sumatera Utara seluruhya pernah melaporkan
adanya DBD di wilayahnya, namun pada tahun 2016
terdapat 3 (tiga) Kabupaten yang melaporkan tidak ada
(nol kasus) kasus DBD, yaitu Kabupaten Nias Selatan,
Humbang Hasundutan dan Mandailing Natal(Profil
Dinkes Prov. Sumut, 2016).
Bila dibandingkan dengan angka indikator
keberhasilan program dalam menekan laju penyebaran
DBD, yaitu Insidens Rate DBD adalah sebesar
51/100.000 penduduk maka angka persebaran kasus
DBD Sumatera Utara masih diatas indikator tersebut
(Profil Dinkes Prov. Sumut, 2016).
Disisi lain, Case Fatality Rate (CFR) tahun 2016
sebesar 0,69% telah relatif rendah dan sudah mampu
mencapai target nasional yaitu <1% mengindikasikan
adanya peningkatkan kesadaran masyarakat akan
bahaya DBD, peningkatan sistem kewaspadaan dini
DBD dan kesiapan pelayanan kesehatan untuk merawat
dan penyembuhan penderita. Penyebaran kasus DBD
per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara tahun
2016 (Profil Dinkes Prov. Sumut, 2016).
2.5.3.2.2 Filariasis
Pada tahun 2016 jumlah kasus baru filariasis
dilaporkan sebanyak 30 kasus baru dan jumlah ini
mengalami penurunan dari tahun 2015 (44 kasus).
Sehingga total jumlah kasus filariasis yang tercata
sampai dengan tahun 2016 adalah sebanyak 148 kasus
dan angka kesakitan penduduk akibat filariasis
dikonfersikan sebesar 1,08/100.000 penduduk (Profil
Dinkes Prov. Sumut, 2016).
2.5.4 Status Gizi Masyarakat
Provinsi Sumatera Utara memiliki 4 (empat) masalah gizi utama, yaitu
masalah gizi makro, khususnya Balita dengan Kurang Energi Protein
(KEP) yang ditandai dengan balita gizi kurang dan balita gizi buruk,
masalah gizi mikro terutama Kurang Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi
(AGB) dan Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) (Profil Dinkes
Prov. Sumut, 2016).
2.5.4.1 Balita dengan KEP (Balita Gizi Kurang & Buruk)
Berdasarkan data pada Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun
2016, dari 1.099.868 balita yang timbang diketahui tercatat 15.245
balita (1,39%) yang berat badannya masih dibawah garis merah
(BGM), sedangkan yang menderita gizi buruk ada diidentifikasi
sebanyak 1.424 balita (0,13%) dari total penderita gizi kurang.
Maka bila dibandingkan dengan data gizi buruk tahun 2015 yakni
sebanyak 1.279 kasus (0,10%) maka dalam hal ini terdapat
peningkatan kasus Gizi Buruk sebesar 0,03 % (Profil Dinkes Prov.
Sumut, 2016).
2.5.4.2 Anemia Gizi Besi (AGB)
Salah satu upaya yang dilakukan untuk menurunkan prevalensi
anemia adalah dengan pemberian tablet besi (Fe) sebanyak 90
tablet selama masa kehamilan. Cakupan ibu hamil yang mendapat
90 tablet besi di Sumatera Utara pada tahun 2015 sebesar 80,13%.
Bila dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 80,82%, ada
penurunan sebesar 0,69%. Walaupun mengalami penurunan angka
cakupan pemberian tablet besi ini sudah mampu mencapai target
nasional yaitu 80% (Profil Dinkes Prov. Sumut, 2016).
2.5.4.3 Kurang Vitamin A (KVA)
Cakupan pemberian vitamin A pada balita di Provinsi Sumatera
Utara dalam enam tahun terakhir atau sejak tahun 2011 cenderung
mengalami peningkatan dan hingga tahun 2016 presentasi
KVAadalah sebesar 85,91% yang berarti telah di atas target
nasional yang ditetapkan yakni sebesar 80% (Profil Dinkes Prov.
Sumut, 2016).
Grafik 2.5.4.3.1 Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Balita di Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2011–2016

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Profil Dinkes Provinsi


Sumatera Utara.

Berikut ini akan disajikan persentase pemberian kapsul vitamin


A pada balita per Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2016.

Grafik 2.5.4.3.2 Persentase Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Balita


Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2016
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, 2016. (Profil Dinkes Provinsi
Sumatera Utara).
Dari grafik diatas terlihat bahwa dari 33 Kabupaten/Kota yang
menyediakan pelayanan pemberian kapsul vitamin A pada anak
balita telah terdapat 23 Kabupaten/Kota yang mampu mencapai
target ≥ 80% sementara itu masih terdapat 8 Kabupaten/Kota di
Sumatera Utara yang memperoleh cakupan kurang dari 80% serta 2
Kabupaten/Kota yaitu Binjai & Nias Selatan tidak menyampaikan
laporan (Profil Dinkes Prov. Sumut, 2016).
2.5.4.4 Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY)
Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 diketahui bahwa hampir 90%
rumah tangga di Sumatera Utara telah mengkonsumsi garam yang
mengandung cukup yodium. Konsumsi garam mengandung cukup
iodium merupakan upaya prevalensi penderita GAKY yang antara
lain dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit gondok,
sekaligus berpotensi menurunkan imunitas terhadap berbagai
serangan penyakit infeksi pada orang-orang yang kekurangan zat
yodium yang sering diperoleh dengan mengkonsumsi garam (Profil
Dinkes Prov. Sumut, 2016).
BAB III
STRUKTUR ORGANISASI DAN PROGRAM DINAS KESEHATAN
PROVINSI SUMATERA UTARA

3.1 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara


Berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor : 49/2017
Tentang Tugas, Fungsi Dan Uraian Tugas Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara, struktur organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara sebagai berikut :
1. Kepala Dinas
2. Sekretaris
2.1. Sub Bagian Umum
2.2. Sub Bagian Keuangan
2.3. Sub Bagian Program
3. Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat
3.1. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
3.2. Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat
3.3. Seksi Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja
4. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
4.1. Seksi Surveilans dan Imunisasi
4.2. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
4.3. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
5. Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan
5.1. Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional
5.2. Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan
5.3. Seksi Akreditasi dan Jaminan Kesehatan

6. Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan


6.1. Seksi Kefarmasian
6.2. Seksi Alat Kesehatan dan PKRT
6.3. Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan
7. Unit Pelaksana Teknis Dinas
7.1. UPT Rumah Sakit Kesehatan Mata Masyarakat
7.2. UPT Rumah Sakit Kesehatan Paru Masyarakat
7.3. UPT Laboratorium Kesehatan Daerah
7.4. UPT Pelatihan Kesehatan
7.5. UPT Rumah Sakit Indrapura
7.6. UPT Rumah Sakit Kusta Lausimomo
7.7. UPT Pelayanan Ambulan dan Pengaduan Masyarakat
8. Kelompok Jabatan Fungsional
9. Tata Kerja
3.1.1 Kepala Dinas
Kepala Dinas Mempunyai Fungsi:
1. Penyelenggaraan perumusan kebijakan upaya kesehatan, sumber daya
kesehatan sediaan farmasi, alat kesehatan, makanan minuman,
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan sesuai dengan bidang
ruang lingkup.
2. Penyelenggaraan kebijakan upaya kesehatan, sumber daya kesehatan,
sumber daya kesehatan sediaan farmasi, alat kesehatan, makanan
minuman, pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan sesuai dengan
bidang ruang lingkup.
3. Penyelenggaraan monitoring, evaluasi dan pelaporan upaya kesehatan,
sumber daya kesehatan, sumber daya kesehatan sediaan farmasi, alat
kesehatan, makanan minuman, pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan sesuai dengan bidang ruang lingkup.
4. Penyelenggaraan administrasi upaya kesehatan, sumber daya
kesehatan, sumber daya kesehatan sediaan farmasi, alat kesehatan,
makanan minuman, pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
sesuai dengan bidang ruang lingkup.
5. Penyelenggaraan fungsi lain yang diberikan oleh Gubernur terkait
dengan tugas dan fungsinya.
Kepala Dinas Mempunyai Uraian Tugas:
1. Menyelenggarakan perumusan, penyusunan dan penyempurnaan,
penetapan, pengaturan, pembinaan, pengkoordinasian, pelaksanaan,
pengendalian, fasilitasi, advokasi, pengawasan dan evaluasi kebijakan
teknis pembangunan kesehatan tingkat Provinsi di bidang kesehatan
masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit pelayanan
kesehatan, serta sumber daya kesehatan tingkat Provinsi.
2. Menyelenggarakan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
pengendalian, dan pembinaan pembangunan kesehatan jangka
menengah dan Tahunan tingkat Provinsi sinkronisasi perencanaan
pembangunan kesehatan Kabupaten atau Kota terhadap perencanaan
pembangunan kesehatan tingkat Provinsi.
3. Menyelenggarakan koordinasi lintas sektor, lintas program dan kerja
sama kemitraan dengan pihak terkait dalam pembangunan kesehatan
tingkat Provinsi.
4. Menyelenggarakan pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan
fasilitasi peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian
Kabupaten/Kota dalam penanganan urusan pembangunan kesehatan di
Kabupaten/Kota.
5. Menyelenggarakan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan
fungsi jabatan struktural dan jabatan fungsional, serta standar teknis
tata hubungan kerja organisasi dan indikator k inerja dinas.
6. Menyelenggaraan penataan pembinaan dan pengkoordinasian Dinas
dan Unit Pelaksana Teknis Dinas.
7. Menyelenggaraan pelayanan administrasi interna dan eksternal dinas
dan pelaksanaan penegakkan hukum – hukum kesehatan.
8. Menyelenggaraan pembinaan, peningkatan partisipasi dan
pemberdayaan kesehatan masyarakat, lembaga non pemerintah dan
swasta dalam pengelolaan dan pembangunan kesehatan tingkat
Provinsi.
9. Menyelenggaraan penetapan program kerja dan rencana kerja dinas.
10. Menyelenggaraan pengendalian Tugas dan Fungsi Dinas serta
pengkoordinasian penyusunan tugas-tugas teknik.
11. Menyelenggaraan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur melalui
Sekretaris Daerah sesuai bidang tugas dan fungsinya.
12. Menyelenggaraan pemberian masukan yang perlu kepada Gubernur
melalui Sekretaris Daerah sesuai bidang tugas dan fungsinya.
13. Menyelenggaraan pelaporan dan pertanggung jawaban atas
pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada Gubernur melalui Sekretaris
Daerah, sesuai ketentuan yang ditetapkan.
3.1.2 Sekretaris
Sekretaris Mempunyai Tugas:

Sekretariat mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam


penyelenggaraan urusan koordinasi, pelaksanaan dan pemberian dukungan
administrasi, keuangan dan program.

Sekretariat Menyelenggarakan Fungsi :


1. Penyelenggaraan rumusan kebijakan operasional tugas administrasi di
lingkungan Dinas Kesehatan Daerah Provinsi.
2. Penyelenggaraan koordinasi pelaksanaan tugas dan pemberian
dukungan administrasi kepada semua unsur organisasi di lingkungan
Dinas Kesehatan Daerah.
3. Penyelenggaraan pemantauan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
tugas administrasi di lingkungan Dinas Kesehatan Daerah.
4. Penyelenggaraan pengelolaan aset yang menjadi tanggung jawab
Dinas Kesehatan Provinsi.
5. Penyelenggaraan inventarisasi, pembinaan, pengendalian,
pengawasan, evalusasi, koordinasi, advokasi, dan penegakkan sanksi,
terhadap penyusunan, penyempurnaan, dan penerapan/pelaksanaan
pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, tatalaksana,
Standard Operating Procedure (SOP), kebijakan, regulasi,
perda/ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan lainnya dalam
penanganan urusan kesekretariatan.
6. Penyelenggaraan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan
fungsi jabatan struktural dan staf, serta standar teknis tata hubungan
kerja organisasi dan indikator kinerja kesekretariatan.
7. Penyelenggaraan melakukan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-
kajian dan studi ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan
kesehatan terkait dalam penanganan urusan kesekretariatan dan
pengintegrasian sistem teknologi informasi dalam penanganan urusan
kesekretariatan.
8. Penyelenggaraan pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan
fasilitas peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian
kabupaten/Kota dalam penanganan urusan kesekretariatan.
9. Penyelenggaraan penyusunan perencanaan jangka menengah
(Rencana Strategis) dan rencana kerja tahunan (Renja), serta
koordinasi penyusunan program, anggaran, penyediaan data,
informasi dan sinkronisasi perencanaan Kabupaten/Kota terhadap
perencanaan tingkat Provinsi dalam penanganan urusan
kesekretariatan.
10. Penyelenggaraan koordinasi seluruh kegiatan bidang-bidang Dinas
dan Unit Pelaksana Teknis.
11. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas, sesuai
bidang tugas dan fungsinya dan pemberian masukan yang perlu
kepada Kepala Dinas sesuai bidang tugas dan fungsinya.
12. Penyelenggaraan pelaporan dan pertanggung jawaban atas
pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada Kepala Dinas, sesuai standar
yang ditetapkan.
Sekretaris Mempunyai Uraian Tugas :
1. Menyelenggarakan koordinasi, pelaksanaan dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan dinas.
2. Menyelenggarakan pengelolaan administrasi umum perkantoran dan
rumah tangga dinas, manajemen organisasi dan hukum/hukum
kesehatan.
3. Menyelenggarakan penatausahaan, pelembagaan, pengorganisasian
dan penatalaksanaan.
4. Menyelenggarakan pengelolaan dan pembinaan naskah dinas,
pertelekomunikasian dan persandian.
5. Menyelenggarakan penataan dan pemeliharaan perlengkapan kantor,
peralatan dinas dan inventaris rumah tangga dinas.
6. Menyelenggarakan penyusunan dan penataan standar tata hubungan
kerja dan standar mekanisme koordinasi antar unit dinas.
7. Menyelenggarakan penyusunan bahan rancangan/tata konsep,
dokumentasi peraturan perundang-undangan dan pengelolaan
perpustakaan.
8. Menyelenggarakan pengelolaan hubungan kemasyarakatan, informasi
publik dan perkantoran.
9. Menyelenggarakan fasilitasi pelayanan umum, pelayanan minimal,
pengaturan keamanan dan kenyamanan kantor.
10. Menyelenggarakan pengelolaan tertib administrasi kepegawaian.
11. Menyelenggarakan pengkoordinasian dan pembinaan jabatan
fungsional.
12. Menyelenggarakan pengelolaan dan pembinaan keuangan dan
perbendaharaan.
13. Menyelenggarakan pengelolaan akuntansi, verifikasi, ganti rugi dan
tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan.
14. Menyelenggarakan pengelolaan sarana dan prasarana perlengkapan
dan aset dinas.
15. Menyelenggarakan pengkoordinasian penyusunan program, anggaran
dan pelaporan dinas.
16. Menyelenggarakan pengkajian anggaran belanja dan pengendalian
administrasi anggaran belanja.
17. Menyelenggarakan pengkajian, pemetaan dan evaluasi peruntukan
anggaran belanja dan aset dinas serta melaksanakan penghitungan
belanja kesehatan dari seluruh sumber pembiayaan dan dari seluruh
sektor terkait kesehatan tingkat Provinsi.
18. Menyelenggarakan koordinasi penyusunan rencana kerja sekretariat,
bidang-bidang dan unit pelaksana teknis dinas.
19. Menyelenggarakan pengkajian dan koordinasi perencanaan program
bidang sekretariat dan unit pelaksana teknik dinas.
20. Menyelenggarakan penyusunan perencanaan tahunan dan perencanaan
jangka menengah, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP), Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) dan
Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) Dinas.
21. Menyelenggarakan pengkoordinasian pelaporan, monitoring dan
evaluasi kegiatan sekretariat dan bidang-bidang serta unit pelaksana
teknis dinas.
22. Menyelenggarakan koordinasi penyusunan program, anggaran,
penyediaan data, informasi dan sinkronisasi perencanan
Kabupaten/Kota terhadap perencanaan tingkat Provinsi.
23. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan kesehatan yang
mendukung perumusan kebijakan Provinsi dan melaksanakan Survei
Kesehatan Daerah (Surkesda).
24. Menyelenggarakan pemantauan dan pemanfaatan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK) Kesehatan.
25. Menyelenggarakan penyelenggaraan kerjasama luar negeri dan
melaksanakan peningkatan pengawasan dan akuntabilitas.
26. Menyelenggarakan penyelenggaraan sistem informasi kesehatan.
27. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait, mengatur
rapat-rapat internal dinas dan melaksanakan telaah staf sebagai bahan
pertimbangan pengambilan kebijakan.
3.1.3 Bidang Kesehatan Masyarakat
Bidang kesehatan masyarakat mempunyai tugas membantu Kepala
Dinas dalam menangani urusan yang meliputi urusan peningkatan upaya
kesehatan masyarakat, kesehatan keluarga, gizi masyarakat dan gizi
keluarga, promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat, kesehatan
lingkungan dan kesehatan kerja dan olahraga tingkat Provinsi.

Bidang Kesehatan Masyarakat Menyelenggarakan Fungsi:


a. Penyelenggaraan inventarisasi, pembinaan, pengendalian,
pengawasan, evaluasi, koordinasi, advokasi, dan penegakan sanksi,
terhadap penyusunan, penyempurnaan dan penerapan/pelaksanaan
pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, tatalaksana, standar,
Standard Operating Procedure (SOP), kebijakan, regulasi,
perda/ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan lainnya dalam
penanganan urusan bidangnya.
b. Penyelenggaraan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan
fungsi jabatan struktural dan staf, standar teknis tata kerja organisasi
dan indikator kinerja bidangnya.
c. Penyelenggaraan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan
studi ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan terkait
urusan bidangnya dan pengintegrasian sistem teknologi informasi
dalam penanganan urusan bidangnya berbasis sistem informasi
kesehatan.
d. Penyelenggaraan pembinaan, koordianasi, pengawasan, evaluasi, dan
fasilitas peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian
Kabupaten/Kota dalam penanganan urusan bidangnya.
e. Penyelenggaraan penyusunan perencanaan jangka menengah dan
rencana tahunan, dan koordinasi penyusunan program, anggaran,
penyediaan data, informasi dan mensinkronisasikan perencanaan
Kabupaten/Kota terhadap perencanaan tingkat Provinsi dalam
penanganan urusan bidangnya.
f. Penyelenggaraan pembinaan pegawai pada lingkup bidangnya dan
penyelenggaraan arahan dan bimbingan kepada pejabat struktural di
bidangnya.
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai dengan
bidang tugas dan fungsinya serta pemberian masukan yang perlu
kepada Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
h. Pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya
kepada Kepala Dinas sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Mempunyai Uraian Tugas:
a. Menyelenggarakan upaya-upaya kesehatan masyarakat dan
kesehatan keluarga, upaya peningkatan kesehatan gizi masyarakat
dan gizi keluarga, serta pengendalian dan penanggulangan penyakit
akibat kekurangan dan kelebihan gizi, penanganan kesehatan usia
lanjut, dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat tingkat
Provinsi.
b. Menyelenggarakan upaya-upaya peningkatan mutu manajemen Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) berbasis pencegahan penyakit,
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang terintegrasi
dengan sistem informasi kesehatan tingkat Provinsi.
c. Menyelenggarakan promosi Kesehatan Masyarakat dengan
menggunakan metode, sarana dan teknologi promosi kesehatan, dan
pengembangan unit khusus promosi kesehatan berbasis teknologi
informasi dan media yang terintegrasi dengan sistem informasi
kesehatan.
d. Menyelenggarakan upaya peningkatan partisipasi masyarakat dan
pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan serta
peningkatan upaya fasilitas, advokasi dan pendampingan
masyarakat, pengembangan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
(UKBM), Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) tingkat Provinsi.
e. Menyelenggarakan upaya-upaya peningkatan kesehatan lingkungan,
sanitasi dasar, pencegahan dan penanggulangan pencemaran,
penyehatan tempat-tempat umum, penyehatan kawasan dan sanitasi
darurat, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), sanitasi
makanan dan bahan pangan serta pengamanan limbah tingkat
Provinsi.
f. Menyelenggarakan upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit
dan kecelakaan akibat kerja, pengawasan kualitas lingkungan kerja
dan industri, penyehatan kawasan kerja dan industri, dan penanganan
kesehatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI), serta pengembangan
kesehatan olahraga tingkat Provinsi.
g. Menyelenggarakan pembinaan, pengendalian, pengawasan dan
peningkatan mutu manajemen institusi kesehatan pemerintah dan
swasta terkait dengan upaya-upaya kesehatan masyarakat, sesuai
dengan standar mutu manajemen yang ditetapkan.
h. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait.
i. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan bidang tugasnya.
3.1.4 Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Bidang pencegahan dan pengendalian penyakit mempunyai tugas
membantu Kepala Dinas dalam menangani urusan yang meliputi urusan
penyelenggaraan pencegahan dan pengendalian penyakit, surveilans
epidemiologi, kekarantinaan kesehatan, kesehatan matra dan haji,
penangggulangan dan/atau penyelidikan Kejadian Luar Biasa (KLB),
wabah dan bencana, imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit
menular, penyakit menular vektor, penyakit zoonotic, penyakit tidak
menular, upaya kesehatan jiwa, penyalahgunaan Narkotika, Psikotoprika,
dan Zat Aditif lainnya (NAPZA) dalam peningkatan derajat kesehatan
masyarakat tingkat Provinsi.
Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menyelenggarakan
Fungsi:
a. Penyelenggaraan pembinaan, pengendalian, pengawasan, evaluasi,
koordinasi, advokasi, inventarisasi dan penegakan sanksi, terhadap
penyusunan, penyempurnaan dan penerapan/pelaksanaan pedoman,
petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, tatalaksana, standar, Standard
Operating Procedure (SOP), kebijakan, regulasi, perda/ranperda,
norma, kriteria ataupun ketentuan lainnya dalam penanganan urusan
bidangnya.
b. Penyelenggaraan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan
fungsi jabatan struktural dan staf, standar teknis tata hubungan kerja
organisasi dan indikator kinerja bidangnya.
c. Penyelenggaraan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan
studi ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan terkait
urusan bidangnya dan pengintegrasian sistem teknologi informasi
dalam penanganan urusan bidangnya.
d. Penyelenggaraan pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan
fasilitasi peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian
Kabupaten/Kota dalam penanganan urusan bidangnya.
e. Penyelenggaraan penyusunan perencanaan jangka menengah dan
rencana tahunan, dan koordinasi penyusunan program, anggaran,
penyediaan data, informasi dan mensinkronisasikan perencanaan
Kabupaten/Kota terhadap perencanaan tingkat Provinsi dalam
penanganan urusan dibidangnya.
f. Penyelenggaraan pembinaan pegawai pada lingkup bidangnya dan
penyelenggaraan arahan dan bimbingan kepada pejabat struktural
dibidangnya.
g. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai
dengan bidang tugas dan fungsinya serta pemberian masukan yang
perlu kepada Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
h. Penyelenggaraan pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
tugas dan fungsinya kepada Kepala Dinas sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Mempunyai
Uraian Tugas:
a. Menyelenggarakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
Penyiapan bimbingan teknis dan supervise, pemantauan, evaluasi dan
pelaporan dalam urusan pelaksanaan surveilans epidemiologi,
kekarantinaan kesehatan, penanggulangan dan/atau penyelidikan
kejadian luar biasa (KLB), wabah, imunisasi, kesehatan haji,
pencegahan dan pengendalian penyakit menular, penyakit menular
vektor, penyakit zoonotic, penyakit tidak menular, upaya kesehatan
jiwa, penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Aditif lainnya
(NAPZA).
b. Menyelenggarakan upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit
yang menimbulkan epidemi.
c. Menyelenggarakan imunisasi dan pencapaian UCI (Universal Child
Immunization).
d. Menyelenggarakan surveilans epidemiologi dan penyelidikan kejadian
luar biasa.
e. Menyelenggarakan pengendalian wabah dan bencana yang meliputi
kesiapsiagaan, mitigasi dan kesiapsiagaan tanggap darurat dan
pemulihan.
f. Menyelenggarakan pengendalian operasional penanggulangan
masalah kesehatan akibat bencana dan wabah.
g. Menyelenggarakan upaya kesehatan matra.
h. Menyelenggarakan pengintegrasian teknologi informasi pencegahan
dan pengendalian penyakit berbasis sistem informasi kesehatan
terkordinasi dengan bidang-bidang kerja terkait.
i. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait.
j. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan bidang tugasnya.
Untuk melaksanakan tugas, fungsi, dan uraian tugas Kepala Bidang
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dibantu:
a. Seksi Surveilans dan Imunisasi.
b. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular.
c. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular.
Kepala Seksi Survailans Dan Imunisasi Mempunyai Uraian Tugas:
a. Melakukan urusan-urusan dalam ruang lingkup yang meliputi urusan
surveilans epidemiologi, penyakit infeksi emerging, kekarantinaan
kesehatan, kesehatan matra, penanggulangan dan penyelidikan
kejadian luar biasa (KLB), wabah dan bencana, imunisasi serta
penanganan kesehatan haji dalam peningkatan derajat kesehatan
masyarakat tingkat Provinsi.
b. Melaksanakan inventarisasi; pembinaan, pengendalian, pengawasan,
evaluasi, koordinasi, advokasi, dan penegakan sanksi, terhadap
penerapan/pelaksanaan Pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk
teknis, tata laksana, standar, Standard Operating Procedure (SOP),
kebijakan, regulasi, perda/ranperda, .norma, kriteria ataupun ketentuan
lainnya dalam penanganan urusan seksinya.
c. Melaksanakan pembinaan, koordinasi, pengawasan dan evaluasi dalam
penyempumaan dan penyusunan Pedoman, petunjuk peleksanaan,
petunjuk teknis, tata laksana, standar, Standard Operating Procedure
(SOP), kebijakan, regulasi, perda/ranperda, norma, kriteria ataupun
ketentuan lainnya dalam penanganan urusan seksinya.
d. Melaksanakan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan fungsi
staf, standar teknis tata hubungan kerja organisasi dan indikator kinerja
seksinya.
e. Melaksanakan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan studi
ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan terkait
dalarn penanganan urusan seksinya.
f. Pelaksanaan pengintegrasian teknologi informasi surveilans dan
imunisasi berbasis -sistem informasi kesehatan terkoordinasi dengan
bidang-bidang kerja terkait lainnya.
g. Melaksanakan pembinaan koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan
fasilitasi. peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian
Kabupaten/Kota dalam penanganan urusan seksinya.
h. Melaksanakan penyusunan perencanaan jangka menengah dan rencana
tahunan, dan koordinasi penyusunan program, anggaran, penyediaan
data, informasi dan mensinkronisasikan perencanaan Kabupaten/Kota
terhadap perencanaan tingkat Provinsi dalam penanganan urusan
seksinya.
i. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai dengan
bidang tugas dan fungsinya.
j. Pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
k. Pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas kepada Kepala
Bidang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

Kepala Seksi Pencegahan dam Pengendalian Penyakit Menular


mempunyai uraian tugas :
a. Melaksanakan urusan-urusan dalam ruang lingkup yang meliputi
urusan pengendalian, pencegahan dan pengendalian penyakit
menular langsung, penyakit menular vektor, penyakit zoonotik dalam
peningkatan derajat kesehatan masyarakat tingkat Provinsi.
b. Melaksanakan inventarisasi, pembinaan, pengendalian, pengawasan,
evaluasi, koordinasi, advokasi, dan penegakan sanksi, terhadap
penerapan/pelaksanaan Pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk
teknis, tata laksana, standar, Standard Operating Procedure (SOP),
kebijakan, regulasi, perda/ ranperda, norma, kriteria ataupun
ketentuan lainnya dalam penangganan urusan seksinya.
c. Melaksanakan pembinaan, koordinasi, pengawasan dan evaluasi
dalam penyempurnaan dan penyusunan Pedoman, petunjuk
pelaksanaan, petunjuk teknis, tata laksana, standar, Standard
Operating Procedure (SOP), kebijakan, regulasi, perda/ranperda,
norma, kriteria ataupun ketentuan lainnya dalam penanganan urusan
seksinya.
d. Melaksanakan penyusunan, penyempumaan dam pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan
fungsi staf, standar teknis tam hubungan kerja organisasi dan
indikator kinerja seksinya.
e. Melaksanekan analisis, pemetaan, penelitian, kajian - kajian dan
studi ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan
terkait dalam penanganan urusan seksinya.
f. Melaksanakan pengintegrasian teknologi informasi pencegahan dan
pengendalian penyakit menular berbasis sistem informasi kesehatan
terkordinasi dengan bidang –bidang kerja terkait lainnya.
g. Melaksanakan pembinaan, koordiansi, pengawasan, evaluasi, dan
fasilitasi peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian
Kabupaten/ Kota dalam penanganan urusan seksinya.
h. Melaksanakan penyusunan perencanaan jangka menengah dan
rencana tahunan, dan koordinasi penyusunan program, anggaran,
penyediaan data, informasi dan mensinkronisasikan perencanaan
Kabupaten/Kota terhadap perencanaan tingkat Provinsi dalam
penanganan urusan seksinya.
i. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai
dengan bidang tugas dan fungsinya.
j. Pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Bidang seauai
dengan tugas dan fungsinya.
k. Pelaporan penanggungjawaban atas pelaksanaan tugas kepada
Kepala Bidang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
mempunyai uraian tugas:
a. Melaksanakan urusan-urusan dalam ruang lingkup yang meliputi
urusan pengendalian, pencegahan dan penanggulangan penyakit
tidak menular. upaya kesehatan jiwa. penyalahgunaan Narkotika,
Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) delam peningkatan
derajat kesehatan masyarakat tingkat Provinsi.
b. Melaksanakan inventarisasi, pembinaan, pengendalian, pengawasan,
evaluasi, koordinasi, advokasi, dan penegakan sanksi, terhadap
penerapan/pelaksanaan Pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk
teknis, tata laksana, stander, Standard Operating Procedure (SOP),
kebijakan, regulasi, perda/ranperda, norma, kriteria ataupun
ketentuan lainnya dalam penanganan urusan seksinya.
c. Melaksanakan pembinaan, koordinasi, pengawasan dan evaluasi
dalam penyempurnaan dan penyususnan Pedoman, petunjuk
pelaksanaan, petunjuk teknis, tata laksana, standar, Standard
Operating Procedure (SOP), kebijakan, regulaSi, perda/ranperda,
norma, kriteria ataupun ketentuan lainnya dalam penanganan urusan
seksinya.
d. Melaksanakan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/ pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan
fungsi staf, standar teknis tata hubungan kerja organisasi dan
indikator kinerja seksinya.
e. Melaksanakan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan studi
ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan terkait
dalam penanganan urusan seksinya.
f. Melaksanakan pengintegrasian teknologi informasi pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa berbasis
sistem informasi kesehatan terkoordinasi dengan bidang-bidang
kerja terkait lainnya.
g. Melaksanakan pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan
fasilitasi peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian
Kabupaten/Kota dalam penanganan urusan seksinya.
h. Melaksanakan penyusunan perencanaan jangka menengah dan
rencana tahunan, dan koordinasi penyusunan program, anggaran,
penyediaan data, informasi dan mensinkronisasikan perencanaan
Kabupaten/Kota terhadap perencanaan tingkat Provinsi dalam
penanganan urusan seksinya.
i. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai
dengan bidang tugas dan fungsinya.
j. Melaksanakan pemberian masukan yang perlu kepada Kepala
Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.
k. Melaksanakan pelaporan pertanggung jawaban atas pelaksanaan
tugas kepada Kepala Bidang sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan.
3.1.5 Bidang Pelayanan Kesehatan
Bidang Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas membantu Kepala
Dinas dalam menangani urusan yang meliputi pelayanan kesehatan primer,
pelayanan kesehatan tradisional, pelayanan kesehatan rujukan dan
akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan.
Bidang Pelayanan Kesehatan Menyelenggarakan Fungsi:
a. Penyelenggaraan inventarisasi, pembinaan, pengendalian,
pengawasan, evaluasi, koordinasi, advokasi dan penegakan sanksi,
terhadap penyusunan, penyempurnaan dan penerapan/pelaksanaan
pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, tatalaksana, standar,
Standard Operating Procedure (SOP), kebijakan, regulasi,
perda/ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan lainnya dalam
penanganan urusan bidangnya.
b. Penyelenggaraan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan
fungsi jabatan struktural dan staf, standar teknis tata hubungan kerja
organisasi dan indikator kinerja bidangnya.
c. Penyelenggaraan pembinaan, pengendalian, pengawasan, dan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta sesuai
dengan standar mutu yang ditetapkan.
d. Penyelenggaraan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan
studi ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan terkait
urusan bidangnya dan pengintegrasian sistem teknologi informasi
dalam penanganan urusan bidangnya.
e. Penyelenggaraan pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan
fasilitasi peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian
Kabupaten/Kota dalam penanganan urusan bidangnya.
f. Penyelenggaraan penyusunan perencanaan jangka menengah dan
rencana Tahunan, dan koordinasi penyusunan program, anggaran,
penyediaan data, informasi dan mensinkronisasikan perencanaan
Kabupaten/Kota terhadap perencanaan tingkat Provinsi dalam
penanganan urusan dibidangnya.
g. Penyelenggaraan pembinaan pegawai pada lingkup bidangnya dan
penyelenggaraan arahan dan bimbingan kepada pejabat struktural
dibidangnya.
h. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai
dengan bidang tugas dan fungsinya serta pemberian masukan yang
perlu kepada Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
i. Penyelenggaraan pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
tugas dan fungsinya kepada Kepala Dinas sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Mempunyai Uraian Tugas:
a. Menyelenggarakan urusan-urusan dalam ruang lingkup yang
meliputi urusan pelayanan kesehatan primer dan tradisional, serta
pemenuhan standar pelayanan kesehatan primer dan tradisional, serta
peningkatan pelayanan Sentra Pengembangan dan Penerapan
Pengobatan Tradisional (SP3T) tingkat Provinsi.
b. Menyelenggarakan urusan-urusan dalam ruang lingkup yang
meliputi pelayanan kesehatan mjukan/spesialistik, sistem rujukan,
dan pelayanan kesehatan rujukan perkotaan serta pemenuhan standar
pelayanan kesehatan rujukan tingkat Provinsi.
c. Menyelenggarakan urusan-urusan dalam ruang lingkup yang
meliputi akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan, dan rekomendasi
izin sarana kesehatan serta jaminan kesehatan berupa kepesertaan,
pemeliharaan kesehatan, pembiayaan kesehatan tingkat Provinsi.
d. Menyelenggarakan. inventarisasi, pembinaan, pengendalian,
pengawasan, evaluasi, koordinasi, advokasi, dan penegakan sanksi,
terhadap penyusunan, penyempumaan dan penerapan/pelaksanaan
pedoman, petunjuk pelaksaanaan, petunjuk teknis, tata laksana,
standar, Standard Operating Procedure (SOP), kebijakan, regulasi,
perda/ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan lainnya dalam
penanganan urusan bidangnya.
e. Menyelenggarakan penyusunan, penyempunaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan
fungsi jabatan struktural dan staf, standar teknis tata hubungan kerja
organisasi dan indikator kinerja bidangnya.
f. Menyelenggarakan pembinaan, pengendalian, pengawasan, dan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta sesuai
dengan standar mutu yang ditetapkan.
g. Menyelenggarakan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan
studi ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan
terkait bidangnya dan pengintegrasian sistem teknologi informasi
dalam penanganan urusan bidangnya.
h. Menyelenggarakan pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi,
dan fasilitasi peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian
Kabupaten/Kota dalam penanganan urusan bidangnya.
i. Menyelenggarakan pcnyusunan perencanaan jangka menengah dan
rencana tahunan, dan koordinasi penyusunan program, anggaran,
penyediaan data, informasi dan mensinkronisasikan perencanaan
Kabupaten/Kota terhadap perencanaan tingkat Provinsi dalam
penanganan urusan bidangnya.
j. Menyelenggarakan pembinaan pegawai pada lingkup bidangnya dan
penyelenggaraan arahan dan bimbingan kepada pejabat struktural di
bidangnya.
k. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai
dengan bidang tugas dan fungsinya serta pemberian masukan yang
perlu kepada Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
l. Menyelenggarakan pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
tugas dan fungsinya kepada Kepala Dinas sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan.
Untuk melaksanakan tugas, fungsi dan uraian tugas Kepala Bidang
Pelayanan Kesehatan dibantu:
a. Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional.
b. Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan.
c. Seksi Akreditasi Fasilitas Pelayanan Kcsehatan dan Jasminan
Kcsehatan.
Kepala Seksi Pelayanan Keschatan Primer dan Tradisional
mempunyai uraian tugas :
a. Melaksanakan urusan-urusan dalam ruang Iingkup yang meliputi
urusan pelayanan kesehatan primer dan tradisional, serta pemenuhan
standar pelayanan kesehatan primer dan tradisional, serta peningkatan
pelayanan Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan
Tradisional (SP3T) tingkat Provinsi.
b. Melaksanakan urusan-urusan dalam ruang lingkup yang meliputi
pelayanan kesehatan khusus berupa Kesehatan Perkotaan, Pos
Kesehatan Pesantren, kesehatan mata, kesehatan indera, kesehatan
gigi mulut, penunjang medik dan keperawatan, upaya kesehatan pada
daerah perbatasan, terpencil, rawan, kepulauan; dari kerjasama lintas
batas 3 kabupaten/ Kota Pelayanan kesehatan lainnya yang
membutuhkan kekhususan tertentu dan pemenuhan standar pelayanan
kesehatan khusus tingkat Provinsi.
c. Melaksanakan analisis, pemetaan, penelitian, kajian kajian dan studi
ilmiah manajemen pembangunan kesehatan dan kebijakan kesehatan
terkait dalam penanganan urusan seksinya.
d. Melaksanakan inventarisasi, pembinaan, pengendalian, pengawasan,
evaluasi, koordinasi, advokasi, dan penegakan sanksi, terhadap
penerapan/pelaksanaan Pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk
teknis, tata laksana, standar, Standar Operating Procedure (SOP),
kebijakan, regulasi, perda/ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan
lainya dalam penanganan urusan seksinya.
e. Melaksanakan pembinaan, koordinasi, pengawasan dan evaluasi
dalam penyempumaan dan penyusunan pedoman, petunjuk
pelaksanaan, petunjuk teknis, tata laksana, standar, Standard
Operating Procedure (SOP), kebijakan, regulasi, perda/ranperda,
norma, kriteria ataupun ketentuan lainnya dalam penanganan urusan
seksinya.
f. Melaksanakan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan
fungsi staf standar teknis tata hubungan kerja organisasi dan indikator
kinerja seksinya.
g. Melaksanakan pembinaan, pengendalian, pengawasan, dan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan primer pemerintah dan swasta
sesuai dengan standar mutu pelayanan yang ditetapkan.
h. Melaksanakan pengintegrasian sistem teknologi informasi dalam
penanganan urusan seksinya.
i. Melaksanakan pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan
fasilitasi peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian
Kabupaten/Kota dalam penanganan urusan seksinya.
j. Melaksanakan penyusunan perencanaan jangka menengah dan
rencana tahunan, dan koordinasi penyusunan program, anggaran,
penyediaan data, informasi dan mensinkronisasikan perencanaan
Kabupaten/Kota terhadap perencanaan tingkat Provinsi dalam
penanganan urusan seksinya.
k. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai dengan
bidang tugas dan fungsi seksinya.
l. Melaksanakan pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Bidang
sesuai dengan tugas dan fungsi seksinya.
m. Melaksanakan pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas
kepada Kepala Bidang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.
Kepala Seksi Pelayanan Kesehetain Rujukan mempunyai uraian
tugas:
a. Melaksanakan urusan-urusan dalam ruang lingkup yang meliputi
pelayanan kesehatan rujukan/spesialistik, sistem rujukan, pelayanan
kesehatan rujukan perKotaan; dan pemenuhan standar pelayanan
kesehatan rujukan tingkat Provinsi.
b. Melaksanakan inventarisasi, pembinaan, pengendalian, pengawasan,
evaluasi, koordinasi, advokasi, dan penegakan sanksi, terhadap
penerapan/pelaksanaan pedoman, petunjuk pelaksanaan, pctunjuk
teknis, tata laksana, standar, Standard Operating Procedure (SOP),
kebijakan, regulasi, perda/ ranperda, norma, kriteria ataupun
ketentuan lainnya dalam penanganan urusan seksinya.
c. Melaksanakan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan
fungsi staf, standar teknis tata hubungan kerja organisasi dan
indikator kinerja seksinya.
d. Melaksanakan pembinaan, pengendalian, pengawasan, peningkatan
mutu pelayanan kesehatan rujukan pemerintah dan swasta, serta
penilaian kinerja Rumah Sakit sesuai dengan standar mutu dan
kinerja yang ditetapkan.
e. Melaksanakan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan studi
ilmiah manajemen: pembangunan dan kebijakan kesehatan serta
rumah sakit tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota terkait dalam
penanganan urusan seksinya.
f. Melaksanakan pengintegrasian sistem teknologi informasi dalam
penanganan urusan seksinya.
g. Melaksanakan pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan
fasilitasi peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian
Kabupaten/Kota dalam penanganan urusan seksinya.
h. Melaksanakan penyusunan perencanaan jangka menengah dan
rencana tahunan/e-planning, dan koordinasi penyusunan program,
anggaran, penyediaan data informasi dan mensinkronisasikan
perencanaan Kabupaten/Kota dan perencanaan Rumah Sakit
Provinsi dan Kabupaten/Kota terhadap perencanaan tingkat Provinsi
dalam penanganan urusan seksinya.
i. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai
dengan bidang tugas dan fungsi seksinya.
j. Melaksanakan pemberian masukan yang perlu kepada Kepala
Bidang sesuai dengan tugas dan fungsi seksinya.
k. Melaksanakan pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
tugas kepada Kepala Bidang sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan.
Kepala Seksi Akreditasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Jaminan
Kesehatan mempunyai uraian tugas:
a. Melaksanakan urusan-urusan dalam ruang Iingkup yang meliputi
akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan, dan rekomendasi izin sarana
kesehatan serta jaminan kesehatan berupa kepesertaan, pemeliharaan
kesehatan, pembiayaan kesehatan tingkat Provinsi.
b. Melaksanakan inventarisasi, pembinaan, pengendalian, pengawasan,
evaluasi, koordinasi, advokasi, dan penegakan sanksi, terhadap
penerapan/pelaksanaan pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk
teknis, tata laksana, standar, Standard Operating Procedure (SOP),
kebijakan, regulasi, perda/ranperda, norma, kriteria ataupun
ketentuan lainnya dalam penanganan urusan seksinya.
c. Melaksanakan pembinaan, koordinasi, pengawasan dan evaluasi
dalam penyempumaan dan penyusunan pedoman, petunjuk
pelaksanaan, petunjuk teknis, tata laksana, standar, Standard
Operating Procedure (SOP), kebijakan, regulasi, perda/ranperda,
norma, kriteria ataupun ketentuan lainnya dalam penanganan urusan
seksinya.
d. Melaksanakan penyusunan, penyempumaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan
fungsi staf, standar teknis tata hubungan kerja organisasi dan
indikator kinerja seksinya.
e. Melaksanakan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan studi
ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan terkait
dalam penanganan urusan seksinya.
f. Melaksanakan pengintegrasian sistem teknologi informasi dalam
penanganan urusan seksinya.
g. Melaksanakan pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan
fasilitasi peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian
Kabupaten/Kota dalam penanganan urusan seksinya.
h. Melaksanakan penyusunan perencanaan jangka menengah dan
rencana tahunan, dan koordinasi penyusunan program, anggaran,
penyediaan data, informasi dan mensinkronisasikan perencanaan
Kabupaten/Kota terhadap perencanaan tingkat Provinsi dalam
penanganan urusan seksinya.
i. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai
dengan bidang tugas dan fungsinya.
j. Pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
k. Pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas kepada
Kepala Bidang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.
3.1.6 Bidang Sumber Daya Kesehatan
Bidang Sumber Daya Kesehatan Mempunyai Tugas:
Membantu Kepala Dinas dalam menangani urusan yang meliputi
kefarmasian (obat, obat tradisional, bahan baku obat, industri kosmetika),
makanan dan minuman, sarana produksi sediaan farmasi berupa industri
farmasi, usaha kecil/mikro obat tradisional, industri bahan baku obat,
industri kosmetika, bahan obat narkotika, psikotropika, dan Zat Adiktif
(NAPZA), makanan dan minuman, sarana distribusi obat (pedagang besar
farmasi pusat dan cabang), pelaksanaan penyediaan dan pengolahan
bufferstock obat Provinsi, reagensia, vaksin dan ketersediaan obat dan
Bahan Medis Habis Pakai (BMHAP), melaksanakan penanganan urusan
pengolahan, pengendalian, dan pengawasan produksi, distribusi,
peredaran, pre-market dan post-market alat kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) di pasaran dan di fasilitas layanan
kesehatan dan Sumber Daya Manusia kesehatan tingkat Provinsi.
Bidang Sumber Daya Kesehatan Menyelenggarakan Fungsi :
1. Penyelenggaraan inventarisasi, pembinaan, pengendalian,
pengawasan, evaluasi, koordinasi, advokasi dan penegakkan sanksi,
terhadap penyusunan, penyempurnaan dan penerapan/pelaksanaan
pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, tatalaksana,
standar, Standard Operating Procedure (SOP), kebijakan, regulasi,
perda/ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan lainya dalam
penanganan urusan bidangnya.
2. Penyelenggaraan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan
fungsi jabatan struktural dan staf, standar teknis tata hubungan kerja
organisasi dan indikator kinerja bidangnya.
3. Penyelenggaraan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan
studi ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan
terkait urusan bidangnya.
4. Penyelenggaran pengintegrasian sistem teknologi informasi dalam
penanganan urusan bidangnya.
5. Penyelenggaraan pembinaan, koordinasi, pengawasan dan evaluasi,
dan fasilitasi peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian
Kabupaten/Kota dalam penanganan urusan bidangnya.
6. Penyelenggaraan penyusunan perencanaan jangka menengah dan
rencana tahunan, dan koordinasi penyusunan program, anggaran,
penyediaan data, informasi dan mengsinkronisasikan perencanan
Kabupaten/Kota terhadap perencanaan tingkat Provinsi dalam
penanganan urusan bidangnya.
7. Penyelenggaraan pembinaan pegawai pada lingkup bidangnya dan
penyelengaraan dan bimbingan kepada pejabat struktural
dibidangnya.
8. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai
dengan bidang tugas dan fungsinya dan pemberian masukan yang
perlu kepada Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
9. Penyelenggaraan pelaporan pertanggung jawaban atas pelaksanaan
tugas dan fungsinya kepada Kepala Dinas sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan.
Bidang Sumber Daya Kesehatan Mempunyai Uraian Tugas :
1. Menyelenggarakan penanganan urusan kefarmasian (obat, obat
tradisional, bahan baku obat, industri kosmetika), makanan dan
minuman, saran produksi sedian farmasi berupa industri farmasi,
usaha kecil/mikro obat tradisional, industri bahan baku obat, industri
kosmetika, bahan obat narkotika, psikotropika, dan Zat Adiktif
(NAPZA), makanan dan minuman, sarana distribusi obat (pedagang
besar farmasi pusat dan cabang) tingkat Provinsi.
2. Menyelenggarakan penyediaan dan pengolahan bufferstock obat
Provinsi, reagensia, vaksin dan ketersediaan obat dan Bahan Medis
Habis Pakai (BMHAP) tingkat Provinsi.
3. Menyelenggarakan penanganan urusan pengolahan, pengendalian,
dan pengawasan produksi, distribusi, peredaran, pre-market dan
post-market alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT) di pasaran dan di fasilitas layanan kesehatan tingkat
Provinsi.
4. Menyelenggarakan urusan-urusan dalam ruang lingkup perencanaan,
pendayagunaan, dan pengembangan sumber daya manusia
kesehatan, pengembangan pendidikan berjenjang, pendidikan
pelatihan kepemimpinan-manajerial, fungional dan teknis kesehatan,
serta kegiatan pengembangan sumber daya manusia kesehatan
lainnya.
5. Menyelenggarakan registrasi dan rekomendasi tenaga kesehatan
warga negara asing dan pemindahan tenaga kesehatan tertentu antar
Kabupaten/Kota, perberdayaan organisasi profesi tenaga kesehatan,
dan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dibidang kesehatan.
6. Menyelenggarakan pengintegrasian teknologi informasi pelayanan
kesehatan berbasis sistem informasi kesehatan terkoodinasi dengan
bidang-bidang terkait lainnya.
7. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait.
8. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan bidang tugasnya.
3.1.7 Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pada Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara
Berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor: 49 / 2017
Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara terdiri
dari:
3.1.7.1 UPT Rumah Sakit Khusus Mata
Mempunyai tugas membantu Kepala Dinas Kesehatan dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam urusan pelayanan
pengobatan, perawatan dan pemulihan kesehatan mata masyarakat
sesuai standar yang ditentukan, pemenuhan standar mutu fasilitas
penunjang medik dan keperawatan Rumah Sakit serta pembinaan,
pengendalian, pencegahan dan promosi kesehatan mata
masyarakat tingkat Provinsi.
3.1.7.2 UPT Rumah Sakit Khusus Mata Menyelenggarakan
Fungsi:
1. Penyelenggaraan inventarisasi, pembinaan, pengendalian,
pengawasan, evaluasi, koordinasi, advokasi, dan
penegakkan sanksi, terhadap penyusunan, penyempurnaan
dan penerapan/pelaksanaan pedoman, petunjuk
pelaksanaan, petunjuk teknis, tatalaksana, standar, Standard
Operating Procedure (SOP), kebijakan, regulasi,
perda/ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan lainya
dalam penanganan urusan UPT.
2. Penyelenggaraan pembinaan, koordinasi, pengawasan dan
evaluasi dalam penyempurnaan dan penyusunan pedoman,
petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, tatalaksana, standar,
Standard Operating Procedure (SOP), kebijakan, regulasi,
perda/ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan lainya
dalam penanganan urusan UPT.
3. Penyelenggaraan penyusunan, penyempurnaan dan
pengendalian penerapan/pelaksanaan dokumen teknis
rincian tugas pokok dan fungsi jabatan struktural dan staf,
standar teknis tata hubungan kerja organisasi dan indikator
kinerja UPT.
4. Penyelenggaraan pelayanan publik yang bersifat langsung
maupun tidak langsung sesuai standar mutu pelayanan yang
ditetapkan.
5. Penyelenggaraan analisis, pemetaan, penilitian, kajian-
kajian dan studi ilmiah manajemen pembangunan dan
kebijakan kesehatan terkait urusan UPT dan pengintegrasian
sistem teknologi informasi dalam penanganan urusan UPT
berbasis sistem informasi pelayanan dan kesehatan.
3.1.7.3 UPT Rumah Sakit Khusus Paru
Mempunyai tugas membantu Kepala Dinas Kesehatan dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam urusan pelayanan
pengobatan, perawatan dan pemulihan kesehatan paru masyarakat
sesuai standar yang ditentukan, pemenuhan standar mutu fasilitas
penunjang medik dan keperawatan Rumah Sakit serta pembinaan,
pengendalian, pencegahan dan promosi kesehatan paru masyarakat
tingkat Provinsi.
UPT Rumah Sakit Khusus Paru menyelenggarakan fungsi:
1. Penyelenggaraan inventarisasi, pembinaan, pengendalian,
pengawasan, evaluasi, koordinasi, advokasi dan penegakkan
sanksi, terhadap penyusunan, penyempurnaan dan
penerapan/pelaksanaan pedoman, petunjuk pelaksanaan,
petunjuk teknis, tatalaksana, standar, Standard Operating
Procedure (SOP), kebijakan, regulasi, perda/ranperda, norma,
kriteria ataupun ketentuan lainya dalam penanganan urusan
UPT.
2. Penyelenggaraan pembinaan, koordinasi, pengawasan dan
evaluasi dalam penyempurnaan dan penyusunan pedoman,
petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, tatalaksana, standar,
Standard Operating Procedure (SOP), kebijakan, regulasi,
perda/ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan lainya dalam
penanganan urusan UPT.
3. Penyelenggaraan penyusunan, penyempurnaan dan
pengendalian penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian
tugas pokok dan fungsi jabatan struktural dan staf, standar
teknis tata hubungan kerja organisasi dan indikator kinerja
UPT.
4. Penyelenggaraan pelayanan publik yang bersifat langsung
maupun tidak langsung sesuai standar mutu pelayanan yang
ditetapkan.
5. Penyelenggaraan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian
dan studi ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan
kesehatan terkait urusan UPT dan pengintegrasian sistem
teknologi informasi dalam penanganan urusan UPT berbasis
sistem informasi pelayanan dan kesehatan.
3.1.7.4 UPT Rumah Sakit Umum Kusta Lau Simomo
Mempunyai tugas membantu Kepala Dinas Kesehatan dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam urusan pelayanan
pengobatan, perawatan dan pemulihan kesehatan masyarakat secara
umum dan penyakit kusta secara khusus sesuai standar yang
ditentukan, pemenuhan standar mutu fasilitas penunjang medik dan
keperawatan rumah sakit serta pembinaan, pengendalian,
pencegahan dan promosi kesehatan terkait kusta tingkat Provinsi.
UPT Rumah Sakit Umum Kusta Lau Simomo
Menyelenggarakan Fungsi:
a. Penyelenggaraan inventarisasi, pembinaan, pengendalian,
pengawasan, evaluasi, koordinasi, advokasi dan penegakkan
sanksi, terhadap penyusunan, penyempurnaan dan
penerapan/pelaksanaan pedoman, petunjuk pelaksanaan,
petunjuk teknis, tatalaksana, standar, Standard Operating
Procedure (SOP), kebijakan, regulasi, perda/ranperda, norma,
kriteria ataupun ketentuan lainya dalam penanganan urusan
UPT.
b. Penyelenggaraan pembinaan, koordinasi, pengawasan dan
evaluasi dalam penyempurnaan dan penyusunan pedoman,
petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, tatalaksana, standar,
Standard Operating Procedure (SOP), kebijakan, regulasi,
perda/ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan lainnya
dalam penanganan urusan UPT.
c. Penyelenggaraan penyusunan, penyempurnaan dan
pengendalian penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian
tugas pokok dan fungsi jabatan struktural dan staf, standar
teknis tata hubungan kerja organisasi dan indikator kinerja
UPT.
d. Penyelenggaraan pelayanan publik yang bersifat langsung
maupun tidak langsung sesuai standar mutu pelayanan yang
ditetapkan.
e. Penyelenggaraan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian
dan studi ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan
kesehatan terkait urusan UPT dan pengintegrasian sistem
teknologi informasi dalam penanganan urusan UPT berbasis
sistem informasi pelayanan dan kesehatan.
3.1.7.5 UPT Laboratorium Kesehatan
Mempunyai tugas membantu Kepala Dinas Kesehatan dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam urusan pelayanan
dan pemeriksaan laboratorium kesehatan yang memenuhi sesuai
yang ditetapkan dan peningkatan kesehatan masyarakat berbasis
pembinaan, pengendalian, pencegahan dan promosi kesehatan
masyarakat tingkat Provinsi.
UPT Laboratorium Kesehatan Menyelenggarakan Fungsi :
1. Penyelenggaraan inventarisasi, pembinaan, pengendalian,
pengawasan, evaluasi, koordinasi, advokasi dan penegakkan
sanksi, terhadap penyusunan, penyempurnaan dan
penerapan/pelaksanaan pedoman, petunjuk pelaksanaan,
petunjuk teknis, tatalaksana, standar, Standard Operating
Procedure(SOP), kebijakan, regulasi, perda/ranperda, norma,
kriteria ataupun ketentuan lainya dalam penanganan urusan
UPT.
2. Penyelenggaraan pembinaan, koordinasi, pengawasan dan
evaluasi dalam penyempurnaan dan penyusunan pedoman,
petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, tatalaksana, standar,
Standard Operating Procedure (SOP), kebijakan, regulasi,
perda/ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan lainnya dalam
penanganan urusan UPT.
3. Penyelenggaraan penyusunan, penyempurnaan dan
pengendalian penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian
tugas pokok dan fungsi jabatan struktural dan staf, standar teknis
tata hubungan kerja organisasi dan indikator kinerja UPT.
4. Penyelenggaraan pendidikan, dan pelatihan kesehatan yang
bersifat langsung maupun tidak langsung sesuai standar mutu
pelayanan yang ditetapkan, terkait urusan UPT.
5. Penyelenggaraan analisis, pemetaan, penilitian, kajian-kajian
dan studi ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan
kesehatan terkait urusan UPT dan pengintegrasian sistem
teknologi informasi dalam penanganan urusan UPT berbasis
sistem informasi pelayanan dan kesehatan.
3.1.7.6 UPT Pelatihan Kesehatan
Mempunyai tugas membantu Kepala Dinas Kesehatan dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam urusan teknis,
pelatihan, kajian dan penelitian kesehatan tingkat Provinsi serta
mendukung bidang terkait pada Kabupaten/Kota terhadap
penyelenggaraan teknis, pelatihan, kajian dan penelitian kesehatan
yang memenuhi standar yang ditetapkan.

UPT Pelatihan Kesehatan Menyelenggarakan Fungsi :


1. Penyelenggaraan inventarisasi, pembinaan, pengendalian,
pengawasan, evaluasi, koordinasi, advokasi dan penegakkan
sanksi, terhadap penyusunan, penyempurnaan dan
penerapan/pelaksanaan pedoman, petunjuk pelaksanaan,
petunjuk teknis, tata laksana, standar, Standard Operating
Procedure (SOP), kebijakan, regulasi, perda/ranperda, norma,
kriteria ataupun ketentuan lainya dalam penanganan urusan
UPT.
2. Penyelenggaraan pembinaan, koordinasi, pengawasan dan
evaluasi dalam penyempurnaan dan penyusunan pedoman,
petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, tatalaksana, standar,
Standard Operating Procedure (SOP), kebijakan, regulasi,
perda/ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan lainya dalam
penanganan urusan UPT.
3. Penyelenggaraan penyusunan, penyempurnaan dan
pengendalian penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian
tugas pokok dan fungsi jabatan struktural dan staf, standar
teknis tata hubungan kerja organisasi dan indikator kinerja
UPT.
4. Penyelenggaraan teknis pelatihan kesehatan yang bersifat
langsung maupun tidak langsung yang melibatkan tenaga
kesehatan pemerintah, swasta dan unsur masyarakat lainya
sesuai standar mutu pelayanan yang ditetapkan.
5. Penyelenggaraan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian
dan studi ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan
kesehatan terkait urusan UPT dan pengintegrasian sistem
teknologi informasi dalam penanganan urusan UPT berbasis
sistem informasi pelayanan dan kesehatan.
3.1.7.7 UPT Pelayanan Ambulans
Mempunyai tugas membantu Kepala Dinas Kesehatan dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam urusan pelayanan
Ambulans, dan pengaduan masyarakat bidang kesehatan tingkat
Provinsi, serta mendukung bidang terkait pada Kabupaten/Kota.
UPT Pelayanan Ambulans Mempunyai Fungsi:
1. Penyelenggaraan inventarisasi, pembinaan, pengendalian,
pengawasan, evaluasi, koordinasi, advokasi dan penegakkan
sanksi, terhadap penyusunan, penyempurnaan dan
penerapan/pelaksanaan pedoman, petunjuk pelaksanaan,
petunjuk teknis, tata laksana, standar, Standard Operating
Procedure (SOP), kebijakan, regulasi, perda/ranperda, norma,
kriteria ataupun ketentuan lainya dalam penanganan urusan
UPT.
2. Penyelenggaraan pembinaan, koordinasi, pengawasan dan
evaluasi dalam penyempurnaan dan penyusunan pedoman,
petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, tatalaksana, standar,
Standard Operating Procedure (SOP), kebijakan, regulasi,
perda/ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan lainya dalam
penanganan urusan UPT.
3. Penyelenggaraan penyusunan, penyempurnaan dan
pengendalian penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian
tugas pokok dan fungsi jabatan struktural dan staf, standar
teknis tata hubungan kerja organisasi dan indikator kinerja
UPT.
4. Penyelenggaraan teknis pelatihan kesehatan yang bersifat
langsung maupun tidak langsung yang melibatkan tenaga
kesehatan pemerintah, swasta dan unsur masyarakat lainnya
sesuai standar mutu pelayanan yang ditetapkan.
5. Penyelenggaraan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian
dan studi ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan
kesehatan terkait urusan UPT dan pengintegrasian sistem
teknologi informasi dalam penanganan urusan UPT berbasis
sistem informasi pelayanan dan kesehatan.
3.1.7.8 UPT Rumah Sakit Indrapura
Mempunyai tugas membantu Kepala Dinas Kesehatan dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam pelayanan
pengobatan, perawatan, rehabilitasi dan pemulihan kesehatan
masyarakat sesuai standar yang ditentukan, pemenuhan standar
mutu fasilitas penunjang medik dan keperawatan Rumah Sakit.
UPT Rumah Sakit Indrapura Menyelenggarakan Fungsi :
1. Penyelenggaraan inventarisasi, pembinaan, pengendalian,
pengawasan, evaluasi, koordinasi, advokasi dan penegakkan
sanksi, terhadap penyusunan, penyempurnaan dan
penerapan/pelaksanaan pedoman, petunjuk pelaksanaan,
petunjuk teknis, tatalaksana, standar, Standard Operating
Procedure (SOP), kebijakan, regulasi, perda/ranperda, norma,
kriteria ataupun ketentuan lainnya dalam penanganan urusan
UPT.
2. Penyelenggaraan pembinaan, koordinasi, pengawasan dan
evaluasi dalam penyempurnaan dan penyusunan pedoman,
petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, tatalaksana, standar,
Standard Operating Procedure (SOP), kebijakan, regulasi,
perda/ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan lainya dalam
penanganan urusan UPT.
3. Penyelenggaraan penyusunan, penyempurnaan dan
pengendalian penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian
tugas pokok dan fungsi jabatan struktural dan staf, standar
teknis tata hubungan kerja organisasi dan indikator kinerja
UPT.
4. Penyelenggaraan pelayanan publik yang bersifat langsung
maupun tidak langsung sesuai standar mutu pelayanan yang
ditetapkan.
5. Penyelenggaraan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian
dan studi ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan
kesehatan terkait urusan UPT dan pengintegrasian sistem
teknologi informasi dalam penanganan urusan UPT berbasis
sistem informasi pelayanan dan kesehatan.
3.1.8 Kelompok Jabatan Fungsional
1. Pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, dapat dibentuk
Kelompok Jabatan Fungsional yang mempunyai tugas membantu dan
melaksanakan sebagian tugas dan fungsi dinas sesuai dengan keahlian
masing-masing.
2. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional
yang diatur dan ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditentukan berdasarkan kebutuhan beban kerja.
3.2 Program Pembangunan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara
3.2.1. Program Pembangunan Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun
2013-2018
3.2.1.1 Visi Pembangunan Kesehatan Daerah
Dengan mempertimbangkan perkembangan, masalah serta
berbagai kecenderungan pembangunan kesehatan kedepan serta
dalam mencapai Sasaran Pembangunan Kesehatan yang tertuang
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013-2018, maka telah ditetapkan
Visi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara yaitu
“Mewujudkan Provinsi Sumatera Utara Sehat, Mandiri dan
Berdaya Saing”.
3.2.1.2 Misi Pembangunan Kesehatan Daerah
1. Menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan bermutu, merata
dan terjangkau.
2. Meningkatkan pengendalian dan penanggulangan masalah
kesehatan.
3. Meningkatkan mutu sumber daya kesehatan.
4. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam pemeliharaan
kesehatan.
3.2.1.3 Program dan Kegiatan Indikatif Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara.
3.2.1.3.1 Program Upaya Kesehatan Masyarakat
1. Tujuan
Program ini bertujuan meningkatkan pemerataan,
kualitas dan keterjangkauan pelayanan kesehatan
melalui Puskesmas dan jaringannya meliputi
Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan Bidan
di desa.
2. Sasaran
a. Cakupan rawat jalan sebesar 15%.
b. Meningkatnya cakupan persalinan yang ditolong
oleh tenaga kesehatan menjadi 90%.
c. Meningkatnya cakupan pelayanan antenatal (K4)
sebesar 90%, cakupan kunjungan neonatus (KN2)
menjadi 90% dan cakupan kunjungan bayi
menjadi 90%.
d. Terselenggaranya pelayanan kesehatan dasar bagi
GAKY secara cuma-cuma di Puskesmas sebesar
100%.
e. Meningkatnya cakupan peserta yang
mendapatkan pelayanan kesehatan kerja.
3. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif dari program
ini meliputi :
a. Peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana
Puskesmas dan jaringannya.
b. Peningkatan pelayanan kesehatan penduduk
miskin, terpencil, perbatasan dan kepulauan serta
kelompok rentan (bayi, balita, bumil dan lansia).
c. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan dasar
sekurang-kurangnya mencakup promosi
kesehatan, KIA, KB, perbaikan gizi, kesehatan
lingkungan, pemberantasan penyakit menular dan
pengobatan dasar.
3.2.1.3.2 Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
1. Tujuan
Program ini bertujuan menjamin ketersediaan,
pemerataan, mutu, keterjangkauan obat dan
perbekalan kesehatan termasuk obat tradisional,
perbekalan kesehatan rumah tangga dan kosmetika.

2. Sasaran
a. Ketersediaan obat esensial-generik disarana
pelayanan kesehatan menjadi 95%.
b. Anggaran untuk obat esensial generik disektor
publik setara dengan 2 USD/kapita/tahun.
3. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini
meliputi:
a. Peningkatan ketersediaan, pemerataan dan
keterjangkauan harga obat dan perbekalan
kesehatan.
b. Peningkatan pengawasan terhadap industri,
perusahaan farmasi dan makmin, batra dan
industri RT.
c. Peningkatan promosi penggunaan obat tradisional
dan perbekalan.
3.2.1.3.3 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat
1. Tujuan
Program ini bertujuan memberdayakan individu,
keluarga dan masyarakat agar mampu menumbuhkan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta
mengembangkan Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM).
2. Sasaran
a. Terwujudnya komitmen semua
unsur/stakeholders pembangunan kesehatan
disemua tingkat akan pentingnya promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
b. Terwujudnya pengembangan upaya kesehatan
berbasis masyarakat (Posyandu, Polindes,
UKS, TOGA, Poskestren dan Saka Bakti
Husada serta kelompok-kelompok kesehatan
masyarakat).
c. Tercapainya persentasi rumah tangga ber-PHBS
sebesar 60%.
d. Meningkatnya persentasi posyandu purnama
mandiri menjadi 40%.
e. Tersedia dan beroperasinya Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes) diseluruh desa.
3. Kegiatan Pokok dan kegiatan indikatif program ini
meliputi:
a. Pengembangan upaya kesehatan berbasis
masyarakat (Posyandu, Polindes, UKS, TOGA,
Poskestren dan Saka Bakti Husada serta
kelompok-kelompok kesehatan masyarakat).
b. Peningkatan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat.
c. Peningkatan peran serta dan kemitraan serta
public partnertship dalam bidang kesehatan.
d. Peningkatan peran serta masyarakat dalam
pelaksanaan PHBS.
3.2.1.3.4 Program Perbaikan Gizi Masyarakat
1. Tujuan
Program ini bertujuan meningkatkan kesadaran
gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi
masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan balita,
serta usia produktif.
2. Sasaran
a. Mencegah meningkatnya prevalensi kegemukan
pada balita menjadi setinggi-tingginya sebanyak
5%, pada anak sekolah dan orang dewasa
menjadi setinggi-tingginya 10%.
b. Meningkatnya cakupan ibu hamil yang
mendapatkan tablet Fe menjadi 80%.
c. Menurunnya prevalensi anemia gizi besi pada
ibu hamil dan ibu nifas menjadi 40%.
d. Meningkatnya cakupan ASI Ekslusif menjadi
80%.
e. Meningkatnya cakupan balita yang
mendapatkan vitamin A menjadi 80%.
3. Kegiatan Pokok dan kegiatan indikatif program ini
meliputi:
a. Peningkatan pendidikan gizi.
b. Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP),
anemia gizi besi, Gangguan Akibat Kurang
Yodium (GAKY), kurang vitamin A dan
kekurangan zat gizi mikro lain.
c. Penanggulangan gizi lebih.
d. Peningkatan surveilans gizi.
e. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian
keluarga sadar gizi.

3.2.1.3.5 Program Lingkungan Sehat


1. Tujuan
Program ini bertujuan mewujudkan mutu
lingkungan hidup yang lebih sehat melalui
pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk
menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
2. Sasaran
a. Meningkatnya persentase keluarga menghuni
rumah yang memenuhi syarat kesehatan
menjadi 75%, persentase keluarga
menggunakan air bersih menjadi 85%,
persentase keluarga menggunakan jamban
memenuhi syarat kesehatan menjadi 80% dan
persentase Tempat-Tempat Umum (TTU) yang
memenuhi syarat kesehatan menjadi 80%.
b. Tersedianya dan tersosialisasikannya kebijakan
dan pedoman serta hukum yang menunjang
program yang terdistribusi hingga ke desa.
c. Terselenggaranya sistem surveilans, sistem
kewaspadaan dini, faktor risiko, sistem
penanggulangan Kejadian Luar Biasa
(KLB)/wabah secara berjenjang hingga ke desa.
d. Tersedianya alat, bahan, dan reagen untuk
pengendalian faktor risiko dan pendukung
penyelenggaraan Program Lingkungan Sehat.
3. Kegiatan Pokok dan kegiatan indikatif program ini
meliputi:
a. Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar.
b. Pemeliharaan dan pengawasan kualitas
lingkungan.
c. Pengendalian dampak resiko pencemaran
lingkungan.
d. Pengembangan wilayah sehat.
3.2.1.3.6 Program Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit
1. Tujuan
Program ini bertujuan menurunkan angka
kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit
menular dan tidak menular. Penyakit menular yang
diprioritaskan dalam program ini adalah malaria,
demam berdarah dengue, tuberkulosis paru,
HIV/AIDS, diare, polio, filaria, kusta, pneumonia dan
penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I), termasuk penyakit karantina dan
risiko masalah kesehatan masyarakat yang
memperoleh perhatian dunia internasional (public
health risk of internasional concern).
Penyakit menular yang diutamakan adalah:
Penyakit jantung, kanker, Diabetes Melitus dan
penyakit metabolik, penyakit kronis dan degeneratif,
serta gangguan akibat kecelakaan dan cedera.
2. Sasaran
a. Persentase desa yang mencapai Universal Child
Immunization (UCI) sebesar 98%.
b. Angka Case Detection Rate penyakit TB sebesar
70% dan angka keberhasilan pengobatan TB
diatas 85%.
c. Angka Acute Flaccid Paralysis (AFP)
diharapkan ≥ 2/100.000 anak usia kurang dari
15 tahun.
d. Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD)
yang ditangani sebesar 80%.
3. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini
meliputi:
a. Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko.
b. Peningkatan imunisasi.
c. Penemuan dan tatalaksana penderita.
d. Peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan wabah.
e. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi
(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit.
3.2.1.3.7 Program Upaya Kesehatan Perorangan
1. Tujuan
Program ini bertujuan meningkatkan akses,
keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan
perorangan.
2. Sasaran
a. Cakupan rawat inap sebesar 1,5 %.
b. Jumlah rumah sakit yang melaksanakan
pelayanan gawat darurat sebesar 90%, jumlah
rumah sakit yang melaksanakan Pelayanan
Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif
(PONEK) sebesar 75% dan jumlah rumah sakit
yang terakreditasi sebanyak 75%.
c. Terselenggaranya pelayanan kesehatan bagi gakin
di kelas III rumah sakit sebesar 100%.
3. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini
meliputi:
a. Peningkatan pelayanan mutu kesehatan rujukan.
b. Peningkatan pelayanan rujukan kasus kegawat
daruratan dan bencana.
c. Pembangunan sarana dan prasarana RS di
daerah bencana, terpencil, perbatasan dan
kepulauan.
d. Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan bagi
gakin, terpencil, perbatasan dan kepulauan serta
kelompok rentan.
3.2.1.3.8 Program Sumber Daya Kesehatan
1. Tujuan
Program ini bertujuan meningkatkan jumlah, jenis,
mutu, dan penyebaran tenaga kesehatan termasuk
SDM kesehatan, serta pemberdayaan profesi
kesehatan, sesuai dengan kebutuhan pembangunan
kesehatan.
2. Sasaran
Tersedianya SDM kesehatan yang didistribusikan
secara adil dan merata, serta dimanfaatkan secara
berhasil guna dan berdaya guna.
a. Rasio dokter spesialis dengan penduduk 6 :
100.000
b. Rasio dokter dengan penduduk 37 : 100.000
c. Rasio dokter gigi dengan penduduk 26 : 100.000
d. Rasio bidan dengan penduduk 90 : 100.000
e. Rasio perawat dengan penduduk 116 : 100.000
f. Rasio apoteker dengan penduduk 9 : 100.000
g. Rasio sarjana kesehatan masyarakat dengan
penduduk 35 : 100.000
h. Tersedianya satu orang tenaga bidan, di setiap
desa siaga.
3. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini
meliputi:
a. Peningkatan perencanaan tenaga kesehatan.
b. Peningkatan keterampilan dan profesionalisme
tenaga kesehatan melalui pendidikan dan
pelatihan tenaga kesehatan.
c. Peningkatan pembinaan tenaga kesehatan.
d. Pemenuhan sumber daya manusia kesehatan.
3.2.1.3.9 Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan
Kesehatan
1. Tujuan
Program ini bertujuan mengembangkan kebijakan
dan manajemen pembangunan kesehatan guna
mendukung penyelenggaraan sistem kesehatan
Provinsi (SKP).
2. Sasaran
a. Tersedianya alokasi anggaran kesehatan
pemerintah mencapai minimal Rp.
120.000/kapita/tahun.
b. Tercapainya persentasi penduduk miskin yang
menjadi peserta jaminan kesehatan sebesar
100%.
c. Tercapainya persentasi penduduk yang telah
terjamin pemeliharaan kesehatan dengan sistem
jaminan kesehatan sebesar 60%.
d. Terselenggaranya sistem perencanaan dan
penganggaran, pelaksanaan, pengendalian dan
evaluasi pembangunan kesehatan.
e. Terbentuknya dan terselenggaranya sistem
informasi manajemen kesehatan, yang ditunjang
oleh sistem informasi manajemen kesehatan
daerah.
3. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini
meliputi:
a. Peningkatan kajian manajemen dan kebijakan
kesehatan.
b. Peningkatan jaminan pembiayaan kesehatan
masyarakat bagi penduduk miskin.
c. Pengembangan sistem perencanaan dan
penganggaran, pelaksanaan dan pengendalian,
pengawasan, dan penyempurnaan administrasi
keuangan serta hukum kesehatan.
d. Pengembangan SIK dan penelitian kesehatan.
3.2.1.3.10 Program Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan
1. Tujuan
Program ini bertujuan meningkatkan penelitian
dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan sebagai masukan dalam
perumusan kebijakan dan program pembangunan
kesehatan.
2. Sasaran
a. Terlaksananya dan termanfaatkannya hasil
penelitian dan pengembangan kesehatan dalam
mendukung pembangunan kesehatan.
b. Dihasilkannya kebijakan, rekomendasi,
prototipe, produk, dan teknologi baru hasil
litbangkes.
c. Tersedianya SDM Litbangkes yang memiliki
kapasitas untuk melaksanakan dan mendukung
Litbangkes.
d. Tersedianya sarana dan prasarana Litbangkes
yang terakreditasi dibadan Litbangkes.
e. Terbentuk dan berfungsinya jejaring
Litbangkes, forum komunikasi dan kemitraan
Litbangkes.
3. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini
meliputi:
a. Penelitian dan pengembangan.
b. Pengembangan tenaga, sarana dan prasarana
penelitian serta pengembangan.
c. Penyebarluasan dan pemanfaatan hasil
penelitian serta pengembangan.

BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI DAN PROGRAM DINAS KESEHATAN KOTA
MEDAN

4.1 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan


STRUKTUR DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PERWAL NO. 1 TAHUN 2017

4.2 Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan
Organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan menurut Perwal No. 1 tahun
2017 adalah:
4.2.1 Kepala Dinas Kesehatan
4.2.2 Sekretaris
4.2.2.1 Sub Bagian Umum
4.2.2.2 Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan
4.2.2.3 Sub Bagian Penyusunan Program
Sekretaris mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan
administrasi umum, keuangan, dan penyusunan program. Dalam
melaksanakan tugas pokok, sekretariat menyelenggarakan fungsi
penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan
pengkoordinasian penyusunan perencanaan program dinas
pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi
kesekretariatan dinas yang meliputi administrasi umum,
kepegawaian, keuangan, dan kerumahtanggaan dinas pengelolaan
dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan
organisasi, dan ketatalaksanaan pelaksanaan koordinasi
penyelenggaraan tugas-tugas dinas penyiapan bahan pembinaan,
pengawasan dan pengendalian pelaksanaan monitoring, evaluasi
dan pelaporan kesekretariatan pelaksanaan tugas lain yang
diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

4.2.3 Bidang Pelayanan Kesehatan


4.2.3.1 Seksi Pelayanan Kesehatan Primer
4.2.3.2 Seksi Kesehatan Rujukan
4.2.3.3 Seksi Yankes Tradisional
Bidang Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup pelayanan kesehatan
primer, kesehatan rujukan, dan pelayanan kesehatan tradisional.
Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pelayanan Kesehatan
menyelenggarakan fungsi penyusunan rencana, program, dan
kegiatan Bidang Pelayanan Kesehatan penyusunan petunjuk teknis
lingkup pelayanan kesehatan primer, kesehatan rujukan, dan
pelayanan kesehatan tradisional. Pembinaan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan primer, kesehatan rujukan, dan pelayanan
kesehatan tradisional. meliputi kesehatan rujukan atau spesialistik
dan sistem rujukan, penyelenggaraan upaya kesehatan tradisional,
pelaksanaan registrasi, akreditasi, dan sertifikasi sarana pelayanan
kesehatan, pelaksanaan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian
lingkup pelayanan kesehatan pelaksanaan monitoring, evaluasi dan
pelaporan lingkup bidang bina pelayanan kesehatan pelaksanaan
tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
4.2.4 Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
4.2.4.1 Seksi Surveilans dan Imunisasi
4.2.4.2 Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
4.2.4.3 Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
dan Jiwa
Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas
pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup surveilans
imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular serta jiwa.
Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pengendalian Masalah
Kesehatan menyelenggarakan fungsi penyusunan rencana,
program, dan kegiatan Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan
penyusunan petunjuk teknis lingkup pengendalian dan
pemberantasan penyakit, wabah, bencana, dan kesehatan
lingkungan pengendalian dan pemberantasan penyakit meliputi
surveilans epidemiologi, pengendalian penyakit menular langsung,
pengendalian penyakit bersumber binatang, pengendalian penyakit
tidak menular, imunisasi, kesehatan mata, dan penyelidikan
Kejadian Luar Biasa (KLB) pengendalian wabah dan bencana
meliputi kesiapsiagaan, mitigasi dan kesiapsiagaan, tanggap
darurat, dan pemulihan penyelenggaraan penyehatan lingkungan
meliputi penyehatan air, pengawasan kualitas lingkungan,
penyehatan kawasan dan sanitasi darurat, sanitasi makanan, dan
bahan pangan serta pengamanan limbah pelaksanaan monitoring,
evaluasi dan pelaporan lingkup bidang pengendalian masalah
kesehatan: pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
4.2.5 Bidang Kesehatan Masyarakat
4.2.5.1 Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
4.2.5.2 Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat
4.2.5.3 Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan
Olahraga
Bidang Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup perencanaan,
pendayagunaan, pendidikan, pelatihan, registrasi, dan akreditasi.
Dalam melaksanakan tugas, Bidang Kesehatan Masyarakat
menyelenggarakan fungsi penyusunan rencana, program, dan
kegiatan Bidang Kesehatan Masyarakat: penyusunan petunjuk
teknis lingkup perencanaan, pendayagunaan, pendidikan dan
pelatihan, registrasi dan akreditasi sumber daya manusia kesehatan
pendayagunaan tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan strategis
pelaksanaan pelatihan teknis pelaksanaan proses perijinan dan
pelayanan lainnya lingkup tenaga medis, tenaga para medis dan
tenaga non-medis/tradisional terlatih sesuai urusan pemerintahan
Kota pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup
bidang pengembangan sumber daya manusia kesehatan
pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
4.2.6 Bidang Sumber Daya Kesehatan
4.2.6.1 Seksi Kefarmasian
4.2.6.2 Seksi Alat Kesehatan
4.2.6.3 Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan
Bidang Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup kefarmasian, jaminan,
sarana, dan peralatan kesehatan. Dalam melaksanakan tugas pokok,
Bidang Sumber Daya Kesehatan menyelenggarakan fungsi
penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Kefarmasian
Jaminan dan Sarana Kesehatan penyusunan petunjuk teknis lingkup
kefarmasian, jaminan, sarana, dan peralatan kesehatan
penyelenggaraan kefarmasian penyelenggaraan jaminan kesehatan
pelayanan sarana dan peralatan kesehatan pelaksanaan proses
pelayanan perizinan dan pelayanan lainnya lingkup kefarmasian,
jaminan, sarana, dan peralatan kesehatan sesuai urusan
pemerintahan Kota pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan
pelaporan lingkup bidang kefarmasian jaminan dan sarana
kesehatan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
4.2.7 Unit Pelaksana Teknis (UPT)
1. Puskesmas
Upaya kesehatan wajib, upaya-upaya pengembangan, upaya-upaya
penunjang dan azas penyelenggaraan Puskesmas sesuai dengan
Permenkes RI No. 75 Tahun 2014.
2. Gudang Farmasi
3. Laboratorium Kesehatan Lingkungan
Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat
merupakan pelayanan penunjang dari setiap upaya wajib dan
pengembangan Puskesmas.
 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Puskesmas dalam
pelaksanaan upaya-upaya yang dimaksud.
 Standar pelayanan minimal menuju Indonesia sehat 2015.

4.3 Program Pembangunan Kesehatan Dinas Kota Medan


4.3.1 Visi Pembangunan Kesehatan Daerah
Visi Dinas Kesehatan Kota Medan adalah “Menjadikan Kota sehat
yang sehat dalam kemandirian dan humanis”. Masyarakat Medan
mengandung arti bahwa sasaran kerja dari Dinas Kesehatan Kota Medan
adalah seluruh masyarakat yang berada di Wilayah Kerja Pemerintah Kota
Medan. Sehat diartikan sebagai cara berpikir masyarakat Kota Medan
yang selalu dilandasi oleh nilai-nilai kesehatan yang pada akhirnya
mewujudkan lingkungan yang sehat serta perilaku hidup bersih dan sehat.
Sejahtera mengandung arti bahwa masyarakat Kota Medan dengan cara
berpikir yang selalu dilandasi oleh nilai-nilai kesehatan, akan memperoleh
kesejahteraan, terutama dibidang kesehatan, yang pada gilirannya akan
mempengaruhi pencapaian derajat kesejahteraan secara umum.
4.3.2 Misi Pembangunan Kesehatan Daerah
Misi Dinas Kesehatan Kota Medan yaitu:
1. Melaksanakan Pelayan Kesehatan Yang Paripurna, Merata, dan
Bermutu
Para penanggungjawab program pembangunan di Pemerintahan
Kota Medan harus memasukkan pertimbangan kesehatan dalam semua
kebijaksanaan pembangunannya. Untuk itu, maka seluruh elemen dari
sistem pemerintahan Kota harus berperan sebagai penggerak utama
pembangunan Kota Medan menuju Kota Metropolitan yang Modern,
Madani, dan Religius berwawasan kesehatan.
2. Menumbuh kembangkan Kemandirian dan Partisipasi Masyarakat
Melalui Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Dalam
Pembangunan Kesehatan
Sehat merupakan hak asasi sehingga setiap individu berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan. Disamping itu untuk mendapatkan
kesehatan setiap masyarakat juga harus memiliki kemandirian dan
partisipasi melalui pemberdayaan masyarakat dan kemitraan dalam
pembangunan kesehatan. Dengan demikian diharapkan terciptanya
suatu kondisi dimana masyarakat menyadari, mau dan mampu untuk
mengenali, mencegah, dan mengatasi permasalahan kesehatan yang
dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik yang
disebabkan karena penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat
bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk
hidup sehat.

3. Melaksanakan Penanggulangan Masalah Kesehatan dan Penyehatan


Lingkungan
Sesuai dengan paradigma sehat, Dinas Kesehatan harus
mengutamakan pada upaya kesehatan masyarakat yang dipadukan
secara serasi dan seimbang dengan upaya kesehatan perorangan. Dinas
kesehatan juga harus melaksanakan program yang berhubungan dengan
kesehatan dan kebersihan lingkungan. Dengan demikian akan terwujud
lingkungan yang sehat serta terhindar dari penyakit yang disebabkan
oleh lingkungan.
4. Meningkatkan Manajemen dan Informasi Kesehatan Yang Akuntabel,
Transparan, Berdaya Guna, dan Berhasil Guna.
4.3.3 Tujuan Dinas Kesehatan Kota Medan
Tujuan yang ingin dicapai Dinas Kesehatan Kota Medan yaitu:
1. Terwujudnya lingkungan pemukiman, industri dan perdagangan yang
sehat.
2. Terciptanya sarana pendidikan, pariwisata dan sarana umum yang
sehat.
3. Terwujudnya masyarakat yang mampu melakukan upaya kesehatan
yang paripurna.
4. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia kesehatan.
5. Tersedianya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan.
6. Meningkatnya pelayanan kesehatan yang berkualitas dan mudah
diakses oleh masyarakat.
7. Terpenuhinya pembiayaan operasional Dinas Kesehatan.
4.3.4 Pembangunan Kesehatan
Sasaran strategis Dinas Kesehatan Kota Medan dalam pembangunan
kesehatan tahun 2014- 2019, yaitu:
1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat, dengan:
a. Meningkatnya umur harapan hidup dari 72,7 tahun menjadi 74
tahun.
b. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 220 menjadi 110
per 100.000 kelahiran hidup.
c. Menurunnya angka kematian bayi dari 24 menjadi 9 per 1.000
kelahiran hidup.
d. Menurunnya angka kematian neonatal dari 15 menjadi 10 per 1.000
kelahiran hidup.
e. Menurunnya prevalensi anak balita yang pendek (stunting) dari
32,8 persen menjadi kurang dari 30 persen.
f. Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh nakes terlatih (cakupan
PN) sebesar 92%.
g. Persentase Puskesmas rawat inap yang mampu PONED sebesar
100%.
h. Persentase RS Kabupaten/Kota yang melaksanakan PONEK
sebesar 100%.
i. Cakupan Kunjungan Neonatal lengkap (KN lengkap) sebesar
93,99%.
2. Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular, dengan:
a. Menurunnya prevalensi tuberculosis dari 224 menjadi 200 per
100.000 penduduk.
b. Menurunnya kasus malaria (Annual Paracite Index-API) dari 2
menjadi 1 per 1.000 penduduk.
c. Terkendalinya prevalensi HIV pada populasi dewasa dari 0,5%
menjadi dibawah 0,8%.
d. Meningkatnya cakupan imunisasi dasar lengkap bayi usia 0-11
bulan dari 90% menjadi 92%.
e. Persentase Kelurahan yang mencapai UCI dari 80% menjadi
100%.
f. Angka kesakitan DBD dari 55 menjadi 51 per 100.000 penduduk.
3. Menurunnya disparitas status kesehatan dan status gizi antar wilayah
dan antar tingkat sosial ekonomi serta gender, dengan menurunnya
disparitas separuh dari tahun 2013.
4. Meningkatnya penyediaan anggaran publik untuk kesehatan dalam
rangka mengurangi risiko finansial akibat gangguan kesehatan bagi
seluruh penduduk, terutama penduduk miskin.
5. Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tingkat
rumah tangga dari 70% menjadi 74%.
6. Seluruh Puskesmas melaksanakan Standar Pelayanan Minimal (SPM).
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu
tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama
oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan
kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.
Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena keluarga
adalah bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian.
GERMAS merupakan gerakan nasional yang diprakarsai oleh Presiden
RI yang mengedepankan upaya promotif dan preventif, tanpa
mengesampingkan upaya kuratif-rehabilitatif dengan melibatkan seluruh
komponen bangsa dalam memasyarakatkan paradigma sehat. Untuk
menyukseskan GERMAS, tidak bisa hanya mengandalkan peran sektor
kesehatan saja. Peran Kementerian dan Lembaga di sektor lainnya juga
turut menentukan, dan ditunjang peran serta seluruh lapisan masyarakat.
Mulai dari individu, keluarga, dan masyarakat dalam mempraktekkan pola
hidup sehat, akademisi, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan, dan
organisasi profesi dalam menggerakkan anggotanya untuk berperilaku
sehat serta Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah dalam
menyiapkan sarana dan prasarana pendukung, memantau dan
mengevaluasi pelaksanaannya.
Salah satu dukungan nyata lintas sektor untuk suksesnya GERMAS,
diantaranya Program Infrastruktur Berbasis Masyarakat (IBM)
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang berfokus pada
pembangunan akses air minum, sanitasi, dan pemukiman layak huni, yang
merupakan infrastruktur dasar yang mendukung Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan dalam hal
keamanan pangan.
Tema Prioritas Pembangunan Kesehatan pada tahun 2014-2019 adalah
“Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan” melalui:
1. Program Kesehatan Masyarakat
Pelaksanaan Program Kesehatan Preventif Terpadu yang meliputi
pemberian imunisasi dasar kepada 92% balita pada 2017, penyediaan
akses sumber air bersih yang menjangkau 69% penduduk, dan akses
terhadap sanitasi dasar berkualitas yang menjangkau 75% penduduk
sebelum 2017, penurunan tingkat kematian ibu saat melahirkan dari
228 per 100.000 kelahiran pada 2014 menjadi 118 pada 2017, serta
tingkat kematian bayi dari 30 per 1.000 kelahiran pada 2014 menjadi
20 pada 2017.
2. Program Keluarga Berencana (KB) yang meliputi peningkatan
kualitas dan jangkauan layanan KB melalui klinik pemerintah dan
swasta selama 2014-2017.
3. Sarana Kesehatan yang meliputi ketersediaan dan peningkatan
kualitas layanan Puskesmas ISO minimal 5 Puskesmas pada 2014 dan
10 Puskesmas pada 2017.
4. Asuransi Kesehatan untuk seluruh keluarga miskin dengan cakupan
100% pada 2014 dan diperluas secara bertahap untuk warga Medan
lainnya antara 2014-2019.
Prioritas Pembangunan Kesehatan pada tahun 2014-2019 difokuskan
pada delapan fokus prioritas, yaitu:
1. Peningkatan kesehatan ibu, bayi, balita, dan Keluarga Berencana
(KB).
2. Perbaikan status gizi masyarakat.
3. Pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular diikuti
penyehatan lingkungan.
4. Pemenuhan, pengembangan, dan pemberdayaan SDM kesehatan.
5. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan,
mutu, dan penggunaan obat.
6. Pengembangan sistem Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
7. Pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan bencana dan krisis
kesehatan.
8. Peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier.

BAB V
IMPLEMENTASI PROGRAM KESEHATAN MELALUI PUSKESMAS
(ORIENTASI DI PUSKESMAS SERING)

5.1 Puskesmas
5.1.1 Pengertian Puskesmas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75
Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya di Wilayah
Kerjanya.
Yang dimaksud dengan :
1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
pemerintah-pemerintah daerah dan/atau masyarakat.
2. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
Setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan
sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.
3. Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP)
Suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan
yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan,penyembuhan
penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan
kesehatan perseorangan.
4. Pelayanan Kesehatan
Upaya yang diberikan oleh Puskesmas kepada masyarakat, mencakup
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pencatatan, pelaporan, dan
dituangkan dalam suatu sistem.
5. Tenaga Kesehatan
Setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan

untuk melakukan upaya kesehatan.


5.1.2 Tujuan Puskesmas
1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat.
2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu.
3. Hidup dalam lingkungan sehat.
4. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
5.1.3 Fungsi Puskesmas
1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Puskesmas senantiasa selalu berupaya dalam menggerakkan dan
memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektoral termasuk
oleh masyarakat dan dunia usaha diwilayah kerjanya, sehingga
berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.
2. Pemulihan Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka
masyarakat keluarga, dan masyarakat dunia usaha memiliki kesabaran,
kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk
hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan
kesehatan termasuk sumber pembiayaan, serta ikut menerapkan,
menyelenggarakan, memantau pelaksanaan program kesehatan.
Pemberdayaan perorangan, keluarga, dan masyarakat ini agar
diselenggarakan dengan memperhatikan situasi dan kondisi,
khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Puskesmas senantiasa bertanggung jawab menyelenggarakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama menjadi tanggung jawab
Puskesmas yang meliputi:
a. Pelayanan Kesehatan Perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat
pribadi (private goods) dengan tujuan utama untuk menyembuhkan
penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan tersebut yaitu rawat
jalan untuk Puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap tanpa
mengabaikan kesehatan dan pencegahan penyakit.
b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat
umum publik (public goods) dengan tujuan utama untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan kesehatan.
Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah
promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan
lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga,
keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program
kesehatan masyarakat lainnya.
5.1.4 Visi dan Misi Puskesmas
5.1.4.1 Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan sehat menuju Indonesia
Sehat.
Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat Kecamatan
masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan,
yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan
perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Indikator Kecamatan sehat yang dicapai mencakup 4 indikator
utama, yakni:
1. Indikator Lingkungan Sehat.
2. Indikator Perilaku Sehat.
3. Indikator Cakupan Pelayanan Kesehatan Bermutu.
4. Indikator Derajat Kesehatan Penduduk Kecamatan.
5.1.4.2 Misi Puskesmas
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
Puskesmas adalah turut mendukung tercapainya misi
pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di
wilayah kerjanya agar dapat memperhatikan aspek kesehatan
yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif
terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan
dan perilaku masyarakat.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan
masyarakat di Wilayah Kerjanya. Puskesmas akan selalu
berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang
bertempat tinggal di wilayah kerjanya semakin berdaya di
bidang kesehatan melalui peningkatan pengetahuan menuju
kemampuan untuk hidup.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu. Pemerataan dan
keterjangkauan peralatan kesehatan yang diselenggarakan
Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang sesuai standar masyarakat,
mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta
meningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat
dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan,
keluarga dan masyarakat. Puskesmas akan selalu berupaya
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga, dan masyarakat yang berkunjung dan
bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi
dengan menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan
yang sesuai.
5.1.5 Prinsip dan Upaya Penyelenggaraan Puskesmas
5.1.5.1 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas
1. Prinsip penyelenggaran Puskesmas meliputi:
a. Paradigma sehat;
b. Pertanggungjawaban Wilayah;
c. Kemandirian masyarakat;
d. Pemerataan;
e. Teknologi tepat guna; dan
f. Keterpaduan dan kesinambungan.
2. Berdasarkan prinsip paradigma sehat, Puskesmas mendorong
seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya
mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang di hadapi
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3. Berdasarkan prinsip pertanggungjawaban Wilayah, Puskesmas
menggerakan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan
kesehatan di wilayah kerja.
4. Berdasarkan prinsip kemandirian masyarakat, Puskesmas
mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.
5. Berdasarkan prinsip pemerataan, Puskesmas menyelenggarakan
Pelayan Kesehatan yang dapat di akses dan terjangkau oleh
seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa
membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan
kepercayaan.
6. Berdasarkan prinsip teknologi tepat guna, Puskesmas
menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan memanfaatkan
teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan,
mudah di manfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi
lingkungan.
7. Berdasarkan prinsip keterpaduan dan kesinambungan,
Puskesmas mengintergrasikan dan mengkoordinasikan
penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan lintas
sektor serta melaksanakan Sistem Rujukan yang didukung
dengan menejemen Puskesmas.

5.1.5.2 Upaya Penyelenggaraan Puskesmas


Dalam mencapai visi pembangunan kesehatan melalui
Puskesmas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat 2018. Puskesmas
bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan
dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari
sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama Upaya kesehatan tersebut digolongkan menjadi dua yaitu:
1. Upaya Kesehatan Perorangan, dilaksanakan dalam bentuk:
a. Rawat Jalan
b. Pelayanan Gawat Darurat
c. Pelayanan Satu Hari (One Day Care)
d. Home Care dan/atau
e. Rawat Inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan
kesehatan
2. Upaya Kesehatan Masyarakat
a. Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial
1. Promosi Kesehatan
2. Kesehatan Lingkungan
3. Kesehatan Ibu, Anak, dan Keluarga Berencana
4. Gizi
5. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
b. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah
upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan
upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat bersifat
ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan
dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan Wilayah
Kerjadan potensi sumber daya yang tersedia di masing-
masing Puskesmas.
Untuk melaksanakan upaya kesehatan masyarakat dan
perorangan, Puskesmas harus menyelenggarakan:
a. Manajemen Puskesmas.
b. Pelayanan Laboratorium.
c. Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat.
d. Pelayanan Kefarmasian.
5.1.6 Kedudukan, Organisasi dan Tata Kerja Puskesmas
5.1.6.1 Kedudukan Puskesmas
Kedudukan Puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya
dengan Sistem Kesehatan Nasional (SKN), Sistem Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Sistem Pemerintah Daerah:
1. Sistem Kesehatan Nasional
Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional
adalah sebagai suatu sarana pelayanan kesehatan strata
pertama yang bertanggungjawab untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat
di Wilayah Kerjanya.
2. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota
Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Kesehatan
Kabupaten/Kota adalah sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab
menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan
Kabupaten/Kota di Wilayah Kerjanya.
3. Sistem Pemerintah Daerah
Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Pemerintah Daerah
adalah sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang merupakan unit struktural Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota bidang kesehatan di Tingkat
Kecamatan.
4. Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Di Wilayah Kerja Puskesmas terdapat berbagai organisasi
pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh
lembaga masyarakat dan swasta seperti praktek dokter, praktek
dokter gigi, praktek bidan, poliklinik dan balai kesehatan
masyarakat. Kedudukan Puskesmas di antara berbagai sarana
pelayanan kesehatan strata pertama ini adalah sebagai mitra.
Di Wilayah KerjaPuskesmas terdapat pula berbagai bentuk
upaya kesehatan berbasis dan bersumber daya masyarakat
seperti Posyandu, Polindes, pos obat desa dan pos UKK.
Kedudukan Puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan
kesehatan berbasis dan bersumberdaya masyarakat adalah
sebagai pembina.
5.1.6.2 Organisasi Puskesmas
1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Puskesmas tergantung dari beban tugas
masing-masing Puskesmas. Penyusunan struktur organisasi
Puskesmas di satu Kabupaten/Kota dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan penetapannya dilakukan
dengan Peraturan Daerah.
Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur organisasi
Puskesmas berikut:
a. Kepala Puskesmas.
b. Unit Tata Usaha yang bertanggung jawab membantu Kepala
Puskesmas dalam pengelolaan:
 Data dan informasi.
 Perencanaan dan Penilaian.
 Keuangan.
 Umum dan Kepegawaian.
c. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas:
 Upaya Kesehatan Masyarakat, termasuk pembinaan
terhadap UKBM.
 Upaya Kesehatan Perorangan.
d. Jaringan Pelayanan Perorangan:
 Unit Puskesmas Pembantu.
 Unit Puskesmas Keliling.
 Unit Bidan di Desa/Komunitas.
2. Kriteria Personalia
Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi
Puskesmas disesuaikan dengan tugas dan tanggung jawab
masing-masing unit Puskesmas. Khusus untuk Kepala
Puskesmas kriteria tersebut dipersyaratkan harus seorang sarjana
dibidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup
kesehatan masyarakat.
3. Eselon Kepala Puskesmas
Kepala Puskesmas adalah penanggung jawab pembangunan
kesehatan ditingkat Kecamatan. Sesuai dengan tanggungjawab
tersebut dan peran Kepala Puskesmas dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan ditingkat Kecamatan maka jabatan
Kepala Puskesmas adalah jabatan struktural Eselon IV.
Apabila tidak tersedia tenaga kesahatan yang memenuhi
syarat untuk menjabat jabatan struktural Eselon IV, ditunjuk
pejabat sementara yang sesuai dengan kriteria Kepala
Puskesmas yakni seorang sarjana di bidang kesehatan yang
kurikulum pendidikannya mencakup dibidang kesehatan
masyarakat, dengan kewenangan yang setara dengan pejabat
tetap.
5.1.6.3 Tata Kerja Puskesmas
Tata kerja Puskesmas yaitu:
1. Dengan Kantor Kecamatan
Dalam melaksanakan fungsinya, Puskesmas berkoordinasi
dengan kantor kecamatan melalui pertemuan berkala yang
diselenggarakan di Tingkat Kecamatan. Koordinasi tersebut
mencakup perencanaan, penggerakan pelaksanaan,
pengawasan dan pengendalian serta penilaian. Dalam hal
pelaksanaan fungsi penggalian sumber daya masyarakat oleh
Puskesmas, berkoordinasi dengan kantor kecamatan mencakup
pula kegiatan fasilitasi.
2. Dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, dengan demikian secara teknis dan
administratif, Puskesmas bertanggung jawab kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Dan sebaliknya Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota bertanggung jawab membina serta
memberikan bantuan administratif dan teknis kepada
Puskesmas.
3. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Sebagai mitra pelayanan kesehatan strata pertama yang
dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta, Puskesmas
menjalin kerjasama termasuk penyelenggaraan rujukan dan
memantau kegiatan yang diselenggarakan. Sedangkan sebagai
pembina upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat,
Puskesmas melaksanakan bimbingan teknis, pemberdayaan
dan rujukan sesuai kebutuhan.
4. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan
upaya kesehatan masyarakat, Puskesmas menjalin kerjasama
yang erat dengan berbagai pelayanan kesehatan rujukan. Untuk
upaya kesehatan perorangan, jalinan kerjasama tersebut
diselenggarakan dengan berbagai sarana pelayanan kesehatan
perorangan seperti Rumah Sakit (Kabupaten/Kota) dan
berbagai balai kesehatan masyarakat (balai pengobatan
penyakit paru-paru, balai kesehatan mata masyarakat, balai
kesehatan kerja masyarakat, balai kesehatan olahraga
masyarakat, balai kesehatan jiwa masyarakat, balai kesehatan
indra masyarakat). Sedangkan untuk upaya kesehatan
masyarakat, jalinan kerjasama diselenggarakan dengan
berbagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat rujukan,
seperti Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan, Balai Laboratorium Kesehatan serta
berbagai Balai Kesehatan Masyarakat lainnya. Kerjasama
tersebut dapat diselenggarakan melalui penerapan konsep
rujukan yang menyeluruh dalam koordinasi Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
5. Dengan Lintas Sektor
Tanggung jawab Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis
adalah menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan
kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Untuk mendapat hasil yang optimal,
penyelenggaraan pembangunan kesehatan tersebut harus dapat
dikoordinasikan dengan berbagai lintas sektor terkait yang ada
di Tingkat Kecamatan. Diharapkan di satu pihak,
penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Kecamatan
tersebut mendapat dukungan dari berbagai sektor terkait,
sedangkan pihak lain pembangunan yang diselenggarakan oleh
sektor lain di Tingkat Kecamatan berdampak positif terhadap
kesehatan.
6. Dengan Masyarakat
Sebagai penanggungjawab penyelenggaraan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya, Puskesmas memerlukan
dukungan aktif dari masyarakat sebagai objek dan subjek
pembangunan. Dukungan aktif tersebut diwujudkan melalui
pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP) yang
menghimpun berbagai potensi masyarakat, seperti tokoh
masyarakat, tokoh agama, LSM, organisasi kemasyarakatan,
serta dunia usaha. BPP tersebut berperan sebagai mitra dari
Puskesmas dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan.

5.2 Gambaran Umum Puskesmas Sering


5.2.1 Sejarah Singkat Puskesmas Sering
Puskesmas Sering diresmikan tahun 1990, terletak di Jalan Sering

No.20 Kelurahan Sidorejo, Kecamatan Medan Tembung.

5.2.2 Wilayah Kerja Puskesmas


Wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang terdiri dari 3 kelurahan yaitu :
1. Kelurahan Sidorejo
2. Kelurahan Sidorejo Hilir
3. Kelurahan Indra Kasih
Pada Wilayah kerja Puskesmas Sering terdapat dua Puskesmas
Pembantu (Pustu), yaitu Pustu Sidorejo Hilir yang terletak di
Kelurahan Sidorejo Hilir dan Pustu Indra Kasih yang terletak di
Kelurahan Indra Kasih.

Adapun batas wilayahnya adalah :


 Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Sidorejo Hilir.
 Sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Willem Iskandar.
 Sebelah timur berbatasan dengan Jalan Bubu dan Jalan Panglima.
 Sebelah barat berbatasan dengan Jalan Sei Kera.

5.2.3 Data Wilayah/Data Geografis


Puskesmas Sering terletak di Jalan Sering No.20 Kelurahan Sidorejo,
Kecamatan Medan Tembung.
1. Kelurahan ada 3 yaitu:
 Kelurahan Sidorejo
 Kelurahan Sidorejo Hilir
 Kelurahan Indra kasih
2. Jumlah lingkungan ada 47 yaitu :
 Kelurahan Sidorejo : 20 lingkungan
 Kelurahan Indra Kasih : 14 lingkungan
 Kelurahan Sidorejo Hilir : 13 lingkungan

Adapun batas Wilayahnya adalah:

 Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Sidorejo Hilir.


 Sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Willem Iskandar.
 Sebelah timur berbatasan dengan Jalan Bubu dan Jalan Panglima.
 Sebelah barat berbatasan dengan Jalan Sei Kera.

Gambar 5.1 Lokasi dan Wilayah Kerja Puskesmas Sering


Tabel 5.2.3.1 Data Demografi Berdasarkan Distribusi Penduduk
Menurut Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Tahun 2018

Jumlah Jumla Jumlah Luas Laki– Perempuan


Lingkungan (Jiwa)
Kelurahan Penduduk h KK Wilayah Laki
(Jiwa) (Jiwa)

Sidorejo 20710 4.186 20 153 10304 10406

Indra Kasih 22630 4.691 14 117 11292 11338

Sidorejo Hilir 21943 4.124 13 114 10356 11587

Total 65283 13.019 47 384 31952 33331

Sumber : Data Profil UPT Puskesmas Sering

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa dapat dilihat jumlah


penduduk berdasarkan kelurahan terbanyak ada di kelurahan Indra Kasih
berjumlah 22.630 jiwa.

Tabel 5.2.4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah


Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2018

No Pekerjaan Jumlah (orang) %


.

1. Pegawai Swasta 2895 47,10 %

2. Pegawai Negeri 1485 24,16 %

3. Pedagang 459 7,47 %

4. TNI/POLRI 316 5,14 %

5. Pengemudi Becak 254 4,13 %

6. Supir 182 2,97 %

7. Tukang Batu 168 2,73 %

8. Peternak 118 1,92 %


9. Tukang Kayu 90 1,47 %

10. Dokter 27 0,44 %

11. Pengusaha 15 0,24 %

12. Montir 12 0,2 %

13. Lain-lain 125 2,03 %

Jumlah 6146 100

Sumber : Data Profil Puskesmas Sering

5.2.4 Data Kesehatan


Angka Kesakitan penduduk didapat dari data yang berasal dari

masyarakat (Community Bases Data) yang dapat diperoleh dengan melalui

studi morbiditas dan hasil pengumpulan data dari Sistem Pencatatan dan

Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP). Pola penyakit rawat jalan di

Puskesmas Sering pada tahun 2018, penyakit ISPA menjadi penyakit

terbanyak pada pasien rawat jalan di Puskesmas Sering. Secara lebih jelas

dapat dilihat pada tabel berikut :


Tabel 5.2.5. Daftar 10 Penyakit Terbanyak Pada Puskesmas Sering Pada
Tahun 2018

No. Nama Penyakit Jumlah

1. ISPA 5941

2. Darah Tinggi 2512

3. Infeksi Lain Pada Saluran Pernapasan 2439

4. Penyakit Pada Otot dan Jaringan Ikat 1221

5. Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal 1147

6. Ginggivitis dan Penyakit Periodental 1105

7. Penyakit Kulit Alergi 987


8. Diare 825

9. Penyakit Kulit Infeksi 815

10. Penyakit Mata Lain-lain 377

Sumber : Data Profil UPT Puskesmas Sering


5.2.5 Sarana Pendidikan

Tabel 3.4 Distribusi Sarana Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Sering

NO. SARANA PENDIDIKAN JUMLAH

1. PAUD 3

2. TK 15

3. SD 30

4. MTSN 12

5. SMA 5

Berdasarkan table 3.3 diatas diketahui sarana pendidikan


terbanyak pada wilayah kerja puskesmas Sering adalah SD dengan
jumlah 30.

5.2.6 Sarana Tempat Umum

Tabel 3.4 Distribusi Sarana Tempat-Tempat Umum di Wilayah Kerja


Puskesmas Sering
Berdasarkan tabel 3.4 di atas diketahui tempat-tempat umum terbanyak di
NO. SARANA TEMPAT UMUM JUMLAH

1. Masjid 32

2. Langgar/Musholla 11

3. Gereja 23

4. Rumah Makan 22

5. Mini Market 2

6. Depot air minum 15

7. Biliyard 8

8. Pasar Umum 1

wilayah kerja Puskesmas Sering adalah Masjid sebanyak 32 unit.

5.2.7 Sarana Pendukung Kesehatan

Tabel 3.5 Distribusi Sarana Pendukung Kesehatan di Wilayah


Kerja Puskesmas Sering

NO. SARANA KESEHATAN JUMLAH

1. Praktek Dokter 11

2. Apotek 5

3. Rumah Bersalin 1

4. Toko Obat Berizin -

5. Klinik 16

6. Balai Pengobatan 1

Berdasarkan Tabel 3.5 di atas sarana pendukung kesehatan di


wilayah kerja puskesmas Sering adalah Klinik dengan jumalah 16.

Tabel 3.6 Distribusi Sasaran di Wilayah Kerja Puskesmas Sering


Kelurahan
NO. Data Jumlah
Sidorejo S. Hilir I. Kasih

1. Penduduk 20710 21943 22630 65283

2. Jumlah Kelurahan 1 1 1 3

3. Jumlah Lingkungan 20 14 13 47

4. Laki–Laki 10304 10356 11292 31952

5. Perempuan 10406 11587 113318 33331

6. Posyandu Balita 9 9 12 30

7. Posyandu Lansia 2 1 1 4

8. Posbinsu 1 1 1 3

9. Bayi 0 - 11 bln 364 386 398 1148

10. Surviving Infant 360 382 394 1136

11. NeonatusKomplikasi 54 58 60 172

12. Balita 18 – 24 bln 366 388 401 1155

13. Balita 0 – 59 bln 1810 1918 1978 5706

14. Bulin 389 413 425 1227

15. Bufas 389 4123 425 1227

16. Bumil 400 423 437 1260

17. Bumil Kompliasi 80 85 87 252

18. WUS 4747 5029 5187 14963

19. Jumlah Kader Balita 45 45 60

20. Jumlah Kader


6 3 3 12
Lansia

21. Jumlah Kader


9 4 4 17
Carrier

22. Paud 1 1 1 3

23. TK 4 5 8 17
24. SD 11 6 6 23

25 Peserta JKN
- - - 30.030
November 2018
5.3 Tenaga Kesehatan Puskesmas
Puskesmas Sering memiliki tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis,
paramedis, dan staf administrasi lainnya.
Tabel 3.7 Daftar Pegawai di Puskesmas Sering

Puskesmas Pustu Sidorejo Pustu Indra


No. Ketenagaan
Sering Hilir Kasih

1. Dokter Umum 6 1 1

2. Dokter Gigi 2 1 1

3. Bidan 5 4 2

4. Perawat 8 4 7

5. Analis 1 0 0

6. Apoteker 2 1 0

7. Tata Usaha 1 0 0

8. Petugas Kesling 1 0 0

9. Perawat Gigi 1 1 1

10. TPG 1 0 0

11. Administrasi 1 0 0

12. Kebersihan 2 1 1

13. Satpam / Jaga Malam 1 0 0

Total Jumlah 32 13 13

Tabel 3.8 Biodata Pegawai Puskesmas Sering

Tahun 2018

No Nama NIP Tempat/ Gol Alamat


. Tanggal

1. dr. Refrini 1961081219901020 Bukit Jln.Suka Mamang No.


01 Tinggi IV/a 3A
12/08/1961

2. drg. Ria Susana Sari 1958113019890220 Medan IV/d Graha Marendal Mas
01 30/11/1958 No.8

3. dr. Alvita Sari 1976021420060420 Medan IV/ Jln. Mesjid Gg Teratai


10 14/02/1976 a 26 No.9

4. dr. Sun Wervia 1975092220080120 Belawan III/d Jln. Setia Jadi No.33
Hutabarat 02 22/09/1975

5. dr. Indasari Sembiring 19720821 201001 2 Medan III/d Jln. karyabakti no 57 a


005
31/08/1972

6. dr. Riris Yohanna 19850111 201001 2 p.siantar III/c Jln kunyit no 3 Medan
Damanik S. 028
11/01/1985

7. dr. Inda Sari Siregar 19820611 201412 2 Medan III/b Jln purwo no 15 Medan
002
11/06/1982

8. drg. Ramses 19801115 201411 1 Medan III/b Jln daeri no 25 sei ago
001 Medan
Ricardo B 15/11/1980

9. Nala Enni Hsb 1962082519840220 P.Siandoma III/d Jl Pelita 2 Gg Pos 2


03 ng No.81 E
25/08/1962

10. Nurbaya Tiodara 1970050419910320 Medan IV/a Jl.Pancing Lingkaran 5


Pasaribu,SKM 01 04/05/1970 Mabar

11. Debora M. 1964012119900320 Sibolga III/d Jl. Pelita 6 Gg Rukun


Pasaribu, Amk 01 21/01/1964 Damai No.8

12. Porman Simarmata, 1962071519870320 Medan III/d Jl. Durun Gg Ibu 76 C


Amk 02 15/07/1962

13. Elisabet Bangun 1969120319910320 Medan IV/a Jl. Pembangan Gg


04 03/12/1969 Saudara No.10

14 Risma Napitupulu, 1969112819890320 Medan III/d Jl. Tempuling Gg Ibu


Amk 02 28/11/1969 No.1

15 Rismaniar 1970082719930320 Tinjoan III/c Jl. Cahaya Gg Setuju


Simanjuntak 05 27/08/1970 No.29
,Am.Keb

16 Hafifah 1963050419930220 Pasar Hilir III/b Jl. Karyabakti 41 A


01 04/05/1963

17 Sri Sulistya Ningsih 1971102519910220 Bah III/b Jl. Meteorologi


02 Gunung
28/10/1971

18 Leni Parianti ST.r 1972021019930320 Padang III/c Jl. Besar Tembung


Keb 06 Panjang Koramil 13
02/10/1972

19 Syafrayunita 1974051419970320 Sampali III/a Jl.Sempali


02 14/05/1974

20 Panca Junita.Amk 1980062620070120 R.prapat III/b Jl. Sering


03 26/06/1980

21 Trisna Saftri.AMKL 1976091620100120 Medan III/a Jl. Sei Bengawan


10 16/09/1976 No.18A

22. Mardiana,Amk 1977091820110120 Tamiang III/a Dusun III Gg.Mabana


04 19/09/1977 Sei Rotan

23. Sri Parianti, 1981061520100120 Panglong III/a Jl. Beringin No.16


Am.Kep 22 15/06/1981 Gg.Sabilina

24. Elisabrina Lubis 1986020920100120 Aek III/a Jl. Pempinan No.4


07 Nabarab Lk.XXMedan
09/02/1986

25. Lely 1979111820090320 Medan III/a Jln.Terusan Bandar


10 18/11/1979 Setia Tembung

26 Rosiva Lisnawaty S 1985021520090220 Medan III/a Jln. Pelita IV Gg.


07 15/02/1985 Kagura No.3
Yilua Hanim - II/ a
27

- II/ a
28 Cici Nilam

29. Sri Irma Yani Lbs. - R.Prapat Jl.Taduan Gg Tawakal


Am.Keb 17/03/1990 No.29 F

30. Nusaruddin - Batang natal Jl. Ibnus Raya No.130


20/04/1985 Medan

31. Jamilah - Tingkas Jl.M Yakub Gg.Ulung


30/06/1970 No.18

Tabel 3.8 Biodata Pegawai Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir

Tempat/
No. Nama NIP Gol Alamat
Tanggal
T. Tinggi
1. dr. Fitriah Nurdin 19731123 200212 2 001 IV/ a Jl. Kapt. M Jamil Lubis No. 90
23/11/1973

Aceh Timur
2. drg. Chairumahnum 19570831 198703 2 002 IV/ c Dahlia No. 6
31/08/1957

S kepayang
3. Rolimah 19630425 198901 2 001 III/d Jl. Tuamang Gg. Kemuning 14
25/041963

Medan
4. Esra Ria Silalahi 19670930 198903 1 004 III/d Jl. Sering no. 69 c
03/09/1967

Medan,
5. Juliana Sitepu 19711031 199103 2 002 IV /a Jl. Tangkul I NO 27 B
31/10/1971

Banyumar Jl. Amaliun Gg. Hasan Basri


6. Tirsem 19691011 199103 2 002 III/d
11/10/1969 No. 1

Purbatua Jl. Saudara Kemiri II Kepala


7. Riohotmauli S 19771103 199703 2 001 III/c
03/11/1977 VII.No. 6
Sukaramai
8. Mudianti M Sari 19771124 199702 2 001 III/c Jl. Bhayangkara Blok C No. 8
24/11/1977

Medan,
9. Rimicha Juwita 19840703 200903 2 003 III/c Jl. Pancing No. 331`
03/07/1969

10. Maisarah 19690511 199503 2 003 T./05/1969 III/b Jl. Bilai Gg Arimbi

A. K. Batu Jl. Tuamang Gg. Saudara No. 3


11. Desi Marlina 19871201 201001 2 029 II/d
1/12/1987 C

Simangkadu
12. Riana Sihotang 19710831 200604 2 003 II/d Jl. Tomak N0. 51 A
31/08/1971

Tabel 3.8 Biodata Pegawai Puskesmas Pembantu Indra Kasih

Tempat/ Jabatan
No. Nama NIP Alamat
Tanggal / Gol

dr. Tuti Aryani, Medan, 13/


1. 196309131999032001 IV/b Jl. Idi Raya No. 2
M.AP 09/ 1963

Medan Jln. Bubu Gg Sedar No.3


drg. Heraini 197301132006042002 IV/a
2 13/01/1973 Medan

Kisaran,
3 Erika 196106281982032003 III/d Jl. Bubu No. 39
28/06/1961

Boyo,
4. Agustina Harefa 196208031986012002 III/d Jl. Kemenangan No. 136
3/8/1962

P.Siantar, Jl. Perhubungan Per XII


5. Netty Panjaitan 196602241989032001 III/d
24/2/1966 Laudendang

Siti Ardiah Lubis, Medan, 11/


6. 196702111988032005 III/d Jl. Pancing III No. 36
S.Psi 2/1967

Silalahi, Jl. Parkit VI X10260


7. Marice Sinaga 196208131993032001 III/d
13/8/1962 Prumanas Mandala

Ellida Friska Porsea, Jl. Perjuangan GG. Roma


8. 197407151993032004 III/d
Simajuntak 15/7/1974 NO. 25
9
Risma Napitupulu, Medan
196911281989032002 III/d Jl. Tempuling Gg Ibu No.1
Amk 28/11/1969

10 Jl.Tempuling Gg.Tuah
Sally Meyke Medan
197705191996032006 III/b
Sihotang, Am.Keb 19/05/1977 No.8

Hellena P. Medan, Jl. W. Iskandar Gg. Taqwa


11 197505192006042005 III/a
Siregar,AMK 19/5/1975 No. 36

Tabel 3.9 Jenis Dan Waktu Pelayanan Puskesmas Sering Tahun 2018

NO JENIS PELAYANAN HARI WAKTU

1 Pengobatan umum, Gigi, KB Setia Hari 08.00 s/d 13.00

2 TB Paru Rabu 08.00 s/d 13.00

3 Klinik IMS Setiap Hari 08.00 s/d 13.00

4 Klinik VCT/ PITC Setiap Hari 08.00 s/d 13.00

5 Klinik DM Kamis 08.00 s/d 13.00

6 PKPR Setiap Hari 08.00 s/d 13.00

7 Posyandu Terjadwal 08.00 s/d 13.00

8 PPG Kasuistik -

5.4 Alur Pelayanan di Puskesmas


PASIEN
DATANG

LOKET
PENDAFTARAN

KIA/VK POLI UMUM POLI GIGI

TB IMS DM FISIOTERAPI

LABORATORIUM APOTEK PULANG


Gambar 3.3. Alur Penanganan Pasien

5.5 Fasilitas Fisik Puskesmas


Puskesmas Sering dalam menjalankan semua program didukung oleh
berbagai fasilitas dalam kecamatan Medan Tembung, yang meliputi :

1. Fasilitas gedung puskesmas permanen


2. Fasilitas Sumber Daya Manusia
3. Fasilitas obat-obatan
4. Fasilitas alat-alat kesehatan
5. Fasilitas administrasi
6. Fasilitas imunisasi
7. Fasilitas keuangan

5.5.1 Fasilitas Gedung Puskesmas


Puskesmas sering terdiri dari beberapa ruangan yang meliputi:

1. Ruang Kamar Dokter : 1 buah


2. Poli Gigi : 1 buah
3. Ruang Suntik : 1 buah
4. Ruang Obat : 1 buah
5. Ruang KIA/KB : 1 buah
6. Ruang Rapat : 1 buah
7. Ruang Administrasi: 1 buah
8. Ruang Tunggu : 1 buah
9. Ruang Mandi : 10 buah
10. Klinik DM : 1 buah
11. Klinik TB paru : 1 buah
12. Klinik IMS : 1 buah
13. Ruang rawat inap : 1 buah
14. Ruang fisioterapi : 1 buah
15. Ruang gizi : 1 buah
Gambar 3.4 Denah Ruangan Puskesmas Sering
5.5.2 Sumber Daya Manusia
Tenaga medis/non medis di Puskesmas Sering jumlahnya 54
orang dengan perincian sebagai berikut :

1. Dokter Umum : 8 orang


2. Dokter Gigi : 4 orang
3. Bidan : 11 orang
4. Perawat : 21orang
5. Perawat Gigi : 1 orang
6. Asisten Apoteker : 3 orang
7. Gizi : 1 orang
8. Kesling : 1 orang
9. Analis : 1 orang
10. Administrasi : 1 orang
11. Kebersihan : 2 orang
12. Satpam : 1 orang
5.5.3 Fasilitas Administrasi
1. Kartu berobat
2. Buku catatan pasien
3. Kartu laporan
4. Lemari/rak buku
5. Meja dan kursi
6. Stempel
7. Arsip computer
8. Komputer dan printer
5.5.4 Fasilitas Imunisasi
Fasilitas imunisasi yang dimiliki UPT. Puskesmas Sering Medan
antara lain :

1. Lemari pendingin
2. Vaksin seperti: BCG, DPT, POLIO, Campak, DT, TT, dan
Hepatitis
5.5.5 Fasilitas Alat-alat Kesehatan
Adapun alat-alat kesehatan yang dimiliki oleh UPT. Puskesmas
Sering antara lain :

1. Alat-alat pertolongan pasien


2. Alat-alat pemeriksaan fisik
3. Alat-alat suntik dan alat-alat P3K
4. Timbangan bayi dan dewasa
5. Satu set dental unit
6. Lemari pendingin tempat penyimpanan bahan-bahan iminusasi
7. Alat-alat laboratorium sederhana
5.5.6 Fasilitas Obat-obatan
Dalam rangka menjalankan tugas-tugas pokok dalam bidang
pelayanan kesehatan, Puskesmas Sering Medan didukung oleh
perlengkapan-perlengkapan obat-obatan antara lain :

1. Obat-obatan Inpres
2. Obat-obatan Askes
3. Obat-obatan Vaksin

Tabel 3.10 Daftar Obat di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sering

N
Sedia
o Nama Obat
an
.

1 Acetyl Cystenine 200 mg Tablet

2 Acyclovir 200 mg Tablet

3 Adalat Oros 20 mg Tablet

4 Adalat Oros 30 mg Tablet

Ampu
Adrenalin (Epineprin)
5 l

6 Albendazol Tablet

7 Allopurinol 100 MG Tablet

8 Amitryptiline 25 MG Tablet

9 Amlodipine 10 MG Tablet

1
Amlodipine 5 MG Tablet
0

1
Amoxycillin Sirup 125 mg/5 ml Botol
1

1
Amoxycillin Sirup 250 mg/5 ml Botol
2

1 Capsu
Amoxycillin Capsul 250 MG
3 l

1 Capsu
Amoxycillin Capsul 500 MG
4 l

1
Antasida Tablet 400 MG Tablet
5

1
Anti Haemorrhoid Supp.
6
1
Antiseptik Handrup Botol
7

1
Asam Folat 400 mcg Tablet
8

1
Asam Mefenamat 500 MG Tablet
9

2
Ascorbic Acid (vitamin C) Tablet 250 mg Tablet
0

2
Ascorbic Acid (Vitamin C) Tablet 50 mg Tablet
1

2
Aseptan 500 CC + PUM Botol
2

2
Atalpugit Tablet 600 mg Tablet
3

2 Ampu
Atropin Inj.
4 l

2
Atropin Tablet Tablet
5

2 TUB
Bacitracin Cream
6 E

2
Betadine Ointment Tube
7

2
Betamethason Salep / Skizon Cream Tube
8

2
Betamethason Salep 0.1% (sebagai valaret) Tube
9

3
Bisacodyl Tablet 5 mg Tablet
0

3
Calcium Lactate Tablet 500 mg Tablet
1

3 Ampu
Calium Gluconas Inj.
2 l
3
Captopril Tablet 12.5 mg Tablet
3

3
Captopril Tablet 25 mg Tablet
4

3
Cetirinize Sirup 1 mg/ml Botol
5

3
Cetirizine Tablet Tablet
6

3
Chloramphenicol Drops 0.5% T M Botol
7

3
Chloramphenicol Salep Kulit 2% Tube
8

3
Chloramphenicol Sirup 125 mg/5 ml Botol
9

4
Chlorpheniramine 4 mg Tablet
0

4
Chlorpromazine HCL Tablet 100 mg Tablet
1

4
Ciprofloxacin Tablet 500 mg /50 CAPL mg Tablet
2

4
Cotrimoxazole Sirup Botol
3

4 Ampu
Cyanocobalamin Inj. 500 mcg/ml
4 l

4
Decacetin Tetes Mata/Chloramphenicol Botol
5

4 Ampu
Dexamethasone Inj. 5 mg/ml
6 l

4
Dexamethasone Tablet 0.5 mg Tablet
7

4 Ampu
Diazepam Enema 5 mg/2.5 ml
8 l
4
Diazepam Tablet 5 mg Tablet
9

5 Ampu
Dipenhydramin Inj.
0 l

5
Domperidone Sirup 5 mg/5 ml Botol
1

5 Capsu
Doxycycline Tablet 100 mg
2 l

5 Capsu
Erythromycin 500 mg
3 l

5
Erythromycin Sirup 200 mg /5 ml Botol
4

5
Erythromycin Tablet 250 mg Tablet
5

5
Eugenoll Cairan (10 ml) Botol
6

5 Ampu
Fitomenadion (Vitamin K) Inj. 2 mg/ml
7 l

5
Furosemide Tablet 40 mg Tablet
8

5 Sache
Garam Oralit
9 t

6
Gembfibrozil 300 mg Tablet
0

6
Gentamycin Tetes Mata 0,3% Botol
1

6 Ampu
Gentamycin Inj. /anak
2 l

6 Ampu
Gentamycin Inj /Kes. Ibu
3 l

6
Gentamycin Salep Mata 0.3 % Tube
4
6
Glucose Infus 5 % Fls
5

6
Griseofulvin Tablet 125 mg Tablet
6

6 Ampu
Haloperidol Inj. 5 mg/ml
7 l

6
Haloperidol Tablet 1,5 mg Tablet
8

6
Haloperidol Tablet 2 mg Tablet
9

7
Haloperidol Tablet 5 mg Tablet
0

7
Hidrokortison Cream 2,5% Tube
1

7
Hidrokortison Salep 1 % Tube
2

7
Ibuprofen 400 mg Tablet
3

7
Ibuprofen Sirup 100 mg/5 ml Botol
4

7
Ibuprofen Sirup 100 mg/5 ml Botol
5

7
Ibuprofen Sirup 200 mg Tablet
6

7
Isoniazid Tablet 100 mg Tablet
7

7
Isoniazid Tablet 300 MG Tablet
8

7
Ketoconazole Tablet
9

8
Ketoconazole Salep 2% Tube
0
8 Capsu
Lansoprazole 30 mg
1 l

8
Levotiroksin Tablet
2

8 Ampu
Lidocaine Inj. 2%
3 l

8 Ampu
Lidocaine Epinephrine Inj.
4 l

8
Loratadine Tablet 10 MG Tablet
5

8
Metformin Hcl Tablet 500 mg Tablet
6

8 Ampu
Metil Ergometri inj
7 l

8
Metoklopramid/Lexapram syrup 60 ml Botol
8

8
Metronidazole Tablet 250 mg Tablet
9

9
Metronidazole Tablet 500 mg Tablet
0

9
MG SO4 Botol
1

9
Miconazole Cream/Salep 2% 10g Tube
2

9
Miconazole Serbuk 20 mg/g Botol
3

9
Natrium Diklopenak 25 mg Tablet
4

9
Natrium Diklopenak 50 mg Tablet
5

9
Nifedipine Tablet 30 mg Tablet
6
9
OAT Kategori I Paket
7

9
Obat Batuk Hitam Sirup Botol
8

9 Capsu
Omeprazole Kapsul 20 mg
9 l

1
Ampu
0 Oksitoxin Inj.
l
0

1
0 Paracetamol Sirup 125 mg/5 ml Botol
1

1
0 Paracetamol 500 mg Tablet
2

1
Ampu
0 Phenobarbital Inj. 50 mg/ml
l
3

1
Ampu
0 Phenobarbital Tablet 30 mg
l
4

1
0 Povidone Iodine 300 ml Botol
5

1
0 Povidone Iodine 60 ml Botol
6

1
0 Prednisone Tablet 5 mg Tablet
7

1
0 Ranitidine Tablet 150 mg Tablet
8

1 Ringer Laktat 1000 ml Fls


0
9

1
1 Risperidon Tablet 1 mg Tablet
0

1
1 Salbutamol Spray 100 mcg Botol
1

1
1 Salbutamol Tablet 4 mg Tablet
2

1
Sache
1 Salicylic Acid Serbuk 2%
t
3

1
Ampu
1 Sianocobalamin Inj.
l
4

1
1 Sianocobalamin Tablet
5

1
1 Sodium Chloride Infus 0.9 % Fls
6

1
1 Tablet Tambah Darah Tablet
7

1
1 Tetracycline Tablet 250 mg Tablet
8

1
1 Tetracycline Tablet 500 mg Tablet
9

1 Vit A Balita 200 000 UI Tablet


2
0

1
2 Vit A Bayi 100 000 UI Tablet
1

1
2 Vit A Bufas 200 000 UI Tablet
2

1
2 Vitamin B 1 Tablet
3

1
2 Vitamin B Complek Tablet
4

1
Ampu
2 Vitamin K Inj.
l
5

1
2 Zink Sulphate Tablet 20 mg Tablet
6

Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)

1 Alkohol Liquid 70 % Botol

2 Aximed Face Mask Ties On Box

3 Cat Gut PLAIN 3 – 0 Rol

4 Cuticell 10 CM X 10 CM Pcs

5 E-Care Alkohol SWAB 0,5 % Box

6 FDC Kategori Anak Paket

7 FDC Kategori III Paket

8 FDC Kategori Anak Box

9 FDC Kategori I Paket


1
FDC Kategori II Paket
0

1
Fixomull Transparant 15 X 10 Rol
1

1 Bung
Kapas Pembalut set 250 G
2 kus

1
Kasa Steril 16 X 16 cm KTK
3

1
Leukoplast-Hospital 10 cm 4,5 cm Rol
4

1
Leukoplast-Hospital 2,5 cm x 4,5 cm Rol
5

1
Leukoplast-Hospital 7,5 cm 4,5 cm Rol
6

1
Lysol Consentrate Botol
7

1
Objek Glass Box
8

1
Pot Sputum Pcs
9

2
Reagensia TB Paket
0

2
Rivanol Liquid Botol
1

2
Rapid /Sifilis (Hexagone) Test
2

2
Rpr Sypillis (FOKUS) Test
3

2
Sarung Tangan Karet Non Steril Box
4

2
SILK 3 – 0 Pcs
5
2
Spuit 3cc Pcs
6

2
Terumodisp Syringe With Needle 3cc Pcs
7

5.5 Program Dasar dan Program Pengembangan Puskesmas


Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dan
mewujudkan komitmen untuk mencapai SDGs (Sustainable Development
Goals) / Tujuan Pembangunan Millenium pada tahun 2030, UPT Puskesmas
Sering bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan yang bermutu
dan terencana.

Program kegiatan kesehatan yang diulirkan pemerintah mencakup


berbagai aspek permasalahan masyarakat. Untuk mewujudkan itu Puskesmas
membagi program tersebut menjadi tiga upaya kesehatan, yaitu upaya
kesehatan Masyarakat (Essensial), Upaya Kesehatan Masyarakat
Pengembangan dan Upaya Kesehatan Perorangan.

5.5.1 Upaya Kesehatan Wajib


Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai
daya ungkit tinggi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dan harus diselenggarakan di Puskesmas Sering.

Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :

6 Upaya promosi kesehatan


7 Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana bersifat UKM
8 Upaya perbaikan gizi masyarakat yang bersifat UKM
9 Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit
10 Upaya kesehatan lingkungan

5.5.2 Upaya Kesehatan Pengembangan


Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan
masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. UPT
Puskesmas Sering sendiri menyelenggarakan upaya kesehatan
pengembangan sebagai berikut :

a. Upaya Kesehatan Sekolah ( UKS )


b. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
c. Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat
d. Upaya Kesehatan Indera
e. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
f. Upaya Kesehatan Jiwa
g. Upaya Kesehatan Kerja
h. Upaya Kesehatan Tradisional komplementer
i. Upaya Kesehatan Olahraga

5.6 Program Prioritas Puskesmas


Program prioritas puskesmas merupakan program pelayanan kesehatan
yang wajib di laksanakan karena mempunyai daya ungkit yang besar
terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Ada 6 Program Prioritas pelayanan kesehatan di Puskesmas
yaitu :

1. Upaya Promosi Kesehatan yaitu program pelayanan kesehatan


puskesmas yang diarahkan untuk membantu masyarakat agar hidup
sehat secara optimal melalui kegiatan penyuluhan (induvidu,
kelompok maupun masyarakat).
2. Upaya Kesehatan Lingkungan, yaitu program pelayanan kesehatan
lingkungan di puskesmas untuk meningkatkan kesehatan lingkungan
pemukiman melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu
lingkungan dan tempat umum termasuk pengendalian pencemaran
lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat,
3. Keluarga Berencana, yaitu program pelayanan kesehatan KB
di Puskesmas yang ditujuhkan untuk memberikan pelayanan kepada
PUS (Pasangan Usia Subur) untuk ber KB.
4. Upaya Perbaikan Gizi, yaitu program kegiatan pelayanan kesehatan,
perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas yang meliputi peningkatan
pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia
Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang
Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan
Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit menular dan tidak
menular, yaitu program pelayanan kesehatan Puskesmas untuk
mencegah dan mengendalikan penular penyakit menular/infeksi
(misalnya TB, DBD, Kusta dll).
6. Upaya Pengobatan, yaitu bentuk pelayanan kesehatan untuk
mendiagnosa, melakukan tindakan pengobatan pada seseorang
pasien dilakukan oleh seorang dokter secara ilmiah berdasarkan
temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan
7. Upaya Pencatatan dan Pelaporan, sistem Pencatatan dan Pelaporan
Puskesmas mencakup 3 hal: (1) pencatatan, pelaporan, dan
pengolahan; (2) analisis; dan (3) pemanfaatan. Pencatatan hasil
kegiatan oleh pelaksana dicatat dalam buku-buku register yang
berlaku untuk masing-masing program.

5.6.1 Upaya Promosi Kesehatan


Penyuluhan kesehatan masyarakat adalah upaya memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan kondisi bagi perorangan,
kelompok dan masyarakat dalam berbagai tatanan dengan membuka
jalur komunikasi, menyediakan informasi dan melakukan edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku dengan melakukan
advokasi, pembinaan suasana dan gerakan pemberdayaan masyarakat
untuk mengenali, menjaga atau memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatannya.
Tabel 4.1 Penyelenggaraan Promosi Kesehatan

FREKWENSI /
NO KEGIATAN PENCAPAIAN
JUMLAH

% RUMAH TANGGA
1 300 RUMAH 73,89
SEHAT

% BAYI YANG
2 MENDAPAT ASI 982 bayi 13,63
EKSKLUSIF

% POSYANDU 30
3 100
PURNAMA POSYANDU

% CAKUPAN DESA
4 3 DESA 100
SIAGAAKTIF

UPAYA
PENYULUHAN P3
5 30 X 100
NAPZA OLEH
PETUGAS

% PENYULUHAN
6 30X 100
HIV/ AIDS

Kegiatan promosi kesehatan di bidang lain yang dilakukan :

1. Peringatan hari Lansia


2. Senam lansia yang dilakukan di Puskesmas Sering setiap selasa
3. POSBINDU PTM
4. Pelatihan Dokter Kecil dan Remaja

5.6.2 Upaya Kesehatan Lingkungan


Kegiatan peningkatan kesehatan lingkungan bertujuan
terwujudnya kualitas lingkungan yang lebih sehat agar dapat
melindungi masyarakat dari segala kemungkinan resiko kejadian
yang dapat menimbulkan gangguan dan bahaya kesehatan menuju
derajat keluarga dan masyarakat yang lebih baik.
Kegiatan-kgiatan utama kesehatan lingkungan yang harus dilakukan
Puskesmas meliputi :

1. Penyehatan air
2. Penyehatan makanan dan minumam
3. Pengawasan pembuangan kotoran manusia
4. Pengawasan dan pembuangan sampah dan limbah
5. Penyehatan pemukimam
6. Pengawasan sanitasi tempat umum
7. Pengamanan polusi industri
8. Pengamanan pestisida
9. Klinik sanitasi

Table 4.2 Laporan Petugas Kesling Puskesmas Sering Bulan

Januari – Desember 2018

BULAN Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

1.Jumlah
kelompok
- - - - - - - - - - - -
pemakai air
yang aktif

2.Jumlah - - - - - - - - - - - -
sarana air
bersih yang
diinspeksi
sanitasi

3.Jumlah
sarana air
bersih yang
mempunyai
resiko - - - - - - - - - - - -
pencemaran
Amat tinggi
dan Tinggi
(AT,T)

4.Jumlah
sarana air
bersih yang
mempunyai
resiko - - - - - - - - - - - -
pencemaran
Sedang dan
Rendah (S ,
R)

5.Jumlah
sampel air
yang
memenuhi - - - - - - - - - - - -
syarat fisi

k air

6.Jumlah
tempat
pengelolaan
makanan 25 20 10 15 10 7 6 5 4 - - -
( TPM)
yang
diperiksa

7 .Jumlah
TPM yang
25 20 10 15 10 7 6 5 4 - - -
memenuhi
syarat
8.Jumlah
rumah yang
diperiksa
kesehatan
lingkungann 650 500 400 450 300 250 200 200 200 - - -
ya
( gunakan
kartu
rumah)

9. jumlah
rumah yang
memenuhi
syarat
sanitasi
dasar
650 500 400 450 300 250 200 200 200 - - -
(tempat
sampah,
saarana air
bersih, jaga
dan saluran
air limbah)

10.jumlah
tempat
pengelolaan
- - - - - - - - - - - -
pestisida
(TP.2) yang
diperiksa

11.jumlah
TP.2 yang
- - - - - - - - - - - -
memenuhi
syarat.

12.jumlah 45 25 15 10 5 3 5 4 6 - - -
Tempat-
tempat
Umum
(TTU) yang
diperiksa
13.jumlah 45 25 15 10 5 3 5 4 6 - - -
TTU yang
memenuhi
syarat

14. jumlah 3 3 3 3 3 3 3 3 3 - - -
desa/kelura
han
diabatisasi
selektif

15.jumlah 3 3 3 3 3 3 3 3 3 - - -
desa/kelura
han
dilakukan
pemberanta
san sarang
nyamuk
(PSN)

16.jumlah 200 200 200 200 200 200 200 200 200 - - -
rumah yang
dilakukan
pemeriksaa
n jentik

17.jumlah 24 28 30 26 24 23 20 18 22 - - -
rumah yang
ada jentik

18.tanda - - - - - - - - - - - -
tangan
pemegang
program

5.6.3 Keluarga Berencana


6 KB merupakan program yang dilakukan untuk terciptanya pelayanan yang
berkualitas dengan penuh bagi pengguna jasa pelayanan dan keluarganya
dalam mewujudkan bahwa setiap pasangan usia subur mempunyai
kesempatan yang terbaik dalam mengatur jumlah, waktu dan jarak antara
kehamilan guna merencanakan dan mewujudkan suatu keluarga kecil
bahagia dan sejahtera.

8 Table 4.3 Data Aseptor Kb Lama-Baru Puskesmas Sering Januari –


Desember 2018

JENIS KB

NO BULAN PESERTA IUD KONDOM IMPLAN SUNTIK PIL

Baru
1 5 0 60 47
1 Januari

Lama 0 36 0 82 29

Baru
0 0 0 2 3
2 Februari

Lama 0 63 0 131 35

Baru
0 3 0 29 11
3 Maret

Lama 0 27 0 44 17

Baru
0 0 0 39 9
4 April

Lama 0 0 0 73 21

Baru
0 0 0 57 11
5 Mei

Lama 0 0 0 111 17

6 Juni Baru 1 1 0 37 12
Lama 0 0 0 115 19

Baru
0 0 0 40 15
7 Juli

Lama 0 0 0 130 25

Baru
2 0 1 44 19
8 Agustus

Lama 0 0 0 143 26

Baru
0 0 0 53 10
9 September

Lama 0 0 0 124 39

Baru 0 0 0 1 3
10 Oktober
Lama 0 0 0 17 3

Lama - - - - -
11 November
Baru - - - - -

Lama - - - - -
12 Desember
Baru - - - - -

5.6.4 Upaya Perbaikan Gizi


Adalah kegiatan mengupayakan peningkatan status gizi
masyarakat dengan pengelilaan terkoordinasi dari berbagai profesi
kesehatan serta dukungan peran serta aktif masyarakat.

Program baik berupa Upaya dan Pencegahan dan penangulangan


Perbaikan Gizi di Puskesmas meliputi :

1. Upaya perbaikan gizi keluarga


2. Upaya perbaikan gizi Institusi
3. Upaya penanggulangan kelainan gizi
4. Pencegahan dan penanggulangan gangguan akibat kekurangan
yodium
5. Pencegahan dan penanggulangan anemia besi
6. Pencegahan dan penanggulangan kurang kalori energi protein
dan kurang energi kronis
7. Pencegahan dan penanggulangan kekurangan vitamin A
8. Pencegahan dan penanggulangan masalah kekurangan gizi mikro
lain
9. Pencegahan dan penenggulangan masalah gizi lebih
Table 4.4 Laporan Gizi Buruk Dan Gizi Kurang

Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2018

NO KELURAHAN GIZI BURUK GIZI KURANG

1 SIDOREJO 1 17

2 SIDOREJO HILIR 2 5

3 INDRA KASIH 3 3

JUMLAH 6 25

Berdasarkan tabel 4.4 angka kejadian gizi buruk terbanyak di


puskesmas sering adalah 3 orang di kelurahan Indra Kasih dan gizi
kurang terbanyak di puskesmas Sering berjumlah 17 orang dari kelurahan
sidorejo.

Tabel 4.5 Laporan Pemberian Vitamin (A) Puskesmas Sering


Kecamatan Medan Tembung Tahun 2018
NO KELURAHAN BULAN BULAN AGUSTUS
FEBRUARI

1 SIDOREJO 1589 1590

2 SIDOREJO HILIR 1681 1685

3 INDRA KASIH 1746 1776

JUMLAH 5016 5051

Berdasarkan tabel 4.5 di atas pemberian Vitamin A terbanyak pada


bulan februari dari kelurahan Indra Kasih berjumlah 1746 dan pada bulan
agustus terbanyak dari keluarahan Indra Kasih berjumalah 1776.

5.6.5 Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit


Penyakit Menular adalah penyakit yang disebabkan oleh agent
infeksi atau toksiknya yang berasal dari sumber penularan atau reservoir
yang ditukarkan atau di transmisikan kepada penjamu yang rentan.

Kejadian luar biasa adalah kejadian kesakitan atau kematian yang


menarik perhatian umum dan mungkin menimbulkan kehebohan atau
ketakutan dikalangan masyarakat, atau menurut pengamatan epidemiologik
dianggap adanya peningkatan yang brrarti dari kejadian kesakitan atau
kematian tersebut kepada kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu.

Wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu


penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat
secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah
tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka (Undang-undang no.4 tahun
1984 tentang wabah penyakit yang menular ).

Penangulangan kejadian luar biasa penyakit menular (P2M) dengan


upaya-upaya :

1. Pengobatan dengan memberikan pertolongan penderita, membangun


pos-pos kesehatan di tempat kejadian dengan dukungan tenaga dan
sarana obat yang memadai termasuk rujukan.
2. Pemutusan rantai penularan atau upaya pencegahan misalnya :
abatisasi pada KLB, DBD, Kaporisasi pada sumur-sumur yang
tercemar pada KLB diare dsb.
3. Melakukan kegiatan pendukung yaitu penyuluhan, pengamatan dan
logistik.
Program Pencegahan adalah mencegah agar penyakit menular tidak
menyebar didalam masyarakat yang dilakukan antara lain dengan
memberikan kekebalan kepada host melalui kegiatan penyuluhan
kesehatan dan imunisasi.

Cara Penularan Penyakit Menular, dikenal beberapa cara penularan


penyakit menular yaitu:

1. Penularan secara kontak


2. Penularan melalui vehicle seperti melalui makanan dan minuman
yang tercemar
3. Penularan melalui vector
4. Penularan melalui suntikan, transfusi, tindik dan tato
Surveilans epidemiologi Penyakit Menular adalah suatu kegiatan
pengumpulan data atau informasi melalui pengamatan terhadap
kesakitan atau kematian dan penyebarannya serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya secara sistematik, terus menerus dengan tujuan untuk
perencanaan suatu program, mengevaluasi hasil program, dan sistem
kewaspadaan dini.
Program Pemberantasan Penyakit Menular :

1. Program imunisasi
2. Program TB paru dengan kegiatan penemuan penderita TBC
3. Program malaria dengan angka insiden malaria ( AMI )
4. Program ISPA dengan frekuensi penemuan dan penanggulangan
pneumonia
5. Program diare meliputi frekuensi penanggulangan diare
6. Program rabies
7. Program surveilans
8. Pemberantasan P2B2 demam berdarah
5.6.6 Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Menular
Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh agen infeksi
tertentu atau produk beracun yang timbul melalui penularan dari orang
yang terinfeksi, hewan atau reservior benda mati ke penjamu yang rentan,
baik secara langsung maupun tidak langsung melalui tumbuhan atau
hewan perantara, vektor atau lingkungan mati (Depkes, 2014).
Mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan dan bahan monitoring,
melakukan evaluasi dan imunisasi rutin dan insidentil serta
menyelenggarakan pencegahan atau pemberantasan dan penanggulangan
penyakit. Program-program penyelenggaraan pencegahan atau
pemberantasan dan penanggulangan penyakit yang dilaksanakan di
Puskesmas Desa Lalang adalah sebagai berikut:
Sasaran:
Seluruh lapisan masyarakat.
Tujuan:
1. Mencegah terjangkitnya penyakit
2. Untuk meningkatkan kesehatan yang optimal
3. Menurunkan angka kesakitan dan kematian

1. Program Diare
Kegiatan yang dilakukan di Puskesmas Sering adalah :

a) Melakukan Penyuluhan di SD
b) Memberikan obat cacing di TK, PAUD, POSYANDU
PROGRAM DIARE

Tabel 4.6 LAPORAN DIARE PUSKESMAS SERING

BULAN JANUARI – DESEMBER 2018

Jumlah Penderita

no Bulan 8-28 1 bl - 10-14 15-19 20-44


0-7 hari 1 - 4 th 5-9 th
hari <1 th th th th

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr

1 JANUARI 0 0 0 0 4 2 3 6 2 2 1 2 4 6 2 3

2 FEBRUARI 0 0 0 0 5 5 7 8 4 2 1 1 3 6 2 3

3 MARET 0 0 0 0 1 1 6 4 3 4 2 1 1 2 4 6

4 APRIL 0 0 0 0 0 1 6 7 2 3 1 2 8 4 3 2

5 MEI 0 0 0 0 3 1 8 7 2 0 3 3 5 2 3 3

6 JUNI 0 0 0 0 0 1 7 6 2 1 3 2 1 2 4 3

7 JULI 0 0 0 0 3 3 12 10 3 3 2 2 13 15 5 3

8 AGUSTUS 0 0 0 0 2 2 4 3 4 3 3 4 4 21 1 4

9 SEPTEMBER 0 0 0 0 3 2 9 10 2 2 1 3 6 9 2 1

10 OKTOBER 0 0 0 0 3 0 15 12 4 8 4 10 9 14 4 4

11 NOVEMBER 0 0 0 0 1 0 8 6 9 4 7 5 8 5 2 0

12 DESEMBER 0 0 0 0 0 0 9 4 5 5 5 10 5 8 2 5

0 0 0 0 25 18 94 83 42 37 33 45 67 94 34 37 3
JUMLAH
Dari grafik di atas di dapatkan kasus tertinggi terjadi pada bulan
Oktober dengan jumlah 109 kasus dan kasus terendah terjadi pada bulan
Januari dengan jumlah 48 kasus.
PROGRAM TB

Tabel 4.7 LAPORAN BULANAN PENDERITA TB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BULAN JANUARI – DESEMBER 2018

No Bulan Jumlah Penderita

0-7 8-28 1 bl - 10-14 15-19 20-44 45-54


1 - 4 th 5-9 th
hari hari <1 th th th th th

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk P

1 JANUARI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 5 3 3

2 FEBRUARI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 7 0

3 MARET 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 2 1 0

4 APRIL 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 5 2 3 2

5 MEI 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 7 1 0 1

6 JUNI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 2 0

7 JULI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 1 4 0

8 AGUSTUS 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 7 2 0

9 SEPTEMBER 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 9 1 1 0

10 OKTOBER 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1

11 NOVEMBER 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 1 0 1

12 DESEMBER 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 1

JUMLAH 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 3 6 38 23 25 9

Dari Tabel diatas bisa


disampaikan

1. Jumlah TB paru pada laki -laki lebih besar dari


perempuan

2. Kasus TB paru paling banyak pada bulan Februari dan


April
3. Golongan Umur yang terbanyak menderita TB 20 - 44
tahun
Dari grafik di atas di dapatkan kasus tertinggi terjadi pada bulan Februari dan April
dengan jumlah 18 kasus dan kasus terendah terjadi pada bulan Juni dan Desember
dengan jumlah 6 kasus.
Tabel 4.8 LAPORAN BULANAN PENDERITA ISPA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SE

BULAN JANUARI S/D SEPTEMBER

TAHUN 2018

O-7 8 - 28 1 1-4 5-9 10 - 14 15 - 19 20 - 44 45 - 5


NO BULAN
HARI HARI BULAN THN THN THN THN THN THN

1 JANUARI - - 17 82 51 32 28 73 34

2 FEBRUARI - - 16 86 75 65 35 134 40

3 MARET - - 121 73 61 41 35 93 26

4 APRIL - - 8 46 42 34 28 65 38

5 MEI - - 12 90 73 32 33 133 42

6 JUNI - - 6 52 36 24 17 73 22

7 JULI - - 20 75 75 35 40 122 47

8 AGUSTUS - - 5 48 119 20 23 68 30

9 SEPTEMBER - - 9 39 37 21 30 71 45

10 OKTOBER - - 10 54 56 25 21 64 32

11 NOVEMBER - - 14 51 70 25 21 73 37

12 DESEMBER - - - - - - - - -

Jumlah - - 238 696 695 354 311 969 393


Dari grafik di atas di dapatkan kasus tertinggi terjadi pada bulan
Juli dengan jumlah 545 kasus dan kasus terendah terjadi pada bulan Juni
dengan jumlah 295 kasus.
Tabel 4.9 LAPORAN KASUS DBD TAHUN 2018 PERWILAYAH KECAMATAN ME

KELURAHAN
NO BULAN
SIDOREJO SIDOREJO HILIR IN

1 JANUARI 1 1

2 FEBRUARI - -

3 MARET - 2

4 APRIL - 2

5 MEI - -

6 JUNI - 1

7 JULI 1 1

8 AGUSTUS - -

9 SEPTEMBER - 2

10 OKTOBER - -

11 NOVEMBER 5 4

12 DESEMBER 3 3

JUMLAH 10 16
Dari grafik di atas di dapatkan kasus tertinggi terjadi pada bulan
November dan Desember dengan jumlah 9 kasus dan kasus terendah
terjadi pada bulan Oktober dengan jumlah 0 kasus.
Tabel 4.10 LAPORAN IMUNISASI PUSKESMA

2018

JENIS IMUNISASI

DPT/HB/ DPT HB
HB 0 BCG POLIO I POLIO 2 POLIO
Hib I Hib 2

NO BULAN L P L P L P L P L P L P L P

1 JANUARI 49 48 46 52 48 47 48 47 47 50 52 54 47 5

2 FEBRUARI 36 53 39 48 48 46 39 46 42 48 39 44 42 4

3 MARET 42 43 37 45 40 49 40 51 34 36 37 43 38 4

4 APRIL 62 45 63 45 59 45 62 38 64 44 56 39 61 4

5 MEI 46 42 48 40 44 40 44 41 44 41 43 36 47 3

6 JUNI 41 42 47 42 45 43 47 45 46 45 46 41 46 4

7 JULI 43 44 44 47 45 48 51 47 41 47 41 44 42 4

8 AGUSTUS 20 19 38 47 39 41 42 40 43 36 35 36 37 3

9 SEPTEMBER 22 15 39 42 42 46 45 44 36 41 39 40 38 4

10 OKTOBER 19 25 52 54 52 54 63 58 63 58 56 56 56 5

11 NOVEMBER 42 38 55 55 55 55 45 40 45 40 47 43 47 4

12 DESEMBER 48 43 48 46 48 46 49 52 49 52 56 51 56 5

JUMLAH 1080 1070 1074 1087 1089 1096 1099

PENCAPAIAN % 96,2 % 95,3% 95,6% 95,0% 95,2% 95,8% 96,1%


Dari grafik di atas di dapatkan bahwa target pencapaian untuk
imunisasi sampai bulan Desember pada tahun 2018 telah mencapai
target.
5.6.7 Upaya Pengobatan

Dalam usaha pengobatan penderita tidaklah diobati secara kuratif


saja melainkan juga memberikan pengertian tentang preventif terhadap
penyakit.

Dipuskesmas sering, baru dilaksanakan pengobatan gratis untuk


pengobatan dasar bagi pasien rawat jalan dan menolong penderita
gawat darurat baik tindakan operasi terbatas maupun rawat inap
smenetara seperti kecelkaan lalu lintas, persalinan, dan lain-lain

Kegiatan yang dilakukan pada pemeriksaan kesehatan masnyarakat


dipuskesmas, meliputi :

1. Pemeriksaan, mendiagnosa penyakit dan menberikan obat


melalui apotik yang ada di puskesmas
2. Penyuluhan kepda pasien pada saat dilakukan pememriksaan
3. Merujuk penderita yang tidak mampu ditangani.

Perawatan dan pengobatan pasien dipuskesmas sering baru


meliputi pasien umum, askes dan anggota dana sehat.
Tabel 4.11 Data Bulanan 10 Penyakit Terbesar di Wilayah Kerja Puskesmas Sering, Kecamatan Medan Tembung Periode Januari-
Desember 2018

No Penyakit Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Jumlah

1 ISPA 392 456 432 469 448 368 498 541 580 741 638 378 5,941

2 Darah tinggi 277 151 191 180 133 124 277 263 219 249 271 177 2,512

Infeksi lain pada


3 210 236 267 263 236 10 213 203 169 195 205 132 2,439
saluran pernapasan

Peny. Pada otot dan


4 129 113 127 92 123 57 120 119 96 94 101 50 1,221
jaringan pengikat

Peny. Pulpa dan


5 63 14 128 79 132 68 90 120 158 117 102 76 1,147
jaringan periapikal

Ginggivitis dan peny.


6 115 2 79 116 121 57 110 100 127 108 91 79 1,105
Periodontal

7 Penyakit kulit alergi 90 79 90 102 94 55 93 87 64 79 89 65 987

8 Diare 48 61 58 56 60 47 99 73 63 109 66 85 825

9 Peny. Kulit infeksi 58 46 64 75 66 52 87 88 68 67 92 52 815

10 Peny. Mata dan lain-lain 52 33 37 42 36 24 31 27 25 23 22 25 377

Jumlah 1,434 1,191 1,473 1,449 962 947 1,618 1,621 1,569 1,782 1,677 1,119 12,229

Sumber : SP2PT Puskesmas Sering, Periode Januari – Desember 2018


Keterangan table 4.11

1. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang terbanyak dengan jumlah 5.941 (48.58%)
2. Penyakit ISPA lain merupakan penyakit kedua terbanyak dengan jumlah 2.512 (20.54%)
3. Penyakit mata dan lain-lain merupakan penyakit tersedikit dengan jumlah 377 (3.08%)

5.6.8 Upaya Pencatatan dan Pelaporan

Kesehatan

A. Tujuan :
1. Untuk menilai hasil kerja yang sudah dilakukan
2. Untuk dipergunakan sebagai bahan di dalam menyusun rencana kerja
B. Pencatatan
1. Kegiatan administrasi
2. Registrasi family folder
3. Registrasi kegiatan lain
C. Pelaporan
1. Laporan kejadian luar biasa
2. Laporan biasa yaitu mencatat kasus penyakit dan pengunjung puskesmas
3. Laporan mingguan yaitu mencatat kasus penyakit menular
4. Laporan bulanan yaitu mencatat kegiatan puskesmas dan posyandu
5. Laporan triwulan yaitu mencatat semua kegiatan puskesmas dan rencana kerja selama triwulan
6. Laporan tahunan yaitu mencatat laporan dalam satu tahun yang diambil dari laporan bulanan
7. Laporan khusus berupa penyakit, kematian, dan obat
5.7 Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas

5.7.1 Upaya Kesehatan Sekolah

Pengertian :

UKS adalah wadah belajar untuk meningkatkat hidup sehat dan selanjutnya membentuk perilaku hidup sehat anak usia sekolah
yang berada di sekolah maupun perguruan agama.

Tujuan :

Menciptakan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik serta memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia seutuhnya.

Kegiatan UKS di puskesmas sering kecamatan Medan Tembung

a. Mendata jumlah murid sekolah


b. Melaksanakan penyuluhan kesehatan pribadi, kesehatan gigi, kesehatan lingkungan, P2M, P3K, DLL.
c. Membuat rencana kerja bulanan dan membuat laporan kerja bulanan, triwulan, dan tahunan.

Tabel 4.12 Laporan Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah di Wilayah Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2018/2019

Jumlah Jumlah murid


No Tempat Sekolah Jumlah Murid %
Sekolah yang diperiksa

1 SD 24 1.466 1.419 96.7


2 SMP 16 2.020 1.923 95.1

3 SMA 7 2.412 2.390 99

jumlah 47 5.898 5.732 97.1

Sumber : SP2PT Puskesmas Sering, Tahun 2018

Keterangan Tabel 4.12

1. Jumlah SD adalah 24 unit dengan jumlah murid sebanyak 1,466


2. Jumlah SMP adalah 16 unit dengan jumlah murid sebanyak 2,020
3. Jumlah SMA adalah 7 unit dengan jumlah murid sebanyak 2,412
4. Persentase murid paling banyak yang telah di periksa ada pada tingkat SMA
5. Persentase murid paling sedikit yang telah di periksa ada pada tingkat SMP

Tabel 4.13 Data Hasil Penjaringan Sekolah di Wilayah Puskesmas Sering

Tingkat SD

Jumlah murid yang Jumlah Murid yang


No Masalah Kesehatan %
diperiksa bermasalah

1 Gigi Berkaries 184 13 %

2 Obesitas 1419 79 5,5 %

3 Kotoran telinga 70 5%
4 Gangguan Refraksi 5 0,3 %

Jumlah 1419 338 24 %

Keterangan Tabel 4.13

Penjaringan sekolah untuk anak SD kelas I dari 24 sekolah dengan jumlah murid 1.466, Siswa yang terjaring berjumlah 1419 siswa
(96.7%), Dimana dari pemeriksaan Denyut Nadi, Rambut, anemi dan mata tidak ditemukan kelainan. Tetapi dari 1419 siswa yang
terjaring didapatka 184 Siswa ( 13 %), menderita gigi karies, 70 Siswa (5 %), Mengalami ganggguan serumen, dan 79 siswa (5,5%)
mengalami Obesitas, 5 Siswa (0,3%) menderita kelainan refraksi.

4.14 Data Hasil Penjaringan Sekolah di Wilayah Puskesmas Sering

Tingkat SMP

Jumlah murid Jumlah murid yang


No Masalah Kesehatan %
yang diperiksa bermasalah

1 Gigi Berkaries 324 17 %

2 Obesitas 88 4,5 %
1923
3 Kotoran telinga 144 7,4 %

4 Gangguan Refraksi 72 3,7 %

Jumlah 1923 628 32,6 %


Keterangan Tabel

Penjaringan sekolah untuk anak sekolah SMP kelas VII dari 16 sekolah dengan jumlah murid 2020 siswa, yang terjaring berjumlah
1.923 siswa (95,1%), Dimana dari pemeriksaan Tekanan darah, denyut nadi, rambut, anemi tidak ditemukan adanya kelainan. Tetapi dari
1923 siswa yang terjaring didapatkan 324 siswa (17%) mengalami gangguan gigi karies, 72 siswa (3,7 %) menderita kelainan refraksi,
144 siswa (7,4 %) mengalami gangguan serumen, dan 88 siswa (4,5% ) mengalami obesitas.

4.15 Data Hasil Penjaringan Sekolah di Wilayah Puskesmas Sering

Tingkat SMA

No Masalah kesehatan Jumlah murid Jumlah murid yang %


yang diperiksa bermasalah

1 Gigi Berkaries 375 15,6%

2 Obesitas 2390 126 5,2 %

3 Kotoran Telinga 86 3,5%

4 Gangguan Refraksi 72 3%

Jumlah 2390 659 27,5 %

Keterangan Tabel

Penjaringan sekolah untuk anak sekolah SMA kelas X dari 7 sekolah dengan jumlah murid 2412 siswa, yang terjaring berjumlah
2.390 siswa (99%), Dimana dari pemeriksaan Tekanan darah, denyut nadi, rambut, anemi tidak ditemukan adanya kelainan. Tetapi dari
2390 siswa yang terjaring didapatkan siswa 375 (15,6%) mengalami gangguan gigi karies, 72 siswa (3% ) menderita kelainan refraksi,
133 siswa ( 6,2% ) mengalami gangguan serumen, dan 126 siswa (5,2%) mengalami obesitas.

5.7.2 Upaya Kesehatan Olahraga

Kegiatan yang dilakukan adalah memberikan penyuluhan kepada penunjang puskesmas agar menjaga kebuguran tubuh dengan
berolahraga.juga dilakukan pendataan dan pembinaan kepada klub-klub olahraga yang ada dipuskesma. Contoh upaya kesehatan
olahraga seperti dilaksanakan senam pagi setiap hari jumat dan senam usila setiap hari minggu, upaya ini dulu sempat dilaksanakan
namun sekarang upaya ini terhenti untuk sementara
5.7.3 Upaya Perawatan Kesehatan

Tujuan :

1. Memberikan pelayanan perawatan secara menyeluruh kepada


pasien atau keluarganya di rumah pasien dengan mengikut
sertakan masyarakat dan kelompok masyarakat sekitarnya.
2. Membantu keluarga dan masyrakat mengenal kebutuhan
kesehatannya sendiri dan cara penanggulanganya disesuaikan
dengan batas-batas kemampuan mereka.
3. Menunjang program kesehatan lain dalam usahan pencegahan
penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan individu dan
kelurganya

Cara-cara yang dilakukan dengan mengadakan penyuluhan


perorangan, perkelompok dan masal.metode yang dilaksanakan
yaitu bimbingan dan konseling, ceramah, diskusi kelompok,
demonstrasi, dll. Hasil upaya perawatan kesehatan masyrakat
belum ada karena pengumpulan data belum selesai dilakukan.

5.7.4 Upaya Kesehatan Kerja (UKK)

Pengertian :

Kesehatan kerja adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh


tenaga kesehatan dalam bidang kesehatan kerja masyaratak
baik dalam waktu sakit maupun waktu sehat guna meningkatkan
derajat kesehatan para pekerja dan keluarganya.

Sasaran :

Para pekerja dan kelurga namun upaya ini pada puskesmas


sering baru belum terlaksanaka.
5.7.5 Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut (UKGM)

Upaya kesehatan gig dan mulut (UKGM) adalah upaya pokok


yang menjadi beban Puskesmas yang bertujuan untuk mencegah
dampak pengobatan serta dapat diartikan pula kesehatan gigi dasar
paripurna yang ditujukan pada individu, kelurga dan
masyarakat,berpeng hasilan rendah khususnya kelompok
masyarakat awam.

Kegiatan-kegiatanupaya kesehatan gigi dan mulut yang dapat di


laksanakan :

1. Pemeriksaan, pengobatan dan perawatan gigi, penambalan dan


pencabutan gigi.
2. Membuat rencana kerja dan laporan kegiatan
Kegiatan yang dilakukan meliputi :

1. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan gigi dan mulut serta rujukan


penyuluhan kebersihan gigi pada pasien yang berobat di puskesmas.
2. Usaha kesehatan gigi anak sekolah.
3. Usaha kesehatan gigi masyarakat desa (UKGMD)
KECAMATAN MEDAN TEMBUNG

BULAN JANUARI S/D DESEMBER

TAHUN 2018

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Oct Nov Des
No
L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P

Karies
1 18 36 31 41 24 53 16 33 30 37 26 32 30 43 10 43 22 35 11 18 10 24 5 8

Peny. Pulpa dan Peny. Periapikal


2 42 72 57 11 27 88 23 65 35 82 23 40 32 83 23 81 28 66 38 87 48 74 24 52

Peny. Gusi dan Peny. Periodontal


3 52 97 56 126 32 91 35 87 35 79 22 38 30 97 34 90 30 78 28 72 27 65 26 53

4 Pencabutan Gigi tetap 9 18 4 37 7 23 12 31 15 28 11 17 10 13 5 19 9 7 6 16 8 24 - -


Pencabutan Gigi Sulung
5 14 19 11 18 4 11 17 19 15 20 11 15 20 35 11 21 18 23 10 11 17 13 - -

Tabel 4.16 LAPORAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PUSKESMAS SERING KECAMATAN MEDAN TEMBUNG BULAN
JANUARI S/D DESEMBER TAHUN 2018
Dari grafik di atas di dapatkan kasus tertinggi terjadi pada bulan Juli dengan jumlah 55 kasus dan kasus terendah terjadi pada
bulan Maret dengan jumlah 15 kasus. Dan dari grafik di atas di ketahui kasus yang paling banyak adalah penyakit gusi dan periodontal
dengan jumlah kasus sebanyak 1.380 kasus, dan kasus yang paling sedikit adalah pencabutan gigi tetap dengan jumlah kasus sebanyak
329 kasus.

5.7.6 Upaya Kesehatan Jiwa

Puskesmas sering belum mempunyaki perawat yang di tatar tentang kesehatan jiwa, dimana dalam kegiatanya harus dilakukan
sistem rujukan kebagian penyakit jiwa RS Pirngasi Medan, RSUP H Adam Malik dan RSJ pusat Medan.
Tabel 4.17 LAPORAN KESEHATAN JIWA PUSKESMAS SERING KECAMATAN MEDAN TEMBUNG BULAN JANUARI S/D DESEMBER TAHUN 2018

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES
NO Jenis Penyakit
L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P

1 Gangguan mental - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Gangguan psikotik /Depresi 1 1 1


2 5 6 9 10 10 11 10 8 5 6 9 5 7 4 6 7 4 6 3 5 6
Skizoprenia 8 7 1

3 Retardasi mental - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Gangguan jiwa bermula


4 pada bayi, anak dan remaja - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
dan perkembangan

5 Penyakit jiwa lainnya - - - - - - - - - - - - - - - - - - 1 3 - - - 1

1 1 1
JUMLAH 5 6 9 10 10 11 10 8 5 6 9 5 7 4 6 8 7 6 3 5 7
8 7 1
Dari diagram disamping di dapatkan jumlah kasus jiwa terbanyak terjadi
pada bulan Mei dengan jumlah 35 kasus, dan jumlah kasus terendah terjadi pada
bulan November dengan jumlah 9 kasus.
5.7.7 Upaya Kesehatan Mata

Kegiatan yang diklakukan berintergrasi dengan kegitan puskesmas yang


lain :

1. Kegiatan KIA, pemberian vitamin A dosis tinggi pada Balita, penyuluhan


kesehatan di Posyandu.
2. Dengan UKS, penyuluhan Keshantan mata di sekolahan.
3. Melakukan pengobatan mata yang dapat ditanggulangi
4. Melakukan rujukan pada unit yang manapun, apabila pengobatan tidak
mampu ditanggulangi.

5.7.8 Upaya Kesehatan Lanjut Usia (LANSIA)

Kegiatan-kegiatan lanjut usia di Puskesma adalah :

Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia

Upaya promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan :

a. Kesehatan dan pemeliharaan kesehatan diri.


b. Makanan dengan menu yang mengandung gizi seimbang.
c. Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat.

Tabel 4.18 DATA JUMLAH KUNJUNGAN LANSIA PERKELURAHAN

UPT PUSKESMAS SERING TAHUN 2018

NO KELURAHAN

BULAN

SIDOREJO SIDOREJO INDRA KASIH


HILIR

1 JANUARI 422 314 94

2 FEBRIARI 352 307 80

3 MARET 343 254 92

4 APRIL 420 275 75

5 MEI 305 207 89


6 JUNI 211 242 69

7 JULI 248 257 85

8 AGUSTUS 216 216 80

9 SEPTEMBER 120 152 60

10 OKTOBER 179 201 53

11 NOVEMBER 139 194 51

12 DESEMBER 111 195 52

Jumlah 3.066 2.814 880

 Klinik DM PUSKESMAS Sering


Klinik DM Puskesmas Sering berdiri pada tahun 2008 tanggal 30
bulan Mei hingga sampai tahun 2018, untuk hari dan jam pelayanan
setiap hari Selasa jam 09.00 WIB. Tempat UPT Puskesmas Sering
penanggung jawab Kepala UPT Puskesmas Sering dr. REFRINI

Pelaksana Dokter : - Al Vita Sari

- Sri Parianti
- Panca Junita
- Syarayuna

Kegiatan Klinik DM Penyuluhan Cek KGD, Demonstrasi diet


pemeriksaan fisik dan terapi, Senam kaki dan senam diabetes. Dan
laporan kunjuan setiap bulannya.

Tabel 4.19 LAPORAN KUNJUNGAN KLINIK DIABETES UPT PUSKESMAS SERING


BULAN JANUARI S/D DESEMBER TAHUN 2018

NO BULAN JUMLAH KINJUNGAN LAKI –LAKI PEREMPUAN

1 JANUARI 122 42 80
2 FEBRUARI 130 59 80

3 MARET 134 54 80

4 APRIL 126 47 79

5 MEI 86 25 61

6 JUNI 126 45 81

7 JULI 88 37 51

8 AGUSTUS 100 49 51

9 SEPTEMBER 129 49 80

10 OKTOBER 112 39 73

11 NOVEMBER 110 44 66

12 DESEMBER 89 34 55

JUMLAH 1352 524 837

Kegiatan Klinik DM

Pemeriksaan Pengobatan : Setiap Hari Selasa

SENAM DM : Setiap Hari Selasa

EDUKASI : Setiap Hari Selasa

5.7.9 Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional (Batra)

Kegiatan :

1. Pembinaan kepada masyarakat pengobatan tradisional anatara


lain dukun beranak, dukun patah, dukun pijat, tukang jamu dan
lain-lain.
2. Memberikan menyuluhan tentang manfaat perkarangan untuk
penanaman obat keluarga.

5.7.10 Upaya Laboratorium Sederhana

Melakukan pemeriksaan laboratoriuum sederhana :

1. Rutin
a. Darah rutin (Hb, Ht, Eritrosit, Leukosit, Trombosit, LED,
Diftel)
b. Urin rutin (Warna, Ph, Glukosa, Protein, Bilirubin, Sedimen)
c. Feses rutin (Warna, Konsistensi, Amoeba, Eritrosi, Telur
cacing)
2. Tabel 4.20 Laporan Pemeriksaan Laboratorium Bulan Januari s/d November Tahun 2018

Jenis
No. Bulan
Pemeriksaan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov

1 Pem. Hb 42 12 10 11 10 10 11 22 27 21 13

Pem. Tes
2 - - - - - - - - - - -
kehamilan

3 Pem. HIV 29 19 10 14 14 10 39 23 28 12 22

4 Pem. Hepatitis 22 8 7 17 14 10 20 21 18 21 2

5 Pem. Sypilis 29 19 10 14 14 10 39 23 28 21 22

6 Pem. KGD 52 134 103 92 59 150 98 124 145 97 100

7 Pem. Cholesterol 61 44 - - - 7 7 - - - 12

8 Pem. As. Urat 49 67 40 38 25 22 51 56 37 35 48

9 Pem. Sputum TB 24 20 35 15 11 17 8 11 11 8 -

Pem. Protein
10 4 3 - - - - - 7 3 - 13
Bumil

Jumlah 312 326 215 201 147 236 273 287 297 215 232
6.1 Laporan Kegiatan Harian
6.1.1 Kamis, 27 Desember 2018
Hari selasa, 27 Desember 2018 adalah hari pertama kami memulai
kegiatan KKS di Puskesmas Sering. Kami mulai kegiatan hari kamis,
dikarenakan 1) hari senin tanggal 24 Desember 2018 dan 25
Desember 2018 libur nasional dalam rangka Natal serta pada hari rabu
26 Desember 2018 kami masih mengikuti bimbingan di Dinas Kota
Medan mengenai materi tentang puskesmas dan memberikan
pembekalan tentang promkes di puskesmas serta pemberian tugas di
puskesmas yang dituju. 2) kami memulai kegiatan di puskesmas pada
hari selasa tanggal 27 Desember 2018. Setelah sampai para mahasiswa
bertemu dengan dr. Hj. Refrini selaku kepala puskesmas, lalu
memberikan surat masuk, setelah itu para mahasiswa juga berkenalan
dengan semua staf yang ada di puskesmas, dan diajak berkeliling ke
ruangan-ruangan yang ada di Puskesmas Sering.
Setelah itu, mahasiswa dibagi untuk mengisi poli, dan mengikuti
kegiatan Puskesmas. Poli yang diisi adalah poli umum, poli lansia,
poli Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Apotek dan Administrasi.
Kegiatan yang diikuti adalah PIS-PK, kunjungan Posyandu balita dan
lansia. Mahasiswa dibagi 3 orang tiap poli.
Kegiatan di poli umum adalah memberikan pelayanan kesehatan,
dan sharing dengan dokter yang bertugas di poli umum dalam
penegakkan diagnosis dan pemberian terapi kepada pasien yang
datang. Di poli umum ada 1 dokter yang bertugas, dan mahasiswa ikut
serta dalam jalannya pengobatan.
Kegiatan di poli lansia memberikan pelayanan kesehatan kepada
lansia, dan mahasiswa ikut serta dalam pemberian pengobatan, dan
sharing dengan dokter yang bertugas di poli ini tentang masalah
kesehatan lansia dan penyakit terbanyak pada lansia.
Kegiatan di poli KIA adalah memberikan pelayanan kepada ibu
hamilyang akan memeriksakan kehamilannya, dan ikut serta dalam
melakukan anamnesis dan pemeriksaan, selain itu di dalam poli ini
ada pelayanan tentang Keluarga Berencana (KB) dan penyakit pada
anak.
Kegiatan di Apotek yaitu mahasiswa ikut melayani pasien dengan
memberikan obat sesuai dengan resep dokter.
Kegiatan di Administrasi mahasiswa ikut melayani pasien yang
mau berobat dan mencatat nama pasien serta menulis nomor Rekam
Medis (RM) di buku serta mengarahkan pasien ke poli yang mau di
tuju.
Kegiatan mahasiswa yang mengikuti PIS-PK adalah mengunjungi
rumah-rumah warga dan melakukan wawancara tentang keadaan
Rumah dan anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut.
Kegiatan mahasiswa yang mengikuti kunjungan Posyandu adalah
ikut serta dalam pemberian imunisasi, penimbangan BB balita dan
pemberian penyuluhan kepada ibu-ibu yang datang.
Kegiatan ini dilakukan dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul
14.00 WIB.

6.1.2 Jumat, 28 Desember 2018


Pada hari ini mahasiswa mengikuti pendataan PIS-PK dan
penanaman pohon serta kerja bakti di sidorejo. Setelah selesai
mahasiswa balik ke puskesmas Sering melakukan pengobatan di poli,
mahasiswa melakukan kegiatan di poli masing-masing. Kegiatan di
puskesmas ini dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul
10.00 WIB.

6.1.3 Sabtu, 29 Desember 2018


Pada hari ini mahasiswa mengiuti pengobatan di poli, mahasiswa
melakukan kegiatan di poli masing-masing. Kegiatan di puskesmas ini
dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB.

6.1.4 Senin, 31 Desember 2018


Pada hari ini mahasiswa melakukan kegiatan di poli masing-masing
sesuai pembagian tugas. Kegiatan ini dilakukan dari pukul 08.00 WIB
sampai dengan pukul 14.00 WIB.

6.1.5 Rabu, 2 Januari 2018


Pada hari ini kegiatan mahasiswa di mulai dengan mengukur
tekanan darah lansia. Setiap hari Rabu di Puskesmas Sering juga
mengadakan Senam Lansia. Sebelum senam para lansia di ukur
tekanan darahnya, setelah itu para mahasiswa ikut serta dengan lansia
mengikuti senam bersama, setelah senam dilakukan para mahasiswa
memberikan penyuluhan kepada lansia, penyuluhan tentang
Hipertensi, Stroke, DM, dan CKD yang disampaikam oleh mahasiswa
yaitu Cindy Permata Sari, Hariyani Winarso, Zelina Zen, dan Fibri
Famelia. Setelah penyuluhan, para mahasiswa kembali ke poli
masing-masing dan mahasiswa mulai melakukan pengumpulan data
di Puskesmas. Kegiaatan ini dilakukan dari pukul 08.00 WIB sampai
dengan pukul 14.00 WIB.
Pada hari ini mahasiswa melakukan kegiatan di poli masing-
masing. Kegiatan ini dilakukan dari pukul 08.00 WIB sampai dengan
pukul 10.00 WIB. Kemudian mahasiswa melakukan penyuluhan
dengan judul Keluarga Berencana (KB) yang dilakukan oleh.
Selanjutnya dilanjutkan dengankegiatan dipoli masing masing hingga
pukul 14.00 WIB.

6.1.6 Kamis, 3 Januari 2019


Pada hari ini kegiatan mahasiswa melakukan penyuluhan tentang
penyakit-penyakit Infeksi di puskesmas. Penyuluhan tentang Gigi, TB,
DBD, Merokok, ISPA, HIV/AIDS dan etika batuk yang di sampaikan
oleh Fadli Muchlisin, Dayang Permatasari, Khusnul Eka Pratiwi, Dwi
Hiqma R, Nia Nove Malia, Erwin Suyanto dan Sri Jannati Asih.
Dengan responden pasien TB dan pasien poli. Setelah selesai
penyuluhan Para mahasiswa balik ke poli masing-masing hingga
selesai pukul 14. 00 WIB.
6.1.7 Jumat, 4 Januari 2019
Pada hari ini mahasiswa ikut kunjungan PIS-PK di 2 kelurahan
yang di ikuti 7 mahasiswa dengan 2 petugas dari puskesmas.Setelah
selesai mahasiswa mulai melakukan pengumpulan data di Puskesmas.
Kegiaatan ini dilakukan dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul
10.00 WIB.

6.1.8 Sabtu, 5 Januari 2019


Pada hari ini mahasiswa melakukan kegiatan di poli masing-
masing sesuai pembagian tugas. Kegiatan ini dilakukan dari pukul
08.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB.

6.1.9 Senin, 7 Januari 2019


Pada hari ini mahasiswa mengikuti posyandu di rumah kader
posyandu balita. Mahasiswa yang mengikuti kegitan posyandu balita
diikuti 3 orang dan 2 petugas dari pusksmas. Di posyandu mahasiswa
melakukan penimbangan pada balita serta melakukan penyuntikan
imunisasi serta memberikan makanan tambahan bayi (MTB) serta
melakukan penyuluhan tentang Imunisasi, cacing, kejang demam, dan
cuci tangan yang disampaikan oleh Aditya Permana, Anggi Sapta
Handayani, Cindy Fadilla, Suci Ramadhani setelah selesai kegiatan
posyandu mahasiswa balik lagi ke puskesmas kembali ke poli masing-
masing. Kegiatan yang dilakukan seluruh mahasiswa pada hari ini di
mulaipukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB.
6.1.10 Selasa, 8 Januari 2019
Hari ini mahasiswa melakukan kegiatan tensi dan mengukur kadar
Gula Darah pada pasien DM, setiap hari selasa di puskesmas Sering
membuka poli DM. Kegiatan ini dilakukan dari pukul 08.00 WIB
sampai dengan pukul 14.00 WIB.

6.1.11 Rabu, 9 Januari 2019


Pada hari ini mahasiswa melaksanakan kegiatan internal dipoli
masing masing. Pada hari ini mahasiswa rolling ruangan atau
perputaran tempat dimana mahasiswa akan mendapatkan kesempatan
mencoba ruangan/poli yang berbeda dari hari sebelumnya.

6.1.12 Kamis, 10 Januari 2019


Pada hari ini mahasiswa melakukan tugas terakhir di puskesmas
Sering. Mahasiswa menempati poli dan ruangan masing-masing serta
pengambilan data puskesmas. Kegiatan hari ini hingga pukul 14:00
WIB.

7.1 Identifikasi Masalah Puskesmas Keliling Dipuskesmas Sering

7.1.1 Pemecahan Masalah Puskesmas Keliling

Tidak dilakukan kegiatan Puskesmas Keliling, dikarenakan


Wilayah Puskesmas Sering tersebut memilik 3 Kelurahan dimana
setiap Kelurahan memiliki Puskesmas Terpadu.

7.1.2 Pengertian
Puskesmas Keliling merupakan jaringan pelayanan
Puskesmas yang sifatnya bergerak (mobile), untuk meningkatkan
jangkauan dan kualitas pelayanan bagi masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas yang belum terjangkau oleh pelayanan dalam gedung
Puskesmas. Puskesmas Keliling dilaksanakan secara berkala sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan dengan memperhatikan siklus
kebutuhan pelayanan.

7.1.3 Tujuan Puskesmas Keliling


Tujuan dari Puskesmas Keliling adalah untuk meningkatkan
jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat
terutama masyarakat di daerah terpencil/sangat terpencil dan
terisolasi baik di darat maupun di pulau-pulau kecil serta untuk
menyediakan sarana transportasi dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan.

7.1.4 Fungsi Puskesmas Keliling


Fungsi dari Puskesmas Keliling adalah sebagai:

a. Sarana transportasi petugas


b. Sarana transportasi logistik
c. Sarana pelayanan kesehatan
d. Sarana pendukung promosi kesehatan

7.1.5 Peran Puskesmas Keliling


Adapun peran Puskesmas Keliling adalah:

1. Meningkatkan akses dan jangkauan pelayanan dasar di wilayah


kerja Puskesmas.
2. Mendukung pelaksanaan pelayanan kesehatan di daerah yang
jauh dan sulit.
3. Mendukung pelaksanaan kegiatan luar gedung seperti
Posyandu, Imunisasi, KIA, penyuluhan kesehatan, surveilans,
pemberdayaan masyarakat, dll.
4. Mendukung pelayanan rujukan.
5. Mendukung pelayanan promotif dan preventif.

7.1.6 Aspek yang harus di perhatikan


Aspek yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan
Puskesmas Keliling:

A. Aspek program
Puskesmas Keliling digunakan untuk sarana penunjang
pelaksanaan pelayanan kesehatan. Kegiatan yang dilaksanakan
relatif terbatas karena peralatan dan tenaga yang ada terbatas.
Untuk itu dinas kesehatan kabupaten/kota serta Puskesmas
harus dapat merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan
pada kegiatan Puskesmas keliling. Hal ini akan berkaitan
dengan peralatan dan obat-obat yang akan dibawa.

B. Aspek tenaga
Tenaga kesehatan yang akan bertugas pada Puskesmas
keliling diharapkan merupakan tim yang dapat bekerjasama
dengan baik serta memiliki kemampuan yang cukup.

C. Aspek sarana
Sarana yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi yang dihadapi, dan memenuhi persyaratan keselamatan
dan keamanan petugas. Jenis sarana puskesmas keliling:

a. Puskesmas keliling darat: kendaraan roda 2, kendaraan roda


4 biasa, kendaraan roda 4 double gardan.
b. Puskesmas keliling laut: Perahu Polyetylen, Perahu
Fiberglass, Perahu Kayu, Ketinting
D. Aspek pembiayaan
Aspek pembiayaan perlu diperhatikan terkait biaya
operasional dan biaya pemeliharaan kendaraan.

E. Aspek pendukung
Dalam pelaksanaan Puskesmas keliling ada
subsistem yang harus dibangun untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan. Subsistem ini antara lain sistem rujukan, sistem
komunikasi dengan Puskesmas, dan sistem pencatatan dan
pelaporan.
Untuk operasional Puskesmas keliling, pendukung
yang harus dipenuhi yaitu peralatan pelayanan kesehatan, obat
dan bahan habis pakai, perlengkapan keselamatan tim dan
perorangan, dan alat komunikasi.

7.2 Penyakit Diare

7.2.1 Pemecahan masalah :


a. Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang kebersihan.
b. Meningkatkan penyuluhan dalam upaya pencegahan Diare kepada
masyarakat.
c. Memberikan pengetahuan dan pengertian dengan baik dan benar
kepada masyarakat agar masyarakat dapat berpartisipasi guna
kelancaran kegiatan tentang upaya pencegahan Diare.

7.2.2 Pengertian Diare


Diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair (mencret)
sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Ingat, dua
kriteria penting harus ada yaitu BAB cair dan sering, jadi misalnya
buang air besar sehari tiga kali tapi tidak cair, maka tidak bisa
disebut daire.

7.2.3 Penyebab Diare


Mekanisme diare (Juffrie, 2011) Secara umum diare disebabkan
dua hal yaitu gangguan pada proses absorpsi atau sekresi. Terdapat
beberapa pembagian diare :
1. Pembagian diare menurut etiologi
2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan
a. Absorpsi
b. Gangguan sekresi
3. Pembagian diare menurut lamanya diare
a. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
etiologi non infeksi
c. Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
etiologi infeksi.
Kejadian diare secara umum terjadi dari satu atau beberapa
mekanisme yang saling tumpang tindih. Menurut mekanisme diare
maka dikenal: diare akibat gangguan absorpsi yaitu volume cairan
yang berada di kolon lebih besar daripada kapasitas absorpsi. Disini
diare dapat terjadi akibat kelainan di usus halus, mengakibatkan
absorpsi menurun atau sekresi yang bertambah. Apabila fungsi usus
halus normal, diare dapat terjadi akibat absorpsi di kolon menurun
atau sekresi di kolon meningkat. Diare juga dapat dikaitkan dengan
gangguan motilitas, inflamasi dan imunologi. Komplikasi
kebanyakan penderita diare sembuh tanpa mengalami komplikasi,
tetapi sebagian kecil mengalami komplikasi dari dehidrasi, kelainan
elektrolit atau pengobatan yang diberikan. Komplikasi paling
penting walaupun jarang diantaranya yaitu: hipernatremia,
hiponatremia, demam, edema/overhidrasi, asidosis, hipokalemia,
ileus paralitikus, kejang, intoleransi laktosa, malabsorpsi glukosa,
muntah, gagal ginjal.

7.2.4 Cara Penularan dan Faktor Resiko Diare


Menurut Bambang dan Nurtjahjo (2011) cara penularan diare
pada umumnya melalui cara fekal-oral yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung
tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar
tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat (melalui 4F =
finger, files, fluid, field). Juffrie dan Mulyani (2011) Faktor resiko
yang dapat meningkatan penularan enteropatogen antara lain: tidak
memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan
bayi, tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh
tinja, kurangnya sarana kebersihan (MCK), kebersihan lingkungan
dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang
tidak higenis dan cara penyapihan yang tidak baik. Selain hal-hal
tersebut beberapa faktor pada penderita dapat meningkatkan
kecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain gizi buruk,
imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung, menurunnya
motilitas usus, menderita campak dalam 4 minggu terakhir dan
faktor genetic.
1. Faktor umur
Sebagian besar episiode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insidensi tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-11
bulan pada saat diberikan makanan pendamping ASI. Pola ini
menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar antibodi ibu,
kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang
mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung
dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai
merangkak. Kebanyakan enteropatogen merangsang paling tidak
sebagian kekebalan melawan infeksi atau penyakit yang
berulang, yang membantu menjelaskan menurunnya insiden
penyakit pada anak yang lebih besar dan pada orang dewasa.
2. Infeksi asimtomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi
asimtomatik ini meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan
pembentukan imunitas aktif. Pada infeksi asimtomatik yang
mungkin berlangsung beberapa hari atau minggu, tinja penderita
mengandung virus, bakteri atau kista protozoa yang infeksius.
Orang dengan infeksi asimtomatik berperan penting dalam
penyebaran banyak enteropatogen terutama bila mereka tidak
menyadari adanya infeksi, tidak menjaga kebersihan dan
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Escheria
coli dapat menyebabkan bakteremia dan infeksi sistemik pada
neonatus. Meskipun Escheria coli sering ditemukan pada
lingkungan ibu dan bayi, belum pernah dilaporkan bahwa ASI
sebagai sumber infeksi Escheria coli
3. Faktor musim
Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak
geografis. Didaerah sub tropik, diare karena bakteri lebih sering
terjadi pada musim panas, sedangkan diare karena virus
terutama rotavirus puncaknya terjadi pada musim dingin.
Didaerah tropik (termasuk indonesia), diare yang disebabkan
oleh retrovirus dapat terjadi sepanjang tahun dengan
peningkatan sepanjang musim kemarau, sedangkan diare karena
bakteri cenderung meningkat pada musim hujan.

7.2.5 Penangganan Diare Terhadap Balita


Sesuai rekomendasi WHO/UNICEF dan IDAI, sejak tahun
2008 Departemen Kesehatan Republik Indonesia memperbaharui
tatalaksana diare yang dikenal dengan istilah lima langkah tuntaskan
diare (Lintas diare) sebagai salah satu strategi pengendalian
penyakit diare di Indonesia. Lintas diare meliputi pemberian oralit,
zinc selama 10 hari, pemberian ASI dan makanan sesuai umur,
antibiotika selektif dan nasihat bagi penggunaan zinc untuk
penderita diare dapat mengurangi lama dan keparahan diare,
mengurangi frekuensi dan volume buang air besar, serta mencegah
kekambuhan kejadian diare sampai 3 bulan berikutnya.
Berdasarkan laporan Susenas (2007), sebanyak 58,9% keluarga
membawa balita sakitnya untuk rawat jalan, sebagian besarnya
dibawa ke puskesmas (45%) dan 31,7 % dibawa ke praktek tenaga
kesehatan. Berdasarkan studi awal yang dilakukan oleh Pouzn
(point of use water disinfection zinc treatment) project yang
dilaksanakan oleh Nielsen (2009) di Bandung, dalam perilaku
mendapatkan saran kesehatan atau care seeking behaviormaka ibu
yang anaknya diare akan mencari nasehat dari tetangga (69%), dari
bidan (31%), puskesmas (16%), posyandu (6%) dan dokter (6%).
Saat ini WHO menganjurkan empat hal utama yang efektif
dalam menangani anak-anak yang menderita diare akut, yaitu:
1. Penggantian cairan (rehidrasi), cairan diberikan secara oral
untuk mencegah dehidrasi dan mengatasi dehidrasi yang
sudah terjadi.
2. Pemberian makanan terutama ASI, selama diare dan pada
masa penyembuhan diteruskan.
3. Tidak menggunakan obat anti diare Antibiotika hanya
diberikan pada kasus kolera dan disentri yang disebabkan
oleh shingella, sedangkan metrodinazole diberikan pada
kasus giardiasis dan amebiasis.
Petunjuk yang efektif bagi ibu serta pengasuh tentang :

a. Bagaimana merawat anak yang sakit di rumah, terutama tentang


bagaimana membuat oralit dan cara memberikannya.
b. Tanda-tanda yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk
membawa anak kembali berobat dan mendapat pengawasan
medik yang lebih baik.
c. Metoda yang efektif untuk mencegah kejadian diare.

8.1 Kesimpulan
1.

8.2. Saran
LAPORAN KEGIATAN

BAB VI

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT


TERHADAP PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN AREA SELATAN KELURAHAN
SUKARAMAI PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2018

6.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah hak dasar setiap orang, dan semua warga negara berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan. UUD 1945 mengamanatkan bahwa jaminan
kesehatan bagi masyarakat, khususnya yang miskin dan tidak mampu adalah
tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah. Pada UUD 1945 Perubahan, Pasal
34 ayat 2 menyebutkan bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemerintah menjalankan UUD 1945 tersebut
dengan mengeluarkan UU No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) untuk memberikan jaminan sosial menyeluruh bagi setiap orang
dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak menuju terwujudnya
masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur. Dalam UU No 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan juga ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak
yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
Sesuai dengan UU No 40 Tahun 2004, Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) diselenggarakan dengan mekanisme Asuransi Sosial dimana setiap
peserta wajib membayar iuran guna memberikan perlindungan atas resiko sosial
ekonomi yang menimpa peserta atau anggota keluarganya. Dalam Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN), terdapat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
yang merupakan bentuk komitmen pemerintah terhadap pelaksanaan jaminan
kesehatan masyarakat Indonesia seluruhnya. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 196
LAPORAN KEGIATAN

adalah program jaminan sosial yang menjamin biaya pemeliharaan kesehatan


serta pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan yang di selenggarakan nasional
secara bergotong royong wajib oleh seluruh penduduk Indonesia dengan
membayar iuran berkala atau iurannya di bayari oleh pemerintah kepada badan
penyelenggara jaminan sosial kesehatan nir laba-BPJS Kesehatan. Tujuan dari
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk memberikan manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan akan pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan.
Manfaat pelayanan kesehatan perseorangan yang komprehensif, mencakup
pelayanan promotif yaitu suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan,
pelayanan preventif yaitu suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah
kesehatan/penyakit, pelayanan kuratif yaitu suatu kegiatan atau serangkaian
kegiatan pengobatan yang di tujukan untuk menyembuhkan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit agar kualitas penderita dapat terjaga
seoptimal mungkin dan pelayanan rehabilitatif yaitu serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan diri seseorang yang pernah mengalami gangguan psikis ke dalam
masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal sesuai
dengan kemampuannya, termasuk obat dan bahan medis.
Seiring dengan dimulainya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) per 1 Januari
2014, semua program jaminan kesehatan yang telah dilaksanakan pemerintah
tersebut (Askes PNS, JPK Jamsostek, TNI, Polri, dan Jamkesmas), diintegrasikan
ke dalam satu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS
Kesehatan). Jadi keberadaan institusi bernama BPJS (Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial) adalah salah satu cara untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar
hidup yang layak dan meningkatkan martabatnya menuju terwujudnya
masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur. Tujuan Sistem Jaminan
Sosial Nasional memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang
layak bagi setiap peserta atau anggota keluarganya. Dengan demikian Badan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 197
LAPORAN KEGIATAN

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) mendistribusikan kesejahteraan sekaligus


perlindungan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hadirnya Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Sosial (BPJS) Kesehatan
merupakan langkah maju karena memberikan jaminan kesehatan kepada seluruh
lapisan masyarakat. Untuk bisa memanfaatkan fasilitas jaminan ini, masyarakat
perlu memahami prosedur dan ketentuan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan dengan baik, dengan demikian akan lebih memudahkan
masyarakat dalam memperoleh fasilitas kesehatan ini. Karena dengan
memahaminya, peserta bisa mengikuti sesuai aturan main yang berlaku.
Selanjutnya pengamat melakukan wawancara secara random kepada peserta
BPJS Kesehatan tentang pemahaman mereka mengenai BPJS Kesehatan, karena
sebagai peserta BPJS kesehatan sudah seharusnya paham dengan berbagai
peraturan dan prosedur yang berkaitan dengan BPJS kesehatan guna mendapatkan
dan menggunakan fasilitas yang disharing sediakan oleh BPJS.
Berdasarkan hasil wawancara kepada peserta BPJS Kesehatan, mereka hanya
paham tentang membayar iuran dikelas pelayanan terdaftar saja, kemudian
prosedur- prosedur lain seperti apa saja pelayanan yang akan didapatkan mereka
kurang paham. Hal ini juga menjadi salah satu permasalahan bagi masyarakat dan
JKN itu sendiri, karena ketidak pahaman peserta itu dapat mempengaruhi
masyarakat lain yang akan tergabung ke JKN dan juga mempengaruhi
keberlangsungan peserta itu sendiri terhadap persepsi pelayanan BPJS kesehatan.
Peneliti juga melakukan wawancara kepada masyarakat yang belum
mendaftarkan diri sebagai peserta BPJS Kesehatan, terdapat beberapa
permasalahan yang menyebabkan masyarakat belum mendaftarkan diri sebagai
peserta BPJS Kesehatan. Berkenaan dengan program JKN, masalah yang paling
dominan adalah pemahaman masyarakat yang kurang mengenai program JKN.
Berdasarkan uraian tersebut pengamat dapat menyimpulkan bahwa adanya
kebijakan yang baik itu tidak bisa berjalan dengan baik apabila pelaksana dan
pengguna program tidak disertai pemahaman dan pengetahuan yang sesuai.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 198
LAPORAN KEGIATAN

Kemudian berdasarkan uraian sebelumnya juga, kurangnya pemahaman mengenai


peserta BPJS Kesehatan. Untuk itu, peneliti akan melakukan penelitian tentang
Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Terhadap Program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Area Selatan Kelurahan
Sukaramai Provinsi Sumatera Utara Tahun 2018.

6.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut
“Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Terhadap Program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Area
Selatan Kelurahan Sukaramai Provinsi Sumatera Utara Tahun 2018.”

6.3 Tujuan Penelitian


6.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan dan Sikap Masyarakat
terhadap Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Wilayah Kerja
Puskesmas Medan Selatan Kelurahan Sukaramai Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2018.
6.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan responden terhadap
Jaminan Kesehatan Nasional di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Area
Selatan Tahun 2018.
2. Mengetahui distribusi frekuensi sikap responden terhadap Jaminan
Kesehatan Nasional di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Area Selatan
Tahun 2018.
3. Mengetahui Gambaran Pengetahuan dan Sikap Masyarakat terhadap
Program Jaminan Kesehatan Nasional di Wilayah Kerja Puskesmas
Medan Selatan Kelurahan Sukaramai Provinsi Sumatera Utara Tahun
2018.

6.4 Manfaat Penelitian

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 199
LAPORAN KEGIATAN

6.4.1 Bagi Peneliti


Memberikan pengalaman dalam melaksanakan penelitian di masyarakat
umum dan menambah wawasan serta pengetahuan mengenai gambaran
pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) Di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Area Selatan Kelurahan
Sukaramai Provinsi Sumatra Utara Tahun 2018.
6.4.2 Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat, terutama kepada masyarakat
yang kurang mampu tentang pentingnya program Jaminan Kesehatan
Nasional. Sehingga Kelurahan Sukaramai dapat dengan mudah berobat.
6.4.3 Bagi Instansi Terkait
Sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan kondisi kesehatan
masyarakat pada pelaksanaan program JKN (jaminan kesehatan nasional) di
Kelurahan Sukaramai Provinsi Sumatera Utara.
6.4.4 Bagi Peneliti Lain
Menjadi sumber referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti
pada bidang kajian sejenis sehingga hasilnya nanti diharapkan dapat
memperbaharui dan menyempurnakan penelitian ini.

6.5 Pengetahuan
6.5.1 Pengertian
Pengetahuan adalah kesan dalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca inderanya, yang berbeda kepercayaan (beliefs), takhayul
(supertitions), dan peradangan yang keliru (missing informations) (Soekanto,
2002: 6).
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca
indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetauhan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.
Cara memperoleh pengetahuan :
1. Penemuan secara kebetulan
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 200
LAPORAN KEGIATAN

2. Hal untung-untungan
3. Kewajiban
4. Usaha-usaha yang spekulatif
5. Pengalaman
6. Penelitian ilmiah.
6.5.2 Tingkat pengetahuan dibagi menjadi enam tingkat, yaitu:
Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan yang dicakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, pada tingkatan ini recall (mengingat kembali) terhadap
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang
yang diterima. Oleh sebab itu tingkatan ini adalah yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar tentang objek yang dilakukan dengan
menjelaskan, menyebutkan contoh dan lain-lain.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi
disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam kontak atau situasi yang
lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan
atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.
Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat
analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 201
LAPORAN KEGIATAN

mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas


objek tersebut.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun,
dapat merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau
rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada.
Dari teori tingkat pengetahuan diatas dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan memiliki 6 tingkatan, namun peneliti hanya fokus sampai di
dua tingkatan yaitu tingkat pengetahuan tersebut diantaranya tingkat
pertama tahu setelah mendapatkan pengetahuan, tingkat kedua memahami
pengetahuan yang didapatkan.
6.5.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sebagai berikut
(Notoadmojo, 2012) :
1. Faktor internal
a) Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
seseorang semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Dengan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 202
LAPORAN KEGIATAN

pendidikan tinggi, maka seseorang akan semakin cenderung untuk


mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media
massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat mengenai kesehatan. Peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi
juga dapat diperoleh pada pendidikan nonformal. Pengetahuan
seseorang tentang suatu objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek
positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah akhirnya akan
menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak
aspek positif dari objek yang diketahui, maka akan menumbuhkan
sikap makin positif terhadap objek tersebut.
b) Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di sektor formal memiliki akses yang lebih
baik, terhadap berbagai informasi, termasuk kesehatan.
1) Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik, akan tetapi pada umur-umur
tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak
secepat ketika berusia belasan tahun, dengan demikian dapat
disimpulkan faktor umur akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
seseorang yang akan mengalami puncaknya pada umur-umur
tertentu dan akan menurun kemampuan penerimaan atau
mengingat sesuatu seiring dengan usia semakin lanjut.
2. Faktor eksternal
a) Faktor lingkungan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 203
LAPORAN KEGIATAN

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,


baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam
individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi
karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan
direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

b) Sosial budaya dan ekonomi


Kebiasaan dan tradisi yang biasa dilakukan orang-orang tidak
melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan
demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak
melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu
sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
c) Informasi/Media massa
Informasi adalah suatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang
menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu,
informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun
nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate
impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan. Berkembangnya teknologi akan menyediakan
bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sehingga sarana
komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,
surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Penyampaian

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 204
LAPORAN KEGIATAN

informasi sebagai tugas pokoknya, media massa juga membawa


pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan
landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal
tersebut.

d) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang
dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang
dikembangkan akan memberikan pengetahuan dan keterampilan
profesional, serta dapat mengembangkan kemampuan mengambil
keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar
secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang
kerja (Notoadmojo, 2012).

6.6 Sikap
6.6.1 Pengertian
Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri,
orang lain, objek dan isi. Sikap adalah merupakan reaksi atau respon
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoadmojo,2007: 146).
Sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai
kecendrungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi (Purwanto H, 2010).
Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu :
1. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai individu
pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan sterotipe yang

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 205
LAPORAN KEGIATAN

dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan pendapat (opini)


terutama apabila menyangkut masalah.
2. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek
emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam
sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan
terhadap pengaruh-pengaruh yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.
3. Komponen konaktif merupakan aspek kecendrungan berprilaku tertentu
sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tedensi atau
kecendrungan untuk bertindak/bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara
tertentu dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk
mengharapkan bahwa sikapnya adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi
prilaku.
6.6.2 Berbagai Kategori Sikap
1. Menurut Heri Purwanto, sikap terdiri dari :
a) Sikap Positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati,
menyenangi, menghadapkan objek tertentu.
b) Sikap Negatif, terdapat kecenderungan untuk menjauhi,
menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu ( Zuriah,
2003 )
2. Menurut Azwar, sikap terdiri dari :
a) Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi
dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-
ceramah tentang gizi.
b) Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dan sikap.
Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 206
LAPORAN KEGIATAN

mengerjakan tugas yang diberikan, lepas dari pekerjaan itu benar atau
salah, adalah berarti orang tersebut menerima ide tersebut

c) Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang
mengajak ibu lain (tetangga, saudara, dan sebagainya) untuk pergi
menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi,
adalah bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap positif
terhadap gizi anak.
d) Bertanggung Jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan
segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya,
seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan
tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri (Azwar, 2007).
6.6.3 Cara Pembentukan atau Perubahan Sikap
Sikap dapat dibentuk atau berubah melalui 4 macam cara, yakni ;
1. Adopsi, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang
dan terus-terusan, lama-kelamaan secara bertahap ke dalam diri individu
dan mempengaruhi terbentuknya sikap.
2. Diferensiasi, dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya
pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang
tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya.
Terdapatnya objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.
3. Intelegensi, tadinya secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman
yang berhubungan dengan suatu hal tertentu.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 207
LAPORAN KEGIATAN

4. Trauma, pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan yang meninggalkan


kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman-
pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap
(Azwar, 2007).
6.6.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap
1. Faktor intern yaitu : faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang
bersangkutan sendiri. Kita tidak dapat menangkap seluruh rangsangan
dari luar melalui persepsi, oleh karena itu kita harus memilih rangsangan-
rangsangan mana yang akan kita teliti dan mana yang harus dijauhi.
Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif dan kecenderungan-
kecenderungan dalam diri kita.
2. Faktor ekstern : yang merupakan faktor diluar manusia, yaitu :
I. Sifat objek yang dijadikan sasaran sikap.
II. Kewibawaan orang yang mengemukakan sikap tersebut.
III. Sifat orang / kelompok yang mendukung sikap tersebut.
IV. Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan
sikap.
V. Situasi pada saat sikap dibentuk (Purwanto, 1998).
6.6.5 Pengukuran Sikap
Dalam pengukuran sikap ada beberapa macam cara, yang pada garis
besarnya dapat dibedakan secara langsung dan secara tidak langsung. Secara
langsung yaitu subjek secara langsung dimintai pendapat bagaimana sikapnya
terhadap sesuatu masalah atau hal yang diharapkan kepadanya. Dalam hal ini
dapat dibedakan langsung yang tidak berstruktur dan langsung berstruktur.
Secara langsung yang tidak berstruktur misalnya mengukur sikap dan survei
(misal Public Option Survey). Sedangkan secara langsung yang berstruktur,
yaitu pengukuran sikap dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang
telah disusun sedemikian rupa dalam suatu alat yang telah ditentukan dan
langsung dibedakan kepada subjek yang diteliti (Arikunto, 2002).

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 208
LAPORAN KEGIATAN

6.7 Konsep Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah suatu
program Pemerintah dan Masyarakat/Rakyat dengan tujuan memberikan
kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar
penduduk Indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera.Program ini
menjadi prioritas Pemerintah, yaitu Program Kementerian Kesehatan dan
Program Dewan Jaminan Sosial Nasional. UU SJSN No 40 tahun 2004
menetapkan asuransi sosial dan ekuitas sebagai prinsip penyelenggaraan JKN.
Kedua prinsip dilaksanakan dengan menetapkan kepesertaan wajib dan
penahapan implementasinya, iuran sesuai dengan besaran pendapatan, manfaat
JKN sesuai dengan kebutuhan medis, serta tata kelola dana amanah peserta oleh
badan penyelenggara nirlaba dengan mengedepankan kehati-hatian, akuntabilitas
efisiensi dan efektifitas (Kemenkes RI, 2014).
6.7.1 Definisi Jaminan Kesehatan Nasional ( JKN)
Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang
yang telah membayariuran atau iurannya di bayar oleh pemerintah (Peraturan
BPJS No.1 tahun 2014). Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang
dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial
Nasioanal (SJSN). Sistem Jaminan Kesehatan Nasional, ini diselenggarakan
melalui mekanisme Asuransi kesehatan Sosial yang bersifat wajib
(mandatory) berdasarkan Undang –Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional. Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia
terlindungi dalam system asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan masyrakat yang layak. JKN diluncurkan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 209
LAPORAN KEGIATAN

Pemerintah Republik Indonesia sejak 1 Januari 2014, Kementerian Kesehatan


melakukan berbagai upaya untuk memperkuat pelayanan kesehatan.Berbagai
peraturan dan panduan tentang pelayanan kesehatan dan standar tarif dasar
bagi pemberi dan pengelola pelayanan kesehatan (Yankes) telah dikeluarkan.
(Permenkes No. 28 tentang pedoman pelaksanaan Program JKN).
6.7.2 Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional
Manfaat JKN terdiri atas dua jenis yaitu secara medis dan maupun non
medis. Manfaat medis berupa pelayaanan kesehatan yang komprehensif, yakni
pelayanan yang diberikan bersifat paripurna mulai dari preventif, promotif,
kuratif dan rehabilitatif.Seluruh pelayanan tersebut tidak dipengaruhi oleh
besarnya biaya iuran bagi peserta.Manfaat non-medis meliputi akomodasi dan
ambulan. Manfaat akomodasi untuk layanan rawat inap sesuai hak kelas
perawatan peserta. Manfaat ambulan hanya diberikan untuk pasien rujukan
antar fasilitas kesehatan, dengan kondisi tertentu sesuai rekomendasi
dokter.Promotif dan preventif yang diberikan bagi upaya kesehatan
perorangan (personal care). JKN menjangkau semua penduduk, artinya
seluruh penduduk, termasuk warga asing harus membayar iuran dengan
prosentase atau nominal tertentu, kecuali bagi masyarakat miskin dan tidak
mampu, iurannya dibayar oleh pemerintah. Peserta yang terakhir ini disebut
sebagai penerima bantuan iuran. Harapannya semua penduduk Indonesia
sudah menjadi peserta JKN pada tahun 2019.
6.7.3 Prinsip Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional
Dalam pelaksanaan program JKN, BPJS Kesehatan mengacu pada prinsip -
prinsip sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yaitu:
1. Kegotongroyongan, dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta
yang mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 210
LAPORAN KEGIATAN

membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaannya bersifat


wajib untuk seluruh penduduk.
2. Nirlaba, BPJS Kesehatan adalah dana amanah yang dikumpulkan dari
masyarakat secara nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented).
Tujuan utamanya adalah untuk memenuhi sebesar - besarnya kepentingan
peserta.
3. Keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas, Prinsip
manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal
dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.
4. Portabilitas, prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk
memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka
berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
5. Kepesertaan bersifat wajib, kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh
rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan
bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan
kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah, serta kelayakan
penyelenggaraan program.
6. Dana Amanah, dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana
titipan kepada badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam
rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
7. Hasil pengelolaan dana Jaminan Sosial, dipergunakan seluruhnya untuk
pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.
6.7.4 Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
1. Berdasarkan Permenkes No. 28 mengenai Pedoman Pelaksanaan Program
JKN yang dikategorikan peserta adalah :
a) Setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6
(enam) bulandi Indonesia, yang telah membayar iuran.
b) Peserta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terdiri atas 2
kelompok yaitu: Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 211
LAPORAN KEGIATAN

kesehatan dan Peserta bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan


kesehatan.
c) Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan adalah fakir
miskin dan orang tidak mampu.
d) Peserta bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan kesehatan
adalah Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, Pekerja
Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, serta bukan Pekerja
dan anggota keluarganya.
2. Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diberikan nomor identitas
tunggal oleh BPJS Kesehatan Bagi peserta: Askes sosial dari PT. Askes
(Persero), jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK) dari PT. (Persero)
Jamsostek, program Jamkesmas dan TNI/POLRI yang belum mendapatkan
nomor identitas tunggal peserta dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan (BPJS Kesehatan), tetap dapat mengakses pelayanan dengan
menggunakan identitas yang sudah ada.
3. Anak pertama sampai dengan anak ketiga dari peserta pekerja penerima
upah sejak lahir secara otomatis dijamin oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan).
4. Bayi baru lahir dari :
a) Peserta pekerja bukan penerima upah
b) Peserta bukan pekerja
c) Peserta pekerja penerima upah untuk anak keempat dan seterusnya,
harus didaftarkan selambat-lambatnya 3 x 24 jam Hari kerja sejak yang
bersangkutan dirawat atau sebelum pasien pulang (bila pasien dirawat
kurang dari 3 Hari). Jika sampai waktu yang telah ditentukan pasien
tidak dapat menunjukkan nomor identitas peserta JKN maka pasien
dinyatakan sebagai pasien umum.
5. Menteri Sosial berwenang menetapkan data kepesertaan Penerima Bantuan
Iuran (PBI).Selama seseorang ditetapkan sebagai peserta Penerima Bantuan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 212
LAPORAN KEGIATAN

Iuran (PBI), maka yang bersangkutan berhak mendapatkan manfaat


pelayanan kesehatan dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
6. Sampai ada pengaturan lebih lanjut oleh Pemerintah tentang jaminan
kesehatan bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) maka
gelandangan, pengemis, orang terlantar dan lain-lain menjadi tanggung
jawab pemerintah daerah. Demikian juga untuk penghuni panti-panti sosial
serta penghuni rutan/lapas yang miskin dan tidak mampu.
6.7.5 Pelayanan Kesehatan dan Fasilitas KesehatanPeserta Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN)
1. Pelayanan kesehatan, adapun pelayanan kesehatan yang didapatkan
peserta JKN meliputi :
a) Pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat
Inap Tingkat Pertama (RITP)
b) Pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), Rawat
Inap Tingkat Lanjutan (RITL)
c) Pelayanan gawat darurat
d) Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh menteri
Manfaat jaminan yang diberikan kepada peserta dalam bentuk
pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh (komprehensif)
berdasarkan kebutuhan medis yang diperlukan. Pelayanan kesehatan
diberikan di fasilitas kesehatan yang telah melakukan perjanjian
kerjasama dengan BPJS Kesehatan atau pada keadaan tertentu
(kegawatdaruratan medik atau darurat medik) dapat dilakukan oleh
fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
Pelayanan kesehatan dalam program JKN diberikan secara berjenjang,
efektif dan efisien dengan menerapkan prinsip kendali mutu dan kendali
biaya.Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang dimulai dari
pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pelayanan kesehatan tingkat kedua
hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat
pertama.Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat diberikan atas

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 213
LAPORAN KEGIATAN

rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama,


kecuali pada keadaan gawat darurat, kekhususan permasalahan kesehatan
pasien, pertimbangan geografis, dan pertimbangan ketersediaan fasilitas.
2. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan untuk
peserta JKN terdiri atas fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dan
fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan (FKRTL). FKTP dimaksud
adalah:
a) Puskesmas atau yang setara
b) Praktik Dokter
c) Praktik dokter gigi
d) Klinik Pratama atau yang setara
e) Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara.
Dalam hal di suatu kecamatan tidak terdapat dokter berdasarkan
penetapan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat, BPJS
Kesehatan dapat bekerja sama dengan praktik bidan dan/atau praktik
perawat untuk memberikan Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
sesuai dengan kewenangan yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan. Fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan
(FKRTL) berupa:
1) Klinik utama atau yang setara
2) Rumah Sakit Umum
3) Rumah Sakit Khusus
Bagi peserta yang sakit wajib terlebih dahulu memeriksakan
diri ke Faskes tingkat pertama, kecuali dalam keadaan darurat
dapat langsung ke RS.Di Faskes tingkat pertama, peserta JKN
dapat memperoleh pelayanan yang menyeluruh, termasuk
konsultasi, pemeriksaan, pengobatan dan tindakan medis,
transfusi darah, rawat inap tingkat pertama, dan diagnostik
laboratorium.Seluruh fasilitas kesehatan tingkat pertama yang
bergabung dalam program JKN harus mampu menyelenggarakan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 214
LAPORAN KEGIATAN

pelayanan kesehatan komprehensif.Yang belum memiliki sarana


itu wajib membangun jejaring atau merujuk ke fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan.

6.8 Jenis Penelitian


Jenis Penelitian ini menggunakan metode survey yang bersifat Deskritif
Kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang dilakukan
dan diamati dalam satu waktu (Nasehudin & Nanang, 2012).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan
dan Sikap Masyarakat Terhadap Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Area Selatan Kelurahan Sukaramai
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2018.

6.9 Tempat dan Waktu Penelitian


6.9.1 Tempat Penelitian
Tempat penelitian telah dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Medan
Area Selatan Kelurahan Sukaramai Provinsi Sumatera Utara Tahun 2018.
6.9.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian telah dilakukan pada tanggal 24 September – 26
September 2018.

6.10 Populasi dan Sampel


6.10.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
masyarakat yang datang berobat ke Puskesmas Medan Area Selatan dari

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 215
LAPORAN KEGIATAN

tanggal 24 September – 26 September 2018. Populasi dalam penelitian


ini berjumlah 100 orang.
1) Kriteria Inklusi
a) Semua masyarakat yang berobat di Poli Klinik Puskesmas
Medan Area Selatan.
b) Yang datang saat penelitian.
c) Bersedia menjadi responden.
2) Kriteria Ekslusi
a) Yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik
b) Tidak bersedia menjadi responden

6.11 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam
penelitian adalah yang berkunjung berobat dalam memenuhi kriteria di Wilayah
Kerja Puskesmas Medan Area Selatan Kelurahan Sukaramai Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2018. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
Total sampling, dengan jumlah sampel yang didapatkan saat penelitian
berjumlah 100 responden.

6.12 Kerangka Konsep


Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang
ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan
(Notoatmodjo, 2012). Kerangka konsep penelitian mengenai Gambaran
Pengetahuan dan Sikap Terhadap Program Jaminan Kesehatan Nasional di
Wilayah KerjaPuskesmas Medan Area Selatan Kelurahan Sukaramai Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2018. Dapat dilihat pada bagan dibawah ini:

Variabel Independen Variabel Dependen


- Pengetahuan Jaminan Kesehatan
- Sikap Nasional (JKN)
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 216
LAPORAN KEGIATAN

Gambar 6.12 Kerangka Konsep

Keterangan kerangka konsep : Gambaran Pengetahuan dan Sikap responden


terhadap Program JKN

6.13 Variabel Penelitian


Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang
dimiliki oleh suatu penelitian. Dalam penelitian ini digunakan dua variabel,
yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen)
(Notoatmodjo, 2010).
1. Variabel bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi variabel
terikat. Dalam penelitian ini variabel bebas adalah pengetahuan dan sikap.
2. Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
bebas. Dalam penelitian ini variabel terikat adalah Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN).

6.14 Definisi Operasional


Definisi opersional digunakan untuk membatasi ruang lingkup atau
pengertian variabel diamati atau diteliti. Definisi Operasional ini juga
bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap
variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat ukur).

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 217
LAPORAN KEGIATAN

Tabel 6.14.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur

1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil Kuesioner 1. Tidak = 0 Ordinal


2. Ya = 1
dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan
pengindaraan terhadap suatu
objek tertentu.

2 Sikap Suatu reaksi atau respons yang Kuesioner 1. Negatif = 0 Ordinal


2. Positif = 1
masih tertutup dari responden
terhadap suatu stimulus atau
objek

3 Jaminan Jaminan berupa perlindungan Rekam 1. Non JKN Ordinal


Kesehatan kesehatan dan perlindungan Medik =0
2. JKN = 1
Nasional diberikan kepada setiap orang
yang membayari iuran atau
iurannya di bayar oleh
pemerintah

6.15 Pengumpulan Data


Data merupakan hasil pengukuran yang bisa memberikan gambaran suatu
keadaan. Pengumpulan data didapatkan dari data primer.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 218
LAPORAN KEGIATAN

6.15.1 Data Primer


Data primer diperoleh langsung dari sumbernya melalui hasil kuesioner
dengan menggunakan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan masalah
penelitian yang di bagikan kepada 100 orang di Puskesmas Medan Area
Kelurahan Sukaramai Provinsi Sumatera Utara.

6.16 Instrumen Penelitian


Setiap responden diberi kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai
pengetahuan dan sikap terhadap program jaminan kesehatan nasional, yang
terdiri dari 20 pertanyaan berdasarkan tinjauan pustaka sebagai berikut:
1. 11 pertanyaan untuk menilai pengetahuan
2. 9 pertanyaan untuk menilai sikap

6.17 Teknik Penilaian


Pengukuran pengetahuan dan sikap berdasarkan jawaban pertanyaan yang
diberikan pada responden menggunakan skala pengukuran Hadi Pratomo dan
Sudarti (1986) dengan definisi sebagai berikut :
1. Baik, apabila responden mendapatkan nilai > 50% dari nilai tertinggi
2. Kurang baik, apabila responden mendapatkan nilai antara <50% dari nilai
tertinggi

Kunci Jawaban Pengetahuan


Apabila responden menjawab dengan benar diberi nilai 1 dan apabila responden
menjawab salah diberikan nilai 0
Skor pengetahuan :
1. A: (1) B: (0)
2. A: (1) B: (0)
3. A: (1) B: (0)
4. A: (1) B: (0)
5. A: (1) B: (0)
6. A: (1) B: (0)
7. A: (1) B: (0)

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 219
LAPORAN KEGIATAN

8. A: (1) B: (0)
9. A: (1) B: (0)
10. A: (1) B: (0)
11. A: (1) B: (0)
Total skor pengetahuan adalah 11
Penilaian pengetahuan
1. Baik, jika responden mendapatkan nilai 6-11 ( ≥50%) dari nilai tertinggi
2. Kurang baik, jika responden mendapatkan nilai 0-5 (≤50%) dari nilai tertinggi

Kunci Jawaban Sikap


Apabila responden menjawab pertanyaan positif sangat setuju diberi nilai 4, setuju
diberi nilai 3, tidak setuju diberi nilai 2, sangat tidak setuju diberi nilai 1, apabila
responden menjawab pertanyaan negative sangat setuju diberi nilai 1, setuju diberi
nilai 2, tidak setuju diberi nilai 3, sangat tidak setuju diberi nilai 4.
Skor sikap:
12. SS : 4 S : 3 TS : 2 STS : 1
1. SS : 4 S : 3 TS : 2 STS : 1
13. SS : 4 S : 3 TS : 2 STS : 1
14. SS : 4 S : 3 TS : 2 STS : 1
15. SS : 4 S : 3 TS : 2 STS : 1
16. SS : 4 S : 3 TS : 2 STS : 1
17. SS : 1 S : 2 TS : 3 STS : 4
18. SS : 4 S : 3 TS : 2 STS : 1
19. SS : 1 S : 2 TS : 3 STS : 4
Total skor sikap : 36
Penilaian sikap
1. Baik, jika responden mendapatkan total 19-36 (≥50%) dari nilai tertinggi.
2. Kurang baik, jika responden mendapatkan total nilai 0-18 (≤50%) dari nilai
tertinggi.

6.18 Teknik Pengolahan Data


Pengolahan data menurut Rumengan (2008), dilakukan dengan
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Editing ( Penyusunan dan Pemeriksaan Data )
Proses editing ialah memeriksa data yang telah dikumpulkan dari
kuesioner.
2) Coding ( Mengkode Data )

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 220
LAPORAN KEGIATAN

Setelah data masuk dengan lengkap dilakukan pengklasifikasian data


dan member kode berbentuk angka-angka pada setiap hasil ukur.
3) Entry ( Memasukkan Data )
Data yang sudah di-coding dimasukkan ke dalam program pengolahan
data dengan system komputerisasi.
4) Cleaning ( Membersihkan Data )
Pembersihan data dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan pengkodean, ketidaklengkapan dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2012).

6.19 Analisis Data


Setelah semua data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah
menganalisis data, sehingga data tersebut dapat ditarik suatu simpulannya.
Adapun data dianalisis dengan menggunakan bantuan program komputer yang
meliputi :
6.19.1 Analisa Univariat
Analisa univariat ini dilakuakan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.
Analisis univariate ini berupa distribusi frekuensi dan presentasi tiap variabel
yang diteliti.

6.20 Cara Kerja


1. Peneliti mengajukan surat izin penelitian pada pimpinan di Wilayah
KerjaPuskesmas Medan Area Selatan untuk memperoleh izin dan data
penelitian.
2. Peneliti melakukan pengambilan data secara langsung kepada responden di
poliklinik Puskesmas Medan Area Selatan berdasarkan besar sampel yang
didapatkan saat penelitian berlangsung.
3. Peneliti menetapkan yang berkunjung berobat di Puskesmas Medan Selatan
untuk menjadi responden.
4. Peneliti menjelaskan penelitian yang akan dilakukan.
5. Peneliti membagikan kuesioner untuk diisi oleh responden.
6. Mengumpulkan semua kuesioner yang telah diisi oleh responden.
7. Melakukan pengolahan dan analisis data yang telah dikumpulkan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 221
LAPORAN KEGIATAN

6.21 Wilayah Kerja Puskesmas


Puskesmas Medan Area Selatan mempunyai Wilayah Kerja seluas 150 Ha,
terdiri dari 4 kelurahan dan 54 lingkungan dengan jumlah penduduk 29.060
jiwa.
Jumlah lingkungan yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Area
Selatan ada 54 lingkungan terdiri dari :
1. Kelurahan Sukaramai I : 17 lingkungan
2. Kelurahan Sukaramai II : 16 lingkungan
3. Kelurahan Sei Rengas II : 11 lingkungan
4. Kelurahan Pandau Hulu II : 10 lingkungan
Adapun batas Wilayahnya adalah :
 Sebelah utara berbatasan dengan Sei Kera Hulu
 Sebelah selatan berbatasan dengan Pasar Merah Timur
 Sebelah timur berbatasan dengan Jl. Thamrin
 Sebelah barat berbatasan dengan Jl. A.R. Hakim
Letak strategis Puskesmas Medan Area Selatan berada di perkotaan Kota
Medan yang mudah dijangkau dengan alat transportasi, kendaraan roda 2
maupun roda 4, jarak paling jauh dari Wilayah Kerja Puskesmas Medan Area
Selatan kurang lebih 1 km.

Gambar 6.21.1 Peta Wilayah Kerja UPT Puskesmas Medan Area Selatan

Kecamatan Medan Area Tahun 2017

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 222
LAPORAN KEGIATAN

Sumber : Profil Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017

Tabel 6.21.1 Jumlah Penduduk Bedasarkan Kelurahan di Wilayah Kerja UPT

Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017

Jumlah Penduduk Jumlah


Jumlah KK Luas Wilayah
No Kelurahan ( Jiwa) Lingkungan

F % F % F % F %

1 Sukaramai I 8.596 29.6 1.631 24.2 17 31.5 35 24

2 Sukaramai II 6.612 22.8 1.485 22 16 29.6 31 21

3 Sei Rengas II 5.104 17.6 1.454 21.6 11 20.4 35 24

4 Pandau Hulu 8.748 30 2.171 32.2 10 18.5 47 31

Jumlah 29.06 100 6.741 100 54 100 150 100

Sumber : Profil Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017

Keterangan Tabel 6.21.1


Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa:

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 223
LAPORAN KEGIATAN

1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelurahan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas


Medan Area Selatan Tahun 2017 sebesar 29.060 jiwa, dimana Penduduk
paling banyak berada di Kelurahan Pandau Hulu sebesar 8.748 jiwa.
2. Jumlah KK (Kartu Keluarga) Berdasarkan Kelurahan di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017 sebesar 6.741 KK, dimana
jumlah KK paling banyak berada di Kelurahan Pandau Hulu sebesar 2.171
KK.
3. Jumlah Lingkungan Berdasarkan Kelurahan di Wilayah UPT Puskesmas
Medan Area Selatan Tahun 2017 sebesar 54 lingkungan, dimana lingkunagan
paling banyak berada di Kelurahan Sukaramai I sebanyak 17 lingkungan.
4. Untuk luas wilayah UPT Puskesmas Medan Area Selatan seluas 150 Ha,
dimana yang paling luas berada di Kelurahan Pandau Hulu seluas 47 Ha.

6.22 Data Kependudukan/Data Demografis


Untuk mengetahui luas Wilayah Kerja UPT Puskesmas Medan Area
Selatan Kecamatan Medan Area secara lebih rinci berikut jumlah
penduduk Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 6.22.1 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Medan Area
Selatan Tahun 2017

No Data Jumlah

1 Luas Wilayah 150 Ha

2 Jumlah Kelurahan 4

3 Jumlah Lingkungan 54

4 Jumlah Penduduk 29.060

5 Jumlah Pria 14.046

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 224
LAPORAN KEGIATAN

6 Jumlah Perempuan 15.014

7 Jumlah Bayi 511

8 Jumlah Baduta 1.022

9 Jumlah Balita 3.050

10 Jumlah Murid SD 2.347

11 Jumlah Murid SLTP 1.027

12 Jumlah Murid SLTA 1.144

13 Jumlah BUMIL 561

14 Jumlah WUS 6661

15 Jumlah BULIN 546

Sumber : Profil Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017.

6.23 Data Kesehatan


Angka Kesakitan penduduk di dapat dari data yang berasal dari masyarkat
(Community Bases Data) yang dapat diperoleh dengan melalui studi morbiditas
dan hasil pengumpulan data dari Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP). Pola penyakit rawat jalan di Medan Area Selatan pada
tahun 2017, ISPA menjadi penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di
Puskesmas Medan Area Selatan.

Tabel 6.23.1 Sepuluh Penyakit Terbesar Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas


Medan Area Selatan Tahun 2017
NO NAMA PENYAKIT JUMLAH

1 ISPA 1691

2 Hipertensi 1484

3 Diabetes Melitus 1448

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 225
LAPORAN KEGIATAN

4 Rheumatik/ P. Tulang 707

5 Penyakit Mata 638

6 TB Paru 460

7 Penyakit Radang Mulit & Gigi 331

8 Infeksi Kulit 321

9 Gastritis 301

10 Diare 215

Sumber : Profil Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017.

Keterangan Tabel 6.23.1


Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa:
1. Penyakit ISPA merupakan kasus terbanyak yaitu 1691 kasus
2. Penyakit penyakit Hipertensi merupakan kasus kedua terbanyak yaitu 1484
kasus
3. Diare merupakan kasus terkecil yaitu 215 kasus

6.24 Sarana Kesehatan


Sarana Kesehatan yang dimiliki oleh Puskesmas Medan Area Selatan,
meliputi:

a. Fasilitas Gedung Permanen


b. Fasilitas Alat-alat Kesehatan
c. Fasilitas Obat-obatan
d. Fasilitas Administrasi
e. Fasilitas Imunisasi
f. Fasilitas Media Penyuluhan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 226
LAPORAN KEGIATAN

1. Fasilitas Gedung Permanen


o Ruangan Pemeriksaan Umum : 1 Unit
o Ruangan Kesehatan Gigi dan Mulut : 1 Unit
o Ruangan Farmasi : 1 Unit
o Ruang Tindakan dan Gawat Darurat : 1 Unit
o Ruang Persalinan : 1 Unit
o Ruang Pasca Persalinan : 1 Unit
o Ruang Rawat Inap : 1 Unit
o Ruang KIA, KB dan Imunisasi : 1 Unit
o Ruang Pendaftaran dan Rekam Medik : 1 Unit
o Ruang tunggu : 1 Unit
o Ruang ASI dan Ruang Gizi : 1 Unit
o Ruang Promosi Kesehatan : 1 Unit
o Laboratorium : 1 Unit
o Ruang Penyelenggaraan Makanan : 1 Unit
o Ruang Jaga Petugas : 1 Unit
o Gedung Umum : 1 Unit
o Kamae Mandi/WC : 1 Unit
o Ruang Kepala Puskesmas : 1 Unit
o Ruang Administrasi Kantor : 1 Unit
o Ruang Rapat : 1 Unit
2. Fasilitas Alat-alat Kesehatan
a. Alat-alat Kesehatan
o Alat-alat pemeriksaan pasien umum
o Alat-alat pemeriksaan pasien gigi
o Alat-alat pemeriksaan persalinan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 227
LAPORAN KEGIATAN

o Alat-alat P3K
o Timbangan Bayi (Dacin) dan dewasa
o Lemari pendingin tempat bahan-bahan imunisasi
o Alat-alat Laboratorium
b. Alat-alat kebersihan
3. Fasilitas Obat-obatan
o Obat-obatan APBD
o Obat-obatan JKN
4. Fasilitas Administrasi
Dalam rangka menjalankan tugas-tugas pokoknya dalam bidang
pencatatan dan pelaporan data, maka Puskesmas Medan Area Selatan di
dukung oleh Fasilitas Administrasi yang terdiri dari:
o Meja
o Kursi
o Lemari Arsip
o Kartu Berobat Penderita
o Formulir Laporan Kegiatan
o Buku Catatan
o Komputer
o Laptop
o Printer
o DLL.
5. Fasilitas Imunisasi
Fasilitas Imunisasi yang dimiliki Puskesmas Medan Area Selatan
adalah:
o Lemari Es

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 228
LAPORAN KEGIATAN

o Alat-alat Imunisasi
o Vaksin Seperti: BCG, DPT, Polio, Campak, TT, Hepatitis
6. Fasilitas Media Penyuluhan
Fasilitas Media Penyuluhan yang dimiliki Puskesmas Medan Area
Selatan adalah:
o LCD Proyektor
o Laptop
o Poster
o Flip Chart

6.25 Tenaga Kesehatan


1. Tenaga kesehatan PNS
o Dokter Umum : 4 Orang
o Dokter Gigi : 2 Orang
o Perawat : 10 Orang
o Bidan : 2 Orang
o Perawat Gigi :-
o Analis : 3 Orang
o Asisten Apoteker : 1 Orang
o Gizi : 1 Orang
o Penyuluh : 3 Orang
2. Tenaga Honorer
o Administrasi : 1 Orang
o Admin (BOK) : 1 Orang
o Keamanan : 1 Orang
o Cleaning Service : 1 Orang

6.26 Struktur Organisasi Puskesmas Medan Area Selatan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 229
LAPORAN KEGIATAN

Struktur Organisasi Puskesmas harus sesuai dengan Jumlah Program


Puskesmas yang telah ditetapkan dan disepakati dengan menyesuaikan/
mengikuti Pembagian Tugas pegawai yang telah dibuat serta memperhatikan
jenjang kepangkatan dari pegawai.
Tugas dan Fungsi :
1. Kepala Puskesmas
a. Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan Puskesmas.
b. Memimpin pelaksanaan tugas seHari-Hari.
c. Membina kerjasama staf dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
d. Melakukan pengawasan seluruh pelaksanaan kegiatan program dan
pengelolaan keuangan.
2. Tata Usaha
a. Melaksanakan Administrasi
b. Bendahara
c. Perlengkapan
d. Kepegawaian
e. SP2TP
f. Staf Puskesmas
3. UKM
4. UKP

6.27 Program Dasar dan Program Pengembangan Puskesmas


6.27.1 Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global, serta mempunyai daya
tarik yang tinggi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan harus
diselenggarakan disetiap Puskesmas.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 230
LAPORAN KEGIATAN

Untuk Dinas Kesehatan Kota Medan upaya penyelenggaraan kesehatan


wajib Puskesmas ada 7 program wajib yaitu:
1. Upaya Promosi Kesehatan (Promkes)
2. Upaya Kesehatan Lingkungan (Kesling)
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat (UPGM)
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
6. Upaya Pengobatan
7. Upaya Pencatatan dan Pelaporan (SP2TP)
6.27.2 Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan dimasyarakat serta
disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas, yang dipilih dari daftar upaya
kesehatan Puskesmas yang telah ada, yaitu:
1. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)
2. Upaya Kesehatan Olahraga (Kesorga)
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (UPKM)
4. Upaya Kesehatan Kerja (UKK)
5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut (UKGM)
6. Upaya Kesehatan Jiwa (UKJ)
7. Upaya Kesehatan Mata (UKM)
8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut (Usila)
9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional (Batra)
10. Pemeriksaan Laboratorium Sederhana
Untuk mempelancar atau memberhasilkan kedua upaya di atas (upaya
wajib dan upaya pengembangan) diperlukan beberapa Urusan Penunjang
Program. Adapun urusan penunjang program berjumlah 8 urusan, yaitu:
1. Urusan Tata Usaha
2. Urusan Administrasi/ Registrasi/ Kartu/ Karcis/ Resepsionis
3. Urusan Keuangan/ Bendahara
4. Urusan Kepagaiwaian
5. Urusan Perlengkapan/ Barang/ Inventaris
6. Urusan Poliklinik
7. Urusan Kamar Suntik
8. Urusan Kamar Obat/ Apotik/ Farmasi

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 231
LAPORAN KEGIATAN

6.28 Program Prioritas Puskesmas Medan Area Selatan


6.28.1 Upaya Promosi Kesehatan
Tujuan
1. Agar individu, kelompok masyarakat secara keseluruhan melaksanakan
perilaku hidup sehat.
2. Agar individu, kelompok masyarakat berperan aktif dalam upaya-upaya
kesehatan, ikut dalam perencanaan dan penyelenggaraan posyandu.
Sasaran
1. Tatanan rumah tangga
2. Tatanan institusi pendidikan (sekolah) termasuk madrasah dan pondok
pesantren
3. Tatanan tempat kerja (kantor, pabrik, dll)
4. Tatanan tempat-tempat umum, pasar, terminal tempat ibadah, tempat
hiburan, restoran dan lain-lain
5. Tatanan institusi kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit, dll).
Kegiatan
1. Mengadakan penyuluhan mengenai kesehatan pribadi, kesehatan
lingkungan, gizi keluarga, KB, imunisasi, posyandu, dan sebagainya
bertempat di :
a. Balai Kelurahan dan Kecamatan
b. Sekolah SD, SMP, SMA
c. Rumah Ibadah
d. Posyandu
2. Mengadakan ceramah dan diskusi dengan bantuan poster,
pamflet, dan brosur.
3. Pembinaan generasi muda untuk hidup di dalam kegiatan antara lain
berupa gotong royong dan olah raga.
4. Kegiatan yang dilakukan oleh pihak Puskesmas maupun di lapangan
yaitu mewujudkan peran serta masyarakat Posyandu dan Bakti Husada
yang memberikan keterangan penyuluhan terhadap :
a.Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
b. Higiene dan sanitasi lingkungan
c. Perbaikan gizi

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 232
LAPORAN KEGIATAN

d. Kesehatan dan kunjungan ke rumah-rumah


e. Tanaman obat keluarga
5. Mewujudkan peran serta masyarakat melalui Posyandu, kesehatan dan
kunjungan ke rumah-rumah serta tanaman obat-obatan keluarga (Toga).
Cara-cara yang dilakukan dengan mengadakan penyuluhan perorangan,
perkelompok, dan massal. Metode yang dilaksanakan yaitu, bimbingan
dan konseling, ceramah, diskusi kelompok, demonstrasi dan lain-lain.
A. Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)
Pengertian :
Posyandu merupakan suatu wadah pusat kegiatan pemberian
pelayanan kesehatan dan KB yang terpadu tingkat desa.
Sasaran :
Bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan PUS (Pasangan Usia
Subur).
Tujuan :
1. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, balita dan angka
kelahiran.
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan
IMR.
3. Mempercepat di terimanya NKKBS (Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera).
4. Peningkatan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam
rangka alih teknologi untuk usaha-usaha kesehatan masyarakat.
5. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang sesuai
kebutuhan. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan
pada masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan penduduk
dan geografis.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 233
LAPORAN KEGIATAN

Tabel 6.28.1.1 Nama-Nama Posyandu di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Medan


Area Selatan Tahun 2017

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 234
NO KELURAHAN NAMA POSYANDU

1 MAWAR I

2 MAWAR II

3 MAWAR III LAPORAN KEGIATAN

4 MAWAR IV

5 MAWAR V

6 MAWAR VI

7 SUKARAMAI I MAWAR VII

8 MAWAR VIII

9 MAWAR IX

10 MAWAR X

11 MAWAR XI

12 MAWAR XII

13 MAWAR XIII

14 FLAMBOYAN I

15 FLAMBOYAN II

16 FLAMBOYAN III

17 FLAMBOYAN IV

18 SUKARAMAI II FLAMBOYAN V

19 FLAMBOYAN VI

20 FLAMBOYAN VII

21 FLAMBOYAN VIII

22 FLAMBOYAN IX

23 ANGGREK I

24 ANGGREK II

25 SEI RENGAS II ANGGREK III

26 ANGGREK IV

27 ANGGREK V

28 KENANGA I

29 KENANGA II

30 KENANGA III
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
31 KENANGA IV
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018
32 – 27 OKTOBER 2018 KENANGA V 235
PANDAU HULU II
33 KENANGA VI
LAPORAN KEGIATAN

Sumber : Profil Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017


Keterangan Tabel 6.28.1.1
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa:
1. Jumlah Posyandu di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Medan Area Selatan
Sebanyak 37 Posyandu, dimana jumlah Posyandu di masing-masing
kelurahan sebanyak:
- Sukaramai I sebanyak 13 Posyandu
- Sukaramai II sebanyak 9 Posyandu
- Sei Rengas II sebanyak 5 Posyandu
- Dan Pandau Hulu II sebanyak 10 Posyandu
6.28.2 Upaya Kesehatan Lingkungan
Untuk memperbaiki mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin
kesehatan melalui kegiatan sanitasi dasar serta pencegahan kegiatan yang
dilakukan berupa Memberikan penyuluhan lingkungan pada masyarakat
tentang pentingnya kebersihan lingkungan seperti : penyehatan air,
penyehatan makanan dan minuman, pengawasan pembuangan sampah limbah
kotoran manusia, penyehatan pemukiman, pengawasan sanitasi tempat umum
dan klinik sanitasi.
Kegiatan – kegiatan yang dilakukan Puskesmas Medan Area Selatan yaitu:
A. Pembinaan sanitasi Tempat – Tempat Umum (TTU)
B. Pembinaan sanitasi Tempat Pengolahan Makanan Minuman (TPM)
C. Kunjungan / pembinaan sarana – sarana kesehatan sekali pertahun
D. Pemeriksaan sanitasi dasar rumah penduduk, jumlah rumah penduduk
yang dikunjungi/dibina 3840 rumah.
E. Pembinaan kantin sekolah.
Tabel 6.28.2.1 Data Lingkungan Pemukiman di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Medan Area Selatan Tahun 2017
NAMA JML PDDK JML KK JML JML JML RUMAH
KELURAHAN LINGKUNGAN SELURUH

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 236
LAPORAN KEGIATAN

YANG YANG TIDAK


RUMAH PHBS
DIBINA SEHAT SEHAT

Sukaramai I 5.104 1631 17 1631 960 930 30 670

Sukaramai II 8.748 1485 16 1485 960 938 22 708

Sei Rengas II 6.612 1454 11 1454 960 948 12 622

Pandau Hulu II 8.596 2171 10 2171 960 946 14 630

Jumlah 29.060 6741 54 6741 3840 3762 78 2630

Sumber : Profil Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017


Keterangan Tabel 6.28.2.1
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa:
1. Jumlah Keseluruhan Rumah yang ada di Wilayah UPT Puskesmas Medan Area
Selatan Tahun 2017 sebanyak 6.741 rumah
2. Jumlah rumah yang dibina sebanyak 3.840 rumah
3. Jumlah rumah yang sehat sebanyak 3.762 rumah
4. Jumlah rumah yang ber-PHBS sebanyak 2.630 rumah

Tabel 6.28.2.2 Data Penduduk Dengan Berkelanjutan Terhadap Air Minum


Berkualitas (Layak) Menurut Kelurahan Puskesmas (Bukan Jaringan
Perpipaan) Medan Area Selatan Tahun 2017

Sumur Gali Sumur Bor


Sumur Gali Terminal Mata Air Penampungan
dengan Dengan
No Kelurahan Penduduk Terlindung Air Terlindung Air Hujan
Pompa Pompa

Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah

1 Sukaramai I 8596 120 0 0 0 0 0

2 Sukaramai II 6612 78 0 0 0 0 0

3 Sei Rengas II 5104 20 0 0 0 0 0

4 Pandau Hulu II 8748 60 0 0 0 0 0

Jumlah 29060 278 0 0 0 0 0

Sumber : Profil Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017


KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 237
LAPORAN KEGIATAN

Keterangan Tabel 6.28.2.2


Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa:
1. Penduduk di Kelurahan Wilayah UPT Puskesmas Medan Area Selatan Tahun
2017 banyak menggunakan sistem perairan Sumur Gali Terlindung dengan
jumlah 278 rumah.

Tabel 6.28.2.3 Sarana Air Bersih di Wilayah Kerja UPT Puskesmas


Medan Area Selatan Tahun 2017

Perpipaan (PDAM, BPOM)


No Kelurahan Penduduk

Jumlah

1 Sukaramai I 8596 1511

2 Sukaramai II 6612 1407

3 Sei Rengas II 5104 1434

4 Pandau Hulu II 8748 2111

Jumlah 29060 6463

Sumber : Profil Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017

Keterangan Tabel 6.28.2.3


Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa:
1. Data sarana Air Bersih yang digunakan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Medan Area Selatan Tahun 2017 Berdasarkan Perpipaan (PDAM) sejumlah
6.463, dimana jumlah paling banyak berada di kelurahan Pandau Hulu II.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 238
LAPORAN KEGIATAN

Tabel 6.28.2.4 Data Penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang
layak (jamban sehat) menurut jenis jamban Puskesmas dan Kelurahan tahun
2017
JENIS SARANA JAMBAN
NAMA JML JML
KELURAHAN LINGKUNGAN PENDUDUK LEHER
KOMUNAL PLENGSENGAN CEMPLUNG
ANGSA

Sukaramai I 17 5104 - 1652 - -

Sukaramai II 16 8748 - 1498 - -

Sei Rengas II 10 6612 - 1460 - -

Pandau Hulu II 11 8596 - 2371 - -

Jumlah 54 29060 - 6981 - -

Sumber : Profil Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017

Keterangan Tabel 6.28.2.4


Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa:
1. Penduduk di Kelurahan Wilayah UPT Puskesmas Medan Area Selatan Tahun
2017 banyak menggunakan Jenis Sarana Jamban model Leher Angsa dengan
jumlah 6.981 pemasangan, dimana paling banyak yang menggunakan berada di
Kelurahan Pandau Hulu II sebanyak 2.371 pemasangan.
2. Untuk jenis sarana jamban Komunal, Plengsenan, dan Cemplung tidak ada data
penggunaakn di Wilayah Kelurahan UPT Puskesmas Medan Area Selatan.

6.28.3 Upaya Kesehatan KIA dan KB


Kesehatan Ibu dan Anak bertujuan agar ibu dan anak dalam keadaan sehat,
yang sasarannya adalah ibu dan anak. Pelayanan kesehatan yang dilakukan
dalam bidang KIA adalah:
1. Pemeriksaan, imunisasi, pemberian tablet tambah darah terhadap ibu – ibu
hamil
2. Memberikan penyuluhan secara langsung pada ibu – ibu tentang kesehatan
dan makanan yang sehat dan bergizi

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 239
LAPORAN KEGIATAN

3. Penyuluhan didalam dan diluar Puskesmas dengan sasaran bumil dan


bulin
4. Pelayanan selama kehamilan (ANC) didalam dan diluar Puskesmas
dengan sasaran ibu hamil
5. Deteksi dini tumbuh kembang bayi dan balita prasekolah.

Tabel 6.28.3.1 Hasil Pencapaian KIA di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Medan
Area Selatan Tahun 2017

No Kegiatan Absolut (Angka) Sasaran Target (%)

1 K1 3.901 561 95

2 K4 4.059 561 95

3 Persalinan oleh nakes 3.281 546 90

4 Kunjungan Ibu Nifas 2.831 546 90

5 Kunjungan Balita 12.200 3050 90

6 Kunjungan Neonatus 2.828 511 90

7 Kunjungan Bayi 2.378 511 90

Sumber : Profil Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017

Keterangan Tabel 6.28.3.1


Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa:
1. Untuk Hasil Pencapaian KIA di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Medan Area
Selatan Tahun 2017 masih belum memenuhi sasaran pada bagian Kegiatan K1
dengan Absolut 560, dimana sasaran 561 dan Kegiatan K4 dengan absolut 516,
dimana sasaran 561.
2. Untuk Kegiatan KIA lainnya di Wilayah UPT Puskesmas Medan Area Selatan
Tahun 2017 sudah memenuhi pencapaian dan sasaran.

Tabel 6.28.3.2 Kunjungan Ibu hamil di Wilayah KerjaUPT Puskesmas Medan


Area Selatan Tahun 2017

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 240
LAPORAN KEGIATAN

IBU HAMIL

NO KELURAHAN K1 K4
JUMLAH
JUMLAH % JUMLAH %

1 SUKARAMAI I 166 166 100,0 160 96,4

2 SUKARAMAI II 128 128 100,0 122 95,3

3 SEI RENGAS II 98 98 100,0 79 80,6

4 PANDAU HULU II 169 169 100,0 155 91,7

JUMLAH 561 561 100,0 516 92,0

Sumber : Profil Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017


Keterangan tabel 6.28.3.2
Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa:
1. Jumlah Kunjungan Ibu Hamil di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Medan Area
Selatan Tahun 2017 Berdasarkan Kelurahan sejumlah 561 orang.
2. Jumlah paling banyak pada Kegiatan K1 berada di Kelurahan Pandau Hulu II
sebanyak 169 orang, dan pada Kegiatan K4 berada di Kelurahan Sukaramai I
sebanyak 160 orang.

Tabel 6.28.3.3 Kunjungan Ibu Nifas di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Medan Area
Selatan Tahun 2017

IBU NIFAS

PERSALINAN
MENDAPAT IBU NIFAS
NO KELURAHAN DITOLONG
JUMLAH YANKES NIFAS MENDAPAT VIT A
NAKES

JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %

1 SUKARAMAI I 163 160 98,2 160 98,2 153 93,9

2 SUKARAMAI II 122 108 88,5 100 82,0 90 73,8

3 SEI RENGAS II 94 80 85,1 76 80,9 70 74,5

4 PANDAU HULU II 167 131 78,4 130 77,8 130 77,8

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 241
LAPORAN KEGIATAN

JUMLAH 546 479 87,7 466 85,3 443 81,1

Sumber : Profil Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017


Keterangan tabel 6.28.3.3
Dari tabel di atas diketahui bahwa:
1. Jumlah Kunjungan Ibu Nifas berdasarkan Kelurahan di Wilayah UPT
Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017 sebanyak 546 orang, dimana paling
banyak berada di Kelurahan Pandau Hulu II sebanyak 167 orang.
2. Jumlah Persalinan yang di tolong oleh Tenaga Kesehatan sebanyak 479 orang,
dimana paling banyak berada di Kelurahan Pandau Hulu II sebanyak 131 orang.
3. Jumlah yang mendapatakan Pelayanan Kesehatan Nifas sebanyak 466 orang,
dimana paling banyak berada di Kelurahan Sukaramai I sebanyak 160 orang.
4. Jumlah Ibu Nifas yang mendapat Vitamin A sebanyak 443 orang, dimana paling
banyak berada di Kelurahan Sukaramai I sebanyak 153 orang.

1. Program Imunisasi

a. Program imunisasi rutin :


Sasaran : Bayi dan Wanita Usia Subur (WUS)
b. Program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah)
Sasaran : Murid SD Kelas 1-6 diberi imunisasi TT dan DT

Tabel 6.28.3.4 Hasil Pencapaian Imunisasi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas


Medan Area Selatan Tahun 2017
JUMLAH KUNJUNGAN
N TARG
IMUNISASI SASARAN
O ET (%) JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGUS JMLH

1 BCG 90 500 61 54 54 46 40 40 38 42 381

2 HEPATITIS B 0-7hr 90 500 67 59 59 46 42 42 42 40 397

3 DPT-HB 1 90 500 62 61 61 49 42 44 38 44 401


4 DPT-HB 2 90 500 65 58 58 52 44 44 44 40 405
5 DPT-HB 3 90 500 65 62 62 50 44 44 40 46 413
6 POLIO 1 90 500 61 54 54 49 42 40 38 44 382

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 242
LAPORAN KEGIATAN

7 POLIO 2 90 500 62 61 61 52 44 44 44 40 408


8 POLIO 3 90 500 65 58 58 50 44 44 40 46 405
9 POLIO 4 90 500 65 54 54 50 44 44 43 44 398
10 CAMPAK 90 500 68 54 54 33 33 28 36 36 343

Sumber : Profil Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017

Keterangan tabel 6.28.3.4


Dari tabel di atas diketahui bahwa:
1. Jumlah hasil Pencapaian Imunisasi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Medan
Area Selatan Tahun 2017 paling banyak pada pemberian Imunisasi DPT-HB 3
sejumlah 413 orang dengan presentase 82,6%.
2. Pencapaian Imunisasi di Wilayah UPT Puskesmas Medan Area Selatan Tahun
2017 paling rendah pada pemberian Imunisasi CAMPAK sejumlah 343 orang
dengan presentase 68,6%.

2. Keluarga Berencana (KB)


Kegiatan keluarga Berencana yang dilakukan oleh Puskesmas Medan
Area Selatan adalah :
a. Memberi layanan kontrasepsi KB :
- Pelayanan akseptor baru
- Pelayanan akseptor ulang (KB lama)
b. Jenis – jenis kontrasepsi yang dilayani :
- IUD
- Pil
- Suntik dan Kondom
- Implant
c. Memberikan penyuluhan dan penerangan tentang KB pada
pasangan usia subur melalaui usaha – usaha terpadu dan
menangulangi keluhan akseptor.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 243
LAPORAN KEGIATAN

Tabel 6.28.3.5 Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi, Kelurahan


Puskesmas Medan Area Selatan 2017
PESERTA KB AKTIF

MKJP NON MKJP


N
KELURAHAN
O
MKJP +
OBAT
IUD MOW IMPLAN JUMLAH KONDOM SUNTIK PIL JUMLAH NON
VAGINA
MKJP

1 Sukaramai I 42 3 67 112 0 90 95 5 190 302

2 Sukaramai II 30 0 45 75 0 50 55 0 105 180

3 Sei Rengas II 25 0 40 65 0 40 37 0 77 142

4 Pandau Hulu II 25 0 39 63 0 45 48 0 93 156

JUMLAH 122 0 190 315 0 225 235 5 465 780

Sumber : Profil Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017

Keterangan Tabel 6.28.3.5


Dari tabel di atas diketahui bahwa:
1. Jumlah Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi di Kelurahan
Wilayah UPT Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017 sebanyak 780 orang.
2. Untuk jumlah peserta MKJP sebanyak 315 orang, dimana peserta paling banyak
berada di Kelurahan Sukaramai I dengan jumlah 112 orang.
3. Untuk jumlah peserta NON-MKJP sebanyak 465 orang, dimana peserta paling
banyak berada di Kelurahan Sukaramai I dengan jumlah 190 orang.

6.28.4 Upaya Perbaikan Gizi


Kegiatan Usaha Peningkatan Gizi adalah :
a. Memberikan makanan tambahan pada kegiatan posyandu untuk anak-
anak yang datang ke Posyandu.
b. Memberikan makanan tambahan pada pada ibu hamil, memberikan
penyuluhan kepada ibu hamil.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 244
LAPORAN KEGIATAN

c. Menimbang bayi, Balita yang datang ke Posyandu dan memberikan


penyuluhan /konseling kepada ibu balita.
d. Memberikan beras jimpitan kepada keluarga yang mempunyai balita gizi
buruk dan gizi kurang.

Tabel 6.28.4.1 Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi Usia 6-11 bulan, Jenis
Kelamin, Kelurahan di Wilayah Kerja UPT Puskesman Medan Area Selatan
Tahun 2017

BAYI 6-11 BULAN

No Kelurahan MENDAPAT VIT. A


Jumlah Bayi
L P Jumlah

1 Sukaramai I 75 30 35 65

2 Sukaramai II 59 25 27 52

3 Sei Rengas II 44 18 22 40

4 Pandau Hulu II 77 29 27 56

Jumlah 255 102 111 213

Sumber : Profil Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017


Keterangan Tabel 6.28.4.1
Dari data di atas diketahui bahwa:
1. Jumlah bayi (6-11 bulan) yang berada di Wilayah UPT Puskesmas Medan Area
Selatan Tahun 2017 sebanyak 225 bayi, dimana paling banyak berada di
Kelurahan Pandau Hulu II sebanyak 77 bayi.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 245
LAPORAN KEGIATAN

2. Untuk Jumlah bayi (6-11 bulan) yang mendapatkan Vitamin A di Wilayah


Kelurahan UPT Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017 sebanyak 213 bayi,
dimana paling banyak berada di Kelurahan Sukaramai I sebanyak 65 bayi.

Tabel 6.28.4.2 Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi Usia 12-59 bulan,
Jenis Kelamin, Kelurahan di Wilayah Kerja UPT Puskesman Medan Area
Selatan Tahun 2017
BAYI 12-59 BULAN

No Kelurahan MENDAPAT VIT. A


Jumlah Bayi
L P Jumlah

1 Sukaramai I 751 350 270 620

2 Sukaramai II 578 230 260 490

3 Sei Rengas II 446 198 205 403

4 Pandau Hulu II 765 330 340 670

Jumlah 2.540 1.108 1.075 2.183

Sumber : Profil Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017

Keterangan Tabel 6.28.4.2


Dari data di atas diketahui bahwa:
1. Jumlah bayi (12-59 bulan) yang berada di Wilayah UPT Puskesmas Medan
Area Selatan Tahun 2017 sebanyak 2.540 bayi, dimana paling banyak berada di
Kelurahan Pandau Hulu II sebanyak 765 bayi.
2. Jumlah bayi (12-59 bulan) yang mendapatkan Vitamin A di Wilayah Kelurahan
UPT Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017 sebanyak 2.183 bayi, dimana
paling banyak berada di Kelurahan Pandau Hulu II sebanyak 340 bayi.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 246
LAPORAN KEGIATAN

Tabel 6.28.4.3 Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Balita Usia 6-59 bulan,
Jenis Kelamin, Kelurahan di Wilayah Kerja UPT Puskesman Medan Area
Selatan Tahun 2017
BALITA 6-59 BULAN

No Kelurahan MENDAPAT VIT. A


Jumlah Bayi
L P Jumlah

1 Sukaramai I 826 380 305 685

2 Sukaramai II 637 255 287 542

3 Sei Rengas II 490 216 227 443

4 Pandau Hulu II 842 359 367 726

Jumlah 2.795 1.210 1.186 2.396

Sumber : Profil Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017

Keterangan tabel 6.28.4.3


Dari data di atas diketahui bahwa:
1. Jumlah bayi (6-59 bulan) yang berada di Wilayah UPT Puskesmas Medan Area
Selatan Tahun 2017 sebanyak 2.795 bayi, dimana paling banyak berada di
Kelurahan Pandau Hulu II sebanyak 842 bayi.
2. Untuk Jumlah bayi (6-59 bulan) yang mendapatkan Vitamin A di Wilayah
Kelurahan UPT Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017 sebanyak 2.396
bayi, dimana paling banyak berada di Kelurahan Pandau Hulu II sebanyak 726
bayi.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 247
LAPORAN KEGIATAN

Tabel 6.28.4.4 Jumlah Anak Usia 0-23 bulan di Timbang Menurut Jenis
Kelamin, Kelurahan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Medan Area Selatan
Tahun 2018
ANAK USIA 0-23 BULAN (BADUTA)

DITIMBANG
NO KELURAHAN JUMLAH BADUTA
JUMLAH %

L P L+P L P L+P L P L+P

1 SUKARAMAI I 1050 1064 2119 1007 987 1994 95,90 92,76 94,32

2 SUKARAMAI II 777 854 1631 647 732 1381 83,26 85,71 84,67

3 SEI RENGAS II 662 658 1260 446 535 981 74,08 81,30 77,85

4 PANDAU HULU II 1027 1127 2156 937 954 1891 91,20 92,89 87,70

JUMLAH 3456 3703 7166 3037 3208 6247 87,87 86,63 87,17

Sumber : Profil Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017.

Keterangan Tabel 6.28.4.4


Dari data di atas diketahui bahwa:
1. Jumlah Baduta (0-23 bulan) di Kelurahan Wilayah UPT Puskesmas Medan Area
Selatan Tahun 2018 sebanyak 7.166 baduta, dimana paling banyak berada di
Kelurahan Pandau Hulu II sebanyak 2.156 baduta.
2. Jumlah Baduta (0-23 bulan) yang di timbang di Kelurahan Wilayah UPT
Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2018 sebanyak 6.247, dimana paling
banyak berada di Kelurahan Sukaramai I sebanyak 987 baduta.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 248
LAPORAN KEGIATAN

Tabel 6.28.4.5 Jumlah Anak Usia 25-59 bulan di Timbang Menurut Jenis
Kelamin, kelurahan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Medan Area Selatan
Tahun 2018
ANAK USIA 25-59 BULAN

DITIMBANG
NO KELURAHAN JUMLAH BALITA
JUMLAH %

L P L+P L P L+P L P L+P

1 SUKARAMAI I 2384 2416 4800 2157 1929 4366 90,48 79,84 90,96

2 SUKARAMAI II 1760 1928 3688 1484 1584 3068 84,31 82,16 83,19

3 SEI RENGAS II 2366 2544 4880 2006 2160 4166 84,78 84,90 85,37

4 PANDAU HULU II 1360 1480 2828 1082 1209 2311 79,56 81,68 81,14

JUMLAH 7870 8368 8368 6729 6882 13911 85,50 82,24 85,78

Sumber : Profil Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017

Keterangan Tabel 6.28.4.5


Dari data di atas diketahui bahwa:
1. Jumlah Balita (25-59 bulan) di Kelurahan Wilayah UPT Puskesmas Medan Area
Selatan Tahun 2018 sebanyak 8.368 balita, dimana paling banyak berada di
Kelurahan Sei Rengas II sebanyak 16.196 balita.
2. Jumlah Balita (25-59 bulan) yang di timbang di Kelurahan Wilayah UPT
Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2018 sebanyak 13.911, dimana paling
banyak berada di Kelurahan Sukaramai I sebanyak 4.366 balita.

6.28.5 Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit


Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh agen infeksi
tertentu atau produk beracun yang timbul melalui penularan dari orang yang
terinfeksi, hewan atau reservior benda mati ke penjamu yang rentan, baik

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 249
LAPORAN KEGIATAN

secara langsung maupun tidak langsung melalui tumbuhan atau hewan


perantara, vektor atau lingkungan mati (Depkes, 2014).
Mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan dan bahan monitoring,
melakukan evaluasi dan imunisasi rutin dan insidentil serta menyelenggarakan
pencegahan atau pemberantasan dan penanggulangan penyakit. Program-
program penyelenggaraan pencegahan atau pemberantasan dan
penanggulangan penyakit yang dilaksanakan di Puskesmas Kebun Lada
adalah sebagai berikut :
Sasaran:
Seluruh lapisan masyarakat.
Tujuan:
1. Mencegah terjangkitnya penyakit
2. Untuk meningkatkan kesehatan yang optimal
3. Menurunkan angka kesakitan dan kematian

1. Program Diare
Kegiatan yang dilakukan di Puskesmas Medan Area Selatan adalah:
a) Melakukan Penyuluhan di SD
b) Memberikan obat cacing di TK, PAUD, POSYANDU

Tabel 6.28.5.1 Laporan Data Diare di Wilayah Kerja UPT Puskesmas


Medan Area Selatan Tahun 2017

No KELURAHAN JUMLAH JUMLAH JUMLAH PERSENTASE (


TARGET PENDUDUK DIARE DI %)
PENEMUAN TANGANI

1 SUKARAMAI I 862 8596 142 16

2 SUKARAMA II 662 6612 84 13

3 SEI RENGAS II 873 8746 13 2

4 PANDAU HULU 511 514 32 6

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 250
LAPORAN KEGIATAN

II

Sumber : Profil Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017

Keterangan 6.28.5.1
Dari data di atas diketahui bahwa:
1. Jumlah target penemuan kasus Diare di Kelurahan Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017 sebanyak 2.908 kasus, dimana
kasus paling banyak ditemukan pada kelurahan Sei Rengas II sebanyak 662
kasus.
2. Untuk jumlah kasus Diare yang ditangani di Kelurahan Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017 sebanyak 271 kasus ditangani,
dimana kasus yang paling banyak ditangani berada pada Kelurahan Sukaramai I
sebanyak 142 kasus ditangani.

Tabel 6.28.5.2 Rekapitulasi Laporan Kasus Penyakit ISPA Bulan Januari sampai
dengan Desember di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Medan Area Selatan Tahun
2018

DATA ISPA 2017 DATA ISPA 2018


Bulan
Jumlah Penderita Jumlah Penderita Jumlah Penderita Jumlah Penderita
ISPA Pneumonia ISPA Pneumonia

Januari 0 0 123 0

Februari 0 0 105 0

Maret 0 0 136 2

April 0 0 92 0

Mei 0 1 283 0

Juni 0 1 271 0

Juli 0 2 306 4

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 251
LAPORAN KEGIATAN

Agustus 119 4 95 0

September 202 3 - -

Oktober 265 2 - -

November 266 1 - -

Desember 0 2 - -

Sumber : Profil Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017-2018

Keterangan Tabel 6.28.5.2


Dari tabel di atas diketahui bahwa:
1. Jumlah penderita kasus ISPA di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Medan Area
Selatan Tahun 2017 paling banyak pada bulan November sebanyak 267 Kasus.
2. Jumah penderita kasus Pneumonia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Medan
Area Selatan Tahun 2017 paling banyak pada bulan Agustus sebanyak 4 kasus.
3. Jumlah penderita kasus ISPA di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Medan Area
Selatan Tahun 2018 paling banyak pada bulan Juli sebanyak 306 Kasus.
4. Jumah penderita kasus Pneumonia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Medan
Area Selatan Tahun 2017 paling banyak pada bulan Juli sebanyak 4 kasus.
2. Program TB Paru
Kegiatan yang dilakukan antara lain :
1) Penyuluhan tentang TB Paru
2) Pemberian PP INH utuk anak Balita
3) Homevisit
4) Pemberian Obat OAT, OAT anak
5) Pemeriksaan TB HIV
6) Pemeriksaan TB DM
Tabel 6.28.5.3 Rekapitulasi TB Paru di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Medan Area Selatan
Tahun 2017

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 252
LAPORAN KEGIATAN

Jumlah Seluruh Kasus TB Kasus TB Anak


Jumlah penduduk
No Kelurahan L P 0-14 Tahun
L+P
L P L+P Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 Sukarame I 4.266 4.33 8,596 13 72 5 27.78 18 2 11.11

2 Sukarame II 3.156 3.456 6.612 1 33 2 66.67 3 0 0

3 Sei Rengas II 2.436 2.668 5.104 0 0 0 0 0 0 0

4 Pandau Hulu II 4.188 4.56 8.748 0 0 1 100 1 1 100

Jumlah 14.046 15.014 29.06 14 105 8 47.22 22 3 13.89

Sumber : Profil Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017

Keterangan Tabel 6.28.5.3


Dari data di atas diketahui bahwa:
1. Jumlah Keseluruhan Kasus TB di Kelurahan Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Medan Area Selatan Tahun 2017 sebanyak 22 kasus, dimana kasus paling
banyak terjadi pada Kelurahan Sukaramai I sebanyak 18 kasus.
2. Untuk jumlah kasus TB pada anak yang terjadi di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017 sebanyak 3 kasus, dimana paling
banyak berada di Kelurahan Sukaramai I.

3. Program DBD

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 253
LAPORAN KEGIATAN

Menggerakkan Masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk


demam berdarah dengue (PSN-DBD) merupakan suatu upaya yang
dilakukan yang meliputi :
a. Mengajak masyarakat melakukan 4M plus
b. Melakukan PSN (home Visit ke rumah – rumah warga) dan
abatisasi.
c. Melakukan PE (Pemantauan Epidemiologi).

Tabel 6.28.5.4 Rekapitulasi Penderita DBD di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Medan
Area Selatan Tahun 2017

Kelurahan Kelurahan Kelurahan Sei Kelurahan Pandau


Bulan
Sukaramai I Sukaramai II Rengas Hulu II

Januari 0 0 0 0

Februari 2 0 0 0

Maret 2 0 0 0

Mei 0 0 0 0

Juni 0 0 0 0

Juli 0 0 0 0

Agustus 1 0 0 0

September 2 0 1 0

Oktober 0 0 0 0

November 0 0 0 0

Desember 0 0 0 0

Sumber : Profil Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017

Keterangan Tabel 6.28.5.4

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 254
LAPORAN KEGIATAN

Dari data di atas ditemukan bahwa:


1. Jumlah Kasus DBD yang ada di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Medan Area
Selatan Tahun 2017 sebanyak 8 kasus, dimana paling banyak terjadi di
Kelurahan Sukaramai I sebanyak 7 kasus.

Tabel 6.28.5.5 Rekapitulasi PSN di Wilayah Kerja UPT Puskesmas

Medan Area Selatan Tahun 2017

Rumah yang
Jumlah
Bulan Jumlah rumah memiliki jentik
Persentase ( % )
nyamuk

Januari 320 5 98

Febuari 320 3 99

Maret 320 4 98,7

April 320 7 97,8

Mei 320 5 98

Juni 320 6 98

Juli 320 4 98,7

Agustus 320 5 98

September 320 8 97,5

Oktober 320 5 98

November 320 7 97,8

Desember 320 6 98

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 255
LAPORAN KEGIATAN

Sumber : Profil Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017

Keterangan Tabel 6.28.5.5


Dari data di atas diketahui bahwa:
1. Jumlah rekapitulasi PSN dalam program DBD di Wilayah Kerja Puskesmas
Medan Area Selatan Tahun 2017 ditemukan 65 rumah yang memiliki jentik
nyamuk, dimana jentik nyamuk ditemukan paling banyak pada bulan September
sebanyak 8 rumah dari total 320 rumah yang di lakukan PSN.

6.28.6 Upaya Pengobatan


Balai pengobatan melaksanakan tugas pemeriksaan secara fisik, membuat
diagnose penyakit dan memberikan pengobatan kepada pasien dengan
pengobatan dasar yang ada di Puskesmas. Kegiatan pengobatan ini juga
dilaksanakan diluar gedung seperti pengobatan di Posyandu ataupun di

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 256
LAPORAN KEGIATAN

Poslansia dan adakalanya bersifat insidentil sesuai dengan kebijakan dari


Dinas Kesehatan.
Kegiatan yang dilakukan pada pemeriksaan kesehatan masyarakat di
Puskesmas, meliputi :
1. Pemeriksaan, mendiagnosa penyakit dan memberikan obat melalui apotik
yang ada di Puskesmas.
2. Penyuluhan kepada pasien pada saat dilakukan pemeriksaan
3. Merujuk penderita yang tidak mampu ditangani.
6.28.7 Upaya Pencatatan dan Pelaporan
Perawatan dan pengobatan pasien di Puskesmas Medan Area Selatan
meliputi Askes, Jamkesmas dan BPJS.

Tabel 6.28.7.1 Cakupan Jaminan Kesehatan Menurut Jenis Jaminan dan Jenis
Kelamin di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017
PESERTA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN

NO JENIS JAMINAN KESEHATAN JUMLAH %

L P L+P L P L+P

1 JAMINAN KESEHATAN NASIONAL 3,223 5,018 8,241 22.95 33.42 28.36

1.1 PENERIMA BANTUAN IURAN (PBI) APBN 683 1,217 1,900 4.86 8.11 6.54

1.2 PBI APBD 18 15 33 0.13 0.10 0.11

1.3 PEKERJA PENERIMA UPAH (PPU) 883 1,456 2,339 6.29 9.70 8.05

PEKERJA BUKAN PENERIMA UPAH


1.4 (PBPU)/MANDIRI 1,639 2,330 3,969 11.67 15.52 13.66

1.5 BUKAN PEKERJA (BP) 0 0 0 0 0 0

2 JAMKESDA KOTA MEDAN (JPKMS) 198 313 511 1.41 2.08 1.76

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 257
LAPORAN KEGIATAN

3 ASURANSI SWASTA 0 0 0 0 0 0

4 ASURANSI PERUSAHAAN 0 0 0 0 0 0

JUMLAH 3,421 5,331 8,752 24.36 35.51 30.12

Sumber : Profil Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017

Keterangan Tabel 6.28.7.1


Dari data di atas ditemukan bahwa:
1. Jumlah Peserta Jaminan Kesehatan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Medan Area
Selatan Tahun 2017 sebanyak 8.752 peserta.
2. Untuk peserta paling banyak menggunakan program Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN), yaitu dengan jumlah 8.241 peserta
6.28.8 Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas
Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta
yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas.
6.28.9 Upaya Kesehatan Sekolah
Kegiatan meliputi :
A. Memberikan penyuluhan di sekolah
B. Pemberian imunnisasi DT untuk murid SD kelas 1, SMP kelas 2, dan
SMA kelas 3.
6.28.10 Upaya Kesehatan Olah Raga
Puskesmas Medan Area Selatan kegiatan kesehatan olah raga saat ini
sudah berjalan dengan baik. Kegiatan ini dilakukan 1 kali seminggu, yaitu
setiap Hari Rabu dilakukan senam jantung sehat, dengan satu klub yang
dibina yaitu KLUB PROLANIS dengan anggota sebanyak 30 orang. Selain
kegiatan senam bersama, juga dilakukan pemeriksaan kesehatan dan
penyuluhan kesehatan.
6.28.11Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
Tujuan :

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 258
LAPORAN KEGIATAN

A. Memberikan pelayanan perawatan secara menyeluruh kepada pasien


atau keluarganya dirumah pasien dengan mengikutsertakan masyarakat
dan kelompok masyarakat sekitarnya.
B. Membantu keluarga dan masyarakat mengenal kebutuhan kesehatannya
sendiri dan cara – cara penanggulangannya disesuaikan dengan batas –
batas kemampuan mereka.
C. Menunjang program kesehatan lainnya dalan usaha pencegahan
penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan individu dan
keluarganya.
6.28.12 Upaya Kesehatan Kerja
A. Melayani pasien – pasien yang merupakan pekerja formal dan informal.
B. Penyuluhan di tempat kerja formal dan informal.
C. Pencatatan cakupan kasus – kasus penyakit akibat kerja.
6.28.13 Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
Kegiatan yang dilaksanakan yaitu :
A. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan rujukan gigi di dalam gedung
Puskesmas.
B. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan penyuluhan gigi diluar gedung
Puskesmas di Posyandu dan Sekolah – sekolah.

Tabel 6.28.13.1 Kunjungan Pasien Berobat Gigi di Wilayah Kerja UPT


Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017

No Jenis Penyakit Jumlah (orang)

1 Karies Gigi 219

2 Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal 217

3 Gangguan gigi dan Jaringan Penyangga Lainnya 186

4 Ginggivitis gigi dan Penyakit Periodontal 181

5 Penyakit Rongga Mulut, Kelenjar Ludah, 0


Rahang dan lainnya

Sumber : Profil Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017

Keterangan Tabel 6.28.13.1


KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 259
LAPORAN KEGIATAN

Dari data di atas diketahui bahwa:


1. Jumlah kasus terbanyak Pasien berobat gigi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Medan Area Selatan Tahun 2017 yaitu Karies Gigi sebanyak 219 kasus.

6.28.14 Upaya Kesehatan Jiwa


Kunjungan pasien jiwa berobat ke Puskesmas Medan Area Selatan tahun
2017 adalah :

Tabel 6.28.14.1 Kunjungan Pasien Berobat Jiwa di Wilayah Kerja UPT


Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017

No Nama Penyakit Jumlah

1 Gangguan Psikotik 78

2 Gangguan Neurotik 7

3 Retardasi Mental 0

4 Gangguan Kesehata Jiwa Bermula pada Bayi, 0


Anak, Remaja, dan Perkembangan

5 Penyakit Jiwa lainnya 0

Sumber : Profil Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017


Keterangan Tabel 6.28.14.1
Dari data di atas diketahui bahwa:
1. Jumlah Kunjungan pasien berobat Jiwa di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Medan
Area Selatan Tahun 2017 yaitu pada Gangguan Psikotik sebanyak 78 kasus
disusul dengan Gangguan Neurotik sebanak 7 kasus.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 260
LAPORAN KEGIATAN

6.28.15 Upaya Kesehatan Mata


Kegiatan :
A. Penyuluhan tentang bahan makanan yang banyak mengandung
Vitamin A.
B. Pencegahan dan pengobatan terhadap Defisiensi Vitamin A dan infeksi
mata.
C. Melakukan rujukan ke RSU bagian mata.
Tabel 6.28.15.1 Kunjungan Pasien Berobat Mata di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017

No Nama Penyakit Jumlah

1 Katarak 106

2 Kelainan Refraksi 104

3 Glaukoma 8

4 Kelainan Kornea 0

5 Penyakit Mata lainnya 0

Sumber : Profil Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017


Keterangan Tabel 6.28.15.1
Dari data di atas diketahui bahwa:
1. Jumlah kujungan Pasien Berobat Mata di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Medan Area Selatan Atahun 2017 paling banyak pada Katara sebanyak 106
kasus disusul dengan Kelainan Refraksi sebanyak 104 kasus.

6.28.16 Upaya Kesehatan Lanjut Usia


Kegiatan yang dilakukan adalah :
A. Melakukan pemeriksaan kesehatan dan memberikan obat
B. Posyandu Usila
C. Penyuluhan tenatang kesehatan
D. Senam Usila

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 261
LAPORAN KEGIATAN

Umur Pengobatan Penyuluhan

No Bulan 45-59 60-69 >70


Diobati Dirujuk Ya Tidak
Lk Pr Lk Pr Lk Pr

1 Januari 100 145 68 93 23 53 258 197 481 0

2 Februari 107 179 99 100 39 47 351 187 571 0

3 Maret 101 162 78 111 23 49 307 179 524 0

4 April 123 181 68 91 27 60 330 189 546 0

5 Mei 87 120 44 71 29 42 221 142 327 0

6 Juni 60 105 38 59 23 27 250 39 312 0

7 Juli 66 116 38 66 23 31 248 45 339 0

8 Agustus 80 106 76 105 23 47 355 48 437 0

9 September 98 143 62 75 23 31 318 79 432 0

10 Oktober 220 251 203 219 145 157 967 141 1190 0

11 November 216 250 209 217 142 155 1023 86 1188 0

12 Desember 116 165 102 163 88 104 536 153 738 0

Tabel 6.29 Kunjungan Pasien Lansia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Medan
Area Selatan Tahun 2017

Sumber : Profil Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017

Keterangan Tabel 6.29


Dari data di atas diketahui bahwa:
1. Jumlah Kunjungan Pasien Lansia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Medan Area
Selatan Tahun 2017 sebanyak 7.163 pasien, dimana paling banyak pada pasien
umur 45-59 tahun yaitu sebanyak 1.923 pasien.
2. Jumlah pasien lansia yang dilakukan pengobatan di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017 sebanyak 4.964 pasien.
3. Jumlah pasien lansia yang dirujuk di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Medan
Area Selatan Tahun 2017 sebanyak 1.485 pasien.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 262
LAPORAN KEGIATAN

6.28.17 Laboratorium Sederhana


Puskesmas Medan Area Selatan memiliki fasilitas laboratorium sederhana
untuk pemeriksaan plano test, kadar gula darah, golongan darah, asam urat,
kolesterol, pemeriksaan sputum BTA.

Tabel 6.28.17.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium di Wilayah Kerja UPT


Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017

Pemeriksaan KGD 483 orang

Pemeriksaan asam urat 276 orang

Pemeriksaan Kolesterol 331 orang

Pemeriksaan golongan darah 14 orang

Pemeriksaan sputum 94 orang

Pemeriksaan HBs Ag 112 orang

Pemeriksaan Hb 28 orang

Plano Test 11 orang

Sumber : Profil Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2017.

6.29 Tabel dan Diagram Distribusi Karakteristik


6.29.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden

Tabel 6.29.1.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden

No Umur (tahun) Frekuensi Persentase (%)

1 41 - 54 59 59,0

2 25 – 40 31 31,0

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 263
LAPORAN KEGIATAN

3 55 – 65 7 7,0

4 >66 3 3,0

Jumlah 100 100

Diagram 6.29.1.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah responden pada


penelitian ini adalah 100 orang. Dapat diketahui juga bahwa jumlah responden
terbanyak adalah yang berusia 41 - 54 Tahun sebanyak 59 orang (59,0%)
dibandingkan dengan jumlah responden yang berusia >66 Tahun sebanyak 3
orang (3,0%).
6.29.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

Tabel 6.29.2.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1 Perempuan 87 87,0

2 Laki - Laki 13 13,0

Jumlah 30 100

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 264
LAPORAN KEGIATAN

Diagram 6.29.2.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah responden pada


penelitian ini adalah 100 orang. Dapat diketahui juga bahwa jumlah responden
terbanyak adalah berjenis kelamin perempuan sebanyak 87 orang (87,0%)
dibandingkan dengan jumlah responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak
13 orang (13,0%).

6.29.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden

Tabel 6.29.3.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden

No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1 SMA 57 57,0

2 SMP 21 21,0

3 D3 19 19,0

4 SD 3 3,0

Jumlah 100 100

Diagram 6.29.3.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden


KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 265
LAPORAN KEGIATAN

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah responden pada


penelitian ini adalah 100 orang. Dapat diketahui juga bahwa jumlah
pendidikan terbanyak adalah SMA sebanyak 57 orang (57,0%) dibandingkan
dengan jumlah pendidikan SD sebanyak 3 orang (3,0%).

6.29.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Responden

Tabel 6.29.4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Responden

No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

1 Ibu Rumah Tangga 75 75,0

2 Wiraswasta 13 13,0

3 PNS 9 9,0

4 Swasta 2 2,0

5 Buruh 1 10,0

Jumlah 100 100

Diagram 6.29.4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Responden

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 266
LAPORAN KEGIATAN

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah responden pada


penelitian ini adalah 100 orang. Dapat diketahui juga bahwa jumlah pekerjaan
terbanyak adalah Ibu Rumah Tangga sebanyak 75 orang (75,0%)
dibandingkan dengan jumlah pekerjaan buruh sebanyak 1 orang (1,0%).
6.29.5 Distribusi Frekuensi Penelitian Berdasarkan Frekuensi Pengetahuan
Responden
Dalam penelitian ini pengetahuan responden dikategorikan menjadi 2
bagian, yaitu tidak tahu dan tahu yang ditentukan oleh hasil perhitungan
kuesioner. Jumlah responden yang diteliti pada penelitian ini adalah 100
orang.

Tabel 6.29.5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Responden


No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

1 Tahu 52 52,0

2 Tidak Tahu 48 48,0

Jumlah 100 100

Diagram 6.29.5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Responden

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 267
LAPORAN KEGIATAN

Berdasarkan tabel diatas dari 100 orang responden 52 orang (52,0%)


memiliki tingkat pengetahuan tinggi dapat dilihat dari jawaban kuesioner yang
diberikan mengenai JKN. Dan 48 orang (48,0%) diantaranya memiliki tingkat
pengetahuan rendah.

6.29.6 Distribusi Frekuensi Penelitian Berdasarkan Sikap Responden


Dalam penelitian ini pengetahuan responden dikategorikan menjadi 2
bagian, yaitu kurang baik dan baik yang ditentukan oleh hasil perhitungan
kuesioner. Jumlah responden yang diteliti pada penelitian ini adalah 100
orang.

Tabel 6.29.6.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Responden

No Sikap Frekuensi Persentase (%)

1 Baik 57 57,0

2 Kurang Baik 43 43,0

Jumlah 100 100

Diagram 6.29.6.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Responden

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 268
LAPORAN KEGIATAN

Berdasarkan tabel diatas dari 100 orang responden yang memiliki sikap
baik adalah sebanyak 57 orang (57,0%). Dan 43 orang (43,0%) diantaranya
memiliki sikap yang kurang baik.

6.30 Pembahasan Analisis Univariat


6.30.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian dari 100 orang responden 52 orang (52,0%)
memiliki tingkat pengetahuan tinggi dapat dilihat dari jawaban kuisioner yang
diberikan mengenai JKN dan 48 orang (48,0%) diantaranya memiliki tingkat
pengetahuan rendah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nur Ainiyah dan Dwining Handayani (2014) dengan judul “Gambaran
Tingkat Pengetahuan terhadap Jaminan Kesehatan Nasional di Wilayah
KerjaPuskesmas Adil Mukti Purwokerto“ dapatkan bahwa hampir
setengahnya tingkat pengetahuan responden berdasarkan hasil jawaban
kuesioner tingkat pengetahuan sebesar (46,67%) sebanyak 14 responden
dikategorikan baik, dan hanya sebesar (26,67%) responden sebanyak 8 orang
yang mempunyai tingkat pengetahuan dengan kategori cukup dan kurang.Hal
ini mungkin disebabkan hampir hampir setengahnya responden (46,67%)
memiliki latar belakang pendidikan tingkat atas dan sumber informasi yang
diperoleh (40%) dari media elektronik dan petugas kesehatan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 269
LAPORAN KEGIATAN

Pengetahuan merupakan suatu proses belajar dengan menggunakan panca


indera yang dilakukan oleh seseorang terhadap suatu objek tertentu untuk
dapat menghasilkan pengetahuan atau keterampilan). Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan adalah umur pendidikan, intelegensia, sumber
informasi, status social ekonomi serta pengalaman. (Latipun, 2008).
sedangkan menurut Herliansyah (2006), pengetahuan juga bisa didapatkan
melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali, jika
seseorang memiliki pengalaman yang lebih maka menghasilkan pengetahuan
yang lebih.

6.30.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Sikap


Berdasarkan hasil penelitian, dari 100 orang responden, responden dengan
sikap buruk terhadap JKN sebanyak 43 (43,0%) responden, sedangkan
responden dengan sikap baik terhadap JKN sebanyak 57 (57,0%) responden.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 270
LAPORAN KEGIATAN

BAB VII
PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH

7.1. Permasalahan dan Pemecahan Masalah di Puskesmas Desa Lalang Medan


7.1.1. Permasalahan di Puskesmas Desa Lalang Medan :
1. Rumah tangga yang tidak ber-PHBS yaitu sebanyak 288 rumah di
Wilayah KerjaPuskesmas Desa Lalang tahun 2017.
2. Kurangnya Posyandu di Wilayah KerjaPuskesmas Desa Lalang Tahun
2017 dengan perbandingan jumlah balita 6204 dan jumlah posyandu 31.
3. Ditemukan kasus TB paru di Wilayah KerjaPuskesmas Desa Lalang
tahun 2017 yaitu, suspek TB paru sebanyak 78 kasus, BTA Positif
sebanyak 22 kasus , dan Rontgen (+) sebanyak 39 kasus.
4. Ditemukan kasus DBD di kelurahan Lalang sebanyak 11 kasus dan di
kelurahan Sei Sikambing B sebanyak 19 kasus pada tahun 2017.
5. Ditemukan kasus ISPA yang merupakan 10 besar penyakit di Wilayah
KerjaPuskesmas Desa Lalang tahun 2017 yaitu 2.187 orang.
6. Ditemukan kasus Hipertensi yang merupakan 10 besar penyakit di
Wilayah KerjaPuskesmas Desa Lalang tahun 2017 yaitu 1.332 orang.
7. Ditemukan kasus Diabetes Melitus yang merupakan 10 besar penyakit
di Wilayah KerjaPuskesmas Desa Lalang tahun 2017 yaitu 424 orang.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 271
LAPORAN KEGIATAN

8. Ditemukan kasus kelainan jiwa di Wilayah KerjaPuskesmas Desa


Lalang tahun 2017 berupa kasus skizofrenia dan psikotik ringan
sebanyak 111 orang.
9. Ditemukan kasus penyakit mata di Wilayah KerjaPuskesmas Desa
Lalang tahun 2017 berupa kasus konjungtiva non pubrulenta sebanyak
132 orang.

7.1.2. Pemecahan masalah di Puskesmas Desa Lalang Medan :


1. Meningkatkan kinerja tenaga kesehatan di Puskesmas Desa Lalang
untuk melakukan promosi kesehatan tentang PHBS bagi rumah tangga
yang tidak ber-PHBS.
2. Tenaga kesehatan di Puskesmas Desa Lalang menambah Posyandu
menjadi 2x dengan bantuan Kader setempat.
3. Tenaga kesehatan di Puskesmas Desa Lalang meningkatkan penyuluhan
tentang TB paru, dari upaya pencegahan penyebaran penyakit TB paru,
dan pengobatan TB paru di Wilayah KerjaPuskesmas Desa Lalang.
4. Tenaga kesehatan di Puskesmas Desa Lalang meningkatkan edukasi ke
masyarakat tentang 4M plus dan cara pencegahan terhadap penyakit
DBD terutama di Kelurahan Sei Sikambing B.
5. Tenaga kesehatan di Puskesmas Desa Lalang meningkatkan penyuluhan
tentang etika batuk dan bersin serta upaya pencegahan terhadap penyakit
ISPA di Wilayah KerjaPuskesmas Desa Lalang.
6. Tenaga kesehatan di Puskesmas Desa Lalang meningkatkan penyuluhan
tentang bahaya Hiperetensi di Wilayah KerjaPuskesmas Desa Lalang.
7. Tenaga kesehatan di Puskesmas Desa Lalang meningkatkan penyuluhan
tentang Pencegahan terjadinya Diabetes Melitus di Wilayah
KerjaPuskesmas Desa Lalang.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 272
LAPORAN KEGIATAN

8. Tenaga kesehatan di Puskesmas Desa Lalang meningkatkan edukasi ke


masyarakat tentang penyakit-penyakit kelainan jiwa.
9. Tenaga kesehatan di Puskesmas Desa Lalang meningkatkan edukasi ke
masyarakat tentang kesehatan mata.

7.2. Permasalahan dan Pemecahan Masalah Hasil Penelitian Gambaran


Tingkat Pengetahuan dan Sikap terhadap Program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) di Wilayah KerjaUPT Puskesmas Medan Area Selatan
Kelurahan Sukaramai Provinsi Sumatera Utara Tahun 2018
7.2.1 Pengetahuan Masyarakat terhadap JKN

No Permasalahan Pemecahan Masalah


1 Sebanyak 42,0 % tidak Mengadakan penyuluhan tentang
mengetahui apa yang dimaksud Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
dengan JKN masyarakat Sukaramai.
2 Sebanyak 35,0 % tidak Memberi pengetahuan tentang lokasi
mengetahui dimana lokasi pendaftaran Jaminan Kesehatan
pendaftaran peserta JKN Nasional (JKN).
3 Sebanyak 41,0 % tidak Memberi pengetahuan cara
mengetahui bagaimana pembayaran iuran Jaminan
pembayaran iuran JKN bagi Kesehatan Nasional (JKN).
peserta bantuan iuran (PBI)
4 Sebanyak 47,0 % tidak Memberi pengetahuan tentang jenis
mengetahui jenis pelayanan yang pelayaan yang diperoleh peserta
diperoleh peserta JKN Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
5 Sebanyak 29,0 % tidak Memberitahu siapa yang menjadi
mengetahui siapa anggota keluarga anggota keluarga bagi pekerja
bagi pekerja penerima upah dalam penerima upah dalam Jaminan
layanan JKN Kesehatan Nasional (JKN).
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 273
LAPORAN KEGIATAN

7.2.2 Sikap Masyarakat terhadap JKN

No Permasalahan Pemecahan Masalah


1 Sebanyak 16,7 % responden tidak Mengedukasi Masyarakat tentang
setuju untuk mendukung program pelayanan Program Jaminan
JKN Kesehatan Nasional (JKN) di
fasilitas kesehatan.
2 Sebanyak 20,0 % responden tidak Mengedukasi Masyarakat tentang
setuju untuk membayar iuran pembayaran iuran perorangan
perorangan yang ditetapkan dalam terhadap Program Jaminan
program JKN Kesehatan Nasional (JKN).
3 Sebanyak 10,0 % responden tidak Mengedukasi Masyarakat tentang
setuju dengan adanya layanan JKN pelayanan Program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) di
fasilitas kesehatan.
4 Sebanyak 13,3 % responden tidak Mengedukasi Masyarakat tentang
setuju untuk mendukung program manfaat Program Jaminan
pemerintah dalam meningkatkan Kesehatan Nasional (JKN).
status kesehatan masyarakat
5 Sebanyak 13,3 % responden setuju Mengedukasi Masyarakat tentang
jika merasa JKN ini tidak ada manfaat Program Jaminan
manfaatnya dalam upaya Kesehatan Nasional (JKN).
peningkatan status kesehatan
masyarakat

BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 274
LAPORAN KEGIATAN

8.1 Kesimpulan
8.1.1 Puskesmas Desa Lalang Medan :
1. Rumah tangga yang tidak ber-PHBS yaitu sebanyak 288 rumah di
Wilayah KerjaPuskesmas Desa Lalang tahun 2017.
2. Kurangnya Posyandu di Wilayah KerjaPuskesmas Desa Lalang Tahun
2017 dengan perbandingan jumlah balita 6204 dan jumlah posyandu 31.
3. Ditemukan kasus TB paru di Wilayah KerjaPuskesmas Desa Lalang tahun
2017 yaitu, suspek TB paru sebanyak 78 kasus, BTA Positif sebanyak 22
kasus dan rontgen (+) sebanyak 39 kasus.
4. Ditemukan kasus DBD di kelurahan Lalang sebanyak 11 kasus dan di
kelurahan Sei Sikambing B sebanyak 19 kasus pada tahun 2017.
5. Ditemukan kasus ISPA yang merupakan 10 besar penyakit di Wilayah
KerjaPuskesmas Desa Lalang tahun 2017 yaitu 2.187 orang.
6. Ditemukan kasus Hipertensi yang merupakan 10 besar penyakit di
Wilayah KerjaPuskesmas Desa Lalang tahun 2017 yaitu 1.332 orang.
7. Ditemukan kasus Diabetes Melitus yang merupakan 10 besar penyakit di
Wilayah KerjaPuskesmas Desa Lalang tahun 2017 yaitu 907 orang.
8. Ditemukan kasus kelainan jiwa di Wilayah KerjaPuskesmas Desa Lalang
tahun 2017 berupa kasus skizofrenia dan psikotik ringan sebanyak 111
orang.
9. Ditemukan kasus penyakit mata di Wilayah KerjaPuskesmas Desa Lalang
tahun 2017 berupa kasus konjungtiva non pubrulenta sebanyak 132 orang.

8.1.2 Permasalahan dan Pemecahan Masalah Hasil Penelitian Gambaran


Tingkat Pengetahuan dan Sikap terhadap Program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) di Wilayah KerjaPuskesmas Medan Area Selatan
Kelurahan Sukaramai Provinsi Sumatera Utara Tahun 2018

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 275
LAPORAN KEGIATAN

1. Meningkatkan promosi/penyuluhan kesehatan khususnya terhadap


program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Medan Area
Selatan.
2. Memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa program JKN hendaknya
dipergunakan dengan sebaik baiknya dan dimanfaatkan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat di Puskesmas Medan Area Selatan.
3. Melakukan pendekatan ke masyarakat bahwa program JKN tidak
menyulitkan masyarakat melainkan memudahkan akses kesehatan untuk
semua lapisan masyarakat.
4. Memberikan informasi tentang akses dan pelayanan program JKN.

8.2 Saran
8.2.1. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
Agar lebih meningkatkan pembinaan, monitoring serta mengevaluasi dan
menganalisis program-program Kesehatan ke Dinas Kesehatan
kabupaten/Kota dan Puskesmas.
8.2.2. Dinas Kesehatan Kota Medan
Kepada Dinas Kesehatan Kota Medan agar lebih membina dan
mengevaluasi Puskesmas yang ada di wilayah Kota Medan dalam
menjalankan program-program yang ada di Puskesmas.

8.2.3. Puskesmas Desa Lalang


1. Meningkatkan kinerja tenaga kesehatan di Puskesmas Desa Lalang untuk
melakukan promosi kesehatan tentang PHBS bagi rumah tangga yang tidak
ber-PHBS.
2. Tenaga Kesehatan di Puskesmas Desa Lalang menambah jumlah posyandu
sebanyak 31 dengan bantuan beberapa Kader.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 276
LAPORAN KEGIATAN

3. Tenaga kesehatan di Puskesmas Desa Lalang melakukan meningkatkan


penyuluhan tentang TB paru, dari upaya pencegahan penyebaran penyakit
TB paru, dan pengobatan TB paru di Wilayah KerjaPuskesmas Desa
Lalang.
4. Tenaga kesehatan di Puskesmas Desa Lalang meningkatkan edukasi ke
masyarakat tentang 4M plus dan cara pencegahan terhadap penyakit DBD
terutama di Kelurahan Sei Sikambing B
5. Tenaga kesehatan di Puskesmas Desa Lalang meningkatkan penyuluhan
tentang etika batuk dan bersin serta upaya pencegahan terhadap penyakit
ISPA di Wilayah KerjaPuskesmas Desa Lalang.
6. Tenaga kesehatan di Puskesmas Desa Lalang meningkatkan penyuluhan
tentang bahaya Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang.
7. Tenaga kesehatan di Puskesmas Desa Lalang meningkatkan penyuluhan
tentang pencegahan Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Desa
Lalang.
8. Tenaga kesehatan di Puskesmas Desa Lalang meningkatkan edukasi ke
masyarakat tentang penyakit-penyakit kelainan jiwa.
9. Tenaga kesehatan di Puskesmas Desa Lalang meningkatkan edukasi ke
masyarakat tentang kesehatan mata.

8.2.4. Puskesmas Medan Area Selatan


Diharapkan kepada Puskesmas Medan Area Selatan untuk dapat
meningkatkan penyuluhan tentang manfaat kesehatan dan JKN.
8.2.5. Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 277
LAPORAN KEGIATAN

Diharapkan kepada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas


Malahayati menjadikan penelitian ini sebagai bahan acuan untuk melakukan
penelitian selanjutnya.
Disarankan kepada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Malahayati agar berperan aktif dalam kegiatan program-program kesehatan
masyarakat.
8.2.6. Peneliti Selanjutnya
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, misalnya dengan menggunakan
metode dan desain penelitian lain untuk mengetahui dan meneliti faktor yang
berkaitan dengan penelitian ini.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
20 AGUSTUS 2018 – 27 OKTOBER 2018 278

Anda mungkin juga menyukai