Anda di halaman 1dari 60

I.

JUDUL PERCOBAAN : Uji Fitokimia pada Ekstrak


Rimpang Lengkuas, Kayu manis,
dan Daun Kelor
II. HARI/TANGGAL PERCOBAAN :
III. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Memilih peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan percobaan yang
dikerjakan.
2. Memilih buah-buahan yang dibutuhkan sesuai dengan percobaan yang
dikerjakan.
3. Mengidentifikasi komponen kimia tumbuhan dari kelompok terpenoid,
steroid, fenolik (antrakuinon, tannin, dan fenol), flavonoid, dan alkaloid
yang terkandung dalam ekstrak rimpang temulawak.
IV. DASAR TEORI

1. Fitokimia

Fitokimia berasal dari kata phytochemical. “Phyto” berarti


tumbuhan atau tanaman dan “chemical” sama dengan zat kimia berarti
zat kimia yang terdapat pada tanaman. Senyawa fitokimia tidak termasuk
ke dalam zat gizi karena bukan berupa karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral maupun air. Setiap tumbuhan atau tanaman
mengandung sejenis zat yang disebut fitokimia, merupakan zat kimia
alami yang terdapat di dalam tumbuhan dan dapat memberikan rasa,
aroma atau warna pada tumbuhan itu. Sampai saat ini sudah sekitar
30.000 jenis fitokimia yang ditemukan dan sekitar 10.000 terkandung
dalam makanan (Sukandar, Andrajati, Sigit, Adnyana, Setiadi, &
Kusnandar, 2008).
Fitokimia merupakan senyawa yang begitu bermanfaat sebagai
antioksidan dan mencegah kanker juga penyakit jantung. Beberapa studi
pada manusia dan hewan membuktikan zat-zat kombinasi fitokimia ini di
dalam tubuh memiliki fungsi tertentu yang berguna bagi kesehatan.
Kombinasi itu antara lain menghasilkan enzim-enzim sebagai penangkal
racun, merangsang sistem pertahanan tubuh, mencegah penggupalan
keeping-keeping darah, menghambat sintesa kolesterol dihati,
meningkatkan metabolisme hormon dan menimbulkan efek anti bakteri.
Uji fitokimia merupakan salah satu langkah penting dalam upaya
mengungkap potensi sumber daya tumbuhan. Hasil analisis fitokimia
dapat memberikan petunjuk tentang keberadaan komponen kimia
(senyawa) jenis golonan alkaloid, flavonoid, fenotik, steroid dan
triterpenoid pada tumbuhan (Tim Dosen, 2016).
Menurut (Robinson, 2012) alasan lain melakukan fitokimia adalah
untuk menentukan ciri senyawa aktif penyebab efek racun atau efek yang
bermanfaat, yang ditunjukan oleh ekstrak tumbuhan kasar bila diuji
dengan sistem biologis. Pemanfaatan prosedur fitokimia telah
mempunyai peranan yang mapan dalam semua cabang ilmu tumbuhan.
Meskipun cara ini penting dalam semua telaah kimia dan biokimia juga
telah dimanfaatkan dalam kajian biologis.
Sejalan dengan hal tersebut, analisis fitokimia merupakan bagian
dari ilmu farmakognosi yang mempelajari metode atau cara analisis
kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan atau hewan secara
keseluruhan atau bagian-bagiannya, termasuk cara isolasi atau
pemisahannya.
Fitokimia atau kimia tumbuhan telah berkembang menjadi satu
disiplin ilmu tersendiri, berada diantara kimia organik bahan alam dan
biokimia tumbuhan, serta berkaitan dengan keduanya. Bidang
perhatiannya adalah aneka ragam senyawa organik yang dibentuk dan
ditimbun oleh tumbuhan, yaitu mengenai struktur kimianya,
biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya, peneyebarannya secara
ilmiah dan fungsi biologisnya (Harbourne, 1987).
Zat alami fitokimia tidak saja terdapat pada tumbuhan saja tetapi
pada tubuh manusia yang mempunyai fungsi sangat baik dan berguna
untuk kesehatan manusia. Kombinasi zat fitokimia itu menghasilkan
enzim-enzim sebagai detoksifikasi (penangkal racun), dapat merangsang
sistem imunitas (pertahanan tubuh), mencegah trombosoit
(penggumpalan keping-keping darah), meningkatkan metabolisme
hormone, meningkatkan pencernaan dan pengikatan zat karisinogen
dalam liang usus, anti bakteri, anti virus dan anti oksidan, mengatur gula
darah serta anti kanker.
Komponen kimia tumbuhan yang dapat dilakukan dengan uji
fitokimia diantaranya:
1) Alkaloid
Alkaloid merupakan senyawa organik bahan alam yang terbesar
jumlahnya, baik dari segu jumlah maupun sebarannya. Alkaloid
merupakan senyawa yang bersidat basa, mengandung atom nitrogen di
dalam struktur dasarnya. (Harborne & B. L. Turner, 1984)
mengungkapkan bahwa umumnya definisi alkaloid adalah senyawa
metabolid sekunder yang bersifat basa, yang mengandung satu atau
lebih atom nitrogen dengan sepasang elektron bebasnya.
Istilah "alkaloid" (berarti "mirip alkali", karena dianggap
bersifat basa) pertama kali dipakai oleh Carl Friedrich Wilhelm
Meissner (1819), seorang apoteker dari Halle (Jerman) untuk
menyebut berbagai senyawa yang diperoleh dari ekstraksi tumbuhan
yang bersifat basa (pada waktu itu sudah dikenal, misalnya, morfina,
striknina, serta solanina). Hingga sekarang dikenal sekitar 10.000
senyawa yang tergolong alkaloid dengan struktur sangat beragam,
sehingga hingga sekarang tidak ada batas yang jelas untuknya.
Alkaloid bersifat basa yang tergantung pada pasangan elektron pada
nitrogen. Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat
mudah mengalami dekomposisi terutama oleh panas dan sinar dengan
adanya oksigen. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi
dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan dalam
waktu lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik atau
anorganik sering mencegah dekomposisi.
Gambar 1. Struktur alkaloid
2) Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa polar sehingga flavonoid dapat


larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, aseton, dimetil
sulfoksida, dimetil fonfamida, dan air. Flavonoid adalah bagian dari
senyawa fenolik yang terdapat pada pigmen tumbuh-tumbuhan. Istilah
flavonoid diberikan untuk senyawa –senyawa fenol yang berasal dari
kata flavon yaitu nama dari salah satu flavonoid yang terbesar
jumlahnya dalam tumbuhan. Flavoloid merupakan senyawa kimia
yang bekerja sebagai antioksidan, memiliki hubungan sinergis dengan
vitamin C (meningkatkan efektivitas vitamin C), antiinflansi,
menghambat pertumbuhan tumor, dan mencegah keropos tulang
(Harbourne, 1987).

Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar


yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna
merah, ungu, biru, dan kuning yang ditemukan banyak dalam tumbuh-
tumbuhan. Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan
terikat pada molekul gula sebagai glikosida, dan dalam bentuk
campuran, serta jarang sekali dijumpai berupa senyawa tunggal.
Misalnya antosianin dalam mahkota bunga berwarna merah, hampir
selalu ditemukan mengandung senyawa flavon atau flavonol yang
tidak berwarna. Flavonoid dapat digunakan sebagai obat karena
mempunyai bermacam-macam bioaktivitas seperti antiinflamasi,
membantu memaksimalkan fungsi vitamin C, mencegah keropos
tulang, sebagai antibiotik, antikanker, antifertilitas, antiviral,
antidiabetes, antidepresant, dan diuretic (Tim Dosen, 2016).

Gambar 2. Struktur kimia flavonoid


3) Tanin

Tanin adalah polifenol tanaman yang berfungsi mengikat dan


mengendapkan protein. Polifenol-polifenol tanaman, juga dikenal
sebagai tanin sayuran, merupakan sekelompok senyawa alami yang
heterogen yang tersebar secara luas dalam tanaman. Tanin sering
terdapat dalam buah yang tidak masak, dan menghilang ketika buah
masak. Dipercayai bahwa tanin dapat memberikan perlindungan
terhadap serangan mikroba. Tanin mempunyai 2 jenis struktur yang
laus yaitu proantosianidin terkondensasi yang mana satuan struktur
fundamental adalah inti fenolik flavan-3-ol (katekin) serta ester galoil
dan heksahidroksidi-fenoil dan turunan-turunannya (Satyajit, Sarker,
& Lutfun, 2009).

Tanin merupakan senyawa yang memiliki sejumlah gugus


hidroksi fenolik yang banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan.
Terdapat pada bagian tertentu dari tumbuhan, seperti daun, buah dan
batang. Tanin merupakan senyawa yang tidak dapat dikristalkan, dan
membentuk senyawa tidak larut yang berwarna biru gelap atau hitam
kehijauan dengan garam besi.
4) Fenol
Fenol meliputi berbagai senyawa yang berasal dari tumbuhan
yang memiliki cirri dan karakter yang sama, yaitu memiliki cincin
aromatic yang mengandung satu atau dua gugus hidroksil. Kuinon
adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor kasar.
Identifikasi hasil positif senyawa ini yaitu adanya perubahan warna
larutan menjadi merah, violet, atau merah-ungu (Harbourne, 1987).

Gambar 3. Struktur kimia fenol

5) Saponin (Triterpenoid dan steroid)

Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang


tersebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi. Saponin membentuk
larutan koloida dalam air dan membentuk busa yang mantap jika
dikocok dan tidak hilang dengan penambahan asam (Harbourne,
1987).

Saponin merupakan golongan senyawa alam yang rumit, yang


mempunyai massa dan molekul besar dengan kegunaan luas (Burger,
Burger, Albrecht, Spicies, & Sandor, 1998).

Saponin diberi nama demikian karena sifatnya menyerupai


sabun “Sapo” berarti sabun. Saponin adalah senyawa aktif permukaan
yang kuat dan menimbulkan busa bila dikocok dengan air. Beberapa
saponin bekerja sebagai antimikroba. Dikenal juga jenis saponin yang
glikosida triterpenoid dan glikosida truktur steroid tertentu yang
mempunyai rantai spirotekal. Kedua saponin ini larut dalam air dan
etanol, tetapi tidak larut dalam eter. Aglikonnya disebut sapogenin,
diperoleh dengan hidrolisis dalam suasana asam atau hidrolisisi
memakai enzim (Robinson, 2012).

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal


dari enam isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon
C-30 asiklik yaitu skualen. Triterpenoid merupakan senyawa
berwarna, berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi, optis aktif
dan umumnya sukar dicirikan karena tidak memiliki kereaktifan
kimia.

Gambar 4. Struktur triterpenoid


Steroid merupakan golongan lipid utama. Steroid berhubungan
dengan terpena dalam artian bahwa keduanya dibiosintesis lewat rute
yang mirip. Lewat reaksi yang benar-benar luar biasa urutannya,
triterpena asiklik skualena dikonversi secara stereospesifik menjadi
steroid tetrasiklik lanosterol, dan dari sini disintetis steroid lain. Ciri
struktur yang umum pada steroid ialah empat cincin yang tergabung.
Cincin A, B, dan C beranggota enam, dan cincin D beranggota lima,
biasanya bergabung dengan cara trans.
Steroid terdapat dalam hampir setiap tipe sistem kehidupan.
Dalam binatang banyak steroid bertindak sebagai hormon. Steroid ini,
demikian pula steroid sintetik digunakan meluas sebagai bahan obat.
Kolesterol merupakan sterfoid hewani yang terdapat paling meluas
dan dijumpai dalamhampir semua jaringan hewan. Batu kandung
empedu dan kuning telur merupakan sumber yang kaya akan
senyawaini. Kolesterol merupakan zat yang diperlukan dalam
biosintesis hormon steroid, namun tak merupkan keharusan dalam
makanan dalam makanan, karena dapat disintesis dari asetilkoenzim A
(Fessenden & Fessenden, 1990).

Gambar 5. Struktur steroid

2. Tinjauan Pustaka Sampel yang Digunakan

a. Kayu Manis (Sufiana & Harlia, 2014)

Kandungan kimia yang terdapat pada kulit kayu manis yaitu minyak
atsiri eugenol, safrol, juga kandungan sinamaldehida, tanin, dan kalsium
oksalat (Heyne, 1987).

Sistematika kayu manis menurut (Rismunandar & Paimin, 2001), sebagai


berikut:

Nama Latin : Cinnamomum zeylanicum


Kingdom : Plantae
Divisi : Gymnospermae
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Sub kelas : Dialypetalae
Ordo : Policarpicae
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum burmannii
b. Daun Kelor (Meigaria, I Wayan, & Ni Wayan, 2016)

Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Brassicales
Suku : Moringaceae
Marga : Moringa
Jenis : Moringa oleifera Lam.

c. Rimpang Legkuas (Kusriani & Az Zahra, 2015)

Lengkuas yang merupakan anggota famili Zingeberaceae adalah salah


satu jenis rempah-rempah Indonesia. Rimpang lengkuas telah digunakan
sebagai salah satu bumbu masak selama bertahun-tahun dan tidak pernah
menimbulkan masalah. Terdapat dua jenis lengkuas, yaitu lengkuas merah dan
lengkuas putih. Secara tradisional, lengkuas sering digunakan sebagai obat
sakit perut, karminatif, antijamur, antigatal, antiinflamasi, antialergi, dan
antihipoglikemik.
V. ALAT DAN BAHAN
a. Alat- Alat
1. Blender 1 buah
2. Pisau 1 buah
3. Neraca analitik O-hauss 1 buah
4. Gelas kimia 600 mL 1 buah
5. Gelas kimia 100 mL 1 buah
6. Tabung reaksi 8 buah
7. Pipet 8 buah
8. Kaki tiga 1 buah
9. Spatula 1 buah
10. Corong 1 buah
11. Kasa 1 buah
12. Gelas ukur 2 buah
13. Kertas saring 5 buah
b. Bahan -Bahan
1. Serbuk rimpang temulawak 5 gram
2. HCL pekat 2 tetes
3. H2SO4 pekat 5 mL
4. H2SO4 2N 6 tetes
5. FeCl3 3 tetes
6. Kloroform 1 mL
7. NH3 1 mL
8. logam Mg 0,1 gram
9. Metanol 60 – 80 % 15 mL
10. Aquades secukupnya
11. Etanol 70% 6 mL
12. Reagen Lieberman-Burchard 2 mL
13. Reagen Meyer 3 tetes
14. Reagen Wayner 3 tetes
15. Reagen Dragendorff 3 tetes
VI. ALUR PERCOBAAN
1. Penyiapan ekstrak methanol rimpang kencur, dau salam, batang kelor

Daun Kelor Rimpang Lengkuas

1. Dibersihkan 1. Dibersihkan
2. Dikuliti 2. Dikuliti
3. Dikeringkan 3. Dikeringkan
4. Dihaluskan 4. Dihaluskan
5. Ditimbang 5 gram 5. Ditimbang 5 gram

Serbuk Daun Kelor Serbuk Rimpang


Lengkuas

Kayu Manis

1. Dibersihkan
2. Dikuliti
3. Dikeringkan
4. Dihaluskan
5. Ditimbang 5 gram

Serbuk Kayu Manis

Serbuk Sampel

1. Dimasukkan ke dalam
gelas kimia 100 mL
2. Direndam dalam 15 mL
metanol 60% - 80%
3. Dipanaskan secukupnya
4. Didekantasi

Filtrat Residu

5. Diuapkan dengan penanas air

Sampel
2. Identifikasi alkaloid dengan metode culvenor-filzgerald

3. Identifikasi flavonoid
4. Identifikasi saponin

5. Identifikasi steroid

6. Identifikasi triterpenoid
7. Identifikasi tanin

8. Fenolik
VII. HASIL PENGAMATAN

Hasil Percobaan
No Alur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Sebelum Sesudah
1. Persiapan Ekstrak Metanol dari Sampel - Serbuk daun - Kelor + - Ekstrak
kelor : hijau metanol : lengkuas :
Serbuk Sampel - Serbuk kayu lautan larutan
1. Dimasukkan ke manis : coklat berwarna berwarna
dalam gelas kimia - Serbuk hijau kuning
100 mL
lengkuas : - Kayu manis - Ekstrak kayu
2. Direndam dalam 15
mL metanol 60% - kekuningan + etanol : manis : larutan
80% - Daun : Kelor larutan berarna coklat
3. Dipanaskan
- Rimpang : berwarna - Ekstrak kelor :
Filtrat Residu Lengkuas coklat larutan
- Batang : Kayu - Lengkuas + berwarna hijau
3. Diuapkan dengan penanas
air Manis etanol :
Sampel larutan
berwarna
kuning
2. Identifikasi Alkaloid dengan metode - Sampel kayu - Kayu manis + Reagen Meyer: Dalam
Culvenor-Fitzgerald manis : kloroform + percobaan ini
larutan ammonia : - Kayu manis
berwarna larutan dan daun kelor
coklat berwarna mengandung
- Sampel kelor : coklat (aq) + K2[HgI4] (aq) → alkaloid
larutan - Dipanaskan : - Rimpang
berwarna larutan lengkuas tidak
hijau berwarna mengandung
- Sampel coklat (s) alkaloid
lengkuas : - Filtrat + + K[HgI4] (aq)
larutan H2SO4 : Reagen Wayner:
berwarna larutan
kuning berwarna
- Kloroform : coklat dan
tidak terbentuk 2
(aq)
berwarna lapisan
+ KI (aq) + I2 (aq) →
- Ammonia : - (+) Meyer :
tidak terdapat
berwarna endapan
- H2SO4 : tidak berwarna
berwarna orange
(s)
- Mayer : - (+) Wayner :
+ I3- (aq)
larutan tidak larutan
Reagen Dragendroff:
berwarna berwarna
- Wayner : coklat +
larutan terdapat
berwarna endapan
(aq)
putih - (+)
+ K[BiI4] (aq) →
- Dragondorff : Dagendroff :
larutan larutan
berwarna berwarna
merah coklat +
(s)
terdapat
+ BiI4 (aq)
endapan
- Kelor +
kloroform +
ammonia :
larutan
berwarna hijau
- Dipanaskan :
larutan
berwarna hijau
- Filtrat +
H2SO4 :
terbentuk 2
lapisan
- (+) Meyer :
larutan
berwarna hijau
+ terdapat
endapan
berwarna
merah
- (+) Wayner :
larutan
berwarna hijau
+ terdapat
endapan
berwarna
merah
- (+)
Dagendroff :
larutan
berwarna hijau
- Lengkuas +
kloroform +
ammonia :
larutan
berwarna
kuning cerah
- Dipanaskan :
terbentuk 2
lapisan +
larutan
berwarna
kuning
- (+) H2SO4 :
larutan
berwarna
kuning
- (+) Meyer :
larutan
berwarna
orange
- (+)
Degandroff :
larutan
berwarna
orange
- (+) Wayner :
larutan
berwarna
orange
3. Identifikasi Flavonoid - Etanol : - Daun Kelor + Mg (s) + 2HCl (aq) → MgCl2 Dalam
larutan tidak etanol : larutan (aq) + H2 (g) percobaan ini
berwarna berwarna hijau - Kelor, kayu
- Daun Kelor: - Dipanaskan : manis, dan
larutan larutan lengkuas
berwarna berwarna hijau mengandung
hijau (1 layer) flavonoid
- Kayu manis : - (+) serbuk 𝐻+
(aq) + H2 (g) →
larutan Mg: larutan
berwarna berwarna
coklat (+++) hijau,
- Serbuk Mg: terbentuk
black powder endapan dan
- HCl pekat : buih (++) (aq)

larutan tidak - (+) HCl :


berwarna menguap, dan
terbentuk buih
(+) larutan
berwarna hijau
- Kayu manis + (aq) + MgCl2 (aq) →
etanol : larutan
berwarna
coklat
kemerahan
- Dipanaskan :
(aq) + 2Cl- (aq)
larutan
berwarna
coklat
kemerahan (1
lapisan)
- (+) Serbuk
Mg: larutan
berwarna
kemerahan
dengan
terbentuk
endapan dan
buih (++)
- (+) HCl :
menguap, dan
terbentuk buih
(+) larutan
berwarna
kemerahan
- Lengkuas +
etanol : larutan
berwarna
coklat
- Dipanaskan :
larutan
berwarna
coklat (1
lapisan)
- (+) Serbuk
Mg: larutan
berwarna
coklat dengan
endapan dan
buih (++)
- (+) HCl :
menguap,
terbentuk buih
(+), larutan
berwarna hijau
4. Identifikasi Saponin - Lengkuas: - (+) aquades = Dalam
larutan Lengkuas : percobaan ini
berwarna larutan - Lengkuas dan
kekuningan berwarna kayu manis
- Daun Kelor: kekuningan mengandung
larutan Kelor : larutan 𝐻2 𝑂 saponin

berwarna hijau berwarna hijau - Dau kelor
- Kayu manis: Kayu manis : tidak
larutan larutan mengandung
berwarna coklat berwarna saponin
- Aquades : coklat
larutan tidak - Dipanaskan =
berwarna Lengkuas :
Larutan tidak
berwarna (+)
berbuih
Kelor :
+
hijau (-)
Kayu manis :
coklat (+)
berbuih

5. Identifikasi Steroid - Lengkuas : - Kelor + etanol - Dalam


larutan + H2SO4 : percobaan ini
berwarna larutan berwarna Kayu manis,
kuning hijau tua daun kelor,
𝐻𝑂𝐴𝐶/𝐻2 𝑆𝑂4
- Kayu - (+) asam → dan lengkuas
manis : anhidrat : tidak
larutan larutan berwarna mengandung
berwarna hijau tua steroid
coklat Kayu manis +
- Kelor : etanol : larutan ↓ 𝐴𝑐2 𝑂(𝑆𝑂2 )
larutan berwarna coklat
berwarna kemerahan
hijau - (+) H2SO4 +
- Ethanol : asam anhidrat : 𝑆𝑂2

larutan terbentuk
tidak endapan coklat
berwarna kemerahan
- H2SO4 : - Lengkuas +
larutan etanol + H2SO4 :
tidak larutan berwarna
berwarna kuning
- Asam (+) asam
anhidrat : anhidrat :
larutan larutan berwarna
tidak kuning
berwarna
6. Identifikasi Triterpenoid - Kloroform : - Daun Kelor Dalam
larutan tidak + kloroform : percobaan ini
berwarna larutan - Daun kelor,
- H2SO4 : berwarna kayu manis,
larutan tidak hijau dan lengkuas
berwarna - (+) H2SO4 : mengandung
- Daun Kelor: larutan triterpenoid
larutan dengan
berwarna hablur
hijau berwarna
- Kayu manis : kecoklatan
larutan - Kayu manis
berwarna + kloroform :
coklat larutan
- Lengkuas : berwarna
larutan coklat
berwarna kemerahan
coklat - Lengkuas +
kloroform :
larutan
berwarna
coklat
- (+) H2SO4 :
larutan
dengan
hablur
berwarna
merah
kecoklatan

7. Identifikasi Tannin - Kelor : - Dipanaskan : Dalam


larutan Kelor : percobaan ini
berwarna larutan - Kelor dan
hijau berwarna lengkuas
- Kayu manis hijau 𝐹𝑒𝐶𝑙3 mengandung

: larutan - (+) FeCl3 : tannin
berwarna larutan - Kayu manis
coklat berwarna tidak
- Lengkuas : coklat mengandung
larutan kehijauan tannin
berwarna - Dipanaskan
kekuningan kayu manis :
- Aquades : larutan
larutan berwarna
tidak coklat
berwarna kemerahan
- (+) FeCl3 :
terbentuk
endapan
coklat
kemerahan
- Dipanaskan
lengkuas :
larutan
berwarna
kuning
- (+)
FeCl3 :
larutan
berwarna
kuning
8. Fenolik - Lengkuas : - Kayu manis + Dalam
larutan NaCl : larutan percobaan ini
berwarna dengan hablur - Kelor
kuning berwarna mengandung
- Kelor : coklat fenolik
larutan - (+) gelatin : - Kayu manis
berwarna endapan dan lengkuas
hijau berwarna tidak
- Kayu manis : putih (+) mengandung
larutan - Kelor + NaCl : fenolik
berwarna larutan
coklat berwarna hijau
- NaCl : - (+) gelatin:
larutan tidak larutan
berwarna berwarna hijau
- Gelatin : (-)
larutan tidak - Lengkuas +
berwarna NaCl : larutan
berwarna
kekuningan
- (+) gelatin :
larutan
berwarna
kekuningan (-)
VIII. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Persiapan Ekstrak Metanol Rimpang Lengkuas, Kayu Manis, dan
Daun Kelor
Dalam percobaan ini, sampel yang kami gunakan adalah:
Daun : kelor (Moringa oleifera)
Rimpang: lengkuas (Alpinia galanga L.)
Batang : kayu manis (Cinnamomum zeylanicum)
Langkah pertama dalam mempersiapkan ekstrak dari sampel yang
digunakan adalah dengan cara mengeringkan bahan sehingga menjadi
sampel yang berbentuk serbuk. Pengeringan dilakukan agar kadar air yang
terkandung dalam sampel hilang sehingga memudahkan dalam proses
ekstraksi. Selain itu, sampel dibuat menjadi serbuk agar hasil ekstraksi yang
diperoleh lebih banyak, karena semakin halus sampel yang akan diekstraksi,
maka semakin mudah pelarut masuk ke dalam sel untuk menarik zat aktif.

Langkah selanjutnya adalah proses ekstraksi, yaitu proses pemisahan


substansi dari campuran dengan menggunakan pelarut yang sesuai. 5 gram
sampel diambil dan diletakkan di dalam gelas kimia 100 mL. Kemudian
direndam dalam 15 mL metanol dengan konsentrasi 60-80%. Pemilihan
metanol sebagai pelarut dikarenakan metanol bersifat polar dan pelarut yang
digunakan untuk ekstraksi harus mempunyai kepolaran yang berbeda. Hal
ini disebabkan kandungan kimia dari suatu tumbuhan hanya dapat terlarut
pada pelarut yang sama kepolarannya, sehingga suatu golongan senyawa
dapat dipisahkan dari senyawa lainnya.

Untuk mempercepat proses ekstraksi dapat dilakukan pemanasan


sekitar 5 menit. Pemanasan dilakukan dengan tujuan dapat membantu
mempercepat proses ekstraksi. Namun dalam percobaan kami tidak
dilakukan pemanasan dikarenakan proses ekstraksi sudah berjalan dengan
baik. Kemudian sampel yang sudah terekstraksi langsung didekantasi dan
didistribusikan ke dalam masing-masing tabung.
Dalam proses ekstraksi ini, didapatkan hasil bahwa sampel dari
ekstrak kayu manis berwarna coklat tua, ekstrak daun kelor berwarna hijau
tua, ekstrak lengkuas berwarna kuning pudar.

2. Identifikasi Alkaloid dengan metode Culvenor Fitzgerald


Pada percobaan identifikasi alkaloid inimetode yang dilakukan adalah
dengan metode Culvenor-Fitzgerald. Langkah pertama adalah memasukkan
1 mL sampel ke dalam masing-masing tabung reaksi. Kemudian
ditambahkan 1 mL kloroform. Penambahan ini guna untuk memutuskan
ikatan antara asam tanin dan alkaloid yang terikat secara ionik dimana atom
N dari alkaloid berikatan saling stabil dengan gugus hidroksil genolik dari
asam tanin. Dengan terputusnya ikatan ini alkaloid akan bebas, sedangkan
asam tanin akan terikat oleh kloroform.
Kemudian menambahkan 1 mL larutan ammonia. Sampel dipanaskan
sebentar ± 1 menit di atas penangas untuk membantu terjadinya reaksi.
Sampel daun kelor menghasilkan larutan berwarna hijau dengan 2 lapisan.
Kemudian dari sampel tersebut diambil filtratnya. Selanjutnya filtrat dari
masing-masing sampel dibagi ke dalam 3 tabung reaksi dengan bagian yang
sama. Kemudian ditambahkan 3 tetes H2SO4 2N dan dikocok. Setelah
terentuk 2 lapisan, bagian atas dari sampel tersebut diambil dan dipindahkan
ke dalam tabung reaksi yang lainnya. Untuk tabung 1 diuji dengan reagen
Meyer, tabung 2 diuji dengan reagen Wayner, dan tabung 3 diuji dengan
reagen Dragendroff.
Reaksi dikatakan positif jika:
 Dengan reagen Meyer: menghasilkan endapan merah-orange, reaksinya:
4KI(aq) + HgCl4(aq) K2HgI4(aq) + 2KCl(aq)
K2HgI4(aq) 2K+ + HgI42-

(Setyowati, 2014).
Nitrogen pada alkaloid akan bereaksi dengan ion kalium dari senyawa
kalium tetraiodo merkurat(II) membentuk kompleks kalium-alkaloid yang
mengendap berwarna jingga. Hal ini menunjukkan positif mengandung
senyawa alkaloid.
 Dengan reagen Wayner: menghasilkan endapan coklat

Ini terjadi karena ion kalium berikatan kovalen koordinasi dengan


alkaloid sehingga membentuk kompleks kalium-alkaloid yang
mengendap berwarna coklat. Ini menunjukkan bahwa sampel positif
mengandung senyawa alkaloid. Persamaan reaksinya adalah:

I2(aq) + I- I3-

(Setyowati, 2014).
 Dengan reagen Dragendroff: menghasilkan endapan putih

Endapan yang terbentuk dikarenakan ion kalium berikatan kovalen


koordinasi dengan alkaloid sehingga membentuk kompleks kalium-
alkaloid yang mengendap berwarna putih. Persamaan reaksinya adalah:

Bi(NO3)3(aq) + 3KI(aq) BiI3(aq) + 3KNO3(aq)


BiI3(aq) + KI(aq) K[BiI4]

(Setyowati, 2014).
Adapun hasil dari masing masing sampel adalah sebagai berikut:
a. Kayu manis
 Dengan reagen Meyer: menghasilkan endapan orange (positif
mengandung alkaloid)
 Dengan reagen Wayner: menghasilkan endapan coklat (positif
mengandung alkaloid)
 Dengan reagen Dragendroff: menghasilkan endapan putih
(positif mengandung alkaloid)
Dengan demikian dapat diketahui bahwa kayu manis positif
mengandung senyawa alkaloid.
b. Daun kelor
 Dengan reagen Meyer: menghasilkan endapan merah (positif
mengandung alkaloid)
 Dengan reagen Wayner: menghasilkan endapan merah (positif
mengandung alkaloid)
 Dengan reagen Dragendroff: tidak menghasilkan endapan merah
(negatif mengandung alkaloid)
Dengan demikian dapat diketahui bahwa daun kelor
mengandung senyawa alkaloid.
c. Rimpang lengkuas
 Dengan reagen Meyer: tidak menghasilkan endapan orange
(negatif mengandung alkaloid)
 Dengan reagen Wayner: tidak menghasilkan endapan orange
(negatif mengandung alkaloid)
 Dengan reagen Dragendroff: tidak menghasilkan endapan putih
(negatif mengandung alkaloid)
Dengan demikian dapat diketahui bahwa rimpang lengkuas tidak
mengandung senyawa alkaloid.
Hasil dari percobaan ini sudah sesuai dengan referensi jurnal
yang kami dapatkan, yaitu kayu manis dan daun kelor mengandung
alkaloid sedangkan rimpang lengkuas tidak mengandung alkaloid.
3. Identifikasi Flavonoid
Langkah pertama yang dilakukan untuk uji flavonoid adalah diambil 1
mL ekstrak sampel, kemudian ditambahkan dengan 3 mL etanol 70%.
Penambahan etanol bertujuan untuk mengekstraksi senyawa flavonoid.
Larutan kemudian dipanaskan dengan menggunakan penangas dan
dikocok. Setelah didiamkan dan terbentuk 2 lapisan, filtrat dari masing-
maing sampel diambil dan ditambahkan 0,1 gram Mg dan 2 tetes HCl
pekat. Uji flavonoid dikatakan positif jika larutan berubah warna menjadi
merah. Reaksi yang terjadi adalah:

Mg(s) + 2HCl(l) → MgCl2(aq)+ H2(g)

(Chunaifi & Tukiran, 2014).


Senyawa flavonoid direduksi oleh gas hidrogen dengan katalis asam.
Kemudian ion yang dihasilkan tersebut bereaksi dengan MgCl2
membentuk senyawa kompleks magnesium-flavonoid. Senyawa kompleks
itulah yang berwarna merah.
Dalam percobaan ini semua sampel menghasilkan larutan yang
berwarna kemerahan, menunjukkan bahwa semua sampel terbukti
mengandung senyawa flavonoid. Hal ini sudah sesuai dengan referensi
jurnal yang kami dapatkan.
4. Identifikasi Saponin
Pada percobaan identifikasi ini disiapkan 1 mL sampel kayu manis,
daun kelor, dan rimpang lengkuas. Sampel tersebut kemudian di
tambahkan aquades 5 mL. Larutan kemudian dipanaskan diatas penangas
air selama ± 5 menit.
Kemudian sampel tersebut diambil filtratnya. Filtrat tersebut
kemudian dikocok dan didiamkan selama 15 menit. Tujuan dilakukan
pengocokkan adalah karena saponin merupakan senyawa aktif
permukaan dan bersifat seperti sabun yaitu dapat membentuk larutan
koloidal dalam air dan membuih bila dikocok.
Busa tersebut adalah lipida cair yang secara spontan terdispersi
membentuk misel dengan ekor filik yang bersinggungan dengan medium
cair. Misel tersebut dapat mengandung ribuan molekul lipida. Lipida cair
membentuk suatu lapisan dengan ketebalan satu molekul yaitu lapisan
tunggal. Pada sistem tersebut, ekor hidrokarbon terbuka sehingga terhindar
dari air dan lapisan hidrofilik memanjang ke air yang bersifat polar.
Dalam percobaan ini, sampel yang menghasilkan buih stabil setelah
terjadi pengocokan adalah sampel kayu manis dan lengkuas. Menunjukkan
bahwa kedua sampel tersebut positif mengandung saponin. Sedangkan
pada sampel daun kelor, tidak mengandung saponin. Hal ini sudah sesuai
dengan referensi jurnal yang kami dapatkan.
5. Identifikasi Steroid
Pada percobaan identifikasi steroid, langkah pertama yang dilakukan
adalah menambahkan 1 mL sampel dengan 3 mL etanol 70 %.
Penambahan etanol bertujuan untuk mengekstraksi senyawa steroid yang
terdapat dalam sampel. Larutan kemudian ditambah 2 mL H2SO4 pekat
tak berwarna. Penambahan H2SO4 pekat ini guna untuk mereduksi asetil
pada steroid.
Selanjutnya, menambahkan 2 mL anhidrida asetat yang berupa larutan
tidak berwarna. Setelah penambahan diperoleh larutan berwarna coklat
kemerahan. Larutan dikatakan positif mengandung steroid apabila
setelah penambahan anhidrat asetat terjadi perubahan warna menjadi ungu
atau hijau. Perubahan tersebut terjadi akibat terbentuknya turunan asetil
dari steroid. Persamaan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

Dalam percobaan ini, ketiga sampel tidak menunjukkan adanya


perubahan warna. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga sampel tidak
mengandung senyawa steroid. Akan tetapi dalam referensi jurnal yang
telah kami dapatkan, seharusnya sampel daun kelor dan rimpang
lengkuang mengandung senyawa steroid. Sedangkan sampel kayu manis
tidak mengandung steroid.
6. Identifikasi Triterpenoid

Pada identifikasi triterpenoid, langkah pertama adalah memasukkan 1


mL sampel ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan dengan 2 mL
larutan kloroform yang berupa larutan tidak berwarna. Penambahan
kloroform guna untuk melarutkan triterpenoid yang mudah larut dalam
senyawa organik. Setelah itu, menambahkan 3 mL H2SO4 yang tidak
berwarna melalui dinding tabung. Penambahan H2SO4 pekat ini berfungsi
untuk mereduksi triterpenoid.

Dari pencampuran tersebut, ketiga sampel membentuk 2 lapisan


warna pada lapisan permukaan terbentuk lapisan yang berwarna coklat
kemerahan. Terbentuknya warna merah kecoklatan pada lapisan atas
menunjukkan bahwa sampel positif mengandung senyawa triterpenoid.
Persamaan reaksinya adalah:

(Chunaifi & Tukiran, 2014).

Dari hasil percobaan ini, dapat diketahui bahwa ketiga sampel


mengandung senyawa triterpenoid. Akan tetapi hal ini tidak sesuai
dengan referensi jurnal yang kami dapatkan, dimana sampel yang
seharusnya mengandung triterpenoid hanyalah sampel rimpang lengkuas.

7. Identifikasi Tanin

Pada percobaan ini, langkah awal adalah dengan menambahkan 1 mL


sampel berwarna jingga ke dalam tabung reaksi kemudian dididihkan
dengan 5 mL air diatas penangas air. Setelah dipanaskan ± 1 menit akan
terbentuk filtrat dan residu. Filtrat dari masing-masing sampel kemudian
ditambahkan dengan 2-3- tetes larutan FeCl3 1 %. Larutan FeCl3 1 %
merupakan larutan yang berwarna kuning jernih.

Pada identifikasi tanin, gugus –OH pada tanin, bereaksi dengan reagen
FeCl3. Hal ini dapat mengendapkan protein sehingga menyebabkan
terjadinya perubahan warna. Perubahan warna yang terjadi adalah coklat
kehijauan. Penyebabnya adalah adanya reaksi hidrolisis pada senyawa
protein yang bereaksi dengan logam. Hal ini juga disebabkan karena adanya
penambahan pereaksi geser yaitu FeCl3. Peraksi geser adalah pereaksi yang
dapat digunakan untuk menentukan kedudukan gugus hidroksil fenol bebas
pada bagian inti. Dengan demikian, secara tidak langsung cara ini berguna
untuk menentukan kedudukan gugus yang terkait pada salah satu gugus
hidroksil fenol. Persamaan reaksi yang terjadi adalah:

FeCl3(aq) + 6ArOH(s) → 6H+ + 3Cl- +[Fe(OAr)6]3-(aq)

(Chunaifi & Tukiran, 2014).


Dalam percobaan ini, sampel yang menunjukkan uji positif adalah
sampel daun kelor dan rimpang lengkuas yaitu larutan yang berubah warna
menjadi coklat kehijauan. Sedangkan sampel kayu manis tidak
menunjukkan perubahan warna sehinggan hasil ujinya negatif
mengandung tanin.
Akan tetapi dalam referensi jurnal yang telah kami dapatkan,
seharusnya yang mengandung senyawa tanin hanyalah sampel daun kelor,
sedangkan sampel yang lainnya, yaitu sampel kayu manis dan lengkuas
tidak mengandung senyawa tanin.
8. Fenolik

Dalam percobaan ini, langkah pertama yang dilakukan adalah dengan


menambahkan masing-masing sampel sebanyak 1 mL dengan NaCl 1%
dan gelatin 10% yang masing-masing volumenya juga 1 mL. Uji fenolik
dikatakan positif jika terdapat endapan berwarna putih yang terbentuk di
dasar tabung.

Dalam percobaan ini, yang menunjukkan uji positif senyawa fenolik


hanyalah sampel daun kelor. Akan tetapi dalam referensi jurnal yang telah
kami dapatkan adalah baik sampel kayu manis, daun kelor, ataupun
rimpang lengkuas tidak mengandung senyawa fenolik.
IX. DISKUSI

Kesalahan yang terjadi dalam praktikum ini diduga karena proses


ekstraksi yang tidak sempurna, khususnya pada beberapa percobaan
terakhir. Hal ini terjadi karena sampel yang digunakan ditambahkan dengan
metanol lagi dan proses ekstraksi tidak berlangsung lama (langsung
dipakai). Kesalahan juga disebabkan oleh ketidaktelitian praktikan dalam
mengamati hasil percobaan.
X. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:

TABEL MENURUT DATA HASIL PERCOBAAN

Sampel Alkaloid Flavonoid Saponin Steroid Triterpenoid Tanin Fenolik


Kayu
   
manis
Kelor     
Lengkuas    

Kemudian data yang didapatkan, dibandingkan dengan referensi jurnal yang


diperoleh:

TABEL MENURUT REFERENSI JURNAL

Sampel Alkaloid Flavonoid Saponin Steroid Triterpenoid Tanin Fenolik


Kayu
  
manis
Kelor    
Lengkuas    
XI. DAFTAR PUSTAKA

Burger, I., Burger, B., Albrecht, C., Spicies, H., & Sandor, P. (1998). Triterpenoid
saponin from Bacium Gradivlona Var. Obovatum Phytochemistry. 49,
2087-2089.

Chunaifi, M., & Tukiran. (2014). Skrining Fitokimia Dari Ekstrak Etil Asetat
Kulit Batang Tumbuhan Nyiri Batu (Xylocarpus moluccencis). Unesa
Journal Of Chemistry, 87-92.

Fessenden, J. R., & Fessenden, S. J. (1990). Kimia Organik 3 (Vol. 2). (A. H.
Pudjaatmaka, Trans.) Jakarta: Erlangga.

Harborne, J. B., & B. L. Turner. (1984). Plant Chemosystematics. London:


Academic Press.

Harbourne, J. (1987). Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan (2 ed.). (K. d. Padmawinata, Trans.) London: ITB.

Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia (2 ed.). Jakarta: Badan


Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.

Kusriani, H., & Az Zahra, S. (2015). SKRINING FITOKIMIA DAN


PENETAPAN KADAR SENYAWA FENOLIK TOTAL EKSTRAK
RIMPANG LENGKUAS MERAH DAN RIMPANG LENGKUAS
PUTIH (ALPINIA GALANGA L.). Jurnal Kesehatan.

Meigaria, K. M., I Wayan, M., & Ni Wayan, M. (2016). SKRINING FITOKIMIA


DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ASETON DAUN
KELOR (MORINGA OLEIFERA). Jurnal Wahana Matematika dan
Sains, 10(II).

Rismunandar, & Paimin, F. (2001). Kayu Manis Budidaya dan Pengolahan.


Jakarta: Penebar Swadaya.
Robinson, T. (2012). In Agusnida, Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat
Tinggi. Bandung: ITB.

Satyajit, Sarker, D., & Lutfun, N. (2009). Kimia Untuk Mahasiswa Farmasi
Bahan Kimia Organik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Setyowati, W. A. (2014). Skrining Fitokimia Dan Identifikasi Komponen Utama


Ekstrak Metanol Kulit Durian (Durio Zibethinus Murr.) Varies Petruk.
Seminar Nasional Kimia Dan Pendidikan Kimia, VI, 271-280.

Sufiana, & Harlia. (2014). UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN


SITOTOKSISITAS CAMPURAN EKSTRAK METANOL KAYU
SEPANG (Caesalpinia sappan L.) DAN KULIT KAYU MANIS
(Cinnamomum burmannii B.). JKK, 3(2), 50-55.

Sukandar, E. Y., Andrajati, R., Sigit, J., Adnyana, I., Setiadi, A., & Kusnandar.
(2008). ISO Farmakoterapi. Jakarta: Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia.

Tim Dosen, K. O. (2016). Penuntun Praktikum Kimia Organik 2. Surabaya: Unesa


Press.
XII. LAMPIRAN
1. Jawaban Pertanyaan
1. Tulis secara lengkap reaksi setiap uji fitokimia diatas!
Jawab:
1. Uji Alkaloid
 Dengan reagen meyer

 Dengan reagen wegner

 Dengan reagen dragondorff

2. Uji Flavonoid



3. Uji Saponin

4. Steroid

5. Triterpenoid
6. Tanin

7. Fenolik
2. Dokumentasi
Langkah
No Gambar Hasil/keterangan
Kerja
1. Peralatan  Beaker glass 50 mL
 Beaker glass 100
mL
 Pipet Tetes
 Tabung reaksi
 Pembakar spiritus
 Rak
 Pengaduk
 Gelas ukur
 Corong kaca
2. Bahan-bahan  Metanol
 Kloroform
 FeCl3
 H2SO4 2N
 H2SO4 pekat
 Ammonia
 Reagen Meyer
 Reagen Wayner
 Reagen
Dragandoerf
 Etanol
 Asam Anhidrat
 Gelatin
 NaCl
3. Membuat Kayu manis dan
serbuk lengkuas sudah
sampel berbentuk serbuk.
Sedangkan daun kelor
harus dikeringkan dan
diblender sampai halus.
Persiapan Ekstrak Metanol dari Sampel
1. Menimbang  Kayu manis: serbuk
sampel berwarna coklat
sebanyak 5  Daun kelor: serbuk
gram berwarna hijau
 Lengkuas: serbuk
berwarna coklat
terang
2. Ditambahkan  Kayu manis:
metanol larutan berwarna
coklat tua dan
terdapat endapan
kayu manis
 Daun kelor: larutan
berwaarna hijau
dan terdapat
endapan daun kelor
 Lengkuas: larutan
berwarna kuning
kecoklatan dan
terdapat endapan
lengkuas
3. Dekantasi  Kayu manis: larutan
berwarna coklat tua
 Kelor: larutan
berwarna hijau
 Lengkuas: larutan
berwarna kuning
kecoklatan
Identifikasi Alkaloid dengan metode Culvenor-Fitzgerald
1. 1 mL sampel  Kayu manis: larutan
berwarna coklat tua
 Kelor: larutan
berwarna hijau
 Lengkuas: larutan
berwarna kuning
kecoklatan
2. (+) 1 ml  Kayu manis: larutan
kloroform berwarna coklat tua
 Kelor: larutan
berwarna hijau
 Lengkuas: larutan
berwarna kuning
kecoklatan
3. (+) 1 ml  Kayu manis: larutan
ammonia berwarna coklat tua
 Kelor: larutan
berwarna hijau
 Lengkuas: larutan
berwarna kuning
kecoklatan
4. Dipanaskan  Kayu manis: larutan
dan dikocok berwarna coklat tua
dan terdapat buih
 Kelor: larutan
berwarna hijau
 Lengkuas: larutan
berwarna kuning
kecoklatan

Semua sampel
membentuk dua
lapisan.

5. (+) H2SO4  Kayu manis: larutan


2N berwarna coklat tua
dan terdapat buih
 Kelor: larutan
berwarna hijau
 Lengkuas: larutan
berwarna kuning
kecoklatan

Semua sampel
membentuk dua
lapisan.
6. (+) Reagen Kayu manis + meyer:
Meyer, larutan berwarna coklat
Reagen dengan endapan
Wayner, and berwarna orange.
Reagen Kayu manis + Wayner:
Dragandorf larutan berwarna coklat
(kayu manis) dengan endapan
Kayu manis +
dragandorf:
larutan berwarna coklat
dengan endapan
7. (+) Reagen Kelor + meyer: larutan
Meyer, berwarna hijau dan
Reagen endapan merah
Wayner, and Kelor + Wayner:
Reagen larutan berwarna hijau
Dragandorf dan endapan merah
(kelor) Kelor + dragandorf:
larutan berwarna hijau
8. (+) Reagen Lengkuas + meyer:
Meyer, larutan berwarna orange
Reagen dan terbentuknya
Wayner, and endapan
Reagen Lengkuas + Wayner:
Dragandorf larutan berwarna orange
(lengkuas) dan terbentuknya
endapan
Lengkuas + dragandorf:
larutan berwarna
kuning cerah
Identifikasi Flavonoid
1. 1 ml sampel  Kayu manis: larutan
berwarna coklat tua
 Kelor: larutan
berwarna hijau
 Lengkuas: larutan
berwarna kuning
kecoklatan
2. (+) 3 mL  Kayu manis: larutan
etanol berwarna coklat tua
 Kelor: larutan
berwarna hijau
 Lengkuas: larutan
berwarna kuning
kecoklatan
3. (+) 0,1 gram Kayu manis: larutan
Mg berwarna coklat
kemerahan dengan
endapan dan buih
Kelor: larutan berwarna
hijau dengan endapan
dan buih
Lengkuas: larutan
berwarna coklat dengan
endapan dan buih
4. Setelah Kayu manis: menguap,
ditambahkan berbuih dan larutan
2 tetes HCl berwarna kemerahan
Kelor: menguap,
berbuih dan larutan
berwarna hijau
Lengkuas:
menguap, berbuih dan
larutan berwarna coklat
terang
Identifikasi Saponin
1. 1 ml sampel  Kayu manis: larutan
berwarna coklat tua
 Kelor: larutan
berwarna hijau
 Lengkuas: larutan
berwarna kuning
kecoklatan
2. (+) 10 mL  Kayu manis: larutan
air berwarna coklat tua
 Kelor: larutan
berwarna hijau
 Lengkuas: larutan
berwarna kuning
pudar

3. Setelah Kayu manis dan


dipanaskan lengkuas membentuk
buih.
Daun kelor tidak
membentuk buih.

Identifikasi Steroid
1. 1 ml sampel  Kayu manis: larutan
berwarna coklat tua
 Kelor: larutan
berwarna hijau
 Lengkuas: larutan
berwarna kuning
kecoklatan
2. (+) 3 ml  Kayu manis: larutan
etanol berwarna coklat tua
 Kelor: larutan
berwarna hijau
 Lengkuas: larutan
berwarna kuning

3. (+) 2 mL Kayu manis: larutan


H2SO4 pekat berwarna coklat
+ asam kemerahan dengan
anhidrat endapan
Kelor : larutan
berwarna hijau
lengkuas: larutan
berwarna kuning
Identifikasi Triterpenoid
1. 1 ml sampel Kayu manis: larutan
berwarna coklat tua
Kelor : larutan
berwarna hijau
lengkuas: larutan
berwarna kuning
2. Setelah Kayu manis: larutan
ditambahkan berwarna coklat
2 mL kemerahan dengan
kloroform endapan
Kelor : larutan
berwarna hijau
lengkuas: larutan
berwarna coklat
3. Setelah Kayu manis: larutan
ditambahkan berwarna merah
3 ml H2SO4 kecoklatan dengan
pekat hablur
Kelor: larutan berwarna
merah kecoklatan
dengan hablur
Lengkuas: larutan
berwarna merah
kecoklatan dengan
hablur

Identifikasi Tannin
1. 1 ml sampel Kayu manis: larutan
berwarna coklat tua
Kelor : larutan
berwarna hijau
lengkuas: larutan
berwarna kuning
2. (+) 20 mL Kayu manis: larutan
air + berwarna coklat
dipanaskan + kemerahan dengan
2-3 tetes endapan
FeCl3 Kelor: larutan berwarna
kehijauan
Lengkuas: larutan
berwarna kekuningan

Identifikasi Fenolik
1. 1 ml sampel Kayu manis: larutan
berwarna coklat tua
Kelor : larutan
berwarna hijau
lengkuas: larutan
berwarna kuning

2. Setelah Kayu manis: larutan


ditambahkan berwarna coklat dengan
1 mL NaCl endapan berwarna putih
1% Kelor: larutan berwarna
hijau dengan endapan
berwarna putih
Lengkuas: larutan
berwarna kekuningan
3. Setelah Kayu manis: larutan
penambahan berwarna coklat dengan
1 mL gelatin endapan berwarna putih
10% (+)
Kelor:
larutan berwarna hijau
(-)
Lengkuas: larutan
berwarna kekuningan
(-)

Anda mungkin juga menyukai