Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

Pembahasan

Tn Hadi Waluyo datang dengan keluhan memiliki benjolan di lipat paha


sebelah kanan. Benjolan tersebut timbul sejak ±1,5 tahun yang lalu, benjolan itu
dapat keluar dan di masukan kembali. Tapi sejak 2 minggu terakhir, benjolan
menjadi sulit untuk di masukan kembali. Ini menunjukan bahwa benjolan yang di
miliki oleh pasien adalah hernia, dan telah terjadi peningkatan progresivitas.
Dimana hernia tersebut berubah dari reponible menjadi irreponible. Benjolan
tersebut biasanya keluar saat dia bersin atau batuk. Artinya hernia tersebut muncul
di pengaruhi oleh tekanan intraabdominal yang meningkat. Pasien tidak mengeluh
adanya mual dan muntah, nyeri perut, bab dan bak normal, ini berarti bahwa
hernia yang di derita oleh pasien tidak mengalami strangulasi, karena pada hernia
yang terstrangulasi akan menyebabkan keluhan tersebut. Riwayat penyakit
keluarga tidak ada, riwayat trauma tidak ada, dan tidak ada riwayat kelainan testis
ketika kecil. Artinya kemungkinan penyebab dari terjadinya benjolan pada pasien
adalah melemahnya kondisi fisik, dan faktor resiko pekerjaan sebagai bekerja di
tempat pembangunan. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan teraba benjolan yang
memanjang dari inguinal Skrotum dextra, Berbatas tegas, Lunak. Pemeriksaan ini
menyingkirkan kemungkinan benjolan akibat tumor tesis, varikokel, dan torsio
testis. Finger Test (+) pada ujung jari menandakan hernia lateralis. Nyeri Tekan
(-) untuk menyingkirkan kemungkinan hernia strangulata, dan torsio testis.
Permukaan Licin, menyingkirkan kemungkinan adanya keganasan karena pada
keganasan akan teraba masa berbenjol2 dan keras. Zieman Test (Jari Ke 2)
menandakan hernia tersebut merupakan hernia lateralis. Transluminasi (-)
menunjukan bahwa benjolan tersebut bukan merupakan hidrokel.
Tatalaksana pada pasien ini dengan menggunakan tindakan operatif yaitu,
Irisan kulit pada hernia inguinalis ini disebut inguinal incision, dua jari cranial
dansejajar ligamentum inguinale mulai dari pertengahan. Dan ini sesuai dengan
anulus inguinalis internus. Panjang irisan tergantung dari besarnya hernia
(tergantung kebutuhan), biasanya 5-8 cm. Setelah kulit dibuka, subkutis dan

33
jaringan lemak disiangi sampai tampak aponeurosis muskulus obliqus eksternus
yang merupakan dinding depan kanalis inguinalis. Kira-kira 2 cm cranial
ligamentun inguinale. Irisan ke medial sampai membuka anulus inguinalis
eksternus.
Di dalam kanalis inguinalis terdapat funiculus spermaticus dibungkus
muskulus cremaster. Otot ini disiangi sampai funikulus spermaticus kelihatan.
Funiculus dibersihkan atau dicanthol sampai ke lateral dengan kain kasa, dan
kantong peritoneum akan timbul di sebelah caudo medialnya. Kantong ini dijepit
dengan dua buah pinset sirurgik dan diangkat, kemudian dibuka dengan
memperhatikan agar isi hernia (usus) tidak terpotong. Kantong yang terbuka lalu
dijepit dengan klem Mickuliks sehingga usus tampak jelas. Kemudian usus
dikembalikan ke cavum abdominalis dengan rnelebarkan irisan pada kantong ke
proksimal sampai leher hernia. Sisa kantong sebelah distal dibiarkan dalam
skrotum pada hernia yang besar (karena bisa menimbulkan banyak pendarahan),
sedang hernia yang kecil sisa kantong tersebut dibuang. Kemudian leher dijahit
ikat. Puntung ini kemudian ditanamkan di bawah conjoint tendon dan
digantungkan.

34
Daftar Pustaka

1. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartz’s Principles of


Surgery. Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.
2. Widjaja, H, Anatomi abdomen, Jakarta, EGC, 2007, Hal : 21-25.
3. Schwartz, Shires, Spencer, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6, EGC,
Jakarta,
4. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery.17th
Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217
5. Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong, (2012), Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi
revisi, 706-710, EGC, Jakarta.
6. Inguinal Hernia: Anatomy and Managemen
thttp://www.medscape.com/viewarticle/420354_4
7. Dunphy, J.E, M.D, F.A.C.S. dan Botsford, M.D, F.A.C.S, Pemeriksaan Fisik
Bedah,edisi ke-4, 145-146, Yayasan Essentia Medika, Yogyakarta.
8. Dudley and Waxmann, Scott; An Aid to Clinical Surgery, 4nd ed, 247,
Longman Singapore Publisher Ltd, Singapore.
9. Sabiston, Buku Ajar Ilmu Bedah, bagian I, cetakan ke-dua, EGC, Jakarta,
1995. Hal :228, 243.

35

Anda mungkin juga menyukai