Anda di halaman 1dari 3

LATIHAN TUGAS MANDIRI MPK AGAMA ISLAM

Nama : Hanna Herdayunita


NPM : 1806199764
Konsep Pengembangan dan Kegunaan Budaya Islam

Kebudayaan merupakan perwujudan segala aktivitas manusia sebagai upaya


memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebudayaan akan terus berkembang, tidak akan berhenti
selama masih ada kehidupan manusia. Segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas dan
kreativitas manusia, baik dalam kontek hubungan dengan sesamanya, maupun dengan alam
lingkungannya akan selalu terkait dengan kebudayaan orang lain. Hal ini menunjukkan
bahwa manusia sebagai makhluk budaya dan makhluk sosial yang tidak akan pernah bisa
hidup tanpa bantuan orang lain. Secara umum kebudayaan dapat dipahami sebagai hasil olah
akal, budi, cipta rasa, karsa dan karya manusia. Kebudayaan tidak mungkin terlepas dari
nilai-nilai kemanusiaan namun dapat lepas dari nilai-nilai ketuhanan.

Kebudayaan Islam adalah hasil olah akal, budi, cipta rasa, karsa dan karya manusia
yang berlandaskan nila-nilai tauhid. Islam sangat menghargai akal manusia untuk berkiprah
dan berkembang. Hasil olah akal budi, rasa dan karsa yang telah terseleksi oleh nilai-nilai
kemanusiaan yang bersifat universal berkembang menjadi sebuah peradaban.

Dengan perkembangannya perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan yang


mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber dari nafsu hewani sehingga
akan merugikan dirinya sendiri. Di sini agama berfungsi untuk membimbing manusia dalam
mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau
peradaban Islam.

Allah mengutus para rasul dari jenis manusia dan kaumnya sendiri karena yang akan
menjadi sasaran dakwahnya adalah umat manusia. Oleh sebab itu, misi utama kerasulan
Muhammad S.A.W adalah untuk memberikan bimbingan pada umat manusia agar dalam
mengembangkan kebudayaanya tidak melepaskan diri dari nilai-nilai Ketuhanan sebagaimana
sabdanya: “Sesungguhnya aku diutus Allah SWT. untuk menyempurnakan akhlak.” Artinya
Muhammad S.A.W mempunyai tugas pokok untuk membimbing manusia agar
mengembangkan kebudayaannya sesuai dengan petunjuk Allah SWT.

Ketika dakwah Islam menyebar di luar Jazirah Arab, kemudian tersebar keseluruh
dunia, maka terjadilah suatu proses panjang dan rumit yaitu asimilasi budaya-budaya
setempat dengan nilai-nilai Islam yang kemudian menghasilkan kebudayaan Islam menjadi
suatu peradaban yang diakui kebenarannya secara universal.

Menurut M. Natsir, ada enam sumber kekuatan ajaran Islam. Untuk mencapai suatu
kebudayaan bersifat lokal menjadi suatu peradaban manusia yang universal, yaitu:

1) Menghormati akal. Manusia muslim disuruh menggunakan akalnya untuk mengamati


dan memikirkan keadaan alam. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an menyatakan betapa pentingnya
pengembangan akal bagi kehidupan manusia. Dalam kaitan ini proses ijtihad menjadi sangat
penting bagi peningkatan kesejahteraan hidup manusia.
2) Kewajiban menuntut ilmu. Setiap muslim diwajibkan menuntut ilmu walaupun
sampai ke negeri Cina.
3) Larangan taklid. Setiap orang dilarang mengikuti sesuatu perkara yang ia tidak
mempunyai pengetahuan tentang itu meskipun datang dari para leluhurnya.
4) Mengambil inisiatif. Setiap muslim dikerahkan untuk mengambil inisiatif keduniaan
yang dapat memberikan kemaslahatan bagi masyarakat umum sekalipun bagi mereka yang
tidak seagama, serta mengadakan barang-barang kebutuhan yang tidak ada sebelumnya.
5) Menggunakan hak-hak keduniaan. Kaum muslimin disuruh mencari ridho Allah
SWT. atas nikmat yang diterimanya di dunia ini dan menggunakan hak-hak itu sesuai dengan
aturan agama.
6) Aktualisasi nilai-nilai Islam ke dalam kehidupan nyata kaum muslimin, dianjurkan
untuk berhubungan dengan dunia luar, berinteraksi dengan bangsa-bangsa untuk saling
bertukar ilmu pengetahuan.

Kini, banyak budaya Islam telah menyatu dengan kehidupan masyarakat, seperti
budaya mudik lebaran, bersalam-salaman, menerima tamu dengan ramah, murah senyum, dan
saling memaafkan. Budaya-budaya ini harus tetap dipertahankan sebagai budaya mulia.
Budaya Islam yang menyatu dimasyarakat memerlukan proses panjang agar tercapai dan
dijunjung sebagai budaya mulia. Budaya ini tetap harus dikembangkan ke masyarakat luas,
karena salah satu maksud dari pengembanan budaya islam adalah untuk menghapus dan
membebaskan umat dari perilaku syirik atau melenyapkan budaya-budaya yang dilarang dan
bertentangan dengan agama islam melalui asimilasi budaya yang masih sesuai dengan akidah
dan ibadah.

Dalam upaya mengembangkan budaya islam diperlukan kehati-hatian agar tidak


menimbulkan kesulitan maupun terjebak dalam konteks shubhat. Perlu digarisbawahi bahwa
Al-Qur’an memerintahkan kaum muslimin untuk menegakkan kebajikan, memerintahkan
perbuatan ma’ruf dan mencegah perbuatan munkar. Berdasarkan hal ini, hendaknya setiap
muslim memelihara dan mempertahankan budaya ma’ruf yang diakui oleh masyarakatnya,
dan membendung setiap usaha dari manapun yang berusaha menyusupkan budaya munkar.
QS. 9 (Al-Taubah) : 71, yang artinya:

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf,
mencegah dari yang munkar.” (QS 9:71)

Islam merupakan agama tepuji, yang memiliki aturan-aturan lengkap dan luas baik
untuk berhubungan dengan TuhanNya maupun bergaul dengan umat manusia. Islam
mencerminkan kedamaian yang sesuai untuk mengembangkan budaya Islam sehingga sikap
toleransi, ramah tamah, dan segala perilaku terpuji dapat ditanamkan dan membudaya dalam
masyakarat Islam. Ajaran Islam tidak mengajarkan, dan menanamkan sedikitpun perilaku
teror, senang membuat huru hara, tidak menenggang rasa, penyebar fitnah, dsb. Umat Islam
seyogyanya menjadi umat yang terpuji, dan pelopor kedamaian dan kebaikan serta keadilan
di masyarakat. QS. 2 (Al-Baqarah) : 143 yang artinya:

”...Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan
pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad)
menjadi saksi atas (perbuatan) kamu...” (QS 2:143).

Islam yang terpuji sangat menghargai segala kreasi manusia, termasuk kreasi manusia
yang lahir dari penghayatan rasa manusia terhadap seluruh wujud ini, selama kreasi tersebut
sejalan dengan fitrah kesucian jiwa manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Bassam, Abdullah bin Abdurrahman bin Shaleh Alu. Fikih Hadits Bukhari Muslim.
Jakarta : Ummul Qura, 2013.

Mujilan, dkk, Buku Ajar Matakuliah Pengembangan Kepribadian Agama Islam (Membangun
Pribadi Muslim Moderat), Jakarta: Midada Rahma Press, 2018

Anda mungkin juga menyukai