Disusun Oleh:
Oleh :
1. Akhmad Abu K (1603004)
2. Ermawati (1603030)
3. MerlindaRahmadiyanti (1603052)
4. Wahyu ZaintikaE.A (1603080)
A. Definisi
Sindrom Stevens Johnson merupakan sindrom yang mengenai kulit, selaput
lendir di orifisium, dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai
berat, kelainan berupa eritema,vesikel atau bula, dapat disertai purpura.(
Hamzah,2005)
Stevens-johnson syndrome adalah sebuah kondisi mengancam jiwa yang
mempengaruhi kulit dimana kematian sel menyebabkan epidermis terpisah dari
dermis . sidrom ini diperkirakan disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas yang
mempengaruhi kulit dan membrane mukosa. .( Hamzah,2005)
B. Etiologi
Penyebab belum diketahui dengan pasti, namun beberapa faktor yang dapat
dianggap sebagai penyebab. (Elisabeth,2001) adalah:
a) Alergi obat secara sistemik (misalnya penisilin, analgetik, arti piuretik)
1. Penisilline dan semisentetiknya
2. Sthreptomicine
3. Sulfonamida
4. Tetrasiklin
5. Anti piretik atau analgesik (derifat, salisil/pirazolon, metamizol, metampiron dan
paracetamol)
6. Kloepromazin
7. Karbamazepin
8. Kirin Antipirin
9. Tegretol
b) Infeksi mikroorganisme (bakteri, virus, jamur dan parasit)
1. Neoplasma dan faktor endokrin
c) Faktor fisik (sinar matahari, radiasi, sinar-X)
d) Makanan
D. Patofisiologi
Menurut Ignatavicius, Workman (2008, hlm.1614), Syndrom Steven Johnson
disebabkan karena adanya trauma dan kelainan neurologis yang akan mengakibatkan
gangguan syaraf pernafasan dan otot pernafasan sehingga menyebabkan peningkatan
permeabilitas membran alveolar kapiler. Karena gangguan tersebut dapat
menyebabkan adanya dua macam gangguan yaitu yang pertama yaitu apithelium
alveolar yang menyebabkan penumpukan cairan alveoli sehingga terjadi edema pulmo
sehingga penurunan comlain paru, cairan surfaktan menurun dan mengakibatkan
gangguan pengembangan paru sehingga terjadi ventilasi dan perfusi yang tidak
seimbang dengan penyakit hipoksemia dan hiperkpnia denga melakukan tindakan
primer tetapi menyababkan dampak ventilasi mekanik seperti resiko infeksi dan
resiko cedera. Sedangkan gangguan yang kedua adalah yaitu gangguan endothelium
kapiler dengan cairan masuk keintestinal sehingga peningkatan tahanan nafas dan
kehilangan fungsi silia saluran pernafasan dan bersihan jalan nafas tidak efektif.
D. Pathway
SSJ
Permeabilitas membran
alveolar kapiler meningkat
Apithelium Alveolar
Edema Pulmo
1. Kortikosteroid
Bila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup diobati dengan
prednisone 30-40 mg sehari.Namun bila keadaan umumnya buruk dan lesi
menyeluruh harus diobati secara tepat dan cepat.Kortikosteroid merupakan tindakan
file-saving dan digunakan deksametason intravena dengan dosis permulaan 4-6 x 5
mg sehari.
Umumnya masa kritis diatasi dalam beberapa hari.Pasien steven-Johnson berat
harus segera dirawat dan diberikan deksametason 6×5 mg intravena. Setelah masa
krisis teratasi, keadaan umum membaik, tidak timbul lesi baru, lesi lama mengalami
involusi, dosis diturunkan secara cepat, setiap hari diturunkan 5 mg. Setelah dosis
mencapai 5 mg sehari, deksametason intravena diganti dengan tablet kortikosteroid,
misalnya prednisone yang diberikan keesokan harinya dengan dosis 20 mg sehari,
sehari kemudian diturunkan lagi menjadi 10 mg kemudian obat tersebut dihentikan.
Lama pengobatan kira-kira 10 hari.
Seminggu setelah pemberian kortikosteroid dilakukan pemeriksaan elektrolit
(K, Na dan Cl).Bila ada gangguan harus diatasi, misalnya bila terjadi hipokalemia
diberikan KCL 3 x 500 mg/hari dan diet rendah garam bila terjadi
hipermatremia.Untuk mengatasi efek katabolik dari kortikosteroid diberikan diet
tinggi protein/anabolik seperti nandrolok dekanoat dan nanadrolon.Fenilpropionat
dosis 25-50 mg untuk dewasa (dosis untuk anak tergantung berat badan).
2. Antibiotik
Untuk mencegah terjadinya infeksi misalnya bronkopneumonia yang dapat
menyebabkan kematian, dapat diberi antibiotic yang jarang menyebabkan alergi,
berspektrum luas dan bersifat bakteriosidal misalnya gentamisin dengan dosis 2 x 80
mg.
3. Infus dan tranfusi darah
Pengaturan keseimbangan cairan/elektrolit dan nutrisi penting karena pasien
sukar atau tidak dapat menelan akibat lesi dimulut dan tenggorokan serta kesadaran
dapat menurun.Untuk itu dapat diberikan infus misalnya glukosa 5 % dan larutan
Darrow. Bila terapi tidak memberi perbaikan dalam 2-3 hari, maka dapat diberikan
transfusi darah sebanyak 300 cc selama 2 hari berturut-turut, terutama pada kasus
yang disertai purpura yang luas. Pada kasus dengan purpura yang luas dapat pula
ditambahkan vitamin C 500 mg atau 1000 mg intravena sehari dan hemostatik.
4. Topikal
Terapi topical untuk lesi di mulut dapat berupa kenalog in orabase.Untuk lesi
di kulit yang erosif dapat diberikan sufratulle atau krim sulfadiazine perak.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium:
- Tidak ada pemeriksaan labor (selain biopsi) yang dapat membantu dokter
dalam menegakkan diagnosa.
2. Pemeriksaan darah lengkap (CBC) dapat menunjukkan kadar sel darah putih yang
normal atau leukositosis nonspesifik. Penurunan tajam kadar sel darah putih dapat
mengindikasikan kemungkinan infeksi bakterial berat.
3. Determine renal function and evaluate urine for blood.
4. Pemeriksaan elektrolit
5. Kultur darah, urine, dan luka diindikasikan ketika infeksi dicurigai terjadi.
6. Pemeriksaan bronchoscopy, esophagogastro duodenoscopy (EGD), dan kolonoskopi
dapat dilakukan
7. Chest radiography untuk mengindikasikan adanya pneumonitis
8. Pemeriksaan histopatologi dan imonohistokimia dapat mendukung ditegakkannya
diagnosa.
G. KOMPLIKASI
1. Oftalmologi – ulserasi kornea, uveitis anterior, panophthalmitis, kebutaan
2. Gastroenterologi – Esophageal strictures.
3. Genitourinaria – nekrosis tubular ginjal, gagal ginjal, penile scarring, stenosis
vagina
4. Pulmonari – pneumonia
5. Kutaneus – timbulnya jaringan parut dan kerusakan kulit permanen, infeksi
kulit sekunder
6. Infeksi sitemik, sepsis
7. Kehilangan cairan tubuh, shock (Mansjoer, 2002).
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
I Pemeriksaanfisik
Tanda-tanda vital
1) Keadaanumum : compos mentis
2) Tekanandarah : 120/70 mmHg
3) Nadi : 70 x/menit
4) Suhu : 370C
5) Respirasi : 25 x/menit
Head to toe
1) Kulitdanrambut
a. Inspeksi :rambut bersih ,kulit bersih,tidak ada lesi
b. Warna kulit : merah muda (normal), tidak ada lesi
c. Jumlah rambut : tidak krontok
d. Warnarambut : hitam
e. Kebersihanrambut : bersih
f. Warnakulitsawomatang, terdapat eritema.
2) Kepala
a. Inspeksi : Bentuksimetrisantarakanandankiri
Bentuk kepala lonjong tidak ada lesi
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
3) Mata
a. Inspeksi : Bentuk bola mata lonjong,sclera ikhterik.
4) Telinga
a. Inspeksi : Ukuransedang, simetrisantarakanandankiri,
b. tidak ada serumen pada lubang telinga, tidak
c. ada benjolan.
5) Hidung
a. Inspeksi : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada lesi
b. Palpasi : Tidakadabenjolan.
6) Mulut
Inspeksi : Bentukmulutsimetris, lidahbersih, gigibersih,Mukosalembab
7) Leher
a. Inspeksi :Bentuklehersimetris, tidakterdapatbenjolandi leher.
b. Palpasi : ada nyeri telan.
8) Paru
a. Inspeksi : simetris antara kanan dan kiri
b. Palpasi : getaran lokal femitus sama antara kanan dankiri
c. Auskultasi : normal
d. Perkusi : resonan
9) Abdomen
a. Inspeksi : perutdatarsimetrisantarakanandankiri
b. Auskultasi :normal
c. Palpasi : tidakadanyeri
d. Perkusi : resonan
l. Pemeriksaanpenunjang
a) Pemeriksaan laboraturium : tidak ada pemeriksaan laborat (selain biopsi) yang
dapat membantu dokter dalam menegakan diagnosa.
b) Pemeriksaan darah lengkap ( CBC ) dapat menunjukkan kadar sel darah putih
yang normal atau leukositosis non spesifik.penurunan tajam kadar sel darah
putih dapat mengindikasikan kemungkinan infeksi bacterial berat.
c) Determine renal function and evaluate urine for blood
d) Pemeriksaan elektrolit
e) Kultur darah, urine, dan luka diindikasikan ketika infeksi dicurigai terjadi.
f) Pemeriksaan bronchoscopy, edophagogastro duodenoscopy ( EGD ), dan
kolonoscopy dapat dilakukan.
g) Chest radiography untuk mengindikasikan adanya pneumonitis.
h) Pemeriksaan histopatologi dan imonohistokimia dapat mendukung
ditegakkannya diagnose.
B. Analisa data
No Hari Data fokus Etiologi Problem
. tanggal
1. Senin,2 Ds: Cidera kimiawi kulit Gangguan
1 6 maret -Pasien mengatakan nyeri integritas kulit
2018 seperti panas terbakar
Do:
-Kulit terlihat kemerahan
-Eritema
- -Terdapat bula dan terjadi
pupura
2. 2 Senin,2 Ds: Kurang asupan Gangguan
6 maret -Pasien mengatakan kesulitan makanan nutrisi kurang
2018 saat menelan dari kebutuhan
-Pasien mengatakan tidak tubuh
selera makan
-Pasien mengatakan nyeri saat
menelan
Do:
-Berat badan menurun
-Pasien terlihat pucat dan
lemah
3. 3 Senin,2 Ds: Agen cidera fisik(luka Nyeri akut
6 maret -Pasien mengatakan nyeri bakar,trauma )
2018 - P: nyeri saat bergerak
- Q: seperti terbakar
- R: dikulit
- S: 7
- T: saat bergerak
Do:
- Pasien tampak menahan
nyeri
- Pasien tampak merengek
Senin,2
4 Ds: Pasien tidak dapat bergerak Diskontinuitas Hambatan
4
64 maret bebas karena badanya nyeri. mobilitas fisik
2018
4 Aktivitas sehari-hari seperti
4 mandi, makan, BAB, BAK
4 dibantu perawat dan keluarga.
4 Do: pasien tampak berbaring
4 ditempat tidur
4
4
s
j
4
C. Diagnose keperawatan
1) Gangguan integritas kulit yang berhubungandengan cidera kimiawi fisik
2) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
asupan makanan
3) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada kulit.
4) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan diskontinuitas
D. Intervensikeperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan criteria Intervensi TTD
hasil
1. 1 Keusakan Setelah dilakukan -periksa kulit dan selaput lender Erma
integritas kulit perawatan 1x 24 jam terkait dengan adanya kemerahan
yang diharapkan cidera ,kehangantan ekstrim,edema atau
berhubungan kimia kulit teratasi, dranase
dengan cidera Criteria hasil -Gunakan alat pengkajian untuk
kimia kulit 1. Menunjukkan kulit mengidentifikasi pasien yang
dan jaringan kulit yang beresiko mengalami kerusakan kulit
utuh lebih lanjut .
2. integritas kulit baik
3. eritema dapat teratasi -Ajarkan anggota keluarga /pemberi
4. lesi pada luka dapat asuhan mengenai tanda-tanda
membaik kerusakan kulit dengan cepat dengan
1. mengubah posisi pasien minimal
2 jam dan ikuti jadwal pengubahan
posisi yang dipasang disamping
tempat tidur
2. Pantau pengubahan posisi.
3
3. 3 Nyeri akut Setelah dilakukan -Kaji keluhan nyeri, perhatikan Zen
berhubungan perawatan pemenuhan lokasi dan intensitasnya.
dengan rasa nyaman -Berikan tindakan kenyamanan
inflamasi selama 2x24 dasar ex: pijatan pada area yang
pada kulit
jam dengan criteria sakit,terapi nafas dalam
hasil : -Pantau TTV.
-Menunjukkan ekspresi
wajah rileks.
F. Evaluasi
No. Tgl/jam SOAP TTD
P:hentikan intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah M. Erupsi Obat Alergik. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 3rd edition.Bagian
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2002. p:139-142
Hamzah M. Sindrom Steven Johnson ; ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi
keempat.Bagian Ilmu Penyakit Kulit danKelamin Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.2002. p:147-149
Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Erupsi Alergi Obat.In: Kapita Selekta
Kedokteran. Volume 2.3rd edition.Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Media
Aesculapius. Jakarta. 2002. p:133-139
Hamzah ,Mochtar .2005. ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi 4 .jakarta :balai penerbit
FKUI
Corwin,Elizabeth. J 2001 .buku saku pathofisiologi .jakarta: EGC