Anda di halaman 1dari 24

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan

Sindrom Steven Johnson

Disusun Oleh:

Oleh :
1. Akhmad Abu K (1603004)
2. Ermawati (1603030)
3. MerlindaRahmadiyanti (1603052)
4. Wahyu ZaintikaE.A (1603080)

PROGRAM STUDIS1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2018/2019
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sindrom Stevens-Johnson (SSJ) (ektodermosis erosiva pluriorifisialis, sindrom
mukokutaneaokular, eritema multiformis tipe Hebra, eritema multiforme mayor,
eritema bulosa maligna) adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema,
vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lendir orifisium,
dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai
buruk.(Hamzah,2002)
SSJ merupakan kumpulan gejala (sindrom) berupa kelainan dengan ciri
eritema, vesikel, bula, purpura pada kulit pada muara rongga tubuh yang
mempunyai selaput lender serta mukosa kelopak mata. Penyebab pasti dari SJS
saat ini belum diketahui namun ditemukan beberapa hal yang memicu timbulnya
SSJ seperti obat-obatan atau infeksi virus.mekanisme terjadinya sindroma pada
SSJ adalah reaksi hipersensitif terhadap zat yang memicunya. Seperti pada kasus
kematian pasien di RS St Carolus dan terakhir yang di laporkan dari Jawa Timur ,
secara sepintas tampak sebagai SSJ. SSJ muncul biasanya tidak lama setelah obat
disuntik atau diminum, dan besarnya kerusakan yang ditimbulkan kadang tak
berhubungan lansung dengan dosis, namun sangat ditentukan oleh reaksi tubuh
pasien. Reaksi hipersensitif sangat sukar diramal, paling diketahui jika ada riwayat
penyakit sebelumnya dan itu kadang tak disadar pasien, jika tipe alergi tipe cepat
yang seperti syok anafilaktik jika cepat ditangani pasien akan selamat dan tak
bergejala sisa, namun jika SSJ akan membutuhkan waktu pemulihan yang lama
dan tidak segera menyebabkan kematian seperti syok anafilaktik.

1.2 Batasan Masalah


Makalah ini membahas tentang definisi, etiologi, fisiologi, epidemiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis,penatalaksanaan, komplikasi dan prognosa steven
johnson syndrome.
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan referat ini bertujuan untuk:
1. Memahami definisi, etiologi, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis,
penatalaksanaan dan prognosis stevenJohnson syndrome.
1.4 Metode Penulisan
Referat ini menggunakan metode tinjauan kepustakaan dengan
mengacu kepada beberapa literatur.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Sindrom Stevens Johnson merupakan sindrom yang mengenai kulit, selaput
lendir di orifisium, dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai
berat, kelainan berupa eritema,vesikel atau bula, dapat disertai purpura.(
Hamzah,2005)
Stevens-johnson syndrome adalah sebuah kondisi mengancam jiwa yang
mempengaruhi kulit dimana kematian sel menyebabkan epidermis terpisah dari
dermis . sidrom ini diperkirakan disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas yang
mempengaruhi kulit dan membrane mukosa. .( Hamzah,2005)

Walaupun pada kebanyakan kasus bersifat idiopatik, penyebab utama yang


diketahui adalah dari pengobatan,infeksi dan terkadang keganasan. .( Hamzah,2005)

Terdapat 3 derajat klasifikasi yang diajukan :


1. Derajat 1: erosi mukosa SJS dan pelepasan epidermis kurang dari 10%
2. Derajat 2: lepasnya lapisan epidermis antara 10-30%
3. Derajat3:lepasnya lapisan epidermis lebih dari 30%

B. Etiologi
Penyebab belum diketahui dengan pasti, namun beberapa faktor yang dapat
dianggap sebagai penyebab. (Elisabeth,2001) adalah:
a) Alergi obat secara sistemik (misalnya penisilin, analgetik, arti piuretik)
1. Penisilline dan semisentetiknya
2. Sthreptomicine
3. Sulfonamida
4. Tetrasiklin
5. Anti piretik atau analgesik (derifat, salisil/pirazolon, metamizol, metampiron dan
paracetamol)
6. Kloepromazin
7. Karbamazepin
8. Kirin Antipirin
9. Tegretol
b) Infeksi mikroorganisme (bakteri, virus, jamur dan parasit)
1. Neoplasma dan faktor endokrin
c) Faktor fisik (sinar matahari, radiasi, sinar-X)
d) Makanan

C. Tanda dan gejala


Sindroma Steven Johnson ini umunya terdapat pada anak dan dewasa, jarang
dijumpai pada usia 3 tahun kebawah. Keadaan umumnya bervariasi dari baik sampai
buruk sampai kesadarannya spoor dan koma.Berawal dari penyakit akut dapat disertai
gejala prodromal berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri
tenggorokan. Trias Steven Johnson (Hudak & Gallo, 2010. Hlm: 601) adalah :
a) Kelainan kulit berupa eritema, vesikel, dan bula yang kemudian memecah sehingga
terjadi erosi yang luas. Purpura dapat terjadi dan prognosisnya menjadi lebih
buruk.Pada keadaan berat kelainannya generalisata.
b) Kelainan selaput lendir orifisium, yang tersering ialah mukosa mulut (100%),
orifisium genitalia eksterna (50 %), lubang hidung (8%), dan anus (4%).
c) Kelainan mata (80%) yang tersering konjungtivitis kataralis. Dapat terjadi
konjungtivitis purulen, perdarahan, simblefaron, ulkus kornea, iritis dan iridosiklitis.
d) Selain kelainan tersebut dapat terjadi kelainan lain, misalnya nefritis dan onikolisis.

D. Patofisiologi
Menurut Ignatavicius, Workman (2008, hlm.1614), Syndrom Steven Johnson
disebabkan karena adanya trauma dan kelainan neurologis yang akan mengakibatkan
gangguan syaraf pernafasan dan otot pernafasan sehingga menyebabkan peningkatan
permeabilitas membran alveolar kapiler. Karena gangguan tersebut dapat
menyebabkan adanya dua macam gangguan yaitu yang pertama yaitu apithelium
alveolar yang menyebabkan penumpukan cairan alveoli sehingga terjadi edema pulmo
sehingga penurunan comlain paru, cairan surfaktan menurun dan mengakibatkan
gangguan pengembangan paru sehingga terjadi ventilasi dan perfusi yang tidak
seimbang dengan penyakit hipoksemia dan hiperkpnia denga melakukan tindakan
primer tetapi menyababkan dampak ventilasi mekanik seperti resiko infeksi dan
resiko cedera. Sedangkan gangguan yang kedua adalah yaitu gangguan endothelium
kapiler dengan cairan masuk keintestinal sehingga peningkatan tahanan nafas dan
kehilangan fungsi silia saluran pernafasan dan bersihan jalan nafas tidak efektif.

D. Pathway

Trauma Kelainan Neurologis

SSJ

Gangguan saraf pernafasan dan


otot pernafasan

Permeabilitas membran
alveolar kapiler meningkat

Apithelium Alveolar

Edema Pulmo

Penurunan comlain paru Penurunan cairan surfaktan Gangguan pengembangan paru

Ventilasi dan perfusi Gangguan


tidak seimbang endothelium

Resiko Infeksi Resiko Cedera Peningkatan Kehilangan fungsi Bersihan


tahanan nafas silia saluran jalan nafas
pernafasan tidak efektif
E. Penatalaksanaan

1. Kortikosteroid
Bila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup diobati dengan
prednisone 30-40 mg sehari.Namun bila keadaan umumnya buruk dan lesi
menyeluruh harus diobati secara tepat dan cepat.Kortikosteroid merupakan tindakan
file-saving dan digunakan deksametason intravena dengan dosis permulaan 4-6 x 5
mg sehari.
Umumnya masa kritis diatasi dalam beberapa hari.Pasien steven-Johnson berat
harus segera dirawat dan diberikan deksametason 6×5 mg intravena. Setelah masa
krisis teratasi, keadaan umum membaik, tidak timbul lesi baru, lesi lama mengalami
involusi, dosis diturunkan secara cepat, setiap hari diturunkan 5 mg. Setelah dosis
mencapai 5 mg sehari, deksametason intravena diganti dengan tablet kortikosteroid,
misalnya prednisone yang diberikan keesokan harinya dengan dosis 20 mg sehari,
sehari kemudian diturunkan lagi menjadi 10 mg kemudian obat tersebut dihentikan.
Lama pengobatan kira-kira 10 hari.
Seminggu setelah pemberian kortikosteroid dilakukan pemeriksaan elektrolit
(K, Na dan Cl).Bila ada gangguan harus diatasi, misalnya bila terjadi hipokalemia
diberikan KCL 3 x 500 mg/hari dan diet rendah garam bila terjadi
hipermatremia.Untuk mengatasi efek katabolik dari kortikosteroid diberikan diet
tinggi protein/anabolik seperti nandrolok dekanoat dan nanadrolon.Fenilpropionat
dosis 25-50 mg untuk dewasa (dosis untuk anak tergantung berat badan).
2. Antibiotik
Untuk mencegah terjadinya infeksi misalnya bronkopneumonia yang dapat
menyebabkan kematian, dapat diberi antibiotic yang jarang menyebabkan alergi,
berspektrum luas dan bersifat bakteriosidal misalnya gentamisin dengan dosis 2 x 80
mg.
3. Infus dan tranfusi darah
Pengaturan keseimbangan cairan/elektrolit dan nutrisi penting karena pasien
sukar atau tidak dapat menelan akibat lesi dimulut dan tenggorokan serta kesadaran
dapat menurun.Untuk itu dapat diberikan infus misalnya glukosa 5 % dan larutan
Darrow. Bila terapi tidak memberi perbaikan dalam 2-3 hari, maka dapat diberikan
transfusi darah sebanyak 300 cc selama 2 hari berturut-turut, terutama pada kasus
yang disertai purpura yang luas. Pada kasus dengan purpura yang luas dapat pula
ditambahkan vitamin C 500 mg atau 1000 mg intravena sehari dan hemostatik.
4. Topikal
Terapi topical untuk lesi di mulut dapat berupa kenalog in orabase.Untuk lesi
di kulit yang erosif dapat diberikan sufratulle atau krim sulfadiazine perak.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium:
- Tidak ada pemeriksaan labor (selain biopsi) yang dapat membantu dokter
dalam menegakkan diagnosa.
2. Pemeriksaan darah lengkap (CBC) dapat menunjukkan kadar sel darah putih yang
normal atau leukositosis nonspesifik. Penurunan tajam kadar sel darah putih dapat
mengindikasikan kemungkinan infeksi bakterial berat.
3. Determine renal function and evaluate urine for blood.
4. Pemeriksaan elektrolit
5. Kultur darah, urine, dan luka diindikasikan ketika infeksi dicurigai terjadi.
6. Pemeriksaan bronchoscopy, esophagogastro duodenoscopy (EGD), dan kolonoskopi
dapat dilakukan
7. Chest radiography untuk mengindikasikan adanya pneumonitis
8. Pemeriksaan histopatologi dan imonohistokimia dapat mendukung ditegakkannya
diagnosa.

G. KOMPLIKASI
1. Oftalmologi – ulserasi kornea, uveitis anterior, panophthalmitis, kebutaan
2. Gastroenterologi – Esophageal strictures.
3. Genitourinaria – nekrosis tubular ginjal, gagal ginjal, penile scarring, stenosis
vagina
4. Pulmonari – pneumonia
5. Kutaneus – timbulnya jaringan parut dan kerusakan kulit permanen, infeksi
kulit sekunder
6. Infeksi sitemik, sepsis
7. Kehilangan cairan tubuh, shock (Mansjoer, 2002).
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan Steven Johnson


Kasus: Di sebuah RS B pasien datang dengan dengan keluhan nyeri seperti
terbakar,pasien mengatakan kesulitan saat menelan,tidak selera makan ,dan nyeri saat
menelan ,pasien mengatakan nyeri pada kulit seperti dibakar skala 7 pasien menangis
ketika tubuhnya digerakan . TD:120/70 mmHg N :70X/Menit S: 370C R: 25 X/Menit
A. Pengkajian
1. Biodata
Nama : Tn. X
Umur : 30
Pekerjaan : PNS
2. Riwayatkesehatan
a. Keluhanutama
Pasien mengeluh nyeri seperti panas terbakar.
b. Riwayatkesehatansekarang
Pasien mengalami eritema, vesikel, bula dan terjadi purpura, berat badan
menurun, sulit menelan, tidak selera makan, dan nyeri tenggorokan.
c. Riwayatkesehatandahulu
Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.
d. Riwayatkesehatankeluarga
Keluarga pasien tidak ada yang mempunyai penyakit menular.
3. Pengkajian pola fungsional
Pola fungsional menurut Gordon
a. Pola persepsi kesehatan –pemeliharaan kesehatan
Dirumah :
 pasien mengatakan kurang memperhatikan kesehatannya, semua jenis
makanan dia makan dan tanpa melihat waktu
 Pasien mengatakan tidak pernah melakukan olahraga
 Pasien mengatakan pada saat sakit langsung dibawa ke dokter
Di RS :
 Pasien mengatakan merasa kesakitan setelah terjadi gangguan pada
kulitnya
 Pasien mengatakan mematuhi peraturan yang diberikan perawat
b. Pola nutrisi metabolic
Dirumah :
 Pasien mengatakn sehari makan sampai 2 kali sehari ,minum air putih
 Pasien mengatakan tidak selera makan
Di RS:
 Pasien mengatakan sehari makan 3 kali sehari dan sesuai dengan porsi
yang diberikan oleh rumah sakit ,minum air putih .
 Pasien mengatakan tidak napsu makan dan selera msakit ketika
digunakan untuk menelan
c. Pola eliminasi
Dirumah :
 Pasien mengatakan BAB 2-3 kali /hari, BAK 5-7X/hari ,infeksi saluran
kemih(-), bau badan(-), ,urine kekuning-kuningan, bau badan (-), feses
keras .
 Pasien mengatakan BAB 1 kali/hari ,feses tidakterlalu keras
d. Pola latihan –aktivitas
Dirumah :
 Pasien mengatakan jarang melakukan aktivitas yang berat , lebih banyak
menghabiskan waktunya dirumah
 Pasien mengatakan jarang melakukan olahraga .
Di RS :
 Pasien mengatakn jarang melakukan aktivitas , hanya kalau sedang BAB
dan BAK pasien bergerak dengan dibantu oleh keluarga nya
e. Pola kognitif dan perceptual
Dirumah :
 Pola persepsi sensori tidak ada masalah semua normal dapat berinteraksi
dengan orang lain ,kesadaran compos mentis
Di RS:-
f. Pola Konsep Diri –Persepsi Diri
Ada 5 konsep diri
1. Gambaran diri :pasien mengatakan merasa malu dengan kondisi fisiknya
sekarang
2. Ideal diri: pasien mengatakan ingin cepat sembuh
3. Harga diri: pasien mengatakan harga diri rendah ,takut suaminya pindah
kelain hati karena kondisi fisiknya
4. Peran: pasien mengatakan tidak bisa melakukan perannya sebagai istri ketika
menderita penyakit tersebut
5. Identitas : pasien mengenali dirinya ,mengakui jenis kelaminnya ,menyadari
hubungan masalalu ,sekarang dan masa yang akan datang.
g. Pola istirahat –tidur
Dirumah :
 Pasien mengatakan pola tidurnya sangat cukup ,tidur siang 2 jam tidur
malam selama + 8 jam
Di RS:
 Pasien mengatakan pola tidur sedikit terganggu karena ruangan sangat
ramai tidur siang 1 jam itupun kadang tidak nyenyak , tidur malam hanya
+ 5 jam saja
h. Pola hubungan dan peran
Dirumah :
 Pasien mengatakan perannya sebagai istri dilakukan dengan baik ,pasien
juga mengatakan punya suami yang sangat baik pula.
Di RS :
 Pasien mengatakan perannnya sebagai seorang istri tidak terpenuhi karena
sakitnya
i. Pola reproduksi/seksual
Dirumah :
 Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam alat kelamin,riwayat haid
masih ,pemeriksaan sadari (-), riwayat penyakit hubungan sex(-).
Di RS:
 Pasien mengatakan tidak melakukan hubungan suami istri
j. Pola pertahanan diri (coping –toleransi stress)
 Dirumah: pasien mengatakan sempat takut sebelum dilarikan ke RS
Di RS:
 Pasien mengatakan masih gelisah dan takut apabila dia tidak bisa
melakukan aktivitasnya dengan baik
k. Nilai/ kepercayaan
Di rumah :
 Pasien mengatakan selalu melaksanakan kewajiban menjalankan
ibadahnya meskipun susah untuk bergerak
Di RS:
 Pasien mengataan tetap melaksanakan ibadah meskipun lagi sedang sakit
,karna ibadah kewajiban .

I Pemeriksaanfisik
 Tanda-tanda vital
1) Keadaanumum : compos mentis
2) Tekanandarah : 120/70 mmHg
3) Nadi : 70 x/menit
4) Suhu : 370C
5) Respirasi : 25 x/menit
 Head to toe
1) Kulitdanrambut
a. Inspeksi :rambut bersih ,kulit bersih,tidak ada lesi
b. Warna kulit : merah muda (normal), tidak ada lesi
c. Jumlah rambut : tidak krontok
d. Warnarambut : hitam
e. Kebersihanrambut : bersih
f. Warnakulitsawomatang, terdapat eritema.
2) Kepala
a. Inspeksi : Bentuksimetrisantarakanandankiri
Bentuk kepala lonjong tidak ada lesi
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
3) Mata
a. Inspeksi : Bentuk bola mata lonjong,sclera ikhterik.
4) Telinga
a. Inspeksi : Ukuransedang, simetrisantarakanandankiri,
b. tidak ada serumen pada lubang telinga, tidak
c. ada benjolan.
5) Hidung
a. Inspeksi : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada lesi
b. Palpasi : Tidakadabenjolan.
6) Mulut
Inspeksi : Bentukmulutsimetris, lidahbersih, gigibersih,Mukosalembab
7) Leher
a. Inspeksi :Bentuklehersimetris, tidakterdapatbenjolandi leher.
b. Palpasi : ada nyeri telan.
8) Paru
a. Inspeksi : simetris antara kanan dan kiri
b. Palpasi : getaran lokal femitus sama antara kanan dankiri
c. Auskultasi : normal
d. Perkusi : resonan

9) Abdomen
a. Inspeksi : perutdatarsimetrisantarakanandankiri
b. Auskultasi :normal
c. Palpasi : tidakadanyeri
d. Perkusi : resonan

l. Pemeriksaanpenunjang
a) Pemeriksaan laboraturium : tidak ada pemeriksaan laborat (selain biopsi) yang
dapat membantu dokter dalam menegakan diagnosa.
b) Pemeriksaan darah lengkap ( CBC ) dapat menunjukkan kadar sel darah putih
yang normal atau leukositosis non spesifik.penurunan tajam kadar sel darah
putih dapat mengindikasikan kemungkinan infeksi bacterial berat.
c) Determine renal function and evaluate urine for blood
d) Pemeriksaan elektrolit
e) Kultur darah, urine, dan luka diindikasikan ketika infeksi dicurigai terjadi.
f) Pemeriksaan bronchoscopy, edophagogastro duodenoscopy ( EGD ), dan
kolonoscopy dapat dilakukan.
g) Chest radiography untuk mengindikasikan adanya pneumonitis.
h) Pemeriksaan histopatologi dan imonohistokimia dapat mendukung
ditegakkannya diagnose.
B. Analisa data
No Hari Data fokus Etiologi Problem
. tanggal
1. Senin,2 Ds: Cidera kimiawi kulit Gangguan
1 6 maret -Pasien mengatakan nyeri integritas kulit
2018 seperti panas terbakar
Do:
-Kulit terlihat kemerahan
-Eritema
- -Terdapat bula dan terjadi
pupura
2. 2 Senin,2 Ds: Kurang asupan Gangguan
6 maret -Pasien mengatakan kesulitan makanan nutrisi kurang
2018 saat menelan dari kebutuhan
-Pasien mengatakan tidak tubuh
selera makan
-Pasien mengatakan nyeri saat
menelan
Do:
-Berat badan menurun
-Pasien terlihat pucat dan
lemah
3. 3 Senin,2 Ds: Agen cidera fisik(luka Nyeri akut
6 maret -Pasien mengatakan nyeri bakar,trauma )
2018 - P: nyeri saat bergerak
- Q: seperti terbakar
- R: dikulit
- S: 7
- T: saat bergerak
Do:
- Pasien tampak menahan
nyeri
- Pasien tampak merengek
Senin,2
4 Ds: Pasien tidak dapat bergerak Diskontinuitas Hambatan
4
64 maret bebas karena badanya nyeri. mobilitas fisik
2018
4 Aktivitas sehari-hari seperti
4 mandi, makan, BAB, BAK
4 dibantu perawat dan keluarga.
4 Do: pasien tampak berbaring
4 ditempat tidur
4
4
s
j
4

C. Diagnose keperawatan
1) Gangguan integritas kulit yang berhubungandengan cidera kimiawi fisik
2) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
asupan makanan
3) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada kulit.
4) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan diskontinuitas
D. Intervensikeperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan criteria Intervensi TTD
hasil
1. 1 Keusakan Setelah dilakukan -periksa kulit dan selaput lender Erma
integritas kulit perawatan 1x 24 jam terkait dengan adanya kemerahan
yang diharapkan cidera ,kehangantan ekstrim,edema atau
berhubungan kimia kulit teratasi, dranase
dengan cidera Criteria hasil -Gunakan alat pengkajian untuk
kimia kulit 1. Menunjukkan kulit mengidentifikasi pasien yang
dan jaringan kulit yang beresiko mengalami kerusakan kulit
utuh lebih lanjut .
2. integritas kulit baik
3. eritema dapat teratasi -Ajarkan anggota keluarga /pemberi
4. lesi pada luka dapat asuhan mengenai tanda-tanda
membaik kerusakan kulit dengan cepat dengan
1. mengubah posisi pasien minimal
2 jam dan ikuti jadwal pengubahan
posisi yang dipasang disamping
tempat tidur
2. Pantau pengubahan posisi.

-Kolaborasi dengan tim medis


2. 2 Gangguan nutrisi Setelah dilakukkan -Kaji intake makanan pasien Merlin
kurang dari pemenuhan nutrisi
kebutuhan tubuh selama 1x24 jam
-tentukan kemampuan pasien untuk
berhubungan dengan criteria hasil :
memfokuskan perhatian pada
dengan kesulitan -Mempertahankan
belajar/melakukan tugas makan dan
menelan makanan dimulut menelan
-kemampuan -instruksikan pasien untuk membuka
mengunyah membaik dan meneutup mulut terkait dengan
----kemampuan untuk persiapan memanipulasi makanan
membersihkan mulut -kolaborasikan dengan anggota tim
-paien bisa reflek kesehatan yang lain (misalnya
menelan sesuai dengan ,terapi okupasional,ahli patologi
waktunya wicara ,ahli diet,)untuk menanyakan
rencana terapi yang berlanjut bagi
pasien

3
3. 3 Nyeri akut Setelah dilakukan -Kaji keluhan nyeri, perhatikan Zen
berhubungan perawatan pemenuhan lokasi dan intensitasnya.
dengan rasa nyaman -Berikan tindakan kenyamanan
inflamasi selama 2x24 dasar ex: pijatan pada area yang
pada kulit
jam dengan criteria sakit,terapi nafas dalam
hasil : -Pantau TTV.

-Klien melaporkan -Kolaborasi pemberian analgetik


nyeri berkurang. sesuai indikasi.

-Menunjukkan ekspresi
wajah rileks.

-Postur tubuh rileks.

4 setelah dilakukan -ajarkan klien melakukan latihan Abu


tindakan keperawatan gerak aktif pada ekstermitas yang
selama 2x 24 jam tidak sakit
masalah hambatan -bantu klien melakukan ROM dan
mobilitas fisik dapat perawatan diri sesuai toleransi
teratasi dengan kriteia -atus posisi imobilitas pada kaki
hasil : kanan dan kiri
-pasien mampu berjalan -kolaborasi dengan tim medis
-kemudahan dalam lainya
melakukan aktivitas
hidup harian
E. Implementasikeperawatan
No Tgl/jam Dx Implementasi Respon pasien TTD
. kep
1. 1 Senin,26 1 - melakukan pemeriksaan kulit dan Ds: pasien mengatakan Erma
maret selaput lender terkait dengan bersedia untuk dikaji.
2018(08:15) adanya kemerahan ,kehangantan Do:pasien tampak rilexs
ekstrim,edema atau dranase
(08:30)
- menggunakan alat pengkajian Ds: - erma

untuk mengidentifikasi pasien yang Do:pasien tampak tenang


beresiko mengalami kerusakan kulit
lebih lanjut .
(08:45)
Ds:pasien mengatakan erma
-Ajarkan anggota keluarga /pemberi bersedia
asuhan mengenai tanda-tanda Do:pasien tampak meringis
(09:00) kerusakan kulit dengan cepat kesakitan
dengan 1. mengubah posisi pasien
minimal 2 jam dan ikuti jadwal
pengubahan posisi yang dipasang
disamping tempat tidur
(09:10) 2. Pantau pengubahan posisi. Ds:pasien mengatakan
Erma
bersedia melakukan jadwal
-Mengkolaborasi dengan tim medis. perpindahan posisi
Do:pasien tampak meringis
kesakitan
2. 2 Senin,26 2 -Kaji intake makanan pasien Ds: pasien menyebutkan Merlin
maret makanan dan minuman yang
2018(09:15) dia sukai
Do:pasien tampak tenang
(09:20)
-menentukan kemampuan pasien Ds:- Merlin
untuk memfokuskan perhatian pada Do:pasien tampak
belajar/melakukan tugas makan dan mengangguk
(09:30) menelan

-menginstruksikan untuk Ds:


pasien
Merlin
membuka dan meneutup mulut Do:pasien tampak mengikuti
terkait dengan persiapan dengan baik
memanipulasi makanan
Ds:pasien mengatakan
- melakukan kolaborasikan dengan Merlin
(09:45) bersedia
anggota tim kesehatan yang lain
Do:pasien tampak
(misalnya ,terapi okupasional,ahli
tersenyum
patologi wicara ,ahli diet,)untuk
menanyakan rencana terapi yang
berlanjut bagi pasien

3. 3 Senin,26 3 Mengkaji keluhan nyeri, perhatikan Ds:pasien mengatakan Zen


maret lokasi dan intensitasnya. bersedia untuk dikaji
2018(10:00) Do:pasien tampak tenang

Memberikan tindakan kenyamanan


(10:15) Ds:pasien mengatakan
dasar ex: eknik relaksasi dengan
bersedia dilakukan Zen
menarik nafas dalam
Do:pasien tampak rileks

(10:30) Memantau TTV. Ds:-


Zen
Do:-

Mengkolaborasi pemberian ana


(10:45) Ds:pasien mengatakan Zen
lgetik sesuai indikasi.
bersedia
Do:-
4. Senin,26 4 -mengajarkan klien melakukan Ds:pasien mengatakan abu
maret 2018 latihan gerak aktif pada bersedia
(11:10) ekstermitas yang tidak sakit Do:pasien tampak
mengikuti

(11:45) -membantu klien melakukan ROM Ds:pasien mengatakan abu


dan perawatan diri sesuai toleransi bersedia untyk melakukan
gerakan
Do:pasien tampak
mengikuti
(11:50) -mengatur posisi imobilitas pada Ds:pasien mengatakan abu
kaki kanan dan kiri sakit
Do:pasien tampak
meringis kesakitan
(11:15) -melakukan kolaborasi dengan tim Ds:pasien bersedia untuk
abu
medis lainya dilakukan terapi
Do: pasien tampak
meringis kesakitan

F. Evaluasi
No. Tgl/jam SOAP TTD

1. 1 Senin,26 S: pasien mengatakan tidak merasa nyeri seperti terbakar. Erma


maret O: Menunjukkan kulit dan jaringan kulit yang utuh.
2018(08:15) A: masalah integritas kulit teratasi.
P: hentikan intervensi.
2. 2 Senin,26 S: pasien mengatakan sudah tidak mengalami kesusahan Merlin
maret menelan.
2018(09:15) O: berat badan pasien dalam rentang normal.
A: masalah keperawatan teratasi.
P: hentikan intervensi.
3. 3 Senin,26 S: pasien tidak merasa nyeri lagi Zentika
maret O: pasien terlihat rileks
2018(10:00) A: masalah keperawatan teratasi.
P: hentikan intervensi.
4 Senin,26 S:pasien mengatakan bisa menggerakan anggota badan Abu
maret 2018 O:pasien tidak terlihat kesakitan lagi ketika menggerakan
(11:10) badannya

A:masalah hambatan gangguan moobilitas fisik teratasi

P:hentikan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Hamzah M. Erupsi Obat Alergik. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 3rd edition.Bagian
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2002. p:139-142

Hamzah M. Sindrom Steven Johnson ; ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi
keempat.Bagian Ilmu Penyakit Kulit danKelamin Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.2002. p:147-149

Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Erupsi Alergi Obat.In: Kapita Selekta
Kedokteran. Volume 2.3rd edition.Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Media
Aesculapius. Jakarta. 2002. p:133-139

Hamzah ,Mochtar .2005. ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi 4 .jakarta :balai penerbit
FKUI
Corwin,Elizabeth. J 2001 .buku saku pathofisiologi .jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai