Anda di halaman 1dari 89

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Praktek belajar lapangan komprehensif merupakan mata kuliah yang

bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi dunia nyata

seperti pada saat bekerja dengan memberikan kesempatan untuk meningkatkan

kemampun dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh

selama pendidikan. Kegiatan PBLK ini juga diharapkan secara langsung dapat

memberikan masukan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan pada tempat

yang menjadi lahan praktik.

Pada akhir kegiatan PBLK ini juga diharapkan mahasiswa mampu

mensintesa ilmu pengetahuan, menerapkan proses asuhan keperawatan secara

konfrehensif sebagai bentuk pelayanan keperawatan profesional, baik individu,

keluarga maupun masyarakat. Selain pada pengelolan manajemen asuhan

keperawatan secara efektif dan efisien dalam pelayanan keperawatan dengan

selalu meningkatkan pengelolaan pelayanan keperawatan.

Praktik belajar lapangan ini dilakukan diruangan Kenanga I RSUD Dr.

Pirngadi Kota Medan selama 3 minggu dimulai sejak tanggal 18 s/d 23 Juli 2017.

Kegiatan yang dilakukan selama PBLK ini mencakup manajemen pelayanan

keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan pada lahan praktik dan pasien

kelolaan.

Ca. Mammae merupakan kanker terbanyak yang diderita oleh wanita.

Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita.Ca

1
2

Mammae merupakan penyebab kematian karena kanker tertinggi pada wanita

yaitu sekitar 19%. Ca Mammae adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada

jaringan payudara, berasal dari komponen kelenjarnya (epitel saluran maupun

lobulusnya) maupun komponen selain kelenjar seperti jaringan lemak, pembuluh

darah, dan persyarafan jaringan payudara (Rasjidi, 2010).

Ca Mammae memiliki dampak fisik, psikologis dan sosial. Dampak fisik

berupa penurunan fungsi salah satu organ tubuh yang dioperasi atau di amputasi,

rasa nyeri dan perubahan fisik karena efek samping dari pengobatan yang dijalani

pasien. Dampak psikologis dapat berupa reaksi psikologis terhadap diagnosa

kanker payudara yang harus dihadapi, rangkaian terapi atau pengobatan yang di

jalani pasien dan kondisi fisik yang baru. Dampak sosial yang dapat terjadi yaitu

perubahan status sosial karena kehilangan pekerjaan dari tempat pasien,

perubahan peran dan tugas karena tidak mampu melakukan tugasnya sebagai

salah satu anggota keluarga (Rahayu Wahyu.2011).

Data WHO menunjukkan bahwa 78% Ca Mammae terjadi pada wanita usia

50 keatas, sedangkan 6% nya pada usia kurang dari 40 tahun. Di Indonesia, Ca

Mammaemenempati urutan ke dua setelah Ca serviks. Kejadian Ca Mammaedi

Indonesia sebesar 11% dari seluruh kejadian kanker (Nugroho ,Taufan 2011).

Oleh sebab itu sangat diperlukan peran serta perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan pada klien Ca Mammae yaitu melalui upaya

promotif,preventif,kuratif dan rehabilitasi.Upaya promotif meliputi pemberian

pendidikan kesehatan tentang penyakit Ca Mammae,upaya preventif yaitu

mencegah infeksi pada luka post operasi dengan cara perawatan luka dengan
3

teknik aseptik dan antiseptik,upaya kuratif meliputi pemberian pengobatan dan

penganjuran klien untuk mematuhi terapi,serta upaya rehabilitasi meliputi

perawatan luka di rumah dan menganjurkan untuk meneruskan terapi yang telah

diberikan.Peran perawat dalam aspek psikologis yaitu memberikan informasi dan

dukungan positif kepada klien tentang proses pengobatan yang akan di jalani

bahwa itu adalah alternatif untuk pengobatan (Nugroho ,Taufan 2011).

Berdasarkan data tersebut maka dari itu, penulis tertarik untuk mengangkat

masalah Ca Mammae pada studi kasus ini agar bisa memberikan asuhan

keperawatan secara komprehensif terhadap klien dengan masalah Ca Mammae.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Praktek Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) ini bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan mahasiswa/mahasiswi dalam mengelola kasus secara

mandiri dan profesional dalam memberikanasuhan keperawatan pada pasien Post

Operasi Ca. Mammae di RSUD. Dr. Pingadi Kota Medan.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui penerapan asuhan keperawatan dengan kasus sistem

reproduksi yaitu Manajemen Kasus Asuhan Keperawatan Pada Ny. Ldengan

Gangguan Sistem Reproduksi: PostMastectomy Radikal Modification Atas

Indikasi Ca Mammae di ruang Kenanga I RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.

b. Untuk mengetahui perbandingan antara teori dan penerapan kasus secara

langsung kepada pasien dengan Gangguan Sistem Reproduksi : Post


4

Mastectomy Radikal Modification Atas Indikasi Ca Mammae di ruang

Kenanga I RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.

c. Untuk memberikan gambaran dan pengalaman belajar praktek dalam

memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem

Reproduksi: Post Mastectomy Radikal Modification Atas Indikasi Ca Mammae

di ruang Kenanga I RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.

1.3 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan studi kasus ini adalah :

1.3.1 Bagi Mahasiswa Keperawatan

Manfaat Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) terhadap

mahasiswa/mahasiswi adalah untuk menambah wawasan, wadah latihan dan

gambaran menjadi perawat profesional yang dapat memberikan asuhan

keperawatan yang komprehensif pada pasien Ca. Mammae.

1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan

Manfaat Praktik Belajar Komprehensif (PBLK) bagi institusi pendidikan

adalah untuk meningkatkan kompetensi lulusan institusi dan menghasilkan tugas

akhir dalam bentuk karya ilmiah.

1.3.3 Bagi Lahan Praktek

Manfaat Praktik Belajar Komprehensif (PBLK) yaitu meningkatkan mutu

pelayanan di lahan praktek dengan melakukan penerapan intervensi kasus Ca.

Mammae sehingga dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien secara

komprehensif.
5

BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Anatomi Fisiologi Payudara

2.1.1 Anatomi Payudara

Menurut Price Sylvia, A (2011) payudara normal mengandung jaringan

kelenjar, duktus, jaringan otot penyokong lemak, pembuluh darah, saraf dan

pembuluh limfe. Pada bagian lateral atas kelenjar payudara, jaringan kelenjar ini

keluar dari bulatannya kearah aksila disebut penonjolan Spence atau ekor

payudara. Setiap payudara terdiri atas 12-20 lobulus kelenjar yang masing-masing

mempunyai saluran ke papilla mammae yang disebut duktus lactiferous. Diantara

kelenjar susu dan fasia pectoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut

mungkin terdapat jaringan lemak. Diantara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang

disebut ligamentum cooper yang memberi rangka untuk payudara.

Perdarahan payudara terutama berasal dari cabang a. perforantes

anterior dan a. mammaria interna, a. torakalis lateralis yang bercabang dari a.

aksilaris, dan beberapa a. interkostalis.

Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan n.

interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri diurus saraf simpatik. Ada

beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan

mati rasa pasca bedah, yakni n. intercostalis dan n. kutaneus brakius

medialis yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas.

Penyaliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke

kelenjar parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan adapula

5
6

penyaliran yang ke kelenjar interpectoralis. Pada aksila terdapat rata-rata 50 buah

kelenjar getah bening yang berada disepanjang arteri dan vena brakialis.

Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain

menuju ke kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju

ke aksila kontralateral, ke m. rectus abdominis lewat ligamentum falsiparum

hepatis ke hati, pleura dan payudara kontralateral.

2.1.2 Fisiologi Payudara

Payudara merupakan kelenjar tubuloalveolar yang bercabang-cabang, terdiri

atas 15-20 lobus yang dikelilingi oleh jaringan ikat dan lemak. Tiap lobus

mempunyai duktus ekskretorius masing-masing yang akan bermuara pada puting

susu disebut duktus laktiferus, yang dilapisi epitel kuboid selapis yang rendah,

lalu ke duktus alveolaris yang dilapisi epitel kuboid berlapis, kemudian bermuara

ke duktus laktiferus yang berakhir pada putting susu. Ada 3 hal fisiologik yang

mempengaruhi payudara yaitu pertumbuhan dan involusi berhubungan dengan

usia, pertumbuhan berhubungan dengan siklus haid dan perubahan karena

kehamilan dan laktasi.

2.1 Anatomi Payudara


7

2.2 Konsep Ca. Mammae


2.2.1 Defenisi Ca. Mammae
Kanker adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel

yang tidak terkendali dan kemampuan sel – sel tersebut untuk menyerang jaringan

biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung dijaringan yang

bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi ketempat yang jauh (metastasis).

(Rahayu Wahyu.2011).

Ca. Mammae adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus

tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di

payudara. Jika benjolan kanker tidak terkontrol, sel-sel kanker bisa bermetastase

pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bias terjadi pada kelenjar getah bening

ketiak ataupun diatas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di

tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Rasjidi Iman .2010).

Ca. Mammae (Carcinoma Mammae) adalah keganasan yang berasal dari sel

kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit

payudara. Ca mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan

payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu,

jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara (Medicastore, 2011).

2.2.2 Etiologi

Menurut Rasjidi Iman (2010) menyatakan bahwa tidak ada satupun

penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya serangkaian faktor genetik,

hormonal dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya

kanker ini. Faktor – faktor resiko mencakup :


8

a. Mekanisme Hormonal

Steroid endogen (estradiol&progesterone) apabila mengalami perubahan

dalam lingkungan seluler dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi Ca

mammae.

b. Virus

Virus dapat dianggap bisa menyatukan diri dalam sel sehingga mengganggu

generasi mendatang dari populasi sel.

c. Faktor Genetik atau Keturunan

Faktor genetik dapat diturunkan dari embrionik mesoderm. Resiko

meningkat 2 kali- 4 kali. Jika salah satu anggota keluarga dekat kanker. Resiko

akan meningkat > 4 kali jika ada 2 orang anggota keluarga dekat yang mengidap

kanker.

d. Menarche Dini

Resiko kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi

sebelum usia 12 tahun.

e. Menopause pada Usia Lanjut

Manopause setelah usia 50 tahun meningkatkan resiko untuk mengalami

kanker payudara.

f. Agen Fisik

Pemajanan terhadap sinar ionisasi dapat terjadi saat prosedur radiografi

berulang/ ketika terapi radiasi digunakan untuk mengobati penyakit.


9

g. Agen Kimia

Kebanyakan zat kimia yang berbahaya menghasilkan efek-efek toksik

dengan menggunakan struktur DNA pada bagian-bagian tubuh (zat warna amino

aromatik, anilin, nikel, seng, polifinil chlorida), termasuk juga zat-zat pengawet

pada makanan yang bersifat karsinogen.

h. Penurunan Sistem Imun

Penurunan imunitas karena tindakan kedokteran, misalnya pemberian

kortikosteroid jangka lama. Keganasan yang dapat timbul pada defisiensi imunitas

ini antara lain limfoma maligna dan leukemia.

i. Pengaruh Lingkungan

Faktor lingkungan secara bermakna mempengaruhi terjadinya beberapa

bentuk tumor, misalnya vinilklorida dan 2 – naftilamin adalah suatu karsinogen

yang merupakan suatu pencemar lingkungan yang terdapat dimana – mana,

berasal dari pembakaran tak sempurna pada mesin mobil dan mesin lain.

Umumnya bahan karsinogen ini mencemari udara, terutama di kota – kota besar

dan di kawasan industri sehingga penduduk kota beresiko lebih tinggi.

j. Gaya Hidup

Merokok, mengkonsumsi alkohol, kebiasaan makan (asupan kalori yang

berlebihan, terutama yang berasal dari lemak binatang, dan kebiasaan makan-

makanan yang kurang berserat), serta makan makanan instan berpengawet dapat

meningkatkan resiko menderita tumor meningkat.


10

2.2.3 Patofisiologi
Faktor Ge Lingkungan

paparan karsinogen
Virus : Mammary Tumor Kimiawi : Nitrosapaparan
karsinogen min, dll
Hormon : Estrogen Sinar UV, Sinar Radioaktif

paparan karsinogen
Sel epitel, saluran kelenjar air susu
Epitel lobulus, areola, tempat lainnya

Penyebaran

Pertumbuhan Lokal Langsung Limfogen dan hematogen

Kanker payudara

Sel / jaringan perdarahan Kurang Pengetahuan Metastase Jauh

Pertumbuhan tidak normal Kekurangan volume cairan Cemas paru Kulit Kel. Limfe

Benjolan pada payudara Resiko Syok Hipovolemik Sesak Gangguan Integritas Kulit Perfusi Jaringan tidak efektif

Gangguan Rasa nyaman nyeri Pola Napas Tidak Efektif

Pembedahan

Terputusnya Jaringan Adanya Luka Terbuka Pengangkatan Organ Kurangnya Pengetahuan

Nyeri Resiko Infeksi Gangguan Citra Tubuh Cemas


11

2.2.4 Tanda dan Gejala

Menurut Rahayu Wahyu (2011) tanda dan gejala Ca. Mammae mencakup

sebagai berikut:

a. Terdapat ruam – ruam pada kulit disekitar payudara, areola atau puting

terlihat bersisik, memerah dan membengkak.

b. Keluar cairan berwarna kemerah – merahan dari puting susu.

c. Terjadi pembengkakan dan penebalan kulit didaerah payudara.

d. Puting susu menjadi lunak.

e. Perubahan ukuran dan bentuk payudara

f. Puting susu tertekan kedalam (sebagian atau seluruhnya)

g. Pada tahap lebih lanjut terjadi luka yang tak sembuh – sembuh.

h. Nyeri

i. Badan lemah

j. Berat badan menurun

k. Kelenjar getah bening membesar yang menandakan kanker telah menyebar.

2.2.5 Stadium Kanker

Menurut Sjamsulhidayat (2010) kanker payudara mempunyai 4 stadium,

yaitu sebagai berikut :

a. Stadium I

Tumor yang berdiameter kurang 2 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN)

dan tanpa penyebaran jauh. Tumor terbatas pada payudara dan tidak terfiksasi

pada kulit dan otot pektoralis.


12

b. Stadium IIa

Tumor yang berdiameter kurang 2 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN)

dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter kurang 5 cm tanpa

keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.

c. Stadium IIb

Tumor yang berdiameter kurang 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN)

dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter lebih 5 cm tanpa

keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.

d. Stadium IIIa

Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN)

tanpa penyebaran jauh.

e. Stadium IIIb

Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN)

dan terdapat penyebaran jauh berupa metastasis ke supraklavikula atau metastasis

ke infraklavikula atau menginfiltrasi / menyebar ke kulit atau dinding toraks atau

tumor dengan edema pada tangan. Tumor telah menyebar ke dinding dada atau

menyebabkan pembengkakan bisa juga luka bernanah di payudara. Didiagnosis

sebagai Inflamatory Breast Cancer. Bisa sudah atau bisa juga belum menyebar ke

pembuluh getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian

lain dari organ tubuh.

f. Stadium IIIc

Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar limfe

infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis


13

kelenjar limfe mammaria interna dan metastase kelenjar limfe aksilar, atau

metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral

g. Stadium IV

Tumor yang mengalami metastasis jauh, yaitu : tulang, paru-paru, liver atau

tulang rusuk.

Status penampilan (performance status) kanker menurut WHO (1979) :

0 : Baik, dapat bekerja normal.

1 : Cukup, tidak dapat bekerja berat namun bekerja ringan bisa.

2 : Lemah, tidak dapat bekerja namun dapat berjalan dan merawat diri

3 :Jelek, tidak dapat berjalan, dapat bangun dan merawat diri sendiri, perlu

tiduran lebih 50% dari waktu sadar.

4 : Jelek sekali, tidak dapat bangun dan tidak dapat merawat diri sendiri, hanya

tiduran saja.

2.2.6 Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Brunner & Suddarth (2008) ada beberapa pemeriksaan diagnostik

yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut :

a. BSE (Breast Self Examination)

Pemeriksaan payudara sendiri oleh orang yang bersangkutan. Pemeriksaan

dilakukan pada hari ke-5 sampai hari ke-10 menstruasi. Sebaliknya pemeriksaan

ini dilakukan setiap bulan setelah berusia 20 tahun.

b. CBE (Clinical Breast Examination)

Pemeriksaan payudara oleh perawat yang sudah terlatih dengan cara palpasi

daerah payudara dan merasakan adanya benjolan yang diduga tumor dengan teliti.
14

Dilakukan setiap 3 tahun sekali untuk usia 20 tahun sampai 39 tahun dan

dilakukan lebih sering 1 tahun 1 kali bila sudah berusia 40 tahun atau lebih.

c. Mammographi

Sebaiknya dilakukan setiap tahun bila sudah berusia 40 tahun atau

lebih.Dengan foto rontgen mammography dapat di temukan adanya benjolan

berukuran 1 mm.

d. Xeromammography

Pemotretan jaringan payudara dengan kontras dan sedikit dosis rendah.

e. Ultrasound

Perpaduan antara mammography dan ultrasound dapat membedakan cairan

yang mengisi massa yang ada. Dapat membantu membadakan antara masa padat

dan kista.

f. FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsi)

Dengan cara mengaspirasi jaringan massa dengan menggunakan syringe dan

jarum 21-23. Hasil aspirasi diletakan di objek glass dan diperiksa di laboratorium.

g. Core Needle Biopsi

Pengambilan jaringan inti dari masa, biasanya digunakan anastesi lokal

karena cenderung lebih berdarah dan lebih nyeri daripada FNAB.Pemeriksaan ini

dapat membedakan antara kanker in situ dan kanker invasif.

h. Foto pemeriksaan fungsi hati, hitung sel darah dan scan tulang dada

Dilakukan untuk mengkaji adanya metastase.


15

2.2.7 Penatalaksanaan Medis

Menurut Mansjoer, Arif (2009) pengobatan kanker yang baik harus

memenuhi fungsi kuratif (meyembuhkan), pengobatan dan perawatan untuk

kanker dibagi dalam 3 jenis :

a. Pembedahan

Pembedahan bisa dilakukan pada tahap manapun dalam perawatan kanker,

mulai dari diagnosa sampai tahap perawatan paliatif. Pembedahan bertujuan untuk

mengangkat keseluruhan dari tumor dan ditambah dengan area sebesar 1

sentimeter disekelilingnya untuk mengurangi kemungkinan adanya jaringan

kanker yang lolos.

Menurut Mansjoer, Arif (2009) ada beberapa tipe pembedahan secara umum

yang dikelompokkan kedalam tiga kategori:

1) Mastektomi preventif (Preventive Mastectomy)

Operasi ini dapat berupa total mastektomy dengan mengangkat seluruh

payudara namun puting tetap dipertahankan. Penelitian menunjukkan bahwa

tingkat kekambuhan Ca. Mammae dapat dikurangi hingga 90% atau lebih setelah

mastektomi preventif pada wanita dengan resiko tinggi.

2) Mastektomi Total (Sederhana)

Operasi ini dilakukan dengan cara mengangkat semua jaringan payudara

berikut kulit dan putingnya. Namun simpul limfe masih tetap dipertahankan.

3) Mastectomy Radikal Modification

Operasi ini dilakukan dengan mengangkat seluruh payudara beserta simpul

limfe yang berada dibawah ketiak. Tetapi otot pectoral (mayor dan minor), otot
16

penggantung payudara masih tetap dipertahankan. Kulit dapat diangkat maupun

dipertahankan. Prosedur ini dapat diikuti dengan rekonstruksi payudara yang akan

dilkukan oleh dokter bedah plastik.

Gambar 2.2 : Mastectomy Radikal Modification

4) Mastektomi Radikal (Radical Mastectomy)

Mastektomi Radikal merupakan pengangkatan payudara komplit termasuk

puting. Dokter juga akan mengangkat seluruh kulit payudara, otot dibawah

payudara dan simpul limfe (getah bening). Karena mastektomi radikal ini tidak

lebih efektif namun merupakan bentuk mastektomi yang lebih ekstrim dan sudah

sangat jarang dilakukan saat ini.

5) Lumpectomy atau sayatan lebar

Lumpectomy mungkin dilakukan pada pasien rawat jalan yang hanya berupa

tumor dan beberapa jaringan disekitarnya yang diangkat. Lumpectomydianggap

tumor non metastasik bila kurang dari 5 cm ukurannya yang tidak melibatkan

puting. Prosedur meliputi diagnostik (menentukan tipe sel) atau pengobatan

dikombinasi dengan terapi radiasi.


17

b. Kemoterapi

Kemoterapi secara harfiah berarti penggunaan bahan kimia untuk melawan,

mengendalikan atau meyembuhkan penyakit. Namun dalam maknanya yang

sekarang istilah ini lebih banyak digunakan untuk meyebutkan penggunaan obat

untuk mengatasi kanker.Obat kemoterapi digunakan untuk menangani kanker

dengan cara menghancurkan sel kanker sebelum memisahkan diri, berproduksi

dan meyebar keseluruh tubuh. Untuk memperlambat peyebaran sel kanker atau

membuatnya menjadi lebih kecil.Efek Sampingnya yaitu terjadi Hiperpigmentasi,

rambut mengalami kerontokan, sistem reproduksi terganggu terjadi menopause

atau amenorea.

2.2.8 Pencegahan Ca Mammae

Menurut Dyayidi(2009) ada beberapa pencegahan primer yang dapat

dilakukan untuk mencegah terjadinya Ca. Mammae yaitu sebagai berikut :

a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang sehat yang

sudah memiliki faktor resiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer

dilakukan melalui upaya menghindari diri dari keterpaparan berbagai faktor resiko

dan melaksanakan pola hidup sehat. Konsep dasar dari pencegahan primer adalah

menurunkan insiden kanker payudara yang dapat dilakukan dengan:

1) Mengurangi makanan yang mengandung lemak tinggi.

2) Memperbanyak aktivitas fisik dengan berolahraga.

3) Menghindari terlalu banyak terkena sinar X atau jenis radiasi lainnya.


18

4) Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat.Serat akan menyerap

zat-zat yang bersifat karsinogen dan lemak, yang kemudian membawanya

keluar melalui feces.

5) Mengkonsumsi produk kedelai serta produk olahan seperti tahu atau tempe.

Kedelai mengandung flonoid yang berguna untuk mencegah kanker dan

genestein yang berfungsi sebagai ekstrogen nabati (fitoestrogen). Ekstrogen

nabati ini akan menempel pada reseptor estrogen sel-sel epitel saluran kelenjer

susu, sehingga akan menghalangi estrogen asli untuk menempel pada saluran

susu yang akan merangsang tumbuhnya sel kanker.

6) Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, terutama yang

mengandung vitamin C, zat antioksidan dan fitokimia, seperti jeruk, wortel,

tomat, labu, pepaya, mangga, brokoli, lobak, kangkung, kacang-kacangan dan

biji-bijian.

7) Melakukan SADARI.

SADARI sebaiknya dilakukan setiap bulan secara teratur. Cara ini sangat

efektif di Indonesia karena tidak semua rumah sakit menyediakan fasilitas

pemeriksaan memadai. Kebiasaan ini memudahkan kita untuk menemukan

perubahan pada payudara. Pemeriksaan optimum dilakukan pada sekitar 7-14 hari

setelah awal siklus menstruasi karena pada masa itu retensi cairan minimal dan

payudara dalam keadaan lembut dan tidak membengkak sehingga jika ada

pembengkakan akan lebih mudah ditemukan. SADARI dapat dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut :


19

Langkah 1 :

Berdiri didepan cermin, pandanglah kedua payudara. Letakkan kedua

tangan dipinggang dan dorong siku ke depan agar otot-otot dada menegang.

Perhatikan kemungkinan adanya perubahan yang tidak biasa seperti cairan dari

puting, pengerutan, penarikan ataupengelupasan kulit.

Langkah 2 :

Lebih diarahkan perhatian kecermin, tangkaplah keduatangan di belakang

kepal dan tekan ke depan.

Langkah 3 :

Angkat lengan kanan. Pergunakan 3-4 jari tangan kiriuntuk memeriksa

payudara kanan secara lembut dan secara menyeluruh. Dimulai dari bagian tepi,

sisi luar, tekankan ujung jari tangan membentuk lingkaran itu secara lambat

seputar payudara. Secara bertahap lakukan kearah puting. Pastikan mencakup

seluruh payudara. Berikan perhatian khusus di daerah antara payudara dengan

ketiak, termasuk bagian ketiak kiri. akan untuk setiap ganjalan yang tidak biasa

atau di bawah kulit.

Langkah 4 :

Dengan lembut, pijit puting susu dan lihat jika ada cairan yang keluar. Tidak

normal apabila keluar darah atau adanya cairan yang spontan .

Langkah 5 :

Ulangi langkah (3) dan (4) dengan posisi berbaring. Berbaringlah di tempat

dengan permukaan rata. Berbaringlah dengan lengan kanan dibelakang kepala dan

bantal kecil atau lipatan handuk diletakan di bawah pundak. Posisi menyebabkan
20

payudara menjadi rata dan membuat pemeriksaan lebih mudah. Lakukan gerakan

melingkar yang sama seperti pada tahap (3) dan (4). Lakukan pula untuk payudara

kiri.

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder ditujukan untuk mengobati para penderita dan

mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit kanker payudara melalui

diagnosa dan deteksi dini dan pemberian pengobatan.

2.3 Teoritis Keperawatan

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam lima tahap

kegiatan yang meliputi:

a. Identitas Klien

Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa, agama,

status perkawinan, alamat, nomor MR, tanggal masuk dan penanggung jawab.

b. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Dahulu

a) Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti

penyakit payudara jinak, hyperplasia tipikal dll.

b) Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel

proliferative mempunyai resiko dua kali lipat biasanya mengalami

kanker payudara, wanita dengan hyperplasia tipikal mempunyai resiko

empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini.


21

c) Biasanya pasien mempunyai riwayat pemakaian terapi penggantian

hormon dalam waktu yang lama (lebih dari 10-15 tahun)seperti

estrogen suplemen.

d) Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral.

e) Riwayat perokok, konsumsi alkohol dan tinggi lemak, dan makanan

yang memakai penyedap dan pengawet.

f) Biasanya klien mempunyai riwayat menarche atau menstruasi pertama

pada usia yang relative muda dan menopause pada usia yang relative

lebih tua.

g) Biasanya klien mempunyai riwayat nulipara (belum pernah

melahirkan), infertilitas, dan melahirkan anak pertama pada usia yang

relative lebih tua(lebih dari 35 tahun), serta tidak menyusui.

2) Riwayat kesehatan sekarang

a) Biasanya klien mengatakan timbul benjolan pada payudara yang dapat

diraba dengan tangan, makin lama benjolan ini makin mengeras dan

bentuknya tidak beraturan.

b) Klien mengatakan terasa nyeri pada payudara saat benjolan mulai

membesar.

c) Klien mengeluh keluar nanah, darah atau cairan encer dari puting susu

pada wanita yang tidak hamil.

d) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk akibat neoplasma menyekat

drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit.


22

e) Biasanya klien mengatakan tubuh terasa lemah, tidak nafsu makan , mual,

muntah, ansietas.

f) Terdapat edema (bengkak) pada lengan atau kelainan kulit, ruam kulit, dan

ulserasi.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga

a) Kemungkinan ada keluarga yang menderita kanker terutama ibu, anak

perempuan serta saudara perempuan. Risikonya meningkat dua kali jika

ibunya terkena kanker pada usia kurang dari 60 tahun. Risiko meningkat

4-6 kali jika terjadi pada dua orang saudara langsung.

b) Tiga atau lebih keluarga dari sisi keluarga yang sama terkena kanker

payudara atau ovarium.

c) Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara atau

ovarium dibawah 40 tahun.

d) Adanya keluarga dari sisi yang sama yang terkena kanker payudara atau

ovarium.

e) Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga.

c. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum klien, biasanya di kaji tingkat kesadaran klien, BB,Tinggi

badan, tekanan darah, suhu, RR, Nadi.

2) Kepala

a) Rambut : Biasanya kulit kepala dan rambut klien akan rontok atau

alopesia karna pengaruh kemoterapi, kulit kepala tidak tampak

bersih.
23

b) Wajah : Biasanya tidak terdapat edema atau hematoma.

c) Mata : Biasanya mata simetris kiri dan kanan Konjungtiva anemis

disebabkan oleh nutrisi yang tidak adekuat, Sklera tidak

ikterik,palpebra tidak edema.

d) Hidung : Biasanya hidung kurang bersih, tampak sekret, adanya

pernafasan cuping hidung yang disebabkan klien sesak nafas

terutama pada pasien yang kankernya sudah bermetastase ke paru-

paru.

e) Bibir : Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih.

f) Gigi : Biasanya gusi klien mudah terjadi pendarahan akibat

rapuhnya pembuluh darah dan caries positif.

g) Lidah : Lidah biasanya tampak pucat, dan lidah klien kurang bersih.

3) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

4) Dada atau Thorak

a) Inspeksi

Pada stadium 1 : biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan

kanan yang disebabkan oleh pembengkakan pada payudara,dengan

ukuran 1-2 cm, Pada stadium 2: biasanya bentuk dada klien tidak simetris

kiri dan kanan yang juga disebabkan payudara dengan ukuran dengan

tumor 2,5-5 cm, pada stadium 3A : biasanya dada klien juga tidak

simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan tumor yang

sudah meluas dalam payudara besar tumor 5-10 cm, pada stadium 3B :

bentuk dada juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh
24

pembengkakan dan kanker sudah melebar ke seluruh bagian

payudara,bahkan mencapai kulit, dinding dada,tulang rusuk,dan otot

dada, pada stadium 4 : Bentuk dada tidak simetris kiri dan kanan yang

disebabkan oleh pembengkakan dan mestastase jauh keorgan lain seperti

paru-paru.

b) Palpasi

Pada stadium 1 : biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan

kanan karena kanker belum bermetastase keorgan lain, pada stadium 2 :

biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker

belum bermetastase keorgan lain, pada stadium 3A: biasanya taktil

fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum

bermetastase keorgan lain, pada stadium 3B: biasanya taktil fremitus

pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase keorgan

lain seperti tulang rusuk, dinding dada dan otot dada, pada stadium 4 :

biasanya tidak fremitus kiri dan kanan yang juga disebabkan oleh karena

kanker sudah metastase ke organ yang lebih jauh seperti paru-paru

sehingga mengakibatkan paru –paru mengalami kerusakan dan tidak

mampu melakukan fungsinya.

c) Perkusi

Pada stadium 1: biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-

paru klien, Pada stadium 2 : biasanya akan terdengar sonor pada

lapangan paru-paru klien karena kanker belum mengalami metastase,

padastadium 3A : Masih akan terdengar sonor pada lapangan paru karena


25

kanker belum metastase, pada stadium 3B : biasanya terdengar bunyi

redup yang dapat di temukan pada infiltrate paru dimana parenkim paru

lebih padat / mengadung sedikit udara dan bunyi pekak pada paru-paru

paien yang disebabkan pada paru-paru pasien didapatkan berisi cairan

disebut dengan efusi pleura jika kanker telah bermetastase pada organ

paru, pada stadium 4 : biasanya akan terdengar pekak pada paru-paru

pasien yang disebabkan pada paru-paru pasien didapatkanberisi cairan

yang disebut dengan efusi pleura akibat metastase dari kanker mammae

yang berlanjut,dan nafas akan terasa sesak.

d) Auskultasi

Pada stadium 1: biasanya akan terdengar vesikuler (bunyi hampir

terdengar seluruh lapangan pare dan inspirasi lebih panjang, lebih keras,

nadanya lebih tinggi dari ekspirasi. suara nafas tambahan tidak ada, seprti

ronchi (-) dan wheezing (-), pada stadium 2 :biasanya bunyi nafas

terdengar vesikuler (bunyi hampir seluruh lapangan paru clan inspirasi

lebih panjang lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi. Biasanya

buni nafas klien juga dapat terdengar bronkovesikuler dengan bronchial.

Suara nafas tambahan tidak ada, seperti ronchi (-) dan wheezing (-), pada

stadium 3 A : Biasanya bunyi nafas berbunyi vesikuler (bunyi hampir

seluruh lapangan paru dan inspirasi yang lebih panjang, lebih keras,

nadanya lebih tinggi dari ekspirasi, dan bronkovesikuler yaitu pada

daerah suprasternal, interscapula: campuran antara element vaskuler

dengan bronchial. Suara nafas tambahan tidak ada, seperti : Ronchi (+)
26

dan wheezing (-), pada stadium 3 B biasanya nafas klien bisa terdengar

bronchial yaitu ekspirasi lebih panjang, lebih keras nadanya lebih tinggi

dari pada inspirasi dan terdengar dan terdapat suara nafas tambahan

seperti: Ronchi dan Wheezing ini disebabkan oleh kanker sudah

menyebar ke seluruh bagian payudara, dan mencapai ke dinding dada,

tulang rusuk, dan otot dada sehingga mengakibatkan terjadinya

penurunan ekspansi paru dan compressive atelektasis, pada stadium 4 :

biasanya bunyi nafas pasien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi lebih

panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi, dari pada inspirasi dan

terdengar. Dan terdapatsuara tambahan seperti : Ronchi dan wheezing.

Ini disebabkan oleh kanker metastase ke bagian tubuh lainnya seperti

parupare sehingga mengakibatkan terj adnnya penurunan ekspansiparu

dan compressive atelektasis sehingga terjadi penumpukan secret pada

daerah lobus paru.

5) Jantung (Kardiovaskuler)

a) Inspeksi : Biasanya iktus tidak terlihat.

b) Palpasi : Biasanya iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V.

c) Perkusi : Batas jantung normal, (batas jantung kanan RIC II, linea

staralis dektra, batas jantung kiri RIC V,1 jari media linea clavukularis

sinistra).

d) Auskultasi : Biasanya irma jantung murni,murmur (-).

6) Mammae (payudara)
27

a) Inspeksi : Biasanya ada benjolan yang menekan payudara.adanya

ulkus dan berwarna merah dan payudara mengerut seperti kulit jeruk.

b) Palpasi : Teraba benjolan payudara yang mengeras dan teraba

pembengkakan dan teraba pembesaran kelenjar getah bening diketiak

atau timbul benjolan kecil di bawah ketiak.

7) Perut

a) Inspeksi : Biasanya tidak ada pembesaran

b) Palpasi : Biasanya bising usus (-)

c) Perkusi : Biasanya lien dan hepar tidak teraba

d) Auskultasi : Tympani

8) Genitourinaria : Biasanya genetalia bersih.

9) Ekstremitas: Biasanya ekstremitas tidak odema,tidak ada lesi.

10) Sistem integumen: Biasanya terjadi perubahan pada kelembaban kulit

klien dan turgor kulit klien tidak elastic.

d. Pola Kebiasaan Sehari-hari

1) Nutrisi

a) Makan

Perubahan yang terjadi pada klien pada kondisi sehatbiasanya klien

makan 3 kali sehari dan habis satu porsi. Sedangkan pada saat sakit

biasanya 3 kali sehari,dan hanya menghabiskan setengah porsi.

b) Minum
28

Perubahan yang terjadi pada klien pada kondisi sehatbiasanya minum 6-8

gelas sehari. Sedangkan pada kondisi sakit biasanya klien hanya

menghabiskan minum 3-5 gelas sehari.

2) Eliminasi

a) Miksi

Perubahan yang terjadi pada klien pada kondisi sehat biasanya frekuensi

BAK sehari 1500 Cc. Sedangkan Sakit:biasanya frekuensi BAK sehari

800Cc,karateristiknya warna kekuningan,pekat dan bau khas.

b) Defekasi

Perubahan yang terjadi pada klien pada kondisi sehat biasanya frekuensi

BAB 1 kali sehari. Sedangkan pada kondisi saat sakit 1 kali dalam 3 hari

karateristik warna kehitaman atau kemerahan, konsistensi padat dan bau

khas.

3) Istirahat dan Tidur

Perubahan yang terjadi pada klien pada kondisi sehatbiasanya jam tidur

siang 2 jam dan malam 8 jam sehari. Sedangkan pada kondisi sakit

biasanya saat sakit susah tidur karena rasa nyeri yang dirasakan di bagian

payudara.

4) Kebersihan Diri

Perubahan yang terjadi pada klien pada kondisi sehat biasanya klien mandi

2 kali sehari,menggosok gigi 2 kali sehari,cuci rambut 1 kali dalam 2

hari,pakaian di ganti sesudah mandi. Sedangkan pada kondisi sakit biasanya


29

pada sakit mandi 1 kali sehari,menggosok gigi 1 kali sehari,cuci rambut 2

kali seminggu,pakaian di ganti 1 kali sehari.

e. Pemeriksaan Laboratorium/ Penunjang

1) Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit

meningkat,trombosit meningkat.

2) Pemeriksaan urin, diperiksa apakah ureum dan kreatinin meningkat.

3) Tes diagnostik yang biasanya di lakukan pada penderita karsinoma mammae

adalah sinar X, sinar X ini di perlukan selain untuk screening pra-

operasi,juga untuk melihat apakah ada penyebaran kanker ke paru-paru.

4) ultrasonografi : diperlukan bersamaan dengan mammografi untuk

membedakan kista yang berisi cairan dengan jenis lesi lainnya.

5) Respon Hormone : Diperlukan untuk mengetahui adanya peningkatan

hormon estrogen dan progesteron.

6) Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus : Pemeriksaan ini di lakukan pada lesi

yang secara klinis dan radiologi di curigai ganas. Biopsi jarum halus

dilakukan dengan menusuk tumor dengan jarum halus dan di sedot dengan

spuit 10 cc sampai jaringan tumor diperiksa di laboratorium oleh ahli

patologi anatomi untuk mengetahui apakah jaringan tersebut ganas

(maligna) atau jinak (benigna).

7) Penanda tumor(zat yang di hasilkan dan di sekresi oleh sel tumor dan di

temukan dalam serum misal CEA, antigen spesifik frosfat, alfa-fetoprotein,

HCG, asam dll)dapat membantu dalam mendiagnosis kanker tetapi lebih

bermanfaat sebagai prognostic


30

8) Tes kimia skrining

9) Elektrolit(natrium,kalium,kalsium)

10) Tes ginjal (BUN)

11) Tes hepar (bilirubin,AST/SGOT alkalin fosfat,LDH)

12) Tes tulang(alkalin fosfat,kalsium)

13) Sinar X dada : Menyelidiki apakah sel kanker telah mengalami metastasis

atau belum.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Akut b/d insisi jaringan Mammae pada pembedahan Mastectomy

Radical Modification.

2. Resiko tinggi infeksi b/d prosedur invasif pembedahan.

3. Kerusakan integritas kulit b/d proses pembedahan.

4. Gangguan citra tubuh b/dperubahan dalam penampilan, fungsi, dan peran.

5. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik.

6. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembedahan.

7. Gangguan pola tidur b/d nyeri pada luka post operasi Mastectomy Radical

Modification.

8. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan efek dari desakan paru oleh

difragma sekunder terhadap ancites dan efusi pleura.

9. Kurang pengetahuan b/d kurangnya keterpaparan informasi.


31

2.3.3 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1 Nyeri Akut b/d Tujuan : Manajemen Nyeri
insisi jaringan Setelah dilakukan 1. Pantau keadaan umum klien
Mammae pada tindakan 2. Kaji skala, lokasi dan durasi
Mastectomy keperawatan nyeri.
Radical selama 3 x 24 3. Observasi vital sign
Modification. jam, nyeri dapat 4. Berikan posisi yang nyaman
teratasi. bagi klien.
Kriteria hasil : 5. Ajarkan klien tarik napas
Tidak ada keluhan dalam.
nyeri 6. Ajarkan klien tekhnik relaksasi,
Klien tampak distraksi dll.
rileks 7. Ciptakan lingkungan yang
Skala nyeri 0 kondusif
TTV normal. 8. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgetik.
2 Resiko tinggi Tujuan : Manajemen Perawatan luka
infeksi b/d Setelah dilakukan 1. Pantau keadaan umum klien
prosedur invasif tindakan 2. Kaji apakah ada tanda – tanda
pembedahan. keperawatan infeksi.
selama 3 x 24 3. Observasi vital sign
jam, infeksi tidak 4. Lakukan perawatan luka
terjadi. dengan teknik steril.
Kriteria hasil : 5. Berikan posisi yang nyaman
Luka sembuh bagi klien.
dengan baik tanpa 6. Anjurkan klien untuk tidak
komplikasi. menyentuh luka operasi.
Tidak dijumpai 7. Ciptakan lingkungan yang
tanda - tanda kondusif
infeksi. 8. Kolaborasi dengan dokter
TTV normal. dalam pemberian antibiotik.

3 Kerusakan Tujuan : Manajemen integritas kulit


integritas kulit Setelah dilakukan 1. Pantau keadaan umum klien
b/d proses tindakan 2. Inspeksi kulit terhadap
pembedahan. keperawatan perubahan warna.
selama 3 x 24 3. Kaji turgor kulit dan membran
jam, integritas mukosa klien.
kulit terjaga. 4. Pantau status hidrasi.
Kriteria hasil : 5. Observasi vital sign.
Kulit hangat. 6. Berikan posisi yang nyaman
Turgor kulit baik. bagi klien.
Tidak terdapat 7. Beri bantalan pada tonjolan
32

lesi. tulang, pelindung siku dan


TTV normal. kulit.
8. Anjurkan klien menggunakan
pakaian yang tipis dan kering
yang dapat menyerap keringat.
9. Anjurkan klien untuk menjaga
kulit tetap kering dan bersih.
10. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian lotion.
4 Gangguan citra Tujuan : 1. Kaji perasaan pasien tentang
tubuh b/d Setelah dilakukan citra tubuh dan tingkat harga
perubahan tindakan diri.
dalam keperawatan 2. Kaji secara verbal dan
penampilan, selama 3 x 24 nonverbalrespon klien
fungsi, dan jam, klien ikut terhadap tubuhnya
peran. serta dalam 3. Monitor frekuensi mengkritik
aktivitas dirinya.
perawatan diri dan 4. Identifikasi arti
menunjukan minat pengurangan/kehilangan.
dalam 5. Dorong klien
penampilan. mengungkapkanperasaannya
Kriteria hasil : 6. Jelaskan tentang
pengobatan,perawatan,
kemajuan dan
prognosispenyakitnya.
5 Intoleransi Tujuan : Manajemen aktivitas terkontrol
aktivitas b/d Setelah dilakukan 1. Pantau keadaan umum klien
kelemahan fisik. tindakan 2. Kaji kemampuan ADL klien.
keperawatan 3. Observasi vital sign sebelum
selama 3 x 24 dan sesudah beraktivitas.
jam, klien mampu 4. Kaji keseimbangan gaya
berpartisipasi berjalan.
dalam aktivitas 5. Kaji apakah ada kelemahan
yang dapat otot.
ditoleransi. 6. Bantu klien untuk merubah
Kriteria hasil : posisi secara berkala.
Kebutuhan 7. Ajarkan klien untuk
aktivitas sehari- melakukan aktivitas ringan.
hari terpenuhi. 8. Anjurkan klien untuk
Klien mampu beristirahat jika terjadi
melakukan hal – kelelahan.
hal kecil tanpa 9. Motivasi klien untuk dapat
batuan keluarga beraktivitas sesuai dengan
atau perawat. aktivitas yang dapat ditolerasi
TTV normal. tubuhnya.
10. Ciptakan lingkungan yang
33

kondusif.
6 Nutrisi kurang Tujuan : 1. Kaji adanya alergi makanan
dari kebutuhan Setelah dilakukan 2. Monitor adanya penurunan BB
tubuh tindakan dan gula darah
berhubungan keperawatan 3. Monitor turgor kulit
dengan selama 3 x 24 4. Monitor intake nuntris
pembedahan. jam, nafsu makan 5. Monitor mual dan muntah
klien kembali 6. Monitor pucat, kemerahan,
normal. dan kekeringanjaringan
Kriteria hasil : konjungtiva.
Tidak adanya 7. Monitor lingkungan selama
penurunan berat makan
badan. 8. Ajarkan pasien bagaimana
Klien membuatcatatan makanan
menghabiskan harian.
porsi makannya. 9. Kolaborasi dengan ahli gizi
Klien tidak untukmenentukan jumlah
megalami mual kalori dan nutrisi yang
dan muntah. dibutuhkan pasien.

7 Gangguan pola Tujuan : 1. Pantau keadaan umum klien.


tidur b/d nyeri Setelah dilakukan 2. Observasi vital sign.
pada luka post tindakan 3. Bantu klien untuk mengubah
Mastectomy keperawatan posisi senyaman mungkin.
Radical selama 3 x 24 4. Ajarkan klien tekhnik
Modification jam, klien dapat relaksasi.
tidur dengan 5. Ciptakan lingkungan yang
nyenyak. kondusif
Kriteria hasil : 6. Batasi pengunjung sesuai
Klien dapat tidur dengan keadaan klinis klien.
dengan mudah 7. Kolaborasi dengan dokter
Mata klien tidak dalam pemberian obat tidur.
cekung.
Ttv normal.

8 Pola nafas tidak Tujuan : 1. Pantau keadaan umum klien.


efektif Setelah dilakukan 2. Pantau frekuensi napas.
berhubungan tindakan 3. Pantau adakah pernapasan
dengan efek dari keperawatan cuping hidung dan
desakan paru selama 3 x 24 penggunaan otot bantu
oleh difragma jam, pola nafas pernapasan.
sekunder kembali efektif 4. Observasi vital sign.
terhadap ancites Kriteria hasil : 5. Bantu klien untuk mengubah
dan efusi pleura a. Bunyi nafas posisi senyaman mungkin.
vesikuler 6. Ajarkan klien tekhnik
b. RR normal(20- relaksasi.
34

24x/menit) 7. Ajarkan klien tekhnik napas


c. Tidak ada dalam.
tanda-tanda 8. Ciptakan lingkungan yang
sianosis dan pucat kondusif
d. Tidak ada 9. Kolaborasi dengan dokter
sputum dalam pemberian oksigen.
9 Kurang Tujuan : 1. Pantau keadaan umum klien.
pegetahuan b/d Setelah dilakukan 2. Kaji tingkat pengetahuan klien
kurangnya tindakan tentang perawatan luka.
keterpaparan keperawatan 3. Beri reinforcement pada klien
informasi selama 3 x 24 jika dapat menjawab
jam, pengetahuan pertanyaan dengan benar.
klien semakin 4. Berikan pendidikan kesehatan
bertambah. pada klien tentang proses
Kriteria hasil : penyembuhan luka.
Klien mengatakan Faktor faktor yang
pemahaman mempengaruhi penyembuhan
kondisi prognosis luka dan Tanda – tanda infeksi.
penyakitnya dan
perawatan luka.
Klien dapat
menjawab
pertanyaan
apabila perawat
bertanya.
35

BAB 3
TINJAUANKASUS
3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas

a. Klien

Nama : Ny. L

Umur : 44 Tahun

Agama : Islam

Alamat : Aek Torob Portibi

Pendidikan : SLTA

Status Perkawinan : Menikah

No RM : 01.01.90.98

Tanggal Masuk :16 Juli 2017

Tanggal operasi : 18 Juli 2017

Tanggal pengkajian : 19 Juli 2017

Diagnosa Masuk : Ca. Mammae Sinistra T2N0M0

b. Penanggung Jawab

Nama : Ny. R

Umur : 24 Tahun

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Petani

Hubungan dengan klien : Ibu Kandung

Alamat : Aek Torob Portibi

35
36

3.1.2 Keluhan Utama

Nyeri luka operasi.

3.1.3 Riwayat Kesehatan Saat Ini

Klien mengatakan benjolan di payudara sebelah kirinya telah dialami klien

sejak 3 tahun yang lalu. Benjolan yang ada sebelumnya hanya sebesar

kelereng.Klien tidak merasakan nyeri serta tidak mengganggu aktivitasnya

berjualan. Akan tetapi benjolan tersebut semakin lama semakin membesar hingga

sebesar telur dengan ukuran ± 5 cm. Klien mengatakan nyerinya sudah mulai

terasa dan sesekali hilang kemudian muncul lagi. Klien akhirnya dibawa ke

RSUD Dr. Pirngadi Medan untuk memeriksakan kesehatannnya. Setelah diperiksa

oleh dokter akhirnya klien didiagnosa menderita Ca. Mammae. Klien akhirnya

memutuskan untuk menjalani kemoterapi dengan tujuan agar sel kankernya tidak

cepat berkembang. Hingga saat ini klien telah menjalani kemoterapi sebanyak 5

kali.

Pada tanggal 16 Juli 2015 klien menjalani opname di RSUD Dr. Pirngadi

Medan, tepatnya di ruang kenanga I. Klien telah dijadwalkan untuk

menjalaniMastectomy Radikal Modification akibat Ca Mammae yang telah

dideritanya selama 3 tahun terakhir. Klien mengatakan dokter menganjurkan

dirinya agar dilakukan operasi dengan tujuan agar sel kankernya tidak metastase

ke organ tubuh yang lain. Klien akhirnya menyetujui untuk dilakukan operasi

yang telah dijadwalkan pada hari selasa, 18 juli 2017.

Sebelum dilakukan operasi klien telah dilakukan perawatan pre operatif

yang meliputi puasa 6-8 jam, pemberian antibiotik yaitu meropenem 1 gr / 12 jam,
37

crossmatch persediaan darah WB sebanyak 2 bag untuk operasi, melakukan

huknah tinggi dengan pemberian Dulcolac tab 2 buah dan dulcolac sup.Berikut

adalah laporan pembedahan pada Ny. S. Pembedahan dilakukan pada tanggal 18

juli 2017. Dimulai pada pukul 11.00 – 12.35 WIB. Jenis anastesi yang diberikan

adalah GA-ETT. Lama anastesi 11.30- 12.50 WIB. Anastesi dengan Fentanyl dan

relaksasi dengan Ekron. Setelah operasi selesai akhirnya klien dibawa ke Ruang

Recovery Room sebelum dibawa kembali keruangan.

3.1.4 Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Klien belum pernah menjalani operasi sebelumnya. Ini pertama kali klien

menjalani operasi.

3.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan orang tua perempuannya menderita kanker usus dan

sudah meninggal. Sedangkan orang tua laki-lakinya menderita Hipertensi dan juga

sudah meninggal. Sedangkan suaminya menderita Gastritis.

Genogram
38

Keterangan :

: Laki-laki : Klien

: Perempuan : serumah

: Meninggal : Cerai

3.1.6 Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum

Tingkat kesadaran : Compos Mentis dengan GCS : E4V5M6

Tanda- Tanda Vital : TD : 120/80 mmHg

HR : 80 x/i

RR : 18 x/i

T : 37,20C

b. Kepala

Mesochepal,kulit kepala bersih, rambut tidak ada akibat efek kemoterapi.

c. Mata

Mata simetris, konjungtiva anemis, Sklera tidak ikterik, pupil isokor, palfebra

tidak edema, tidak menggunakan alat bantu penglihatan.

d. Telinga

Simetris, terdapat sedikit serumen, tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

e. Hidung

Simetris, tidak ada polip, penciuman baik.


39

f. Mulut

Tidak terdapat sianosis, tidak ada stomatitis, membran mukosa kering, gigi

ompong.

g. Lidah

Bersih, warna merah muda, tidak ada tanda – tanda radang.

h. Tenggorokkan

Klien mampu menelan dengan baik, tidak ada gangguan menelan, tidak ada

pembesaran tonsil.

i. Leher

Simetris, tidak terdapat bendungan vena jugularis, Tidak terdapat pembesaran

kelenjar tyroid dan kelenjar limfe pada pemeriksaan palpasi.

j. Kulit

Turgor kulit baik, warna kulit sawo matang, kulit agak sedikit kotor.

k. Paru-paru

1) Inspeksi : RR18 x/menit, pergerakan dada simetris, tidak ada pernafasan

cuping hidung.

2) Palpasi : premitus taktil normal, tidak ada nyeri tekan.

3) Perkusi : bunyi sonor

4) Auskultasi: bunyi nafas vesikuler, tidak terdapat bunyi ronkhi/wheezing.

l. Jantung

1) Inspeksi : Tidak tampak ictus cordis

2) Palpasi : Denyut jantung teratur, HR : 80 x/i

3) Perkusi : Terdengar bunyi pekak


40

4) Auskultasi : Irama jantung teratur, tidak terdapat bunyi gallop, murmur.

m. Payudara

Bentuk asimetris, payudara sebelah kiri ada benjolan dengan diameter 5 cm,

terdapat nyeri tekan, luka operasi ± 10cm melintang pada payudara kiri, Luka

jahitan masih lembab, merah, terpasang drain di dada sebelah kiri.

n. Abdomen

1) Inspeksi : Tidak terlihat adanya pembesaran pada abdomen (Asites)

2) Palpasi : Tidak ada massa / benjolan

3) Perkusi : Terdengar bunyi timpani

4) Auskultasi : Peristaltik 10 x / menit

o. Genetalia

Normal, tidak terdapat benjolan atupun lesi pada area genitalia, klien

terpasang kateter.

p. Anus

Normal, tidak terdapat tanda – tanda radang serta tidak terdapat haemoroid.

q. Ekstremitas

Kekuatan otot normal, tonus otot normal, terpasang IVFD RL pada

ekstremitas atas.

3.1.7 Kebutuhan sehari – hari

a. Nutrisi

Klien mengatakan di rumah biasa makan 3 x sehari dengan menu nasi, lauk,

sayuran, dan minum air putih 5 – 6 gelas sehari.Saat dikaji, klien makan diet

yang disajikan dari RS dan habis 1 porsi, minum air putih 5 – 6 gelas sehari.
41

b. Eliminasi

Klien mengatakan dirumah biasa BAB 1x/hari. Konsistensi lunak warna

kuning. BAK ± 6 x / hari, warna kuning jernih, tidak ada nyeri, tidak ada

hematuria.

c. Istirahat dan tidur

Klien mengatakan di rumah biasa tidur ± 7 jam, mulai dari jam 22.00 –

05.00 WIB. Tidur siang ± 1 jam.Saat dikaji klien mengatakan tidak bisa

tidur akibat nyeri pada luka bekas operasi. Klien hanya tidur ± 4 jam.

d. Aktivitas

Klien mengatakan dirumah biasa melakukan perkerjaan ibu rumah tangga

sendiri. Klien setiap pagi juga berjualan buah di pajak. Saat dikaji klien

belum bisa melakukan aktivitas sendiri. Klien dibantu oleh suaminya.

Klien mengatakan takut untuk menggerakkan badannya karena takut

jahitannya lepas. Selain itu klien mengatakan nyeri jika berubah posisi.

3.1.8 Data psikologis

Klien mengatakan cemas akan pengobatan yang akan dijalani karena

klienbelum mengerti tentang penyakitnya dan perawatan luka operasinya.

3.1.9 Data Psikososial

Klien mengatakan orang terdekatnya adalah suami dan anaknya. Suami

klien setia menemani klien saat dirawat dirumah sakit. Klien sering menyuruh

suaminya pulang agar bisa beristirahat dirumah. Dia merasa kasian melihat

suaminya yang kurang istirahat akibat menjaga dirinya.


42

3.1.10 Data Spiritual

Klien mengatakan beragama islam. Klien berdoa agar segera

disembuhkan dari penyakit yang sedang dideritanya dan dapat pulang agar dapat

berkumpul dengan keluarganya yang lain.

3.1.11 Pemeriksaan Penunjang

Kimia klinik ( 17 juli 2017) pukul 07: 21

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal


Cholesterol total 183 mg/dl 140-200 mg/dl
Trigliserida 178 mg/dl 10-190 mg/dl
HDL Cholesterol 34 mg/dl 35-55 mg/dl
LDL Cholesterol 113 mg/dl < 190 mg/dl
Glukosa puasa 126 mg/dl 74-106 mg/dl

Darah rutin ( 17 juli 2017) pukul 14 : 44

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal


WBC 13.000/ µL 4000 - 10.000
RBC 3,78 x 106/ µL 4,50 - 5,50
HGB 11,30 mg / dl 12-14
HCT 32,90% 36-42
MCV 87,00 fL 80.000 – 97.000
MCH 29,90 Pg 27,00 – 33,70
MCHC 34,30 g/ dl 31,50 – 35.00
PLT 207.000/ µL 150.0000- 440.000
RDW-CV 13,40% 10.00 – 15.00
PDW 9,80 fL 10.00 – 18.00
MPV 8,80 fL 6,50 – 11,00
PLCR 15,30% 15.00 – 25.00
Neut 82,30% 50.00 – 70.00
Lymph 13,00% 20.00 – 40.00

Darah rutin ( 18 juli 2017) pukul 23:56

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal


WBC 12.500/ µL 4000 - 10.000
RBC 4,29 x 106/ µL 4,50 - 5,50
HGB 12 mg / dl 12-14
HCT 35,80% 36-42
MCV 83,40 fL 80.000 – 97.000
43

MCH 28,00 Pg 27,00 – 33,70


MCHC 33,50 g/ dl 31,50 – 35.00
PLT 205.000/ µL 150.0000- 440.000
RDW-CV 16,90% 10.00 – 15.00
PDW 10,50 fL 10.00 – 18.00
MPV 9,20 fL 6,50 – 11,00
PLCR 18,20% 15.00 – 25.00
Neut 90,90% 50.00 – 70.00
Lymph 7,90% 20.00 – 40.00

3.1.12 Terapy

No Nama Cairan dan Obat Kegunaan


1 Cairan RL 20 gtt/i Larutan Normal saline yang merupakan
cairan pengganti, digunakan juga untuk
indikasi Maintenance secara luas.

2 Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam


Sebagai antibiotik spektrum luas yag biasa
digunakan untuk pembedahan.
3 Inj. Transamin 1 amp/8 jam Untuk mencegah degradasi atau
pemecahan bekuan darah tersebut sehingga
dapat mencegah, menghentikan, ataupun
mengurangi pendarahan yang tidak
diinginkan pasca pembedahan.
4 Inj. Ketorolac 1amp/12 jam Untuk penatalaksanaan jangka pendek
terhadap nyeri akut sedang sampai berat.
Ketorolac secara parenteral dianjurkan
diberikan segera setelah operasi.
5 Inj. Meropenem 1 gr/ 12 jam Sebagai antibiotik carbapenem dengan
aktivitas spektrum luas terhadap beberapa
pathogen yang nantinya berguna untuk
luka operasi.
6 Inj. Ranitidine 1 amp / 12 Sebagai pengobatan alternatif untuk pasien
yang tidak dapat diterapi secara oral untuk
jam tukak lambung, duodenum, tukak pasca
operasi, refluks esofagitis, keadaan
hipersekresi patologis.
44

3.1.13 Analisa Data


No Data Etiologi Problem
1 Ds : Ca. Mammae Nyeri Akut
Klien mengatakan nyeri pada
luka operasi. Mastectomy
Klien merasakan nyeri seperti Radical
ditusuk-tusuk. Modification
Klien mengatakan nyeri
dirasakan di payudara sebelah Insisi Jaringan
kiri.
Klien mengatakan nyeri
menyebar sampai ke punggung. Diskontinuitas
Skala nyeri 7. Jaringan
Do :
Klien post Mastectomy Radical
Modification (MRM) 0 hari atas Merangsang ujung
indikasi Ca. Mammae. saraf simpatik
Ekspresi wajah klien meringis
kesakitan.
Pada payudara sebelah kiri Nyeri
terdapat luka bekas operasi.
Klien tampak bergerak dengan
hati-hati. Nyeri Akut
Hasil TTV :
TD : 120/70 mmHg.
HR : 82 x/i
RR : 18 x/i
T : 37OC.
2 Ds : - Ca. Mammae Resiko Tinggi
Do : Infeksi
Klien Post Mastectomy Radical
Modification (MRM) hari 0 atas Mastectomy
indikasi Ca. Mammae. Radical
Pada payudara kiri terdapat luka Modification
operasi dengan ukuran 10 cm.
Tidak tampak tanda –tanda
infeksi. Insisi Jaringan
Pinggiran luka masih tampak
belum menyatu.
Hasil TTV : Diskontinuitas
TD : 120/70 mmHg. Jaringan
HR : 82 x/i
RR : 18 x/i
T : 37OC. Prosedur invasif
Pembedahaan
45

Port de’entry

Resiko Tinggi
Infeksi
3 Ds : Ca. Mammae Intoleransi
Klien mengatakan sulit bergerak aktivitas
akibat adanya luka operasi pada
dada dan rasa nyeri pada area Mastectomy
sekitar luka. Radical
Klien mengatakan nyeri Modification
meningkat jika klien tiba-tiba
bergerak.
Klien mengatakan aktivitasnya Insisi Jaringan
dibantu oleh keluarga dan
perawat.
Do : Diskontinuitas
Klien post Mastectomy Radical Jaringan
Modification (MRM) hari I atas
indikasi Ca. Mammae.
Klien tampak meringis kesakitan Merangsang ujung
apabila beraktivitas saraf nyeri
Klien tampak bergerak dengan
hati-hati.
Pada area payudara kiri klien Rentang gerak
tampak luka operasi. terbatas
Klien terpasang infus RL 20 gtt/i
pada ekstremitas kanan atas.
Klien terpasang kateter meatus Intoleransi
urinarius. aktivitas
Klien terpasang Drain.
Klien tampak lemah.
Klien tampak bedrest.
Hasil TTV :
TD : 120/70 mmHg.
HR : 82 x/i
RR : 18 x/i
T : 37OC.
4 Ds : Ca. Mammae Gangguan pola
Klien mengatakan tidak bisa tidur
tidur pada malam hari akibat Mastectomy
sakit pada luka bekas operasi. Radical
Do : Modification
Terdapat luka insisi pada
46

Mammae kiri.
Luka operasi terasa nyeri.
Mata klien terlihat cekung Insisi Jaringan
Klien terlihat lebih banyak tidur
pada siang hari.
Klien tampak lemas.
Diskontinuitas
Jaringan

Nyeri

Gangguan pola
tidur
5 Ds : Kurang Kurang
Klien mengatakan kurang terpaparnya Pengetahuan
mengetahui tentang perawatan informasi
luka operasi karena hal ini
merupakan pengalaman pertama
klien dioperasi. Pengalaman
Klien mengatakan dirinya hanya operasi yang
tamatan SLTA. pertama
Do :
Suaminya sering bertanya
tentang kondisi istrinya. Kurang
Klien sering bertanya pada Pengetahuan
perawat tetang perawatan luka.
Klien terihat menggeleng –
gelengkan kepalanya jika
perawat bertanya tentang
perawatan luka.
47

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Akut b/d insisi jaringan Mammae pada pembedahan Mastectomy

Radical Modification.

2. Resiko tinggi infeksi b/d prosedur invasif pembedahan.

3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik.

4. Gangguan pola tidur b/d nyeri pada luka post Mastectomy Radical

Modification.

5. Kurang pengetahuan b/d kurangnya keterpaparan informasi.

3.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1 Nyeri Akut b/d Tujuan : Manajemen Nyeri
insisi jaringan Setelah dilakukan 1. Pantau keadaan umum klien
Mammae tindakan 2. Kaji skala, lokasi dan durasi
padaMastectomy keperawatan nyeri.
Radical selama 3 x 24 jam, 3. Observasi vital sign
Modification. nyeri dapat 4. Berikan posisi yang nyaman
teratasi. bagi klien.
Kriteria hasil : 5. Ajarkan klien tarik napas
Tidak ada keluhan dalam.
nyeri 6. Ajarkan klien tekhnik
Klien tampak relaksasi, distraksi dll.
rileks 7. Ciptakan lingkungan yang
Skala nyeri 0 kondusif
TTV normal. 8. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgetik.
2 Resiko tinggi Tujuan : Manajemen Perawatan luka
infeksi b/d Setelah dilakukan 1. Pantau keadaan umum klien
prosedur invasif tindakan 2. Kaji apakah ada tanda – tanda
pembedahan. keperawatan infeksi.
selama 3 x 24 jam, 3. Observasi vital sign
infeksi tidak 4. Lakukan perawatan luka
terjadi. dengan teknik steril.
Kriteria hasil : 5. Berikan posisi yang nyaman
Luka sembuh bagi klien.
dengan baik tanpa 6. Anjurkan klien untuk tidak
komplikasi. menyentuh luka operasi.
48

Tidak dijumpai 7. Ciptakan lingkungan yang


tanda - tanda kondusif
infeksi. 8. Kolaborasi dengan dokter
TTV normal. dalam pemberian antibiotik.

3 Intoleransi Tujuan : Manajemen aktivitas terkontrol


aktivitas b/d Setelah dilakukan 1. Pantau keadaan umum klien
kelemahan fisik. tindakan 2. Kaji kemampuan ADL klien.
keperawatan 3. Observasi vital sign sebelum
selama 3 x 24 jam, dan sesudah beraktivitas.
klien mampu 4. Kaji keseimbangan gaya
berpartisipasi berjalan.
dalam aktivitas 5. Kaji apakah ada kelemahan
yang dapat otot.
ditoleransi. 6. Bantu klien untuk merubah
Kriteria hasil : posisi secara berkala.
Kebutuhan
aktivitas sehari- 7. Ajarkan klien untuk
hari terpenuhi. melakukan aktivitas ringan.
Klien mampu 8. Anjurkan klien untuk
melakukan hal – beristirahat jika terjadi
hal kecil tanpa kelelahan.
batuan keluarga 9. Motivasi klien untuk dapat
atau perawat. beraktivitas sesuai dengan
TTV normal. aktivitas yang dapat ditolerasi
tubuhnya.
10. Ciptakan lingkungan yang
kondusif.
4 Gangguan pola Tujuan : 1. Pantau keadaan umum klien.
tidur b/d nyeri Setelah dilakukan 2. Observasi vital sign.
pada luka post tindakan 3. Bantu klien untuk mengubah
Mastectomy keperawatan posisi senyaman mungkin.
Radical selama 3 x 24 jam, 4. Ajarkan klien tekhnik
Modification klien dapat tidur relaksasi.
dengan nyenyak. 5. Ciptakan lingkungan yang
Kriteria hasil : kondusif.
Klien dapat tidur 6. Batasi pengunjung sesuai
dengan mudah dengan keadaan klinis klien.
Mata klien tidak 7. Kolaborasi dengan dokter
cekung. dalam pmberian obat tidur.
Ttv normal.

5 Kurang Tujuan : 1. Pantau keadaan umum klien.


pengetahuan b/d Setelah dilakukan 2. Kaji tingkat pengetahuan
kurangnya tindakan klien tentang perawatan luka.
keterpaparan keperawatan 3. Beri reinforcement pada klien
49

informasi selama 3 x 24 jam, jika dapat menjawab


pengetahuan klien pertanyaan dengan benar.
semakin 4. Berikan pendidikan kesehatan
bertambah. kepada klien.
Kriteria hasil : Proses penyembuhan luka.
Klien mengatakan Faktor faktor yang
pemahaman mempengaruhi penyembuhan
kondisi prognosis luka dan tanda – tanda
penyakitnya dan infeksi.
perawatan luka. 5. Ciptakan lingkungan yang
Klien dapat kondusif.
menjawab
pertanyaan apabila
perawat bertanya.

3.4 Implementasi Keperawatan

No Dx Hari / Pukul NIC Evaluasi


Tgl
1 1 Jum’at, 08.00 Manajemen Nyeri S:
21 juli 1. Memantau keadaan umum Klien mengatakan nyerinya
2017 klien belum hilang.
Klien terlihat lemah Skala nyerinnya 6.
09.00 2. Mengkaji skala, lokasi dan O:
durasi nyeri. Klien masih tampak
Skala nyeri 6, lokasinya di meringis kesakitan.
payudara sebelah kiri dan Luka bekas operasi masih
durasi nyerinya sering akibat basah.
luka bekas operasi yang Hasil pemeriksaan TTV :
masih baru. TD : 130/80 mmHg
09.15 3. Mengukur vital sign HR : 92 x/i
TD : 130/80 mmHg RR : 25 x/i
HR : 92 x/i T : 36,5OC.
RR : 25 x/i A : Masalah belum teratasi.
T : 36,5OC. P : Intervensi dilanjutkan.
09.30 4. Memberikan posisi yang
nyaman bagi klien.
Posisi semi fowler yang
dipilih klien.
10.00 5. Mengajarkan klien tarik
napas dalam.
Klien dapat melakukan
teknik napas dalam dengan
baik.
12.00 6. Berkolaborasi dengan dokter
50

dalam pemberian analgetik.


Memberikan injeksi
ketorolac 1 ampul / 12 jam.
2 08.00 1. Memantau keadaan umum S:
klien. O:
Klien terlihat lemah Tidak ditemukan adanya
08.15 2. Mengkaji apakah ada tanda tanda – tanda infeksi.
– tanda infeksi.Tidak Luka bekas operasi masih
ditemukan tanda-tanda ditutupi perban.
seperti calor, rubor, dolor, Tidak ada dijumpai adaya
tumor atau fungsiolesa. hematom pada luka.
09.00 3. Mengukur vital sign Hasil pemeriksaan TTV :
TD : 130/80 mmHg TD : 130/80 mmHg
HR : 92 x/i HR : 92 x/i
RR : 25 x/i RR : 25 x/i
T : 36,5OC. T : 36,5OC.
09.10 4. Melakukan perawatan luka A : Masalah teratasi
dengan teknik steril. sebagian
09.30 5. Memberikan posisi yang P : Intervensi dilanjutkan
nyaman bagi klien.
Posisi semi fowler yang
dipilih klien.
09.45 6. Menganjurkan klien untuk
tidak menyentuh luka
operasi.
12.00 7. Membatasi pengunjung
agar klien dapat
beristirahat.
8. Berkolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
antibiotik.
Memberikan meropenem
1 gr/ 12 jam
3 08.00 1. Memantau keadaan umum S:
klien. Klien mengatakan belum
Klien terlihat lemah bisa mengerakkan
11.00 2. Mengkaji kemampuan badannya.
ADL klien. O:
Klien hanya bed rest total Klien hanya bed rest total
ditempat tidur, tanpa ditempat tidur.
melakukan aktivitas ringan Untuk beraktivitas klien
sekalipun. dibantu oaleh keluarga dan
10.00 3. Mengobservasi vital sign perawat.
sebelum dan sesudah Hasil pemeriksaan TTV :
beraktivitas. TD : 130/80 mmHg
TD : 130/80 mmHg HR : 92 x/i
51

HR : 92 x/i RR : 25 x/i
RR : 25 x/i T : 36,5OC
T : 36,5OC A : Masalah teratasi
09.15 4. Mengkaji apakah ada sebagian
kelemahan otot. P : Intervensi dilanjutkan
Tidak dijumpai adanya
kelemahan otot.
09.20 5. Membantu klien untuk
merubah posisi secara
berkala.
Klien diajarkan miring
kanan miring kiri.
09.25 6. Menganjurkan klien untuk
beristirahat jika terjadi
kelelahan.
09.30 7. Memotivasi klien untuk
dapat beraktivitas sesuai
dengan aktivitas yang dapat
ditolerasi tubuhnya.

4 08.00 1. Memantau keadaan umum S:


klien. Klien terlihat tidur akibat
Klien terlihat tertidur. efek anastesi.
09.00 2. Mengukur vital sign. Hasil pemeriksaan TTV :
TD : 130/80 mmHg TD : 130/80 mmHg
HR : 92 x/i HR : 92 x/i
RR : 25 x/i RR : 25 x/i
T : 36,5OC T : 36,5OC
09.05 3. Mengajarkan klien tekhnik A : Masalah belum teratasi
relaksasi. P : Intervensi dilanjutkan
10.00 4. Menciptakan lingkungan
yang kondusif.
10.30 5. Membatasi pengunjung
sesuai dengan keadaan klinis
klien.
5 12.15 1. Mengkaji tingkat S:
pengetahuan klien Keluarga mengatakan
tentang perawatan luka. pengetahuannya semakin
12.20 2. Memberi reinforcement bertambah.
pada klien jika dapat Keluarga dapat menjawab
menjawab pertanyaan pertanyaan perawat dengan
dengan benar. benar.
12.30 3. Memberikan pendidikan O:
kesehatan apada klien. Keluarga terlihat antusias
Proses penyembuhan luka. mendengar penjelasan
Faktor faktor yang perawat.
52

mempengaruhi A : Masalah teratasi


penyembuhan luka. sebagian
Tanda – tanda infeksi. P : Intervensi dilanjutkan
12.45 4. Menciptakan lingkungan
yang kondusif.
2 1 Sabtu , 08.00 1. Memantau keadaan S:
22 juli umum klien Klien mengatakan nyerinya
2017 Klien terlihat cukup baik masih terasa.
09.00 2. Mengkaji skala, lokasi Skala nyerinnya 5.
dan durasi nyeri. O:
Skala nyeri 5, lokasinya Klien masih tampak sesekali
di payudara sebelah kiri meringis menahan sakit.
dan nyerinya hilang- Luka bekas operasi masih
hilang timbul akibat luka basah.
bekas operasi yang masih Jumlah drain 30 Cc.
baru. Hasil pemeriksaan TTV :
09.15 3. Mengukur vital sign TD : 130/70 mmHg
TD : 130/70 mmHg HR : 88 x/i
HR : 88 x/i RR : 22 x/i
RR : 22 x/i T : 36,5OC.
T : 36,5OC. A : Masalah teratasi
09.30 4. Memberikan posisi yang sebagian.
nyaman bagi klien. P : Intervensi dilanjutkan.
Posisi semi fowler yang
dipilih klien.
10.00 5. Mengajarkan klien tarik
napas dalam.
Klien dapat melakukan
teknik napas dalam
dengan baik.
10.30 6. Menciptakan lingkungan
yang kondusif
Menciptakan suasana
yang tenang dengan
membatasi pengunjug.
12.00 7. Berkolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
analgetik.
Memberikan injeksi
ketorolac 1 ampul / 12
jam.
2 08.00 1. Memantau keadaan umum S:
klien O:
Klien terlihat cukup baik Tidak ditemukan adanya
08.15 2. Mengkaji adannya tanda – tanda – tanda infeksi.
tanda infeksi. Tidak di jumpai adanya pus.
53

Tidak ditemukan tanda- Luka bekas operasi masih


tanda infeksi seperti calor, ditutupi perban.
rubor, dolor, tumor atau Tidak ada dijumpai adaya
fungsiolesa. hematom pada luka.
Pada saat perawatan luka, Hasil pemeriksaan TTV :
luka bekas operasi tidak TD : 130/70 mmHg
dijumpai adanya pus. HR : 88 x/i
09.00 3. Mengukur vital sign RR : 22 x/i
TD : 130/70 mmHg T : 36,5OC.
HR : 88 x/i A : Masalah teratasi
RR : 22 x/i sebagian
T : 36,5OC. P : Intervensi dilanjutkan
09.10 4. Melakukan perawatan luka
dengan teknik steril.
09.30 5. Memberikan posisi yang
nyaman bagi klien.
Posisi semi fowler yang
dipilih klien.
09.45 6. Menganjurkan klien untuk
tidak menyentuh luka
operasi.
12.30 7. Berkolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
antibiotik.
Memberikan meropenem 1
gr/ 12 jam
3 08.00 1. Memantau keadaan umum S:
klien. O:
Klien terlihat cukup baik. Klien terlihat belajar duduk
11.00 2. Mengkaji kemampuan dibantu oleh keluarga dan
ADL klien. perawat.
Klien sudah mulai belajar Tidak ada tanda- tanda
duduk meskipun hanya kelemahan otot.
ditempat tidur. Hasil pemeriksaan TTV :
09.00 3. Mengobservasi vital sign TD : 130/70 mmHg
sebelum dan sesudah HR : 88 x/i
beraktivitas. RR : 22 x/i
TD : 130/70 mmHg T : 36,5OC.
HR : 88 x/i A : Masalah teratasi
RR : 22 x/i sebagian
T : 36,5OC. P : Intervensi dilanjutkan
09.15 4. Mengkaji apakah ada
kelemahan otot.
Tidak dijumpai adanya
kelemahan otot.
09.20 5. Membantu klien untuk
54

merubah posisi secara


berkala.
Klien diajarkan miring
kanan miring kiri
Klien juga diajarkan
belajar duduk meskipun
ditempat tidur.
09.25 6. Menganjurkan klien untuk
beristirahat jika terjadi
kelelahan.
09.30 7. Menciptakan lingkungan
yang kondusif.

4 08.00 1. Memantau keadaan umum S:


klien. Keluarga mengatakan klien
Klien terlihat tertidur. sudah mulai nyenyak
09.00 2. Mengukur vital sign. tidurnya.
TD : 130/70 mmHg Tidak terlalu sering
HR : 88 x/i terbangun malam hari.
RR : 22 x/i Hasil pemeriksaan TTV :
T : 36,5OC. TD : 130/70 mmHg
09.05 3. Mengajarkan klien tekhnik HR : 88 x/i
relaksasi. RR : 22 x/i
10.00 4. Menciptakan lingkungan T : 36,5OC.
yang kondusif A : Masalah teratasi
sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
5 12.15 1. Mengkaji tingkat S:
pengetahuan klien tentang Keluarga mengatakan
perawatan luka. pengetahuannya semakin
12.20 2. Memberi reinforcement pada bertambah.
klien jika dapat menjawab Keluarga dapat menjawab
pertanyaan dengan benar. pertanyaan perawat dengan
12.30 3. Memberikan pendidikan benar.
kesehatan apada klien. O:
Proses penyembuhan Keluarga terlihat antusias
luka. mendengar penjelasan
Faktor faktor yang perawat.
mempengaruhi A : Masalah teratasi.
penyembuhan luka. P : Intervensi dihentikan.
Tanda – tanda infeksi.
12.45 4. Menciptakan lingkungan
yang kondusif.
55

3 1 Minggu Manajemen Nyeri S:


23 juli 08.00 1. Memantau keadaan umum Klien mengatakan nyerinya
2017 klien muncul hanya sesekali saja.
Klien terlihat baik. Skala nyeri 4.
09.00 2. Mengkaji skala, lokasi dan Durasi nyeri 5 menit.
durasi nyeri. O:
Skala nyeri 4, lokasinya di Klien dapat
payudara sebelah kiri dan mendemontrasikan napas
durasi hanya sesekali akibat dalam.
luka bekas operasi yang Klien terlihat lebih tenang.
masih baru. TTV normal.
09.15 3. Mengukur vital sign Hasil pemeriksaan TTV :
TD : 120/70 mmHg TD : 120/70 mmHg
HR : 86 x/i HR : 86 x/i
RR : 22 x/i RR : 22 x/i
T : 36,5OC. T : 36,5OC.
09.30 4. Memberikan posisi yang A : Masalah teratasi
nyaman bagi klien. sebagian.
Posisi semi fowler yang P : Intervensi dilanjutkan.
dipilih klien.
10.00 5. Mengajarkan klien tarik
napas dalam.
Klien dapat melakukan
teknik napas dalam dengan
baik.
12.30 6. BerKolaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgetik.
Memberikan injeksi
ketorolac 1 ampul / 12 jam.

2 08.00 1. Memantau keadaan umum S:


klien O:
Klien terlihat baik. Tidak ditemukan adanya
08.15 2. Mengkaji apakah ada tanda tanda – tanda infeksi.
– tanda infeksi. Pinggiran luka sudah kering.
Tidak ditemukan tanda- Tidak dijumpai adanya pus.
tanda seperti calor, rubor, Luka bekas operasi masih
dolor, tumor atau ditutupi perban.
fungsiolesa. Hasil pemeriksaan TTV :
Pinggiran luka terlihat TD : 120/70 mmHg
sudah kering. HR : 86 x/i
Tidak dijumpai adanya pus. RR : 22 x/i
09.00 3. Mengukur vital sign T : 36,5OC.
TD : 120/70 mmHg A : Masalah teratasi
HR : 86 x/i sebagian.
RR : 22 x/i P : Intervensi dilanjutkan.
56

T : 36,5OC.
09.10 4. Melakukan perawatan luka
dengan teknik steril.
09.30 5. Memberikan posisi yang
nyaman bagi klien.
Posisi semi fowler yang
dipilih klien.
09.45 6. Menganjurkan klien untuk
tidak menyentuh luka
operasi.
12.30 7. Berkolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
antibiotik.
Memberikan meropenem 1
gr/ 12 jam

3 08.00 1. Memantau keadaan umum S:


klien Klien mengatakan dirinya
Klien terlihat baik. sudah bisa duduk ditempat
11.00 2. Mengkaji kemampuan tidur.
ADL klien. O:
Klien sudah bisa duduk dan Klien terlihat dapat duduk
melakukan aktvitas kecil sendiri tanpa dibantu
seperti mengambil minum keluarga atau perawat.
sendiri. Kekuatan otot normal.
09.00 3. Mengobservasi vital sign Hasil pemeriksaan TTV :
sebelum dan sesudah TD : 120/70 mmHg
beraktivitas. HR : 86 x/i
TD : 120/70 mmHg RR : 22 x/i
HR : 86 x/i T : 36,5OC.
RR : 22 x/i A : Masalah teratasi
T : 36,5OC. P : Intervensi dihentikan
09.15 4. Mengkaji apakah ada
kelemahan otot.
Tidak dijumpai adanya
kelemahan otot.
09.20 5. Membantu klien untuk
merubah posisi secara
berkala.
Klien diajarkan miring
kanan miring kiri.
09.25 6. Menganjurkan klien untuk
beristirahat jika terjadi
kelelahan.

4 08.00 1. Memantau keadaan umum S :


57

klien. Klien terlihat baik.


Klien terlihat baik. O :
09.00 2. Mengukur vital sign. Hasil pemeriksaan TTV :
TD : 120/70 mmHg TD : 120/70 mmHg
HR : 86 x/i HR : 86 x/i
RR : 22 x/i RR : 22 x/i
T : 36,5OC. T : 36,5OC.
09.05 3. Mengajarkan klien tekhnik A : Masalah teratasi
relaksasi. P : Intervensi dihentikan
10.00 4. Menciptakan lingkungan
yang kondusif.
58

BAB 4
PEMBAHASAN

Berdasarkan Asuhan Keperawatan pada Ny. L dengan post Mastectomy

Radical Modification atas indikasi Ca. Mammae di ruang bedah wanita

kenanga I RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dari tanggal 18sampai dengan 23

Juli 2017, maka pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara

teori dengan kasus yang ditemukan dilahan praktek khususnya ruang bedah

wanitakenanga I RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Pada kasus post Mastectomy

Radical Modificationatas indikasi Ca. Mammae,serta membahas faktor

pendukungdan penghambat selama melakukan asuhan keperawatan dengan kasus

Ca. Mammae ini.

Dalam memberikan asuhan, penulis menerapkan asuhan keperawatan

denganberpedoman pada 5 (lima) tahapan proses keperawatan yang terdapat

dalam bukuKonsep dasar keperawatan yang ditulis oleh Asmadi, 2008 yaitu;

Pengkajian,Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi.

4.1 Pengkajian

Pengkajian sebagai langkah awal dalam proses keperawatan

telahdilakukan pada Ny. Ldi ruang bedah wanita kenanga I RSUD Dr. Pirngadi

Kota Medan dari tanggal 19 Juli 2017. Pada studi kasuspostMastectomy Radical

Modification atas indikasi Ca. Mammae ini dapat dilihat kesejangan antara teori

dan kasus yang ditemukan.

Pada teori, salah satu faktor resiko terjadinya kanker payudara adalah

pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti penyakit payudara

58
59

jinak/ tumor payudara. Berdasarkan anamnesa yang dilakukan oleh perawat, klien

mengatakan sebelum didiagnosa menderita kanker payudara klien telah menderita

tumor payudara. Akan tetapi benjolan yang ada dipayudaranya tidak dihiraukan

hingga akhirnya dokter mendiagnosa klien menderita kanker payudara. Hal ini

berarti antara teori dan kasus terdapat persamaan dari segi faktor penyebab

seseorang menderita Ca. Mammae. Pada teori, muncul benjolan pada payudara

dan benjolan tersebut semakin lama semakin membesar dan menimbulkan nyeri.

Hal ini dilami juga oleh klien. Klien mengatakan semula ukuran benjolan yang ia

derita hanya sebesar kelereng akan tetapi sebelum diopersi ukurannya sudah

sebesar telur ayam dan terasa nyeri. Pada teori, faktor genetik memegang peranan

yang cukup penting dalam hal penyebaran kanker. Jika salah satu anggota

keluarga ada yang menderita kanker. Maka resiko anggota keluarga lain menderita

kanker juga akan meningkat sebanyak > 4 kali. Pada kasus ini, klien mengatakan

bahwa ibunya menderita kanker lidah dan meninggal akibat kanker tersebut.Pada

teori, penilaian TNM merupakan hal yang sangat penting. Berdasarkan kasus, Ca.

Mammae yang klien derita masih derajat I yaitu T2N0M0 yang artinya diameter

tumor masih 5 cm, tidak terdapat metastase pada kelenjar getah bening dan belum

terjadi metastase.Mastectomy Radical Modification ini dapat dilakukan pada

kanker stadium awal. Hal ini membuktikan antara teori dan kasus terdapat

persamaan.

Pada teori, jika kanker telah metastase ke paru-paru, maka akan dijumpai

klien sesak dan menggunakan pernapasan cuping hidung akan tetapi klien

bernapas normal dengan RR : 18 x/i.Pada teori, seseorang yang menderita kanker


60

akan mengalami penurunan nafsu makan. Akan tetapi klien tidak mengalami hal

tersebut. Klien menghabiskan porsi makan yang disediakan oleh rumah sakit. Hal

ini diperkuat dengan tidak ditemukannya penurunan berat badan yang signifikan

pada klien. Pada teori, seseorang yang telah menjalani operasi akan mengalami

sulit tidur akibat nyeri pada luka operasinya. Hal ini juga dirasakan oleh

klien.Pada teori, hasil pemeriksaan darah menunjukkan hemoglobin menurun,

leukosit meningkat dan trombosit meningkat.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan respon klien

yangdianalisa dan diidentifikasi dapat menunjukkan adanya gangguan

padastatus kesehatan yang dialami klien serta dapat diselesaikan secara

mandiri,kolaborasi serta edukasi oleh perawat.

Setelah dilakukan pengkajian melalui pengumpulan

data,mengklasifikasikan dan menganalisa data didapatkan beberapa

masalahkeperawatan yang menjadi diagnosa keperawatan. Adapun diagnosa

yangpenulis dapatkan melalui pengkajian yaitu :

4..2.1 Diagnosa Aktual

Diagnosa aktual yang dapat diangkat pada kasus ini yaitu gangguan rasa

nyaman: nyeri berhubungan dengan insisi jaringan mammae pada Mastectomy

Radical Modification yng ditandai dengan Skala nyeri 7, adanya gerakan

menghindari nyeri, Wajah klien tampak meringis, TTV; TD=120/70mmHg,

HR=82/i, RR= 18x/i, T=37oC, gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

luka operasi yang ditandai dengan terdapat luka operasi pada payudara kiri, klien
61

tampak lemas, intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik yang

ditandai dengan klien mengalami keterbatasan kemampuan untuk melakukan

keterampilan motorik halus, dan keterbatasan rentang pergerakan serta klien

bedrest dan kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya keterpaparan

informasi yang diperoleh ditandai dengan suami klien banyak bertanya tentang

kondisi istrinya dan tidak mengetahui tentang perawatan lukaMastectomy Radical

Modification.

4.2.2 Diagnosa Resiko

Diagnosa resiko yang dapat diangkat pada kasus ini yaitu resiko infeksi

berhubungan dengan prosedur invasif pembedahan yang ditandai dengan adanya

luka bekas operasi dengan ukuran 10 cm dan pinggiran luka masih basah dan

belum menyatu.

Adapun diagnosa yang muncul pada teori tetapi tidak dijumpai pada kasus

yaitu kerusakan integritas kulit berhubungan dengan proses pembedahan.

Diagnosa ini tidak diangkat karena pada NOC tidak dijumpai batasan karakteristik

pada kasus ini. Salah satu batasan karakteristik yang mendukung diangkatnya

diagnosa ini yaitu, klien tidak bisa melakukan aktivitas ringan seperti miring kiri-

kanan, terdapat tulang-tulang yang menonjol dan terdapat perubahan pigmentasi

kulit serta pasiennya didapati terdapat dekubitus pada tubuhnya. Hal ini tidak

dijumpai pada klien.

4.3 Intervensi Keperawatan

Tahap perencanaan merupakan bagian dari proses keperawatan.Penulis

menetapkan tujuan, sasaran, intervensi (tindakan mandiri perawatdan tindakan


62

kolaboratif) untuk mencegah permasalahan kliensesuai dengan diagnosa

keperawatan atau prioritas masalah.

Dalam tahap perencanaan, penulis tidak menemukan hal – hal yang

menghambat rencana tindakan keperawatan karena di dukung adanya kerja sama

yang baik antara klien , keluarga klien, perawat dan dokter.

Dalam menyusun perencanaan, penulis menggunakan teori

rencanaasuhan keperawatan NIC dan dalam menentukan tujuan dan kriteria hasil

penulis menggunakan NOC.Dalam menentukan rencana tindakan, penulis

menggunakan prinsipkeperawatan berdasarkan skala prioritas masalah menurut

Abraham Maslowyaitu mengutamakan kebutuhan dasar manusia untuk

mempertahankankelangsungan hidup klien, serta dalam menyusun

perencanaan ini penulisselalu melibatkan klien dan keluarga, serta

mengutamakan tindakankeperawatan mandiri, kolaboratif serta edukasi dengan

tim kesehatanlainnya.

Salah satu contoh yang dapat kita ambil yaitu membuat prioritas masalah

gangguan rasa nyaman nyeri. Menurut Abraham Maslow, kebutuhan aman dan

nyaman harus dipenuhi oleh setiap manusia khususnya bagi orang menderita

sakit. Oleh sebab itu, perawat memberikan intervensi yang utama untuk

mengurangi rasa nyeri yang diderita klien. Ada banyak cara yag dapat dilakukan.

Untuk perawatan mandiri sendiri dapat dilakukan dengan mengajarkan klien

napas dalam, mengajarkan melakukan masase pada area yang sakit dan jika

nyerinya tidak berkurang maka dilakukan tindakan kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian analgetik.


63

4.4 Implementasi Keperawatan

Pada tahap pelaksanaan penulis dapat melakukan pelaksanaan sesuai dengan

rencana yang telah dibuat. Dalam tahap pelaksanaan asuhan keperawatan, secara

umum tindakan keperawatan telah disusun dan disesuaikandengan kebutuhan

klien. Pelaksanaan asuhan keperawatan dapat terlaksana dengan baik berkat

adanya kerja sama yang baik antara klien, keluarga klien, perawat dan kolabaorasi

dengan tim kesehatan lainnya. Hambatan yang dialami penulis dalam pelaksanaan

tindakan keperawatan adalah adanya keterbatasan waktu.

Implementasi yang dilakukan adalah observasi tanda – tanda

vital,observasi keadaan umum, mengatur posisi sesuai kemampuan

klien,memberikan rasa nyaman, memenuhi kebutuhan dasar, mengurangi

stressterhadap penyakit yang diderita, memberikan Health

Education,melanjutkan terapi sesuai instruksi dokter ruangan.

4.5 Evaluasi

Tahap evaluasi merupakan suatu tahapan untuk mengetahuikeberhasilan

dari tindakan yang telah dilakukan dengan merujuk darikriteria hasil. Setelah

melakukan asuhan keperawatan dari tanggal 21 Juli 2017 – 23 Juli 2017, dari 6

(enam) diagnosa secara umum telah berhasil sesuaidengan tujuan yang

direncanakan.

4.5.1 Diagnosa yang teratasi sebagian

Pada kasus ini diagnosa yang tertasi sebagian yaitu gangguan rasa nyaman:

nyeri berhubungan dengan insisi jaringan mammae padaMastectomy Radical


64

Modification yng ditandai dengan Skala nyeri 7, adanya gerakan menghindari

nyeri, Wajah klien tampak meringis, TTV; TD=120/70mmHg, HR=82/i, RR=

18x/i, T=37oC dan intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik yang

ditandai dengan klien mengalami keterbatasan kemampuan untuk melakukan

keterampilan motorik halus, dan keterbatasan rentang pergerakan serta klien

bedrest.

4.5.2 Diagnosa keperawatan yang teratasi

Pada kasus ini diagnosa yang telah teratasi yaitu kurang pengetahuan

berhubungan dengan kurangnya keterpaparan informasi yang diperoleh ditandai

dengan suami klien banyak bertanya tentang kondisi istrinya dan tidak

mengetahui tentang perawatan lukaMastectomy Radical Modification dan

gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri luka operasi yang ditandai dengan

terdapat luka operasi pada payudara kiri, klien tampak lemas.

4.5.3 Diagnosa resiko yang tidak terjadi

Pada kasus ini diagnosa resiko yang tidak terjadi yaitu resiko infeksi

berhubungan dengan prosedur invasif pembedahan yang ditandai dengan adanya

luka bekas operasi dengan ukuran 10 cm dan pinggiran luka masih basah dan

belum menyatu.

4.6 Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Melaksanakan Proses


Keperawatan

4.6.1 Faktor Pendukung

a. Keterlibatan keluarga klien yang kooperatif dalam memberikan

informasi tentang klien dan keaktifan keluarga dalam keikutsertaan

setiap tindakan terhadap klien


65

b. Kualitas Sumberdaya pembimbing dilapangan dan dosen pembimbing

institusi yang selalu memberikan bimbingan.

c. Sarana dan prasarana serta alat kesehatan.

d. Tim kesehatan yang bekerjasama dengan sangat baik dalam semua

keterbatasan yang dimiliki.

4.6.2 Faktor Penghambat

a. Keterbatasan waktu praktek diruangan.

b. Banyaknya pengunjung yang kurang menyadari kondisi klien yang

kadang membuat gaduh ruangan yang disebabkan jam besuk yang

tidak diperhatikan.

c. Kurangnya sosialisasi atau info untuk para keluarga pasien


66

BAB 5
PENUTUP

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien Ny. L dengan

postMastectomy Radical Modification atas indikasi Ca. Mammae di ruang

Kenanga I RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan dari tanggal 18 juli – 23 juli 2017,

maka penulis mengambil kesimpulan dan menyampaikan saran semoga dapat

diambil perbandingan sehingga nantinya mutu pelayanan dan derajat kesehatan

masyarakat akan semakin meningkat.

5.1 Kesimpulan

Penulis menemukan beberapa kesenjangan antara teori dengan kasus yang

diperoleh dari ruangan pada tahap pengkajian ini.

Pada tahap diagnosa keperawatan, penulis menemukan 8 diagnosa

keperawatan berdasarkan teori yang ada sedangkan pada kasus hanya 5 diagnosa

yang dapat diangkat.

Dalam tahap intervensi, penulis bekerja sama dengan klien, keluarga dan

tim kesehatan lainnya. Perencanaan disusun penulis sesuai dengan kebutuhan

klien untuk mencapai tujuan yang telah dibuat.

Dalam tahap implementasi yang dilakukan adalah observasi tanda –

tanda vital,observasi keadaan umum, mengatur posisi sesuai kemampuan

klien,memberikan rasa nyaman, memenuhi kebutuhan dasar, mengurangi

stressterhadap penyakit yang diderita, memberikan Health

Education,melanjutkan terapi sesuai instruksi dokter ruangan.

Pada tahap evaluasi, setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari

pada Ny. L menunjukkan respon yang baik, masalah pada diagnosa gangguan rasa
66
67

nyaman nyeri dan intoleransi aktivitas dapat diatasi sebagian. Sedangkan resiko

tinggi infeksi tidak terjadi. Selanjutnya untuk masalah kurangnya pengetahuan

tentang perawatan luka dan gangguan pola tidur dapat diatasi dengan optimal.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi klien

Menganjurkan pada klien agar rajin mengontrol dirinya kerumh sakit jika

telah diizinkan pulang nantinya, mempertahankan nutrisinya untuk menjaga daya

tahan tubuh dan menjaga kesehatan dengan banyak berolahraga.

5.2.2 Bagi Keluarga

Disarakan pada keluarga agar mau berpartisipasi dalam proses

penyembuhan klien, karena dengan adanya dorongan dan adanya partisipasi

keluarga kemungkinan masalah-masalah yang dihadapi klien dapat teratasi.

5.2.3 Bagi Perawat

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan hendaknya perawat selalu

menggunakan komunikasi yang baik sehingga terjalin kerja sama yang baik antara

klien, keluarga klien dan perawat demi tercapainya tujuan yang diharapakan.

Perawat juga hendaknya dapat terus meningkatkan pengetahuannya dengan

mempelajari dan mengikuti perkembangan ilmu keperawatan untuk dapat

melaksanakan tindakan keperawatan pada klien sesuai dengan yang diharapakan.


68

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2008). Keperawatan Medikal Bedah vol 4. Jakarta : EGC

Closkey ,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.(2009). Nursing Interventions


Classification (NIC). St. Louis :Mosby Year-Book.

Dyayidi. (2009) praktik SADARI dikalangan remaja putri dalam hal ini siswa
SMA Negeri dan Swasta.www.eprints.undip.ac.id

Johnson,Marion, dkk. (2000). Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis:


Mosby Year-Book.

Juall,Lynda,Carpenito Moyet. (2003).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi


10.Jakarta:EGC

Mansjoer, Arif. (2009). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media


Aesculapius.

Nugroho ,Taufan. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas,Anak, Bedah, dan


Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika

Price Sylvia, A (2011). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid


2 . Edisi 4. Jakarta. EGC

Rasjidi Iman . (2010).Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker . Jakarta : CV


Sagung Seto.

Rahayu Wahyu. (2011).Menggali,Mencegah dan mengobati 35jenis Kanker.


Jakarta: Victory Inti Cipta

Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. (2010). Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi.
EGC : Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. (2009). Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah : Brunner Suddarth, Vol. 2. EGC : Jakarta.

Wiley dan Blacwell. (2009). Nursing Diagnoses: Definition & Classification


(2009-2011), NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd
69

NANDA International.2009. Diagnosa Keperawatan NANDA 2009-2011. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC

Carpenito, Lynda Juan. 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10.
Jakarta : EGC
70

Lampiran 1
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERAWATAN LUKA
Topik penyuluhan : Perawatan Luka
Hari/ Tanggal :Sabtu22Juli 2017
Waktu : 1x 30 menit
Tempat :Ruang Kenanga I
Sasaran :Ny. L
A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diadakan penyuluhan diharapkan klien dapat mengerti tentang
perawatan luka dirumah.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan perawatan luka dirumah, klien mengerti tentang :
 Klien dapat menjelaskan tentang pegertian perawatan luka.
 Klien dapat menjelaskan tentang tujuan perawatan luka.
 Klien dapat menjelaskan tentang penyebab infeksi.
 Klien dapat menjelaskan tentang tanda dan gejala perawatan luka.
 Klien dapat menjelaskan tentang perawatan luka dirumah.
 Klien dapat menjelaskan tentang hal – hal yang perlu diketahui oleh
pasien.
 Klien dapat menjelaskan tentang kerugian tidak melakukan perawatan
luka.
B. Pokok Bahasan : Perawatan luka
C. Sub Pokok Bahasan
1. Pengertian perawatan luka.
2. Tujuan perawatan luka.
3. Penyebab infeksi.
4. Tanda dan gejala perawatan luka.
5. Perawatan luka dirumah.
71

6. Hal – hal yang perlu diketahui oleh pasien.


7. Kerugian tidak melakukan perawatan luka.
D. Kegiatan Operasional
Tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Keluarga

Pendahuluan - Mahasiswa membuka - Menjawab salam


( 5 menit) penyuluhan dengan - Mendengarkan
mengucapkan salam - Memperhatikan
- Menyampaikan
maksud dan tujuan
dilakukannya
penyuluhan.
- Menggali pengetahuan
klien tentang
perawatan luka.
Isi - Menjelaskan materi - Mendengarkan dan
(15 enit)  Pengertian perawatan memperhatikan.
luka.
 Tujuan perawatan
luka.
- Memberikan - Mengajukan
kesempatan kepada pertanyaan
klien untuk bertanya.
- Menjelaskan materi
 Penyebab infeksi. - Mendengarkan dan
 Tanda dan gejala memperhatikan
perawatan luka.
 Perawatan luka
dirumah.
- Memberikan
kesempatan kepada
klien untuk bertanya
- Menjelaskan materi - Mengajukan
 Hal – hal yang perlu
pertanyaan
diketahui oleh pasien.
 Kerugian tidak
melakukan perawatan
- Mendengarkan dan
luka.
memperhatikan
72

Penutup - Menyimpulkan materi - Mendengarkan dan


(10 enit) penyuluhan. memperhatikan.
- Evaluasi. - Mendengarkan dan
- Mengucap salam terima memperhatikan.
kasih. - Menjawab salam

E. Metode
Ceramah dan Diskusi.
F. Media dan Alat
Leaflet
G. Evaluasi
a. Evaluasi Proses
 Klien antusias terhadap materi penyuluhan
 Klien mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar..
b. Evaluasi Hasi
 Klien mengetahui tentang perawatan luka.
73

MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian
Perawatan luka adalah upaya atau tindakan yang dilakukan untuk
mencegah infeksi yang dilakukan dengan langkah-langkah tertentu.
2. Tujuan
 Agar terhindar dari infeksi.
 Agar luka tetap bersih.
 Mempercepat penyembuhan.
 Mencegah masuknya kuman dan kotoran ke dalam luka
 Mencegah terjadinya pencemaran oleh cairan dan kuman yang berasal dari
luka ke daerah sekitarnya.
 Memberikan rasa aman dan nyaman.
3. Penyebab Infeksi
c. Adanya benda asing atau jaringan yang sudah mati didalam luka.
d. Luka terbuka dan kotor
e. Gizi Buruk
f. Daya tahan tubuh yang lemah
g. Mobilisasi terbatas atau kurang gerak
4. Tanda Dan Gejala
a. Merasa panas pada daerah luka atau suhu badan panas.
b. Merasa sakit atau nyeri pada daerah luka.
c. Ada kemerahan pada kulit daerah luka
d. Terjadinya bengkak pada area luka
e. Gangguan fungsi gerak pada daerah luka
f. Luka berbau tidak sedap
g. Terdapat cairan berupa nanah pada luka
5. Perawatan Luka Di Rumah
1) Alat-alat yang digunakan
 Kasa atau kain bersih.
 Betadine.
74

 Plester.
 Air hangat.
2) Langkah-langkah
 Mencuci tangan.
 Membersihkan luka dengan air hangat.
 Menutup luka dengan kasa atau kain bersih yang sudah diberikan betadine.
 Kemudian ditutup dengan kain bersih.
 Plester dengan rapi.
 Bereskan alat.
 Mencuci tangan.
6. HAL-HAL YANG PERLU DIKETAHUI OLEH PASIEN
1. Dibutuhkan verband steril dan kering untuk jangka waktu tertentu
2. Jaga jangan sampai luka tergesek-gesek oleh pakaian.
3. Langsung hubungi dokter jika tempat atau lokasi bekas luka terlihat
membangkak, demam tinggi, nyeri hebat, dan pengeluaran nanah yang
berlebih.
7. Kerugian Tidak Melakukan Perawatan Luka
1. Infeksi berat.
2. Kecacatan.
3. Gangguan terhadap sistem tubuh yang lain.
4. Kematian.
75
76
77

Lampiran 3

DOKUMENTASI
78
78

Lampiran 4

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Ali Hasan.

Tempat Tanggal Lahir : Tamiang, 22 juni 1992.

Jenis Kelamin : Laki – laki.

Agama : Islam.

Nama Ayah : Alm. Taman Batubara.

Nama Ibu : Syamsidar Batubara.

Anak Ke : 3 (Tiga) dari 5 Bersaudara.

Alamat : Tamiang Kec. Kotanopan Kab. Mandailing Natal.


Sumatra Urata.

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1999-2005 : SDN142659 Tamiang .


2. Tahun 2006-2009 : MTs Musthafawiyah Purba - Baru.
3. Tahun 2009-2012 : Mas Musthafawiyah Purba – Baru.
4. Tahun 2012-2016 : Program Studi Ners STIKes Flora Medan.

Pengalaman Lain :
1. Tahun 2014 : Peserta Seminar. “Tentang Praktik Mandiri Keperawatan
Maternitas Memperkuat Program Pencegahan Penularan Infeksi HIV –
AIDS Pada Perempuan dan Mengadvokasi Sistem Jaminan Nasional
Kesehatan”
2. Tahun 2015 : Peserta Seminar.”Tentang Menilik Profesionalisme
Perawat Dalam Undang Undang RI No. 38 Tahun 2014 Tentang
Keperawatan”
79
79

3. Tahun 2015 : Peserta Seminar. “Tentang Sistem Jenkang Karir Perawat


Di Indonesia”
4. Tahun 2015 : Sebagai Peserta Seminar. “Penerapan Asuhan
Keperawatan Jiwa Terpadu”
5. Tahun 2015 : Sebagai Peserta Seminar Dan Worksop Sirkumsisi: “Smart
Klamp”
6. Tahun 2015 : Sebagai Peserta Seminar & Worsksop Hypnotherapy.
”Explore Your Entrepreneur Soul To Be A Succes Nurse”
7. Tahun 2016 : Peserta Seminar. “Tentang Bedah Kasus Dan
Perlindungan Hukum Profesi Tenaga Kesehatan”
80

Lampiran 5

Jurnal Pijat Teraupetik Sebagai Evidence Bbased Praktice Pada Pasien


Kanker Untuk Mengurangi Distress
Kanker merupakan penyebab kematian kedua setelah penyakit
kardiovaskuler, dimana gejalanya hampir tidak terkontrol dalam 70 % hingga 80
% kasus kanker, terutama bila fase penyembuhan telah berakhir dan pasien masuk
ketahapan paliatif. (Falkensteiner, Mantovan, Miiller & Them, 2011).
Berbagai gejala penyakit dan efek samping pengobatan banyak dikeluhkan
oleh pasien kanker. Penggunaan terapi komplementer dalam pengobatan kanker
sudah tidak asing lagi digunakan untuk mengatasi berbagai gejala yang
ditimbulkan kanker. Walaupun terapi farmakologi sudah terbukti, namun pasien
yang menjalani kemoterapi selalu mengalami efek samping obat, diantaranya
nausea, fatigue, ansietas, dan nyeri. Tidak hanya kemoterapi yang memiliki efek
samping namun obat-obat farmakologis ntuk mengatasi gejala lainnya juga
demikian (ayoub 2013).
Masalah psikologis sebagai dampak dari gangguan fisik banyak terjadi
pada pasien penyakit kronis, terutama kanker. Masalah psikologis atau distres,
istilah yang disepakati oleh National Comprehensive Cancer Network(NCCN)
dikarenakan lebih pantas dan dapat diterima, yang didefenisikan sebagai :“...
pengalaman emosional banyak dari hal yang tidak menyenangkan akibat
psikologis (kognitif, prilaku, emosional), sosial dan/atau spiritual yang
mengganggu kemampuanterhadap koping kanker yang efektif, gejala fisik dan
pengobatannya. Distres berlangsungterus menerus, mulai dari perasaan normal
dari kondisi yang rapuh, kesedihan dan ketakutan
menghadapi masalah yang kemudian menjadi ketidak berdayaan, seperti depresi,
cemas,panik, isolasi sosial dan krisis spiritual.” (NCCN, 2013).
Kejadian distres pada semua tahapan kanker menurut Cancer Journey
Action Group (2009), mencapai 35% hingga 45% di Amerika utara, sehingga di
Amerika disepakati distres perlu dikaji pada pasien kanker saat awal kedatangan
dan pada kondisi tertentu sehingga distres dinyatakan sebagai tanda-tanda vitalke-
6 setelah nyeri pada pasien kanker. Ayoub(2013) menyatakan, dari semua
kondisidistres, cemas atau ansietas merupakan permasalahan yang paling sering
81

ditemukanpada pasien kanker. Cemas merupakan gangguan multidimensional


yang dapat dihubungkan dengan gejala lain seperti depresi. Cemas biasa muncul
mengawali pengobatan, kuatir akan efek samping, dan kekuatiran akan rekuren
penyakit setelah pengobatan. Cemas memperburuk persepsi pasien akibat gejala
fisik dan resiko pengobatan yang dijalani. Bila tidak tertangani, pasien kanker
dapat tidak mengikuti lagi pengobatan yang direkomendasikan sehingga
memperparah gejala fisik. Dengan berbagai efek sampingpengobatan yang justru
memperburuk kondisipasien, maka terapi komplementer menjadialternatif
pengobatan pada pasien kanker.Terapi pijat, merupakan terapi komplementeryang
paling banyak dan aman digunakan.Terapi komplementer dengan sentuhan
yangmemberikan rasa nyaman dengan memberikantekanan dan melakukan
pergerakan ditubuh,adalah terapi paling banyak digunakan padapasien kanker
dewasa, karena efisien dari segibiaya, non invasif, dan berpengaruh
positifterhadap pengurangan gejala, seperti ansietasdan depresi pada pasien
kanker. (Post-White,et al, 2003; Falkensteiner, Mantovan, Mullerdan Them, 2011,
Gecsedi, 2002). Walton(2006) menyatakan umumnya, dengan pijat, 5gejala
umum yang dilaporkan berkurang,antara lain nyeri, cemas, nausea, fatiguedepresi.
Cemas merupakan gejala yang palingsering dilaporkan dalam studi.
Namun, karenastudi terapi pijat banyak dalam tahap awaldengan sampel
kecil, efek pengurangan gejalatidak begitu pasti.Terapi pijat didefinisikan
olehVickers dan Zollman (1999) sebagai "manipulasi lembut jaringan tubuh
untukmembawa perbaikan umum dalam kesehatan".Pijat telah digunakan sejak
berabad-abad lalusebagai pengobatan medis tradisional daribanyak Kebudayaan
kuno seperti Cina, Mesir,Yunani , Hindu, Jepang dan Roma. Terapi pijat modern
dikembangkan oleh Henrik Ling ,Swedia (1776- 1839) dalam latihan dangerakan-
gerakan tertentu (Holey dan Cook,2003).
Pijat kemudian diklasifikasikan sebagaiterapi berbasis sentuhan yang
secaratradisional menggunakan berbagai tekniktekanan (stroke) termasuk
effleurage ,petrissage dan remasan (kneading) (Shermanet al, 2006) Pijatan yang
bermakna bagikesejahteraan atau kesembuhan pasien disebutjuga dengan pijat
terapeutik (Cavaye, 2012).Pada pasien kanker, menurut Walters (2010),pijatan
82

sebaiknya jangan dilakukan pada areakanker, dikarenakan beberapa


studimenunjukkan sel epitel payudara dapatberpindah ke nodus limfe akibat
pijatan. Untukitu, penekanan langsung pada lokasi tumorsebaiknya dihindarkan.
Aspek kenyamananpasien harus diperhatikan oleh terapis dalampemberian pijat.
Pemberian pijat dapatdilakukan pada saat pasien menjalanitahapan/stadium
penyakit kanker apa saja,selagi ia didapati distres.
Pijatan selama sesikemoterapi dilaporkan oleh Billhult, Victorin&
Bergbom (2007) memberikan rasa nyaman,mengurangi rasa tidak mudah, tidak
ingin,perasaan negatif sehubungan denganpengobatan kemoterapi. Kejadian
distres pada semua tahapankanker menurut Cancer Journey Action Group(2009),
mencapai 35% hingga 45% diAmerika utara. RS Kanker Dharmais, sebagairumah
sakit pusat rujukan kanker nasional,dari hasil observasi praktikan selama
bulanFebruari-Maret 2014 diruang poliklinik, ruangdiagnostik dan ruang rawat
inap kelas IIITeratai, didapatkan hampir sebagian besarpasien kanker, menjalani
pemeriksaan danmenjalani pengobatan, mengalami distres.Penilaian dengan
ESASpada Maret 2014 di 3kamar dengan jumlah pasien 16 orang di ruangrawat
inap Teratai RSKD didapatkan 2 orang(12,5 %) cemas berat , 9 orang (56,3 %)
cemasringan, sisanya 5 orang (31,3%) cemas sedang.Gejala lain yang turut
dirasakan pada pasienadalah nyeri, cemas, gangguan tidur,konstipasi, mukositis.
Penanganan gejala padapasien selama ini dilakukan dengan upayafarmakologis,
tindakan non farmakologis yangdilakukan hanya berupa komunikasiterapeutik.
Berdasarkan telaahan beberapajurnal dalam sistematik review Ernst(2009),
Terapi pijat terbukti mampu mengurangidepresi, ansietas, nausea, nyeri,
sehinggapraktikan ingin menerapkan intervensi pijatterapeutik tersebut pada
pasien kanker di RSKanker Dharmais.Dari fenomena distres pada pasienkanker
payudara yang menjalani sesikemoterapi, maka pertanyaan klinis yangmuncul
adalah: Apakah pemberian terapi pijatpada pasien kanker diruangan rawat inap
dapatmengurangi distres?
83

Tujuan Penulisan
Memaparkan aplikasi pijat terapeutik untukmengurangi distress sebagai
suatu EvidenceBased Nursing (EBN).
Metode Penulisan
Tulisan ini berupa case study pelaksanaan EBN selama praktek residensi
keperawatan(2014-2015) FIK UI, yang berlangsung di RSKanker Dharmais
Jakarta.Untuk mengidentifikasi suatuevidence based, maka dilakukan
melaluianalisa PICO, secara rinci adalah: Pasien kankerdiruangan rawat inap
mengalami strees.dengan hasil penilaian ESAS sedang danringan.I atau
Intervention adalah pemberian pijatselama 20 menit,C atau Comparative adalah
tidak dilakukanintervensi perbandinganO atau Outcome adalah distres pada
pasienberkurang dengan pemberian pijat selama 20menit dengan hasil penilaian
ESASmembaik/berkurang.
Dari penjabaran berdasarkan konsepPICO diatas, maka kata kunci adalah:
cancer,massage therapy, ansietas.Ringkasan Jurnal EBNEvidence yang diangkat
dalamproposal ini berasal dari uji random (RCT)Ahles et al (1999) berjudul:
Massage therapyfor patients undergoing autologous bonemarrow transplantation.
Studi ini bertujuanuntuk menguji dampak terapi pijat yangdiberikan pada pasien
kanker yang mengalamitransplantasi sumsum tulang terhadap distresfisik dan
psikologis. Ini merupakan suatuRCT, dimana pasien yang terjadwal
menjalaniBMT secara acak menerima (a) terapi pijat,terdiri dari sesi 20 menit
pijat bahu, leher, kepala dan wajah, atau (b) pengobatan standar.
Pelaksanaan EBN
`Dalam penerapan intervensi EBN ini, penulismelaksanakan terapi pijat
dilakukan di ruangrawat inap Teratai RS Kanker Dharmais,selama 2 minggu,
dalam rentang waktu tanggal 16 April hingga 9 Mei 2014. Pijatandilakukan
selama 3 kali seminggu, 20 menit, dalam 2 minggu, sehingga masing-
masingpasien mendapatkan 6 sesi pijat terapeutik. Dalam penentuan jumlah
partisipan, penulisterlebih dahulu melakukan skrining denganmenggunakan teknik
non probability samplingtipe consecutive sampling terhadap beberapa responden
84

sesuai dengan kriteria inklusi.Partisipan yang dipilih untuk terapi pijatadalah


pasien kanker yang dirawat di RSKanker Dharmais dengan kriteria:
Kriteria inklusi :pasien kanker dengan skorESAS sedang (4-6) dan berat ( >
7),dirawat selama 2 minggu intervensi;kesadaran compos mentis,
mampuberkomunikasi dengan baik; pasien kondisistabil, TTV normal, tidak
dyspnea; pasientidak mengalami luka terbuka, tumor, tidakudem dan nyeri pada
area pemijatan(kepala, bahu, leher, wajah); pasienbersedia mengikuti intervensi
dan mengisiinformed consent; pasien mampuberkomunikasi dengan baik
Kriteria eksklusi: skor ESAS pasien ringan( < 3) atau tidak ada masalah,
pasiendengan diagnosa KNF atau tumor areakepala, pasien dalam kondisi
penurunankesadaran, kritis (KU jelek) dan terpasangmonitorPenulis mendapatkan
pasien untuk terapi pijatsebanyak 7 orang, namun yang menjalani sesiselama 2
minggu dengan total pijatansebanyak 4 kali atau 2 kali tiap minggunya,hanya 4
orang.
Hal ini dikarenakan dari 63total populasi pasien pada awal
skrining,penulis sendiridengan pertimbangan agama,penulis mengeksklusikan
pasien pria, sehinggatinggal 35 pasien kanker wanita.Mempertimbangkan
kefektifan waktu dalammenskrining pasien, penulis meminta masukandari
perawat ruangan denganmempertimbangkan kriteria inklusi, hanya 15pasien yang
bisa dilakukan pijat terapeutik.Dari jumlah 15, setelah fase introduksi, 6orang
gugur karena kondisi kesehatan tidakmemungkinkan, 5 orang menolak oleh
karenaalasan tidak biasa/malu. Rata-rata yangmenolak berumur dewasa muda dan
belummenikah. 4 pasien dilakukan sesi pijatan padahari berbeda , oleh karena
pasien memintadilakukan pada sore hari atau saat tidak ada
terapi lain yang dijalani pasien. Pasienkelolaan, Ny. NS penulis berikan
pijatterapeutik, walaupun tidak mengikuti semuasesi secara prosedural, pijatan
yang diberikanbertujuan untuk memberikan rasa nyaman danmengurangi
ketegangan atas nyeri yangdirasakan pasien. 2 orang pasien tambahanbersedia
mengikuti terapi, namun sayangnyamasa rawatan mereka singkat,yaitu 3 dan
5hari, sehingga pasien hanya mendapatkan 2-4sesi terapi. Dengan demikian total
pasien EBN4 orang menjalani sesi penuh selama 6 kali, 1orang dengan 2 sesi
85

pijat, 1 orang dengan 4sesi pijat, dan 1 orang dengan pijatanmodifikasi, sebanyak
4 sesi pijat. Jenis pijatanyang diberikan: Jenis pijatan yang ringan,merilekskan
dapat diberikan dengan amanpada pasien kanker apa saja. Tumor atau
sisipengobatan hindari dipijat untuk mencegahketidaknyamanan atau terlalu
menekan area kanker atau organ dibawahnya.
Dari berbagaipenelitian, jenis pijatan yang diberikan relatifaman untuk
pasien kanker adalah effleurage.Effleurage adalah gerakan seperti
mengusapsepanjang kontur badan. Instrumen pengkajian ESAS digunakan oleh
penulis, untuk langkahlangkahpenerapan terapi pijat dilakukansendiri oleh penulis
dengan langkah-langkahyang telah ditetapkan. Partisipan dalam penerapan EBN
ini semuanyaperempuan, dengan rentang usia 27 th-58 th,dengan 4 orang ca
mammae, 1 orang ca cervix,1 orang ca ovarium, 1 orang ca thyroid, 1orang LNH.
Setelah dilakukan sesi pijatterpeutik sesuai dengan metode Ahles, et al,(1999),
didapatkan sesi pijat terapeutik mampumenurunkan cemas pasien, dilihat
daripenurunan skorESAS cemas, mampumerilekskan pasien. Ke-4 pasien
yangmenjalani terapi pijat pada hari pertama,didapatkan keluhan cemas sedang 2
orang,cemas berat 2 orang pada akhir sesi pasientidak didapatkan cemas lagi.
Respon pasiensetelah menjalani sesi melaporkan badannyalebih segar dan
tidurnya lebih nyenyak. Pada pasien yang mengeluhkan nyeri hebat
denganpemberian pijat terapeutik yang sebelumnyatelah diberikan analgesik, dan
teknik relaksasi,diketahui dengan pemberian pijat terapeutikwalaupun belum
mampu menurunkan nyerisecara drastis, pasien dapat beradaptasi dengannyerinya,
koping pasien lebih konstruktif.
Pembahasan
Partisipan kanker yang mengikutisesi pijat terapeutik berkisar dari umur
27tahun hingga 58 tahun, dengan penyakitkanker tiroid 1 orang, kanker payudara
3orang, 1 orang kanker servik dan 1 otangkanker ovarium. 2 dari partisipan
dilakukanmodifikasi teknik pijat, oleh karena kondisipasien yang tidak
memungkinkan untukduduk. Telah banyak literatur dan studi yangmenunjukkan
pijat dapat dilakukan padaanggota tubuh manapun dan pada posisiduduk,
berbaring ataupun menelungkup. Sesuaidengan definisi terapi pijat oleh
86

AmericanMassage Therapy, (Braziel, 2002), terapi pijatadalah suatu manipulasi


pada jaringan lunaktubuh yang dilakukan oleh terapis terlatihuntuk meningkatkan
kesehatan dankesejahteraan. Pijatan melepas tegangan dannyeri kronis pada otot,
memperbaiki sirkulasi,meningkatkan fleksibilitas sendi danmengurangi kelelahan
mental dan fisik.
Oleh karena itu, pijat merupakan terapi yang palingefektif melawan
stres.Dari 7 partisipan yang mengikuti terapi pijat,merasakan efek terapi langsung
dirasakan setelah sesi pijat, dimana semua partisipanmelaporkan penurunan level
cemasnya setelahterapi. Cemas yang dirasakan pada pasien pijatterapeutik ini
pada awalnya sedang hinggaberat. Cemas yang dirasakan pada
masingmasingpasien berbeda, ada yang merasakancemas karena penyakitnya,
cemas akan efeksamping pengobatan dan karena cemas karenamemikirkan
rekuren penyakit setelahpengobatan. Selain cemas, pasien jugamengeluhkan
nyeri.
Nyeri yang dirasakankarena adanya proses inflamasi dan progresdari
penyakit kanker itu sendiri. Hampir semuapartisipan menyatakan dengan
pemberianpijat, tidurnya dapat lebih nyenyak danbadannya terasa lebih segar. hal
ini tentunyadisebabkan oleh sirkulasi darah terutama kearea kepala dan bahu lebih
lancar dan otot-ototpun rileksasi, sehingga melepaskan laktat yangmenumpuk
akibat kurang gerak pada pasienbedrest.Pijatan dalam waktu lama dan
konstanmembuktikan dapat menghilangkan beberapakeluhan pasien. pada
partisipan keluhan yangdidapatkan paling banyak adalah cemas,dimana dengan
intervensi pijat yang dilakukandalam 4 kali sesi, cemas pada pasien sudahtidak
dirasakan lagi pada 2 sesi berikutnya,untuk keluhan nyeri, terapi diiringi
denganpemberian analgesik, menunjukkan sensasinyeri selalu berkurang setelah
pengobatan,walaupun sensasi tersebut kembali munculesok harinya, oleh karena
penyebabnyaprogresifitas kanker tidak dapat diatasi. Halini sesuai dengan
penelitian Ahles et al (1999),dan Braziel (2002) partisipan yang menerimasesi
pijat secara konstan dalam periode lebihdari 1 kali, mendapatkan penurunan gejala
darisebelum dipijat.Pada awal pembuatan proposal semula penulismemperkirakan
mencari pasien kanker dengancemas akan mudah didapatkan di RS. Terlebihpijat
87

sudah dikenal juga oleh banyak orangsebagai suatu intervensi yang


menyenangkandan membuat rileks, nyaman.
Ternyatapelaksanaannya dilapangan, dalam konteks RSmengalami cukup
banyak kendala. Kendalatersebut antara lain: 1) dari diri terapis sendiri(penulis),
terkait dengan agama dankepercayaan, terapi pijat yang secaraprosedurnya
memberikan sentuhan kulitkekulit dalam waktu yang cukup lama dansuasana
yang privasi, memberikan sedikitkeengganan oleh terapis, untuk dilakukan
padapartisipan pria. Selain tidak sesuai dengannorma agama, terapis berkeinginan
untukmenghindarkan konotasi negatif yang bisa mengarah pada tindakan asusila.
Untuk itupasien kanker yang diberikan terapi pijatadalah wanita saja. Terapis
(penulis) yangbelum berpengalaman sehingga kadang salahposisi dalam
melaksanakan pijat memberikanrasa tidak nyaman bagi pinggang terapis. 2)dari
segi pasien. Stigma negatif tentang pijatyang beredar, pijat dikaitkan dengan
tindakanmengeksplor anggota tubuh dengan tujuannegatif; budaya timur dan
agama yangmenjaga privasi wanita untuk melarang dirinyadisentuh tubuhnya
serta rasa malu membuatpartisipan enggan untuk dipijat; keinginan dansuasana
hati pasien untuk menyediakan waktuuntuk dilakukan sesi pijat,membuat
terapisharus menambah jadwal jam dinassesuaikeinginan pasien; kemudian oleh
karenaprogresifitas kanker itu sendiri dan efeksamping kemoterapi yang
mengakibatkanklien tidak dapat menjalani sesi terapi, 3)Tidak tersedianya
fasilitas yang memadaiuntuk pelaksanaan terapi. secara teori, untukpasien yang
tidak bisa duduk, terapi inidilakukan dimeja pijat kecil, sehinggamemungkinkan
terapis memijat dan meraihanggota tubuh partisipan tanpa menyebabkanresiko
low back pain.
Bila pasien mampududuk, ketersediaan bangku diruanganterbatas, dan
bagi pasien yang mengalamimasalah aktivitas lebih menyukai pijatandilakukan di
tempat tidur saja sehinggamodifikasi pijat sambil berbaring dilakukanpada pasien
yang tidak mampu duduk, namun upaya ini kembali mengalami kesulitan,tempat
tidur yang dirancang untuk pasienistirahat cukup besar, sehingga terapis
harusmenggeser, mengupayakan pasien bisabergeser kearah terapis agar dapat
dipijat areabahu dan kepala. Namun demikian sisipositifnya terapi ini dapat
88

dengan mudahdipahami oleh siapa saja, baik oleh perawatruangan ataupun


keluarga disaat pasienmerasakan gejala cemas yang membuat tegangotot dan
nyeri. Intervensi ini tidak memerlukanbiaya, tidak invasif dan tenaga
maksimal,hanya butuh waktu saja bagi pelaksananyauntuk meluangkan waktu
memberikan pijatan pada pasien. Pemikiran kedepan bagi RS,mengingat terapi ini
sangat bermanfaat dalammengurangi distres, RSKD sebagai pusat layanan kanker
perlu menyediakan layananpijat untuk pasien yang berkunjung dan terapis yang
bersedia melakukan terapi keruang rawatinap. Dengan melihat dampak positif
daripenerapan EBN, maka intervensi pijat ini perludikembangkan dikemudian
hari di RSKD
Penutup
Pemberian intervensi pijat terapeutik pada pasien kanker mampu
mengurangi distres yangditandai dengan cemas, gelisah, tegang,sehingga pasien
lebih siap menjalanipengobatan dengan segala efek sampingnya.Terapi pijat dapat
menjadi pilihan intervensinon farmakologi serta non invasif yangaplikatif dalam
mengurangi distres pasien,dapat dilakukan oleh perawat ruangan denganmelalui
pelatihan singkat tentang prosedurteknis pijat terapeutik. Demi terlaksananya pijat
yang efektif padapasien, hendaklah pihak RS menyediakanfasilitas seperti kursi
pijat, tempat tidur pijatdan terapis yang berpengalaman diunitfisioterapi, sehingga
pabila disediakan,perawat tinggal menjalankan fungsi kolaborasidengan terapis.
89

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society & NationalComprehensive Cancer Network.


(2005).Distress treatment guidelines for patients.
Ayoub, A. Y. M. (2013). The effect ofmassage therapy for reducing pain, anxiety
&depression in oncology patients: a review. Thesis. The Hashemite
University. School ofNursing.
Billhult, A. (2007). The effect of massage forwomen with breast cancer. Institute
ofNeuroscience & Physiology/Physiotherapy.Thesis. Swedia
Billhult, A., Stener-Victorin, E., & Bergbom,I. (2007). The experience of massage
duringchemotherapy treatment in breast cancerpatients.Clinical nursing
research. 16(2):85-99. Diakses darihttp://cnr.sagepub.com/content/16/2/85.
Braziel, A. (2002). The physiological &psychological effectiveness of massage
therapy in the management of stress, anxiety depression. Disertasi. Chicago:
Adler Schoolof Professional Psychology.
Braziel, A. (2002). The physiological Braziel, A. (2002). The physiological
&psychological effectiveness of massagetherapy in the management of
stress, anxiety &depressions. Disertasi. Adler school ofprofessional
psychology.
Cancer Council NSW. (2006). UnderstandingBreast Cancer: A guide for people
withcancer, their families and friends.
Cancer Journey Action Group(2009). Guide toimplementing screening for
distress, the 6thvital sign: moving towards person centeredcare. Canadian
partnership against cancer.
Gecsedi, R.A. (2002). Massage therapy forpatients with cancer. Clinical journal
ofoncology nursing. Vol 6 (1)
Holey, E. & Cook, E. (2003) Evidence-basedTherapeutic Massage: A Practical
Guide forTherapists, Elservier Health SciencesImanishi et al (2007).
Anxiolytic effect ofaromatherapy massage in patients with breastcancer.
Advance access publications No.4.

Anda mungkin juga menyukai