A. Potensial Membran Istirahat ( resting potential )
Dalam keadaan istirahat, antara sisi dalam dan luar membran sel terdapat suatu beda potensial yang disebut dengan potensial istirahat sel (cell resting potential). Potensial ini berpolaritas negatif di sisi dalam dan positif di sisi luar membran sel. Berikut ini akan diuraikan bagaimana terjadinya potensial istirahat sel tersebut.Dalam keadaan istirahat, di sisi dalam dan luar membran sel sama-sama terdapat ion-ion potasium dan sodium, tetapi dengan konsentrasi yang berbeda. Konsentrasi ion potasium (K+) di sisi dalam membran sekitar 35 kali lebih tinggi dibandingkan konsentrasi di sisi luar. Sebaliknya, konsentrasi ion sodium (Na+)di sisi luar membran sel sekitar 10 kali lebih tinggi dibandingkan konsentrasi di sisi dalam. Adanya perbedaan konsentrasi ion di sisi dalam dan luar membran ini mendorong terjadinya difusi ion-ion tersebut menembus membran sel. Difusi ion-ion potasium dan sodium menembus membran sel akan mempengaruhi potensial di sisi dalam dan luar membran sel. Untuk melihat pengaruh kedua jenis ion tersebut pada potensial membran sel, akan dilihat pengaruh masing-masing jenis ion tersebut secara sendiri-sendiri terlebih dahulu, setelah itu baru diperhitungkan interaksi keduanya secara bersamaan. Untuk itu akan dilihat terlebih dahulu pengaruh difusi ion potasium. Resting membrane potential dari neuron sekitar-70 mV (mV=millivolt), berarti tegangan di dalam neuron lebih kecil 70 mV dibanding diluar neuron. Pada kondisi “rest”, relatif lebih banyak ion-ion sodium di luar neuron, dan lebih banyak ion-ion potassium di dalam neuron. Fakor-faktor yang mempengaruhi Resting Membran Potensial adalah : 1. Permiable selektif membran terhadap ion K + dibandingkan ion Na+ . Ion K + dapat bergerak bebas bila terhadap perbedaan konsentrasi dengan bagian luar sel. Hal ini memudahkan ion K + berdifusi masuk kedalam sel. 2. Meskipun terjadi perbedaan konsentrasi yang menyebabkan perpindahan ion Na+ ke dalam sel, tetapi permeabilitas membran sel menyebabkan hanya sejumlah kecil ion Na+ dapat masuk ke dalam sel. 3. Ion Na+ berpindah ke luar sel dan K + ke dalam sel dengan rasio 3:2, namun kenyataan bahwa terdapat lebih banyak ion Na+ yang dipompa keluar daripada ion K + kedalam sel sehingga menyebabkan hilangnya muatan positif yang terus menerus dari dari bagian dalam membran. Hal ini dapat mepertahankan negativitas dari potensial membran isirahatn
B. Potensial Membran Aktif ( action potential )
Pada sebuah sel yang dalam keadaan istirahat terdapat beda potensial di antara kedua sisi membrannya. Keadaan sel yang seperti ini disebut keadaan polarisasi. Bila sel yang dalam keadaan istirahat/polarisasi ini diberi rangsangan yang sesuai dan dengan level yang cukup maka sel tersebut akan berubah dari keadaan istirahat menuju ke keadaan aktif. Potensial aksi adalah suatu peristiwa yang terjadi antara neuron dalam rangka untuk mengirim pesan dari otak ke bagian-bagian tubuh yang berbeda, baik untuk tindakan sadar atau tak sadar. Dalam arti sederhana, potensial aksi dapat digambarkan sebagai pulsa listrik pendek yang dibuat di dalam badan sel neuron. Pulsa ini disebabkan oleh pertukaran ion positif dan negatif ketika ion kalium dan natrium keluar dan masuk badan sel. “Percikan” dari pertukaran, maka, bergerak ke bagian akson, atau bagian seperti batang dari neuron, menuju neuron lain, dan siklus terus berlanjut. Dalam banyak kasus, ketika otak perlu untuk “mengirim” banyak “pesan,” potensial aksi dapat terjadi dalam serangkaian disebut lonjakan rangkaian (spike rain). Neuron biasanya mengandung ion kalium bermuatan positif (K + ), sedangkan ion natrium (Na+ ), juga bermuatan positif, berada di pinggiran neuron. Selama fase istirahat, neuron tidak aktif dan berisi “potensial listrik” -7 – milivolt (mV). Ini muatan negatif dikelola oleh pompa natrium-kalium neuron yang membawa dua ion K + dalam sambil membawa tiga ion Na+ keluar dari membran. Ketika otak “mengirimkan” pesan, sejumlah besar ion Na+ masuk ke neuron, dan naik dan melampaui tahap potensial aksi terjadi. Pada tahap ini, neuron mengalami “depolarisasi” dan menjadi bermuatan positif karena pintu masuk ion Na+ Neuron mencapai tahap melampaui ketika muatan positif melebihi 0 mV. Semakin neuron bermuatan positif, semakin mulai membuka saluran natrium, dan lebih ion Na+ menyerbu masuk, sehingga sulit untuk pompa kalium-natrium untuk membawa ion keluar. Untuk mengeluarkan ion positif, saluran kalium akan terbuka segera setelah saluran natrium dekat, dan menurun dan menembak terlalu rendah tahapan dari potensial aksi berlangsung. Dalam fase ini, neuron mengalami “repolarisasi” dan menjadi bermuatan lebih negatif, begitu banyak sehingga muatan akan memukul di bawah -70 mV pada tahap menembak terlalu rendah, juga dikenal sebagai “hiperpolarisasi.” Setelah kedua saluran potassium dan sodium dekat, fungsi pompa natrium- kalium lebih efektif dalam membawa ion K + dan melaksanakan ion Na+ . Dalam tahap pemulihan akhir, neuron akan kembali ke kondisi normal -7 mV, sampai episode lain potensial aksi terjadi. Hal ini sangat menarik untuk mengetahui bahwa semua tahapan ini dari potensial aksi terjadi pada waktu sesingkat dua milidetik. Factor-faktor yang mempengaruhi aksi potensial saraf, yaitu : 1. Kecepatan konduksi, dipengaruhi oleh tahanan jaringandan tipe serabut. 2. Serabut kecil : tahanan terhadap arus tinggi dan kecepatan konduksi menurun. 3. Serabut besar : tahanan terhadap arus rendah dan kecepatan konduksi menurun. 4. Salutatory conduction.
Ada 3 hal penting dalam aksi potensial, yaitu :
1. Arus ionic selalu mengalir ke bawah pada konsentrasi gradient ionic. 2. Membrane potensial hanya berubah ketika terjadi cavacitive current (di bagian luar depolarisasi, dan dibagian dalam hiperpolarisasi) 3. Seluruh aliran arus dengan aliran arus total dapat melewati membrane pada saat mendekati zero. C. Masa Absolute Refractory Absolut refractory period terjadi dari mulai pintu Na aktif dan terbuka sampai pintu Na tertutup. Periode ini dapat didefinisikan sebagai interval waktu yang mengikuti stimulus mul dan selama waktu itu stimulus berikutnya tidak bisa menyebabkan respons berupa kontraksi. Kegagalan untuk berkontraksi ini menunjukkan adanya kehilangan kepekaan sel otot. Bagian awal periode refraktori itu disebut refraktori absolut, artinya selama waktu itu stimulus ke 2 yang kuat tidak bisa menyebabkan respons kontraksi. Pada bagian akhir periode refraktori terdapat periode refraktori relatif, artinya selama waktu itu stimulus kuat bisa menimbulkan respons kontraksi.
D. Depolarisasi dan Repolarisasi
Dalam keadaan aktif, potensial membran sel mengalami perubahan dari negatif di sisi dalam berubah menjadi positif di sisi dalam.Keadaan sel seperti ini disebut dalam keadaan depolarisasi.Depolarisasi ini dimulai dari suatu titik di permukaan membran sel dan merambat ke seluruh permukaan membran.Bila seluruh permukaan membran sudah bermuatan positif di sisi dalam, maka sel disebut dalam keadaan depolarisasi sempurna. Setelah mengalami depolarisasi sempurna, sel selanjutnya melakukan repolarisasi.Dalam keadaan repolarisasi, potensial membran berubah dari positif di sisi dalam menuju kembali ke negatif di sisi dalam.Repolarisasi dimulai dari suatu titik dan merambat ke seluruh permukaan membran sel. Bila seluruh membran sel sudah bermuatan negatif di sisi dalam, maka dikatakan sel dalam keadaan istirahat atau keadaan polarisai kembali dan siap untuk menerima rangsangan berikutnya. Aktivitas sel dari keadaan polarisasi menjadi depolarisasi dan kemudian kembali ke polarisasi lagi disertai dengan terjadinya perubahan-perubahan pada potensial membran sel. Perubahan tersebut adalah dari negatif di sisi dalam berubah menjadi positif dan kemudian kembali lagi menjadi negatif. Perubahan ini menghasilkan suatu impuls tegangan yang disebut potensial aksi (action potential). Potensial aksi dari suatu sel akan dapat memicu aktivitas sel-sel lain yang ada di sekitarnya. Berikut ini akan diuraikan bagaimana proses terjadinya potensial aksi dari suatu sel yang semula dalam keadaan istirahat.
E. Prinsip All or None
Sel otot berkontraksi menurut prinsip all or none (ya atau tidak sama sekali), yang berarti bahwa bila suatu sel otot diberi stimulus, maka ia akan berkontraksi dengan kapasitas penuh, tanpa tergantung pada kekuatan stimulus, asal kekuatan stimulus lebihbesaratausamadengan stimulus ambang.Sedangkan stimulus bawah ambang (stimulus subliminal) tidak akan memberikan respons sama sekali, artinya otot tidak berkontraksi sama sekali. Stimulus bawah ambang dapat menimbulkan kontraksi apabila diberikan dengan penjumlahan (sumasi), artinya beberapa stimulus bawah ambang bila dikenakan pada otot berkali-kali dengan cepat maka otot akan berkontraksi. Prinsip all or none artinya otot akan berkontraksi lebih kuata pabila stimulus yang mengenainya juga kuat, sebaliknya akan berkontraksi lebih lemah apabila stimulus yang mengenainya lebih lemah. Keadaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut :setiap jaringan otot disaraf oleh beberapa saraf motor. Setiap serabut saraf motor tunggal akan bercabang-cabang kurang lebih 100 cabang kecil-kecil. Masing-masing cabang sel otot ini akan berakhir pada satu sel otot. Ujung saraf yang melekat pada sel otot dengan nama motor end plate atau myoneural junction. Jadi satu serabut saraf motor tunggal bersama-sama dengan sel-sel otot yang disarafi disebut unit motor .Bila suatu saraf motor diaktifkan maka semua sel-sel otot akan berkontraksi secara stimulant. Begitulah konsep dasar fisiologi gerak.Tapi proses ini hanya dalam konteks sel otot saja dan berbeda lagi konsepnya dengan tingkatan yang lebih tinggi yaitu jaringan otot. KEJADIAN-KEJADIAN SELAMA KONTRAKSI OTOT
Kejadian biokimiawi yang penting dalam mekanisme kontraksi dan relaksasi
otot dapat digambarkan dalam 5 tahap yakni sebagai berikut : 1. Dalam fase relaksasi pada kontraksi otot, kepala S1 myosin menghidrolisis ATP menjadi ADP dan Pi, namun kedua produk ini tetap terikat. Kompleks ADP-Pi- myosin telah mendapatkan energi dan berada dalam bentuk yang dikatakan sebagai bentuk energi tinggi. 2. Kalau kontraksi otot distimulasi maka aktin akan dapat terjangkau dan kepala myosin akan menemukannya, mengikatnya serta membentuk kompleks aktin-myosin-ADP-Pi. 3. Pembentukan kompleks ini meningkatkan Pi yang akan memulai cetusan kekuatan. Peristiwa ini diikuti oleh pelepasan ADP dan disertai dengan perubahan bentuk yang besar pada kepala myosin dalam sekitar hubungannya dengan bagian ekornya yang akan menarik aktin sekitar 10 nm ke arah bagian pusat sarkomer. Kejadian ini disebut cetusan kekuatan (power stroke). Myosin kini berada dalam keadaan berenergi rendah yang ditunjukkan dengan kompleks aktin-myosin. 4. Molekul ATP yang lain terikat pada kepala S1 dengan membentuk kompleks aktin-myosin-ATP. 5. Kompleks aktin-ATP mempunyai afinitas yang rendah terhadap aktin dan dengan demikian aktin akan dilepaskan. Tahap terakhir ini merupakan kunci dalam relaksasi dan bergantung pada pengikatan ATP dengan kompleks aktin-myosin.
Kejadian-kejadian molekuler selama kontraksi
1. Fragmen-fragmen meromiosin berat dapat berikatan dengan salah satu
ujungnya pada tempat tertentu pada filament aktin yang terdapat setiap 36 nm. 2. Hal ini adalah sama betul dengan preodisitas aktin, dan sekarang diyakini bahwa setiap kepala myosin selama kontraksi arahnya “miring” berkontak dengan filament aktin terdekat. 3. Selamakontraksi, filament aktinbergeserlebihjauhdaripadajarakantara 2 kepala myosin yang berturutan. 4. Hal ini dapat diterangkan sebagai berikut : setelah terikat pada suatu tempat perlekatan pada filament aktin, setiap kepala myosin “mengangguk” ke arah garis M, sehingga filament aktin tertarik pada jarak tertentu ke arah garis M. 5. Segera sesudah itu, kepala myosin dilepaskan dari tempat perlekatan dan kembali ke posisi semula tegak lurus tehadap fragmen meromiosin yang berbentuk batang. 6. Pada posisi ini kepala myosin berhubungan dengan tempat perlekatan berikutnya yang terletak sepanjang filament aktin, tidak jauh dari tempat tersebut, setelah itu kepala myosin kembali mengangguk ke arah garis M dan seterusnya. 7. Dengan demikian filament aktin tertarik selangkah demi selangkah ke arah garis M. Anggukan-anggukan kepala myosin disebabkan oleh suatu perubahan kekuatan pengikatan antara kepala dan bagian batang molekul meromiosin akibat pengikatan pada filament aktin. 8. ATPase yang terdapat pada kepala myosin akan memecah ATP sehingga tersedia energi yang digunakan untuk kontraksi. 9. Sebelum kontraksi otot, suatu potensial aksi merambat sepanjang sarkolema dan dari sini diteruskan ke bagian dalam serat melalui tubulus T. 10. Potensial aksi dari tubulus-tubulus T menyebabkan perubahan pada potensial membrane dalam sisterna terminal reticulum sarkoplasma dan ini menyebabkan pelepasan pada ion-ion Cadari reticulum ke dalam sarkoplasma sekelilingnya (dalam keadaan istirahat sebagian besar Ca dalam serat terpusat pada sisterna terminal reticulum sarkoplasma). 11. Ion-ion Ca ini berikatan pada troponin (troponin C) yang mempunyai afinitas sangat kuat terhadap ion-ion Ca ini. Selama keadaan istirahat, kompleks troponin (toponin I)-tropomiosin menghambat tempat perlekatan pada filament aktin untuk kepala-kepala myosin, mungkin secara fisik menutupi kepala-kepala myosin tersebut. 12. Melalui pengikatan ion-ion Capadamolekul troponin, molekul ini diperkirakan berubahbentuk. Dengan demikian hambatan tempat perlekatan pada filament aktin oleh kompleks troponin-tropomiosin ditiadakan. 13. Kapala-kepala myosin kemudian dengan segera secara fisik berhubungan dengan tempat-tempat perlekatan aktin dimana mencetuskan pergeseran filament-filamen. 14. Kontraksi ini berlangsung terusselama ion-ion Ca dalam sarkoplasma konsentrasi yang masih cukup tinggi. 15. Akan tetapi dengan memakai pompa Ca aktif di dekat membrane reticulum sarkoplasma ion-ion Ca terus menerus dan secara aktif dipompakan ke dalam sisterna longitudinal reticulum berlangsung kira- kira 20 mili detik, kemudian konsentrasi Ca dalam sarkoplasma menurun
sampai tingkat paling rendah (kurang dari 10 M) yang terdapat selama
keadaan istirahat. 16. Dengan demikian pengikatan ion-ion Ca pada troponin terhenti, dan kompleks troponin-tropomiosin kembali menghambat tempat-tempat perlekatan pada filament aktin, jadi serat ini dipertahankan dalam keadaan istirahat. 17. Kebutuhan energi untuk transfort aktif ion-ion Ca ke dalam reticulum sarkoplasma tersedia dari pemecahan ATP, dan karena itu kontraksi dan relaksasi keduanya membutuhkan ATP. 18. Rangkaian perangsangan/ kontraksi melalui system tubulus T menerangkan mengapa semua myofibril pada serat otot diaktivasi secara serentak dan hampir bersamaan dengan merambatnya potensial aksi pada sarkolema. http://dokumen.tips/documents/saraf-dan-mekanisme-kerjanya-dalam- mempengaruhi-emosi.html