Anda di halaman 1dari 11

5.

1 ORGAN-ORGAN DALAM PERSEROAN TERBATAS


Perseroan Terbatas (PT), yang selanjutnya disebut Perseroan adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha
dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam undang-undang serta peraturan pelaksanaannya (Pasal 1 Butir 1 UU Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas). Organ dalam PT sesuai Pasal 1 Butir 2 UUPT “Organ
perseroan adalah rapat umum pemegang saham, direksi, dan komisaris”.
Kepengurusan Perseroan Terbatas di Indonesia menganut sistem dua badan (twoboard
system) yaitu Dewan Komisaris dan Direksi yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab
yang jelas sesuai dengan fungsinya masing-masing sebagaimana diamanahkan dalam anggaran
dasar dan peraturan perundang-undangan (fiduciary responsibility). Namun demikian, keduanya
mempunyai tanggung jawab untuk memelihara kesinambungan usaha perusahaan dalam jangka
panjang. Oleh karena itu, Dewan Komisaris dan Direksi harus memiliki kesamaan persepsi
terhadap visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan.
5.1.1 Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
RUPS sebagai organ perusahaan merupakan wadah para pemegang saham untuk
mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan modal yang ditanam dalam perusahaan,
dengan memperhatikan ketentuan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan. Keputusan
yang diambil dalam RUPS harus didasarkan pada kepentingan usaha perusahaan dalam jangka
panjang. RUPS dan atau pemegang saham tidak dapat melakukan intervensi terhadap tugas,
fungsi dan wewenang Dewan Komisaris dan Direksi dengan tidak mengurangi wewenang RUPS
untuk menjalankan haknya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundangundangan,
termasuk untuk melakukan penggantian atau pemberhentian anggota Dewan Komisaris dan atau
Direksi.
RUPS merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dari perusahaan sehingga
dikelompokkan dalam organ utama corporate governance (Tim CG, 2003). RUPS adalah
lembaga yang sengaja dibentuk untuk menfasilitasi kepentingan para pemilik/pemegang saham.
Ketika organisasi semakin besar dan pemilik tidak dapat lagi memantau tindakan manajemen
maka kepentingan mereka perlu dilindungi, terutama terjaminnya hak para pemegang saham
misalnya terhadap perolehan informasi pada waktu yang tepat, hak suara dalam rapat-rapat

1
pemegang saham, partisipasi dalam pemilihan direksi, hak terhadap pembagian deviden juga
perlu diatur mekanisme pelaksanaan pengawasan dari pemegang saham.
Pada Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, pasal 75 dan 76
yang menyatakan RUPS adalah sebagai berikut:
1. RUPS mempunyai weenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan
komisaris, dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran
dasar.
2. Dalam forum RUPS pemegang saham berhak memperoleh keterangan yang berkaitan
dengan perseroan dari direksi dan/atau dewan komisaris, sepanjang berhubungan
dengan mata acara rapat dan tidak bertentangan dengan kepentingan perseroan.
3. RUPS dalam mata acara lain-lain tidak berhak mengambil keputusan kecuali semua
pemegang saham hadir dan/atau diwakili dalam RUPS dan menyetujui penambahan
mata acara rapat.
4. Keputusan atas mata acara rapat yang ditambahkan harus disetujui dengan suara
bulat.
5. RUPS diadakan di tempat kedudukan perseroan atau di tempat perseroan melakukan
kegiatan usahanya yang utama sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar.
6. RUPS perseroan terbuka dapat diadakan di tempat kedudukan bursa di mana saham
perseroan dicatatkan.
7. Tempat RUPS harus terletak di wilayah negara Republik Indonesia.
8. Jika dalam RUPS hadir dan/atau diwakili semua pemegang saham dan semua
pemegang saham menyetujui diadakannya RUPS dengan agenda tertentu, RUPS
dapat diadakan di manapun dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3).
9. RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat mengambil keputusan jika
keputusan tersebut disetujui dengan suara bulat.
5.1.2 Direksi
Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas
pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan
serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar. Masing-masing anggota Direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil
keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya. Namun, pelaksanaan tugas oleh
masing-masing anggota Direksi tetap merupakan tanggung jawab bersama. Kedudukan masing-

2
masing anggota Direksi termasuk Direktur Utama adalah setara. Tugas Direktur Utama sebagai
primus inter pares adalah mengkoordinasikan kegiatan Direksi.
Dewan Direksi (Board of Directors) di Indonesia adalah sebutan bagi sekumpulan
Direktur yang mengurus perusahaan sehari-hari. Direksi bertanggung jawab penuh atas
pengurusan perusahaan untuk kepentingan dan tujuan perusahaan dan bertanggung jawab kepada
Dewan Komisaris
Management Boards atau Dewan Direksi diketuai oleh Managing Director atau Chief
Executive Officer (CEO) atau disebut juga Presiden Direktur atau Direktur Utama. Menurut
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40/2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 82 bahwa
Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perusahaan untuk kepentingan dan tujuan
perusahaan. Direksi bisa terdiri dari dua orang atau lebih. Mereka melaksanakan fungsi
pengelolaan harta, utang, dan jalannya usaha perusahaan sehari-hari, dan bertanggung jawab
kepada Dewan Komisaris. Direksi bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris yang pada
akhirnya bertanggung jawab kepada pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).
5.1.3 Dewan Komisaris
Dewan Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara
kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan
bahwa Perusahaan melaksanakan GCG. Namun demikian, Dewan Komisaris tidak boleh turut
serta dalam mengambil keputusan operasional. Kedudukan masing-masing anggota Dewan
Komisaris termasuk Komisaris Utama adalah setara. Tugas Komisaris Utama sebagai primus
inter pares adalah mengkoordinasikan kegiatan Dewan Komisaris.
Dewan Komisaris (Board of Commisioners) di Indonesia diangkat dan bertanggungjawab
kepada pemegang saham. Pengangkatannya dilakukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) mewakili kepentingan para pemegang saham tersebut. Dewan Komisaris akan bertindak
sebagai governing bodies yang melakukan pengawasan atas tindak tanduk manajemen sehingga
menentukan keberhasilan Corporate Governance.
Di Indonesia supervisory boards merupakan dewan komisaris. Dewan komisaris terdiri
dari non-executive members atau independen directors. Atas nama para pemegang saham,
supersiory boards melaksanakan fungsi pengarahan dan pengawasan jalannya usaha perusahaan.
Supervisory boards diketuai oleh Chairman atau Presiden Komisaris atau Komisaris Utama.

3
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor 40/2007 tentang perseroan terbatas
pasal 97, Komisaris bertugas mengawasi kebijakan Direksi dalam menjalankan perseroan serta
memberikan nasehat yang diperlukan.

5.2 PEMEGANG SAHAM


Pemegang sahan adalah seseorang atau badan hukum yang secara sah memiliki satu atau
lebih saham pada perusahaan. Para pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan tersebut.
Pasal 3 ayat 1 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) menyatakan bahwa
“Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat
atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang
dimiliki”.
5.2.1 Prinsip Dasar Pemegang Saham
Pemegang saham sebagai pemilik modal, memiliki hak dan tanggung jawab atas
perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan. Dalam
melaksanakan hak dan tanggung jawabnya, perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Pemegang saham harus menyadari bahwa dalam melaksanakan hak dan tanggung
jawabnya harus memperhatikan juga kelangsungan hidup perusahaan.
2. Perusahaan harus menjamin dapat terpenuhinya hak dan tanggung jawab pemegang
saham atas dasar kewajaran dan kesetaraan (fairness) sesaui dengan peraturan
perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan.

5.3 HAK-HAK PEMEGANG SAHAM TERKAIT DENGAN UNDANG-UNDANG


TENTANG PERSEROAN TERBATAS
Kepemilikan atas suatu saham, memberikan hak pada pemilik saham. Hak-hak tersebut
diatur dalam Pasal 52 ayat (1) UUPT, yakni:
1. Menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS;
2. Menerima pembayaran deviden dan sisa kekayaan hasil likuidasi;
3. Menjalankan hak lain berdasarkan UUPT.
Hak tersebut di atas baru berlaku setelah dicatat dalam daftar pemegang saham atas nama
pemiliknya. Setiap saham memberikan kepada pemiliknya hak yang tidak dapat dibagi. Dalam
hal satu saham dimiliki oleh lebih dari satu orang, hak yang timbul dari saham tersebut dengan
cara menunjuk satu orang sebagai wakil bersama. Hal-hal tersebut diatur dalam Pasal 52 ayat (2)
sampai dengan ayat (5) UUPT.
5.3.1 Hak dan Tanggungjawab Pemegang Saham

4
1. Hak pemegang saham harus dilindungi dan dapat dilaksanakan sesuai peraturan
perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan. Hak pemegang saham tersebut
pada dasarnya meliputi:
i) Hak untuk menghadiri, menyampaikan pendapat, dan memberikan suara dalam
RUPS berdasarkan ketentuan satu saham memberi hak kepada pemegangnya
untuk mengeluarkan satu suara;
ii) Hak untuk memperoleh informasi mengenai perusahaan secara tepat waktu, benar
dan teratur, kecuali hal-hal yang bersifat rahasia, sehingga memungkinkan
pemegang saham membuat keputusan mengenai investasinya dalam perusahaan
berdasarkan informasi yang akurat;
iii) Hak untuk menerima bagian dari keuntungan perusahaan yang diperuntukkan
bagi pemegang saham dalam bentuk dividen dan pembagian keuntungan lainnya,
sebanding dengan jumlah saham yang dimilikinya;
iv) Hak untuk memperoleh penjelasan lengkap dan informasi yang akurat mengenai
prosedur yang harus dipenuhi berkenaan dengan penyelenggaraan RUPS agar
pemegang saham dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, termasuk
keputusan mengenai hal-hal yang mempengaruhi eksistensi perusahaan dan hak
pemegang saham;
v) Dalam hal terdapat lebih dari satu jenis dan klasifikasi saham dalam perusahaan,
maka: (i) setiap pemegang saham berhak mengeluarkan suara sesuai dengan jenis,
klasifikasi dan jumlah saham yang dimiliki; dan (ii) setiap pemegang saham
berhak untuk diperlakukan setara berdasarkan jenis dan klasifikasi saham yang
dimilikinya.
2. Pemegang saham harus menyadari tanggung jawabnya sebagai pemilik modal dengan
memperhatikan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan.
Tanggung jawab pemegang saham tersebut pada dasarnya meliputi:
i) Pemegang saham pengendali harus dapat: (i) memperhatikan kepentingan
pemegang saham minoritas dan pemangku kepentingan lainnya sesuai peraturan
perundang-undangan; dan (ii) mengungkapkan kepada instansi penegak hukum
tentang pemegang saham pengendali yang sebenarnya (ultimate shareholders)
dalam hal terdapat dugaan terjadinya pelanggaran terhadap peraturan perundang-
undangan, atau dalam hal diminta oleh otoritas terkait;
ii) Pemegang saham minoritas bertanggung jawab untuk menggunakan haknya
dengan baik sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar;
5
iii) Pemegang saham harus dapat: (i) memisahkan kepemilikan harta perusahaan
dengan kepemilikan harta pribadi; dan (ii) memisahkan fungsinya sebagai
pemegang saham dengan fungsinya sebagai anggota Dewan Komisaris atau
Direksi dalam hal pemegang saham menjabat pada salah satu dari kedua organ
tersebut;
iv) Dalam hal pemegang saham menjadi pemegang saham pengendali pada beberapa
perusahaan, perlu diupayakan agar akuntabilitas dan hubungan antar-perusahaan
dapat dilakukan secara jelas.

5.4 UPAYA HUKUM YANG DAPAT DITEMPUH PEMEGANG SAHAM


5.4.1 Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Saham
1. Perlindungan dari Perundang-Undangan
Secara mendasar bahwa sejak awal perusahaan akan melakukan aktivitas di pasar
modal, sudah disiapkan seperangkat peraturan yang maksudnya sebagai rangkaian
tindakan preventif, agar emiten adalah emiten yang benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan dengan itikad baik akan membagi power dan intensisnya
kepada masyarakat. Peraturan yang mengatur tentang syarat materil maupun formal,
prosedur dan pelaksanaan emisi saham tersebut merupakan upaya awal kepada
pemegang saham publik, perlindungan tahap berikutnya dan antisipasi oleh
peraturanperaturan yang dikeluarkan oleh bappepam sebagai institusi yang
berwenang untuk mengawasi pasar modal di Indonesia. Bapepam adalah otoritas dari
pasar modal yang berwenang untuk mengawasi jalannya aktivitas di pasar modal.
Karena seperti dijelaskan diatas bahwa kepentingan pemegang saham harus
dilindungi untuk menciptakan citra pasar modal yang baik agar dapat lebih menarik
investor untuk menanamkan modalnya di pasar modal. Dengan kata lain bahwa
sebagian dari sistem perlindungan hukum bagi pemegang saham publik berada di
tangan Bapepam. Perlindungan terhadap pemegang saham dimuat dalam ketentuan
perundang-undangan dalam pasar modal, seperti UU pasar modal dan perlindungan
terhadap pemegang saham yang dilakukan Bapepam dapat dilihat dari UU Pasar
Modal Pasal 82 ayat (2) Peraturan No. IX.E.1.
2. Perlindungan dari Penerapan Good Corporate Governance
Penerapan GCG dalam pengelolaan perusahaan dapat memberikan perlindungan
terhadap pemegang saham karena dalam GCG terdapat prinsip-prinsip yang dapat
melindungi kepentingan perusahaan, pemegang saham, manajemen, dan investor
6
serta pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan. Ide dasar dari GCG adalah
memisahkan fungsi dan kepentingan diantara para pihak dalam suatu perusahaan,
seperti perusahaan yang menyediakan modal atau pemegang saham, pengawas dan
pelaksana sehari-hari usaha perusahaan dan masyarakat luas. Dan GCG juga
dijadikan sebagai suatu aturan atau standar yang mengatur perilaku pemilik
perusahaan, Direksi, Manajer, dengan merinci tugas dan wewenang serta bentuk
pertanggung jawaban kepada pemegang saham.
3. Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) telah
mengatur hak-hak pemegang saham minoritas. Bentuk-bentuk hak pemegang saham
minoritas tersebut adalah sebagai berikut:
a. Personal Right (Hak Perseorangan)
Secara umum, semua orang adalah sama kedudukannya dalam hukum, berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pemegang saham
minoritas sebagai subjek hukum mempunyai hak perseorangan untuk menggugat
Direksi atau Komisaris, apabila Direksi atau Komisaris melakukan kesalahan atau
kelalaian yang merugikan pemegang saham minoritas melalui pengadilan negeri.
Personal Right pemegang saham minoritas dalam Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) adalah: Pasal 61 Ayat (1), Setiap
pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap perseroan ke Pengadilan
Negeri apabila dirugikan karena tindakan perseroan yang dianggap tidak adil dan
tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi, dan/atau Dewan
Komisaris. (Setiap pemegang saham dalam pasal ini memberikan pembatasan
bagi para pemegang saham yang mempunyai saham minimal 10% (sepuluh
persen) dalam perusahaan).
b. Appraisal Right
Appraisal Right adalah hak pemegang saham minoritas untuk membela
kepentingannya dalam rangka menilai harga saham. Hak ini dipergunakan oleh
pemegang saham pada saat meminta kepada perseroan agar sahamnya dinilai dan
dibeli dengan harga yang wajar, karena pemegang saham tersebut tidak
menyetujui tindakan perseroan yang dapat merugikannya atau merugikan
perseroan itu sendiri.
Appraisal Right pemegang saham minoritas dalam Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) adalah: Pasal 62 Ayat (1),
7
Setiap pemegang saham berhak meminta kepada Perseroan agar sahamnya dibeli
dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan
Perseroan yang merugikan pemegang saham atau Perseroan, berupa:
i) perubahan anggaran dasar;
ii) pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan yang mempunyai nilai lebih
dari 50% (lima puluh persen) kekayaan bersih Perseroan; atau
iii) penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan.
c. Pre-Emptive Right
Pre-Emptive Right adalah hak untuk meminta didahulukan atau hak untuk
memiliki lebih dahulu atas saham yang ditawarkan. Dalam anggaran dasar
perseroan dapat diatur pembatasan mengenai keharusan menawarkan saham, baik
ditawarkan kepada pemegang saham intern maupun ekstern, atau pelaksanaanya
harus mendapat persetujuan dahulu dari organ perseroan. Jadi, dalam anggaran
dasar perseroan dapat ditentukan bahwa kepada pemegang saham minoritas
diberikan hak untuk membeli saham terlebih dahulu daripada pemegang saham
lainnya. Harga yang ditawarkan kepada pemegang saham minoritas harus sama
dengan harga yang ditawarkan kepada pemegang saham lainnya.
Pre-Emptive Right pemegang saham minoritas dalam Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) adalah: Pasal 43 Ayat (1) dan
Ayat (2), yaitu:
i) Seluruh saham yang dikeluarkan untuk penambahan modal harus terlebih
dahulu ditawarkan kepada setiap pemegang saham seimbang dengan
pemilikan saham untuk klasifikasi saham yang sama.
ii) Dalam hal saham yang akan dikeluarkan untuk penambahan modal
merupakan saham yang klasifikasinya belum pernah dikeluarkan, yang berhak
membeli terlebih dahulu adalah seluruh pemegang saham sesuai dengan
perimbangan jumlah saham yang dimilikinya.
d. Derivative Right
Kewenangan pemegang saham minoritas untuk menggugat Direksi dan
Komisaris yang mengatasnamakan perseroan. Pemegang saham minoritas
memiliki hak untuk membela kepentingan perseroan melalui otoritas lembaga
peradilan, gugatan melalui lembaga peradilan harus membuktikan adanya

8
kesalahan atau kelalaian Direksi atau Komisaris. Dengan gugatan tersebut,
apabila gugatan dimenangkan, maka yang berhak menerima pembayaran ganti
rugi dari tergugat adalah perseroan. Hak ini juga meliputi hak untuk menuntut
diselenggarakannya RUPS atas nama perseroan.
Derivative Right pemegang saham minoritas dalam Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) adalah:
i) Pasal 79 Ayat (2), Penyelenggaraan RUPS sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1) dapat dilakukan atas permintaan: Satu orang atau lebih pemegang saham
yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu persepuluh) atau lebih dari jumlah
seluruh saham dengan hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan suatu
jumlah yang lebih kecil. (Pemegang Saham perseroan meminta
diselenggarakannya Rapat Umum Pemegang Saham, pemegang saham
minoritas hanya sekedar mengusulkan tanpa ada kewenangan untuk
memutuskan diadakannya RUPS).
ii) Pasal 144 Ayat (1), Direksi, Dewan Komisaris atau 1 (satu) pemegang saham
atau lebih yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari
jumlah seluruh saham dengan hak suara, dapat mengajukan usul pembubaran
Perseroan kepada RUPS.

9
e. Enquete Recht (Hak Enquete)
Enquete Recht atau hak angket adalah hak untuk melakukan pemeriksaan.
Hak angket diberikan kepada pemegang saham minoritas untuk mengajukan
permohonan pemeriksaan terhadap perseroan melalui pengadilan, mengadakan
pemeriksaan berhubung terdapat dugaan adanya kecurangan-kecurangan atau
halhal yang disembunyikan oleh Direksi, Komisaris atau pemegang saham
mayoritas. Pada dasarnya, pengawasan terhadap Direksi dalam pengelolaan
perseroan dilaksanakan oleh komisaris. Tetapi dalam praktik, sering terjadi
Direksi maupun Komisaris karena kesalahan atau kelalaiannya mengakibatkan
kerugian pada perseroan, pemegang saham atau pihak ketiga. Oleh karena itu,
pemegang saham minoritas berhak melakukan pemeriksaan terhadap kegiatan
operasional perseroan.
Enquete Recht pemegang saham minoritas dalam Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) adalah sebagai berikut:
i) Pasal 97 Ayat (6), Atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili
paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan
hak suara dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap
anggota Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan
kerugian pada Perseroan.
ii) Pasal 114 Ayat (6), Atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili
paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan
hak suara dapat menggugat anggota Dewan Komisaris yang karena kesalahan
atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan ke pengadilan
negeri.
iii) Pasal 138 Ayat (3), Permohonan pemeriksaan Perseroan dapat diajukan oleh:
a. 1 (satu) pemegang saham atau lebih yang mewakili paling sedikit 1/10
(satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara;
b. pihak lain yang berdasarkan peraturan perundang-undangan, anggaran
dasar Perseroan atau perjanjian dengan Perseroan diberi wewenang untuk
mengajukan permohonan pemeriksaan; atau
c. kejaksaan untuk kepentingan umum.

10
(Meminta diadakannya pemeriksaan terhadap perseroan, dalam hal terdapat
dugaan bahwa perseroan, anggota Direksi atau Komisaris perseroan
melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan perseroan atau
pemegang saham atau pihak ketiga).
5.4.1 Tanggungjawab Perusahaan terhadap Hak dan Kewajiban Pemegang Saham
1. Perusahaan harus melindungi hak pemegang saham sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan.
2. Perusahaan harus menyelenggarakan daftar pemegang saham secara tertib sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar.
3. Perusahaan harus menyediakan informasi mengenai perusahaan secara tepat waktu,
benar dan teratur bagi pemegang saham, kecuali hal-hal yang bersifat rahasia.
4. Perusahaan tidak boleh memihak pada pemegang saham tertentu dengan memberikan
informasi yang tidak diungkapkan kepada pemegang saham lainnya. Informasi harus
diberikan kepada semua pemegang saham tanpa menghiraukan jenis dan klasifikasi
saham yang dimilikinya.
5. Perusahaan harus dapat memberikan penjelasan lengkap dan informasi yang akurat
mengenai penyelenggaraan RUPS.

5.5 KASUS DI INDONESIA

DAFTAR PUSTAKA

Asri Dwija Putri, I.G.A.M dan I.G.K. Agung Ulupui. (2017). Pengantar Corporate Governance.
Denpasar: CV. Sastra Utama.
https://id.scribd.com/doc/299291548/Kasus-Pt-Matahari-Putra-Prima-Tbk (Diakses pada tanggal
8 Maret 2019)
https://ris.legal/organ-organ-di-dalam-perseroan-terbatas-pt/ (Diakses pada tanggal 8 Maret
2019)
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). (2006). Pedoman Umum GCG Indonesia.
Jakarta.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

11

Anda mungkin juga menyukai