Makalah Teori Perkembangan Manusia
Makalah Teori Perkembangan Manusia
Keperawatan Anak
Monalisa Sitompul
Joy Somae (
Pelagia Sedyati (16510
Ralda Pelealu (1651031)
Fakultas Keperawatan
Universitas Advent Indonesia
Bandung
2019
Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan kehadiat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya kami dapat selesai
menyusun makalah ini.
Kami sebagai penyusun tidak lupa megucapkan banyak terimakasih kepada pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehingga penyusun dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan karya makalah ini penyusun
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri maupun kepada
pembaca umumnya. Apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini, kami
mohon maaf dan kami harapkan kritikan dari Anda untuk membangun kembali karya ini
menjadi sempurna.
Pemakalah
Daftar Isi
BAB III
Penutup………………………………………………………………….…….16
3.1 Kesimpulan………………………………………………………....16
3.2 Saran……………………………………………………………..…16
Daftar Pustaka…………………………………………………………………17
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Bayi baru lahir atau neonates adalah bayi yang berumur dibawah 28 hari. Selama 28
hari pertama kehidupan, bayi memiliki resiko tinggi mengalami kematian. Hampir 3 juta bayi
menninggal setiap tahun dibulan pertama hidup. Dalam bulan pertama, 50% dari semua
kematian neonatal adalah kematian bayi lahir hidup yang kemudian meninggal sebelum 28
hari kehidupan, dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kematian neonatal dini kematian bayi yang
terjadi pada 7 hari pertama kehidupan dan kematian neonatal kematian bayi yang terjadi pada
masa 8-28 hari kehidupan.
Penyebab utama kematian bayibaru lahir atau neonatal diantara bayi lahir prematur
29%, sepsis dan pneumonia 25% dan 23% merupakan bayi lahir dengan asifiksia dan trauma.
Dalam laporan WHO yang dikutip dari State of the world’s mother dikemukakan bahwa 27%
kematian neonates disebabkan oleh BBLR.
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain: Berat badan, tanda-
tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan), tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila
bayi kecil untuk masa kehamilan).
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain: Pemeriksaan skor ballard. Tes
kocok/shake test (dianjurkan untuk bayi kurang bulan). Darah rutin, glukosa darah, kalau
perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah. Foto dada ataupun
babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai
pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas. USG kepala
terutama pada bayi dengan umur kehamilan.
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang
penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-
34 tahun).
4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap
pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
Sindrom gawat napas pada neonatus (SGNN), dalam bahasa Inggris disebut
neonatal respiratory distress syndrome (RDS) merupakan kumpulan gejala yang terdiri
dari dispnea atau hiperpnea dengan frekuensi pernapasan lebih dari 60 kali per menit;
sianosis; merintih waktu ekspirasi (expiratory grunting); dan retraksi di daerah
epigastrium, suprasternal, intekostal pada saat inspirasi. Bila di dengar dengan stetoskop
akan terdengar penurunan masukan udara dalam paru.
1) Faktor ibu
Faktor ibu meliputi hipoksia pada ibu, gravida empat atau lebih, sosial ekonomi
rendah maupun penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu pertukaran gas janin
seperti hipertensi, penyakit diabetes mellitus, dan lain-lain.
2) Faktor plasenta
Faktor plasenta meliputi sulosio plasenta, pendarahan plasenta, plasenta kecil,
plasenta tipis, plasenta tidak menempel pada tempatnya.
3) Faktor janin
Faktor janin atau neonatus meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher,
kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, kelainan kongenital pada neonaatus
dan lain-lain. Kegawatan neonatal seperti kehilangan darah dalam periode perinatal,
aspirasi mekonium, pneumotoraks akibat tindakan resusitasi, dan hipertensi pulmonal
dengan pirau kanan ke kiri yang membawa darah keluar dari paru.
4) Faktor persalinan
Faktor persalinan meliputi partus lama, partus dengan tindakan dan lain-lain.
Bayi yang lahir dengan operasi sesar, berapa pun usia gestasinya dapat mengakibatkan
terlambatnya absorpsi cairan paru (Transient Tachypnea of Newborn).
1. Gambaran radiologis
Diagnosis yang tepat hanya dapat dibuat dengan pemeriksaan foto rontgen
toraks. Pemeriksaan ini juga sangat penting untuk menyingkirkan kemungkinan
penyakit lain yang diobati dan mempunyai gejala yang mirip penyakit membran
hialin, misalnya pneumotoraks, hernia diafragmatika dan lain-lain. Gambaran klasik
yang ditemukan pada foto rontgen paru ialah adanya bercak difus berupa infiltrate
retikulogranuler ini, makin buruk prognosis bayi. Beberapa sarjana berpendapat
bahwa pemeriksaan radiologis ini dapat dipakai untuk mendiagnosis dini penyakit
membran hialin, walaupun manifestasi klinis belum jelas.
2. Gambaran laboratorium
Kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan laboratorium diantaranya adalah :
a. Pemeriksaan darah
Kadar asam laktat dalam darah meninggi dan bila kadarnya lebih dari 45 mg%,
prognosis lebih buruk, kadar bilirubin lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi
normal dengan berat badan yang sama. Kadar PaO2 menurun disebabkan
kurangnya oksigenasi di dalam paru dan karena adanya pirau arteri-vena. Kadar
PaO2 meninggi, karena gangguan ventilasi dan pengeluaran CO2 sebagai akibat
atelektasis paru. pH darah menurun dan defisit biasa meningkat akibat adanya
asidosis respiratorik dan metabolik dalam tubuh.
b. Pemeriksaan fungsi paru
Pemeriksaan ini membutuhkan alat yang lengkap dan pelik, frekuensi pernapasan
yang meninggi pada penyakit ini akan memperhatikan pula perubahan pada
fungsi paru lainnya seperti ‘tidal volume’ menurun, ‘lung compliance’ berkurang,
functional residual capacity’ merendah disertai ‘vital capacity’ yang terbatas.
Demikian pula fungsi ventilasi dan perfusi paru akan terganggu.
c. Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler
Penyelidikan dengan kateterisasi jantung memperhatikan beberapa perubahan
dalam fungsi kardiovaskuler berupa duktus arteriosus paten, pirau dari kiri ke
kanan atau pirau kanan ke kiri (bergantung pada lanjutnya penyakit), menurunnya
tekanan arteri paru dan sistemik.
3. Gambaran patologi/histopatologi
Pada otopsi, gambaran dalam paru menunjukkan adanya atelektasis dan membran
hialin di dalam alveolus dan duktus alveolaris. Di samping itu terdapat pula bagian
paru yang mengalami enfisema. Membran hialin yang ditemukan yang terdiri dari
fibrin dan sel eosinofilik yang mungkin berasal dari darah atau sel epitel ductus yang
nekrotik.
Bila perbandingan lesitin/sfingomielin sama atau lebih dari dua, bayi yangakan lahir tidak
akan menderita penyakit membrane hialin, sedangkan bila perbandingan tadi kurang dari tiga
berati paru-paru bayi belum matang dan akan mengalami penyakit membrane hialin.
Pemberian kortikosteroid dianggap dapat merangsang terbentuknya surfaktan pada janin.
Cara yang paling efektif untuk menghindarkan penyakit ini ialah mencegah prematuritas.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis (defisiensi
surfaktan dan ketidakstabilan alveolar)
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-
alveolar
c. Resiko gangguan termoregulasi : hipotermia berhubungan dengan berada di
lingkungan yang dingin
d. Kekurangan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
e. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi
3. Perencanaan Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis (defisiensi
surfaktan dan ketidakstabilan alveolar)
Rencana Tindakan
Intervensi Rasional
Monitor kecepatan, irama, Mengetahui apakah ada
kedalaman dan upaya nafas gangguan dalam bernafas
Rencana Tindakan :
Intervensi Rasional
Pantau dispnea, takipnea, bunyi Data dasar untuk menentukan
napas, peningkatan upaya intervensi lebih lanjut
pernapasan, ekspansi, paru, dan
kelemahan
Rencana Tindakan :
Intervensi Rasional
Monitor gejala dari hopotermia : Data dasar dalam menentukan
fatigue, lemah, apatis, perubahan intervensi
warna kulit
Segera ganti pakaian bayi yang Pakaian yang dingin dan basah
dingin dan basah dengan pakaian akan membuat bayi
yang hangat dan kering, berikan memperburuk kondisi bayi
selimut.
Rencana Tindakan :
Intervensi Rasional
Observasi suhu dan nadi. Mengetahui adanya indikasi
kekurangan volume cairan
3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari makalah ini adalah laksanakanlah penatalaksanaan
yang sebaik- baiknya pada Bayi baru lahir, sehingga pada akhirnya akan dapatmenurunkan
angka kematian Bayi baru lahir.
Bagi Mahasiswa
Dalam penetapan manajemen kebidanan diharapkan mahasiswa dapat melakukan
pengkajianyang lebih lengkap untuk mendapatkan hasil yang optimal dan mampu memberikan
asuhan yang kompeten bagi pasien. Mahasiswa juga diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu
yangdiperolehnya selama proses pembelajaran di lapangan.
Bagi Institusi
Diharapkan kepada klien agar menerapkan asuhan kebidanan yang telah diberikan baik
berupatindakan pencegahan maupun dalam pelaksanaannya.
Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/15508238/NEONATUS_BERESIKO_TINGGI
http://eprints.ums.ac.id/62622/3/BAB%20I.pdf
https://www.scribd.com/doc/253192385/Resiko-Tinggi-BBL
http://eprints.undip.ac.id/56128/3/Pradipta_Naufal_F_22010112130039_Lap.KTI_Bab_2.pdf
http://digilib.unila.ac.id/20646/15/BAB%20II.pdf
http://digilib.unila.ac.id/6610/113/BAB%20II.pdf
https://www.academia.edu/35139272/ASUHAN_KEPERAWATAN_SINDROM_GANGGU
AN_PERNAFASAN_RESPIRATORY_DISTRESS_SYNDROME_RDS
https://www.academia.edu/35381409/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_BAYI_DENG
AN_RDS