Makalah Skenario 3 Blok 11 Kel 3
Makalah Skenario 3 Blok 11 Kel 3
SKENARIO 2
OLEH : KELOMPOK 3
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
SKENARIO ............................................................................................................................... 1
DEFINISI............................................................................................................................ 9
ETIOLOGI.......................................................................................................................... 9
EPIDEMIOLOGI................................................................................................................ 9
KLASIFIKASI.................................................................................................................. 11
PATOGENESIS ............................................................................................................... 13
DIAGNOSIS ..................................................................................................................... 15
KOMPLIKASI.................................................................................................................. 20
PROGNOSIS .................................................................................................................... 22
REFERENSI ............................................................................................................................ 24
ii
SKENARIO
Gak bisa jalan…
Seorang laki-laki, berusia 54 tahun, dibawa ke puskesmas oleh keluarganya dengan
keluhan lemah pada anggota gerak sebelah kiri. Keluhan dirasakan sejak 2 hari yang lalu,
keluhan dirasakan mendadak dan pada saat aktivitas. Kelemahan dirasakan sampai tidak bisa
berjalan. Keluhan tersebut disertai dengan wajah merot dan bicara pelo, tidak didapatkan
kesemutan/baal, makan dan minum tidak tersedak. Kejadian tersebut baru dirasakan pertama
kali. Keluhan mual, muntah, pandangan kabur, pusing berputar, nyeri kepala, telinga
berdenging, gangguan pembauan, sesak, kesulitan menelan makanan, makan tersedak:
disangkal. Riwayat hipertensi diakui sejak ± 5 tahun yang lalu, pengobatan tidak rutin.
Riwayat kebiasaan merokok kurang lebih 5 batang/hari dan pasien jarang berolah raga.
1
dari otak hingga ke gray matter spinal cord disebut UMN, dan jaras yang
menghubungkan gray matter dengan target otot disebut LMN
Impuls akan dimulai dari gyrus pre centralis yang akan turun menyisir internal
capsule lalu melewati crus cerebri pada mid brain selanjutnya melewati medulla
pyramidis yang akan berkontralateral berikatan pada lateral corticospinal tract dan akan
bersinaps pada LMN di white matter spinal cord. Setelah itu impuls LMN akan keluar
melalui corn anterior spinal cord menuju otot ang akan dirangsang sehingga terjadi
suatu mekanisme voluntary movement (gambar 1).
- Disfungsi UMN (Upper Motor Neuron) yaitu dapat terjadi kerusakan pada otak
(infeksi, stroke, tumor) dan kerusakan pada white matter spinal cord
- Disfungsi LMN (Lower Motor Neuron) yaitu dapat terjadi kerusakan pada jaras
LMN ataupun kerusakan pada gray matter spinal cord
- Disfungsi Neuromuscular Junction (myasthenia graves, botulism)
- Myopathies
Gambar 1 Gambar 2
2
sel neuron pada sistem saraf pusat. Maka terjadilah stroke dimana seseorang akan
kehilangan fungsi motorik maupun sensoriknya tergantung daerah pada sistem saraf
pusat yang mengalami kerusakan. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko penting
dari stroke. Derajat risiko stroke meningkat seiring dengan tingginya tekanan darah dan
menjadi lebih kuat dengan tekanan darah di atas 160/95 mmHg.
Otot-otot bagian atas wajah mendapat persarafan dari 2 sisi. Karena itu, terdapat
perbedaan antara gejala kelumpuhan saraf VII jenis sentral dan perifer. Pada gangguan
sentral, sekitar mata dan dahi yang mendapat persarafan dari 2 sisi, tidak lumpuh ; yang
lumpuh ialah bagian bawah dari wajah. Pada gangguan N VII jenis perifer ( gangguan
berada di inti atau di serabut saraf) maka semua otot sesisi wajah lumpuh dan mugkin
juga termasuk cabang saraf yang mengurus pengecapan dan sekresi ludah yang berjalan
bersama saraf fasialis. Bagian inti motorik yang mengurus wajah bagian bawah
mendapat persarafan dari korteks motorik kontralateral, sedangkan yang mengurus
wajah bagian atas mendapat persarafan dari kedua sisi korteks motorik (bilateral).
Karena kerusakan sesisi pada upper motor neuron dari nervus VII akan mengakibatkan
kelumpuhan pada otot-otot wajah bagian bawah. Sedangkan bagian atasnya tidak. Pada
lesi lower motor neuron, semua gerakan otot ajah, baik yang volunteer, maupun yang
involunter, lumpuh. Lesi supranuklear nervus VII sering merupakan bagian dari
hemiplagia. Hal ini dapat dijumpai pada strok dan lesi-butuh-ruang yang mengenai
korteks motorik, kapsula interna, thalamus, mesensefalon dan pons di atas inti nervus
VII. Dalam hal demikian pengecapan dan salvias tidak terganggu. Kelumpuhan nervus
VII supranuklear pada kedua sisi dapat dijumpai pada paralisis pseudobulber.
Patomekanisme
4
media Stenosis a.cerebri media iskemik pada lobus temporaparietal sebelah kiri
lesi pada UMN (Upper Motor Neuron) N. VII (Nervus facialis) : lesi pada traktus
piramidalis atau korteks motorik Parese otot-otot wajah bawah Manifestasi Klinik:
Plica nasolabialis kanan datar, sudut mulut kanan tertinggal wajah merot.
5
10. Penyakit apa saja yang berkaitan dengan keluhan lemah?
a) Focal Weakness
Stroke (penyebab tersering dari unilateral weakness)
Neuropathies, termasuk dengan penyebab trauma (carpal tunnel
syndrome), dan yang immune mediated (Bell’s Palsy)
Spinal Cord Compression (cervical spondylosis)
Spinal root entrapment (herniated intervertebral disk)
Multiple sclerosis
b) Temporary focal weakness
Postictal paralysis (kembali normal setelah beberapa jam)
TIA (transient ischemic attack) normal setelah 24 jam
Hypoglycemia (normal setelah hypoglycemia ditangani)
c) Generalized weakness
Prolonged immobilization in ICU (ICU Myopathy) pada orang sepsis,
luka bakar dan kanker
Critical illness polyneuropathy (ICU Neuropathy)
Common myopathies (alcoholic myopathy, hypokalemia,
corticosteroid myopathy)
6
Kurang olahraga
Anamnesis
Px Fisik
Px Penunjang
Stroke iskemik
Stroke hemooragik
Diagnosa Banding
Bell’s Palsy
DK : Stroke iskemik
Epidemiologi
Patogenesis
PEncegahan
Komplikasi
Klasifikasi
Diagnosis
Prognosis
F. Resiko
Etiologi
Definisi
Talak
MK
7
LANGKAH 5. SASARAN BELAJAR
1. Problem Tree
a. Definisi
b. Etilogi
c. Epidemiologi
d. Klasifikasi
e. Faktor Resiko
f. Patogenesis
g. Manifestasi Klinis
h. Diagnosis
i. Tata Laksana
j. Komplikasi
k. Pencegahan
l. Prognosis
8
LANGKAH 7. SINTESIS HASIL BELAJAR
DEFINISI
Stroke adalah suatu episode dari gangguan neurologis yang diakibatkan oleh infark fokal
pada cerebral, spinal cord, dan retina.
Disebut iskemik lokal karena hanya terjadi pada arteri yang mengalami stenosis/oklusi
dan kematian selnya juga hanya terjadi pada daerah sekitarnya saja. Kemudian, hanya pada
cerebral, spinal cord, dan retina karena merupakan sistem saraf pusat dan disebut infark jika :
1) Ditemukan bukti patologis, imaging, atau bukti objektif lain yang mendukung
ditemukannya infark pada cerebral, spinal cord, dan retina terutama di area vaskularisasinya.
2) Bukti klinis iskemik fokla bergantung pada gejala yang berlangsung ≧24 jam atau
hingga meninggal atau saat etiologi lain sudah disingkirkan.[3]
ETIOLOGI
Stroke non hemoragik bisa terjadi akibat suatu dari dua mekanisme patogenik yaitu
trombosis serebri atau emboli serebri. Trombosis serebri menunjukkan oklusi trombotik arteri
karotis atau cabangnya, biasanya karena arterosklerosis yang mendasari. Proses ini sering
timbul selama tidur dan bisa menyebabkan stroke mendadak dan lengkap. Defisit neurologi
bisa timbul progresif dalam beberapa jam atau intermiten dalam beberapa jam atau hari.
Emboli serebri terjadi akibat oklusi arteria karotis atau vetebralis atau cabangnya oleh
trombus atau embolisasi materi lain dari sumber proksimal, seperti bifurkasio arteri karotis
atau jantung. Emboli dari bifurkasio karotis biasanya akibat perdarahan ke dalam plak atau
ulserasi di atasnya di sertai trombus yang tumpang tindih atau pelepasan materi ateromatosa
dari plak sendiri. Embolisme serebri sering di mulai mendadak, tanpa tanda-tanda disertai
nyeri kepala berdenyut
EPIDEMIOLOGI
- Stroke secara global merupakan penyebab utama kematian didunia diperkirakan
62.000 stroke terjadi setiap tahun (stroke is the second leading causa of death the
estimated 62.000 stroke the occur each year).
9
- mempengaruhi semua umur dari neonates sampai lansia dengan angka kejadian
meningkat berdasarkan usia (affect all age groups,from neonates to elderly
people,with,occurance rates rising by age).
- Menurut penelitian di rsup prof.dr,kandou manado dengan pasien 293 pasien hasil
menunjukan presentasi jumlah penderita stroke ishkemik 58,02% dengan los 6,84 per
hari pada jenis kelamin laki-laki ket los lama waktu seseorang dirawat.
- Menurut penilitian di rsud dr.Ansari shaleh Banjarmasin th 2017 berdasarkan kualitas
hidup pasien dari 136 responden 64,98 memiliki kualitas hidup baik,117 orang atau
86% cukup,dan 6,6% atau 9 orang buruk.
10
KLASIFIKASI
Secara garis besar, stroke dibagi menjadi 2, yaitu stroke iskemik dan stroke
hemorrhagic.
Stroke iskemik, menurut klasifikasi TOAST yang diklasifikasikan berdasar mekanisme dan
etiologi, dibagi menjadi 5, yaitu :
11
1) Large vessel atherothrombosis
2) Cardioembolism
Gumpalan darah dapat terbentuk pada jantung misalnya karena fibrilasi atrium atau
karena pemasangan katup palsu, gumpalan darah tersebut kemudian akan terlepas dan masuk
ke sirkulasi darah dan dapat menyumbat arteri cerebral.
Terjadi biasanya di cortex, capsula interna, proximal arteri cerebralis media, pons, dan
thalamus. Ukuran infarknya kecil ( < 1,5 cm ) dan biasanya menimbulkan lacunar syndrome.
5) Undetermined cause
Pada pasien yang sudah melakukan skrining terhadap konduksi jantung atau
abnormalitas struktural, stenosis arteri intra dan ekstracranial, koagulopati, dan lainnya
namun tidak menemukan penyebabnya.
Menurut Oxfordshire atau Bamford yang mengklasifikasikan stroke iskemik berdasar temuan
klinis dan area otak, diklasifikasikan menjadi :
12
Klasifikasi menurut Asia, yakni
- Korean TOAST
- CISS
PATOGENESIS
Patofisiologi terjadinya stroke iskemik terbagi menjadi dua yaitu yang disebabkan
oleh thrombus dan embolus. Proses ini dimulai dari pembentukan atherosclerosis pada
pembuluh darah yang dimulai dengan adanya chronic endothelial injury (faktor risiko :
dyslipidemia, hipertensi , merokok) sehingga menyebabkan endothelial dysfunction yaitu
peningkatan permeabilitas adhesi serta migrasi dari leukosit dan monosit, juga menyebabkan
penurunan NO (vasodilator), otot polos yang berada di tunica media akan bermigrasi menuju
tunica intima, hal ini memicu aktivasi makrofag , sehingga makrofak memakan (engulf) ox-
LDL membentuk foam cell setelah itu otot polos akan berproliferasi dan membentuk
jendolan.
Apabila jendolan ini rupture akan menyebabkan thrombotic menempel pada jendolan
yg rupture ini membentuk thrombus. Apabila thrombus terbentuk pada pembuluh yang
menyuplai darah ke otak terutama pembuluh darah yang menyusun sirkulus willisi hal ini
dapat menyebabkan iskemia yaitu berkurangnya aliran darah ke bagian otak tersebut.
Sedangkan apabila thrombus yang terbentuk pada pembuluh darah lain seperti arkus aorta
lepas dari pembuluh darah membentuk emboli yang akan mengalir ke pembuluh darah yang
lebih kecil salah satunya pembuluh darah pada otak sehingga juga dapat menyebabkan
iskemia. Apabila terjadi iskemia lalu menjadi infark bagian otak yang tidak tersuplai oksigen
dan glukosa dapat mengalami ischemic core dan ischemic penumbra, hal ini dapat terjadi
melalui proses excitotoxicity pada excitory sinaps. Dimana pada pre synaptic akan terjadi
peningkatan kadar kalsium diakibatkan oleh ketidakmampuan produksi ATP oleh
mitokondria karena tidak adanya oksigen, seperti yang kita ketahui proses respirasi aerob
memerlukan oksigen untuk menghasilkan ATP walaupun terdapat respirasi anaerob namun
tetap saja tidak akan cukup memenuhi kebutuhan oksigen secara efektif, maka dari pompa
ca2+/Na+ ATPase tidak dapat bekerja karena tidak adanya ATP kalsium akan tertumpuk
dalam intracellular menyebabkan pelepasan neurotransmitter glutamate dari pre sinaptik ke
13
celah sinaps. Setelah itu glutamate akan berikatan dengan reseptornya di post sinaps, hal ini
menyebabkan channel reseptor tersebut terbuka mengakibatkan kalsium dapat masuk ke
dalam post sinaps, penumpukkan kalsium adalah toxic sehingga hal tersebut akan
mengaktifkan pengeluaran enzim enzim proteolitik yang akan menghancurkan membrane sel
sehingga dapat menyebabkan apoptosis/cell death sehingga terbentuk ischemical core.
FAKTOR RISIKO
Modifiable Non-Modifiable
- High Blood Pressure - Age
- Smoking - Family History
- Diabetes - Race
- Diet - Gender
- Physical Inactivity - Prior Stoke
- Obesity - TIA
- High Blood Cholesterol - Heart Attack[5]
- Carotid Artery Disease
- Peripheral Artery Disease
- Atrial Fibrillation
MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama stroke iskemik adalah timbulnya defisit neurologis secara mendadak
yang didahului gejala prodromal, terjadi waktu istirahat atau bangun tidur dan biasanya tidak
disertai penurunan kesadaran.
Fase akut penderita stroke terjadi pada hari ke-0 sampai dengan hari ke-14 sesudah
onset penyakit. Hiperglikemia terjadi pada sekitar 20-50% dari total pasien stroke akut dan
berhubungan dengan keluaran klinis yang buruk. Dari jumlah tersebut, terdapat sekitar 12-
53% pasien stroke akut tidak terdiagnosa diabetes sebelumnya. Hiperglikemia merupakaan
keadaan dimana kadar glukosa darah berada di atas normal. Keadaan hiperglikemia dapat
merupakan tanda adanya diabetes mellitus, tetapi dapat pula merupakan respon stress yang
14
mencerminkan keparahan kerusakan jaringan dan peningkatan katekolamin dalam serum.
Peningkatan kadar glukosa darah yang terjadi pada 48 jam pertama pada penderita stroke
akut mempengaruhi angka mortalitas dan morbiditas penderita karena menimbulkan asidosis
laktat yang berakhir pada kerusakan neuron, jaringan glia, dan jaringan vascular.
Hiperglikemia berhubungan dengan peningkatan luas infark, menurunkan aliran darah otak,
menyebabkan kelainan perdarahan dan lesi sawar otak. Selain itu, kadar glukosa darah yang
tinggi juga dapat menyebabkan perubahan sawar otak, meningkatkan edema serebri,
menghambat fribinolisis dan meningkatkan trombosis, menyebabkan kelainan perdarahan,
serta dapat meningkatkan produksi radikal bebas dan meningkatkan kadar neurotransmitter
glutamate. [7]
DIAGNOSIS
Anamnesis
Stroke harus dipertimbangkan pada setiap pasien yang mengalami defisit neurologis akut
(baik fokal maupun global) atau penurunan tingkat kesadaran. Beberapa gejala umum yang
terjadi pada stroke non hemoragik meliputi hemiparese, monoparese atau quadriparese, tidak
ada penurunan kesadaran, tidak ada nyeri kepala dan reflek babinski dapat positif maupun
negatif. Meskipun gejala-gejala tersebut dapat muncul sendiri namun umumnya muncul
secara bersamaan. Penentuan waktu terjadinya gejala-gejala tersebut juga penting untuk
menentukan perlu tidaknya pemberian terapi trombolitik. Beberapa faktor dapat membuat
anamnesis menjadi sedikit sulit untuk mengetahui gejala atau onset stroke seperti:
1. Stroke terjadi saat pasien sedang tertidur sehingga kelainan tidak didapatkan hingga
pasien bangun (wake up stroke).
2. Stroke mengakibatkan seseorang sangat tidak mampu untuk mencari pertolongan.
3. Penderita atau penolong tidak mengetahui gejala-gejala stroke.
4. Terdapat beberapa kelainan yang gejalanya menyerupai stroke seperti kejang, infeksi
sistemik, tumor serebral, perdarahan subdural, ensefalitis dan hiponatremia.
Berikut ini merupakan cara pemeriksaan cepat terhadap seseorang yang kemungkinan
mengalami stroke, dikenal dengan sistem F.A.S.T
FACE = Wajah;Â Periksa wajah (F=FACE). Â Minta pasien untuk tersenyum. Apakah mulut
korban terlihat miring?
ARMS= Lengan; Minta pasien untuk mengangkat kedua tangan. Apakah korban dapat
mengangkat dan menahan kedua lengannya (A=ARM) dengan baik?
15
SPEECH= Bicara; Minta pasien untuk mengikuti perkataan Anda. Apakah korban berbicara
(S=SPEECH) cadel? Apakah korban mengerti Anda?
TIME=Waktu; Waktu (TIME) sangatlah penting. Jika Anda menjumpai gejala diatas, segera
cari bantuan medis atau bawa ke rumah sakit.
16
e. Tes faal ginjal
f. Darah lengkap
g. Faal hemostasis
2. Pemeriksaan lain (sesuai indikasi):
a. Foto toraks
b. Tes faal hati
c. Saturasi oksigen, analisis gas darah
d. Toksikologi
e. Kadar alkohol dalam darah
f. Pungsi lumbal (pada perdarahan subaraknoid)
g. TCD (transcranial Doppler)
h. EEG (elektro-ensefalografi.
Penegakan Diagnostik(Assessment)
Diagnosis klinis Diagnosis awal ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Cara skoring ROSIER (Recognition of Stroke in Emergency Room) dapat
digunakan pada stroke akut
Stroke is unlikely but non completely excluded if total score are < 0
17
TATA LAKSANA
Talak Non Farmako
Tata Laksana non Farmakologis pada pasien stroke iskemik lebih kepada masa pemulihan
pasca strokenya.
Jadi yang dilakukan ada 3 yaitu adalah Fisioterapi, Terapi Wicara, Terapi Okupasi
1. Fisioterapi
Dibagi lagi menjadi 3 yaitu adalah program latihan (teknik memperbaiki postur
tubuh,memperkuat otot, senam, olahraga dan peregangan otot, Teknik Elektroterapi
(menggunakan alat dengan daya listrik contohnya adalah TEN yaitu terapi saraf dengan
stimulasi elektrik lalu PENS yaitu adalah terapi listrik melalui jaringan lemak yang
merupakan gabungan dari teknik listrik dan teknik akupuntur. Yang ketiga adalah
Fisioterapi Manual yaitu dengan cari (dipijat,peregangan serta mobilisasi dan manipulasi
sendi yaitu menggunakan ROM)
2. Terapi okupasi
Terapi yang lebih mengarah kepada Sensoris / kognitif (pikiran) agar dapat menjalani
aktifitas sehari-hari. Contohnya dengan terapi ultrasound (untuk pendengaran) terapi suhu
panas-dingin (untuk sensoris raba) latihan pernafasan dan akupuntur.
3. Terapi Wicara
Dilakukan bila sudah terserang area Broca dan Wernicke , biasa terapinya seperti dari
latihan bicara awal. A I U E O
Talak Farmako
a. Tatalaksana Umum :
-Stabilisasi jalan nafas dan pernapasan
-Stabilisasi hemodinamik (infus kristaloid)
-Pengendalian tekanan intrakranial (manitol jika diperlukan)
-Pengendalian kejang (terapi anti kejang jika diperlukan)
-Analgetik dan antipiterik, jika diperlukan
-Gastroprotektor, jika diperlukan
-Manajemen nutrisi
18
-Pencegahan DVT dan emboli paru : heparin atau LMWH
b. Tatalaksana Spesifik
-Trombolisis intravena : alteplase dosis 0.6-0.9 mg/kgBB, pada strokeiskemik onset <6 jam
-Terapi endovascular : trombektomi mekanik, pada stroke iskemik dengan oklusi karotis
interna atau pembuluh darah intrakranial, onset <8 jam
-Manajemen hipertensi
(Nicardipin, ARB, ACE-Inhibitor,
Calcium Antagonist, Beta blocker,
Diuretik)
-Manajemen gula darah (insulin,
anti diabetik oral) Pencegahan
stroke sekunder
(antiplatelet:aspirin,clopidogrel,
cilostazol atau antikoagulan :
warfarin, dabigatran, rivaroxaban)
-Neroprotektor (citicholin,
piracetam, pentoxyfiline)
-Perawatan di Unit Stroke
-Neurorestorasi / Neurorehabilitasi
CONTOH RESEP
19
KOMPLIKASI
Komplikasi stroke yang harus diwaspadai karena dapat mengakibatkan kematian dan
kecacatan adalah komplikasi medis, antara lain komplikasi pada jantung, paru (pneumonia),
perdarahan saluran cerna, infeksi saluran kemih, dekubitus, trombosis vena dalam, dan sepsis.
Sedangkan komplikasi neurologis terutama adalah edema otak dan peningkatan tekanan
intrakranial, kejang, serta transformasi perdarahan pada infark.
Pada umumnya, angka kematian dan kecacatan semakin tinggi, jika pasien datang terlambat
(melewati therapeutic window) dan tidak ditangani dengan cepat dan tepat di rumah sakit
yang mempunyai fasilitas pelayanan stroke akut.[2]
PENCEGAHAN
A. Pencegahan Primordial
20
Pemerintah menyediakan fasilitas kesehatan POSBINDU PTM (Pusat Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular) sebagai sarana implemetasi gerakan hidup sehat di masyarakat.
B. Pencegahan Primer
Peningkatan gaya hidup sehat dengan perilaku “Cerdik”
Senyum tidak simetris (mencong ke satu sisi), tersedak, sulit menelan air minum secara tiba-
tiba.
D. Pencegahan Tersier
Meningkatkan kesadaran bagi penyandang stroke untuk “PATUH”
21
PROGNOSIS
Ad vitam : dubia adbonam
Ad Sanationam : dubia adbonam
Ad Fungsionam : dubia adbonam
22
KESIMPULAN
23
REFERENSI
1. Hammer GD, et all. Pathophysiology of disease An introduction to clinical medicine.
7th ed. New York : LANGE, 2016.
2. Tim penyusun. Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan Primer.
Jakarta : 2014.
3. Sacco RL, et al. An Updated Definition of Stroke for the 21st Century : A Statement
for Healthcare Professionals From the American Heart Association/American Stroke
Association. AHA Journal. 2013 Mei 7; 44 (7) : 2064-2089
4. Radu RA, et al. Etiologic Classification Of Ischemic Stroke: Where Do We Stand?.
Clinical Neurology and Neurosurgery. 2017 Agustus; 159 : 93 - 106.
5. https://strokeassociation.org/en/about-stroke/stroke-risk-factors.html
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kebijakan dan Strategi Pencegahan dan
Pengendalian Stroke di Indonesia. 2018.
7. Munir, Badrul, et all. Relationship between the random blood glucose levels during
admission at emergency room with clinical output in acute ischemic stroke patients.
Laboratorium Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang,
Indonesia. Malang : 2015.
24