Anda di halaman 1dari 10

RANGKUMAN PENGANTAR INDUSTRI TEKSTIL Proses Persiapan dan Pengelantangan

Vivayanti Nurhidayah FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BANDUNG RAYA Jalan Banten


No. 11 Bandung Tlp

2 1. Proses Pembuatan Kain Kain Benang Serat Serat Benang Kain

3 1. SERAT SERAT TEKSTIL Serat adalah suatu unit bahan yang ditandai oleh panjangnya
paling sedikit ratusan kali diameternya atau lebarnya, dan dapat dipintal menjadi benang atau
dibuat menjadi kain dengan penyilangan atau berbagai cara lainnya.bahan tekstil yang
dipergunakan terdiri dari bermacam-macam jenis serat. Serat serat tekstil dibagi dalam 3
kelompok : 1. Serat alam a. Serat yang murni berasal dari alam b. Serat alam dapat berasal dari
tumbuhan atau hewan a) Serat yang berasal dari tumbuhan, berasal dari bunga atau batang
tumbuhan itu sendiri. Contoh : kapas, rami, kapok, yute b) Serat yang berasal dari hewan
contohnya : sutera, wol, cashmere 2. Serat semi sintetik a. Serat yang bahan bakunya bersumber
dari alam tetapi kemudian di olah secara kimiawi. b. Bahan baku serat semi sintetis ini dapat
berasal dari waste kapas atau dari batang pohon pinus c. Proses pengolahannya menyerupai
proses pulping pada proses pembuatan kertas d. Hasilnya yang paling banyak dikenal adalah
serat rayon 3. Serat sintetik a. Serat yang sengaja dibuat ( sintetis ) b. Berasal dari senyawa
senyawa kimia tertentu c. Proses pembuatan seratnya disebut spinning, dan alatnya disebut
spinneret d. Proses pembuatan serat sintetis dibedakan dalam 3 kelompok, yaitu : 1) Melt
Spinning : hasilnya polyester, poliamida 2) Wet Spinning : hasilnya rayon 3) Dry Spinning :
hasilnya acrylic Produk yang keluar dari spineret dapat berbentuk filament atau staple tergantung
dari kebutuhannya.

4 Contoh : Bila kita membuat benang campuran polyester 65% dan katun 35%, maka serat
polyesternya berbentuk staple. Untuk menjadi kain yang siap untuk dijadikan sandang, maka
serat akan mengalami tahap spinning ( pemintalan ) untuk menjadi bentuk benang. Benang ini
bisa di tenun atau dirajut untuk menjadi kain. Kain ini masih merupakan kain mentah ( grey ).
Kain grey ini mengalami tahapan proses tertentu sehingga menjadi kain jadi / kain sandang.
Proses perajutan ( knitting ) Proses pembuatan kain dari satu benang yang saling dikait-kaitkan.
Proses pertenunan ( weaving ) Proses pembuatan kain dari dua benang yang dianyam, benang ke
arah panjang disebut benang lusi ( warp ) dan benang kea rah lebar di sebut benang pakan ( weft
). 2. Proses Pembuatan Benang

5 SERAT BLOWING CARDING DRAWING ROVING RING SPINNING WINDING 1.


Blowing Proses pembukaan, pembersihan, pencampuran, dan hasilnya berupa lap. 2. Carding

6 Proses pembersihan dan penguraian serat, pemisahan serat yang panjang dengan serat yang
pendek dan merubah bentuk lap menjadi bentuk sliver. 3. Drawing Proses perangkapan,
penarikan, dan peregangan serat-serat dan membuat sliver lebih rata. Biasanya proses ini
dilakukan dua kali. 4. Roving Proses penarikan, pemberian twist, penggulungan,dan hasilnya
berupa roving. 5. Ring Spinning Proses penarikan, pemberian twist, penggulungan,dan hasilnya
berupa benang. 6. Winding Proses penggulungan benang menjadi gulungan benang yang lebih
besar sambil menghilangkan bagian-bagian yang lemah dan tidak rata. 3. Proses Penyempurnaan
Kain KAIN
7 PEMBAKARAN BULU / SINGEING PENGHILANGAN KANJI / DESIZING
PEMASAKAN / SCOURING PENGELANTANGAN / BLEACHING PENCELUPAN /
DYEING PENCAPAN / PRINTING PENYEMPURNAAN KHUSUS Keterangan : 1. Proses
penganjian ( sizing ) Benang lusi selama proses pertenunan mengalami gesekan gesekan dengan
peralatan tenun. Oleh karena itu benang lusi perlu diperkuat dengan cara dikanji agar tidak
mudah putus. 2. Proses persiapan ( pretreatment ) Untuk mendapatkan hasil yang sempurna pada
proses pencelupan dan pencapan, maka kain grey ( kain mentah ) perlu diproses persiapan
terlebih dahulu. Proses ini dikenal sebagai proses pretreatment. Proses pretreatment meliputi :
Proses desizing : proses penghilangan kanji yang terdapat pada kain

8 Proses scouring : proses penghilangan kotoran kotoran yang terdapat pada kain, misalnya
minyak, lilin, debu, oli rajut dan lainnya. Proses bleaching : proses menghilangkan pigmen
pigmenwarna alami pada kain katu yang berwarna kekuning-kuningan atau kecoklatan sehingga
kain berwarna putih. 3. Proses merserisasi / kostisasi ( mercerized / causticized ) Pemasakan
dengan larutan soda kaustik untuk meningkatkan kualitas kain katun, di antaranya untuk
meningkatkan daya serap bahan terhadap zat warna, memperbaiki kenampakan dan stabilitas
dimensi kain serta meningkatkan daya kilap kain. 4. Proses pencelupan ( dyeing ) Proses
pemberian warna pada bahan tekstil secara merata ( uniform ).Bahan tekstilnya dapat berupa
benang atau kain. 5. Proses pencapan ( printing ) Proses pemberian warna setempat pada bahan
tekstil yang berupa motif atau corak tertentu. 6. Proses penyempurnaan ( finishing ) Proses
proses khusus dan terbatas yang dilakukan pada bahan tekstil untuk memenuhi syarat syarat
penggunaan yang diinginkan. Proses persiapan dilakukan bergantung tujuan dan jenis dari serat
itu sendiri. Kain Kapas Penyikatan Pembakaran bulu Penghilangan kanji Pemasakan Merserisasi
Setting lebar Kostiksasi

9 Kain Wol Pengkarbonan / Pengarangan Pemasakan Kain Sutra Pemasakan / Deguming Kain
Poliester Pemasakan Relaksasi Pemantapan / Heat Setting Weight Reduce / Pengurangan Berat
Setting lebar Kain Campuran Poliester Kapas Pembakaran bulu Penghilangan kanji Pemasakan
Relaksasi Setting Lebar Burn Out (kalau diperlukan) Heat Setting Perbedaan serat alam dan serat
buatan Serat alam Serat Buatan Mempunyai daya serap yang baik Tidak mengkilap atau
warnanya buram Mudah kusut Jumlah relatif tetap Bentuknya tetap Daya serapnya kurang baik
Mempunyai daya kilap yang bagus Tidak mudah kusut Bisa dibuat dengan jumlah sesuai
keinginan Bentuknya bisa dimodifikasi

10 PERTENUNAN Proses menenun adalah proses membentuk suatu anyaman dari dua macam
benang. anyaman terbentuk dengan menyilangkan benang-benang dengan posisi saling tegak
lurus. Benang-benang yang searah dengan panjang kain disebut sebagai benang lusi (atau benang
lungsi, lungsin), sedangkan benang yang melintang ke arah lebar kain disebut sebagai benang
pakan. Agar bisa berfungsi dengan baik selama proses pertenunan, masing-masing benang harus
mengalami proses persiapan terlebih dahulu, yakni persiapan pertenunan. Penghilangan Kanji (
Desizing ) Sebelum ditenun benang lusi dikanji untuk menambah kekuatan dan daya gesek yang
tinggi. Benang lusi yang tidak dikanji kekuatannya rendah, mudah putus sehingga mengurangi
mutu kain dan efisiensi produksi. Kanji bersifat menghalangi penyerapan (Hidrofob) larutan baik
dalam proses pemasakan, pengelantangan, pencelupan, pencapan, dan penyempurnaan khusus
sehingga jika kanji tidak dihilangkan mengakibatkan hasil proses tersebut kurang sempurna.
Pada proses pencelupan dan pencapan zat warna tidak bisa masuk kedalam serat sehingga warna
akan luntur dan tidak rata.

11 Penganjian benang lusi biasanya menggunakan kanji alam maupun kanji sintetik tergantung
dari jenis seratnya. Kanji alam antara lain : - Pati (tapioka), jagung (meizena), kentang (farina),
gandum (terigu), - Kanji protein seperti glue, gelatin, dan kasein - Macam macam gom. -
Modifikasi kanji, dekstrin. Kanji sintetik antara lain : - PVA (Polivenil Alkohol), Akrilik, dan
lain-lain - Derivat selulosa seperti tylose (CMC), Hidrksil etil selulosa, dan metil selullosa. -
Derivat kanji seperti starch ester, starch eter. Di Indonesia untuk mengaji benang kapas
digunakan kanji tapioka sedang di Amerika banyak dipakai jenis kanji jagung. Penganjian
benang rayon viskosa biasanya dengan modifikasi kanji (dekstrin). Benang benang sintetik
biasanya dikanji dengan PVA, campuran PVA dan gom, dan sebagainya. Prinsip penghilangan
kanji Agar kanji larut dalam air kanji harus dihidrolisa atau dioksidasi menjadi senyawa yang
lebih sederhana sehingga rantai molekulnya lebih pendek dan mudah larut dalam air. Untuk
menghilangkan kanji dikenal beberapa cara : 1. Perendaman 2. Asam Encer 3. Alkali Encer 4.
Enzym 5. Oksidator 1. Penghilangan Kanji dengan Cara Perendaman Cara perendaman
merupakan cara yang paling mudah dilakukan, kain direndam dalam air panas + 35 o C - 40 o C
selama 24 jam, selanjutnya dicuci dengan air panas kemudian dengan air dingin. Penghilangan
kanji dengan perendaman ini dapat dilakukan untuk Jenis kanji yang mudah larut dalam air
seperti gom, dekstrin, CMC, PVA dan lain-lain.

12 Reaksinya yang terjadi adalah sebagai berikut : hidrolisa (C 6 H 10 O 5 )n + nh 2 O nc 6 H 12


O 6 kanji (amilum) netral glukosa (gula) Cara perendaman ini tidak banyak dipakai lagi karena
reaksinya berjalan lambat dan hasilnya kurang sempurna. Perendaman yang terlalu lama
menyebabkan timbulnya asam yang dapat menghidrolisa serat. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam penghilangan kanji dengan perendaman: Saat perendaman waktu harus tepat,
jika terlalu lama dapat menurunkan kekuatan bahan yang diproses, yang diakibatkan oleh asam
yang terjadi selama proses perendaman (fermentasi). Selama proses bahan harus dalam keadaan
terendam semua. Penataan kain pada bak proses harus dalam keadaan rata tidak boleh ada bagian
yang tersembul, karena bisa menimbulkan pembasahan yang kurang merata. 2. Penghilangan
Kanji dengan Asam Encer Asam dapat menghidrolisa kanji melalui dextrin menjadi glukosa
yang larut dalam air, sehingga mudah dihilangkan dalam proses pencucian. Jenis asam yang
banyak digunakan dalam proses penghilangan kanji adalah asam sulfat (H 2 SO 4 ) encer, asam
chlorida (HCl) encer dan asam asetat (CH 3 COOH) encer. Asam yang digunakan harus encer ±
30%. 2(C 6 H 10 O 5 ) + n H 2 O nc 12 H 22 O 6 Kanji Glukosa Bahan direndam dalam larutan
asam sulfat (H 2 SO 4 ) encer atau asam chlorida (HCl) encer pada suhu + 30 o C selama 1½
2jam, sampai terjadi reaksi glukosa larut dalam air, dicuci panas kemudian cuci dingin,
pencucian harus bersih karena sisa asam yang terjadi oleh panas akan menambah kepekatan
asam dalam kain sehingga dapat terjadi hidroselulosa. Untuk

13 mencegahnya dapat dilakukan penetralan dalam larutan alkali. Jenis kanji yang dapat
dihilangkan dengan H 2 SO 4 encer antara lain : pati, tapioka, jagung, kentang, dan dekstrin.
Perbandingan bahan yang digunakan sebanding dengan berat bahan Resep : H 2 SO 4 encer
(30%) : 5-10 ml/l Suhu : + 30 o C Waktu : 1½ 2jam Perbandingan larutan : 1 : Penghilangan
Kanji dengan Soda Kostik (NaOH) Encer (Alkali) Proses penghilangan kanji dapat dilakukan
pula dengan soda kostik/soda api encer tetapi memerlukan waktu yang cukup lama, cara ini
jarang dilakukan di samping makan waktu lama juga hasilnya kurang begitu sempurna. Jenis
kanji yang larut dengan alkali seperti kanji protein, PVA, pati. Bahan direndam dalam larutan
natrium hidroksida encer pada suhu kamar selama ± 12 jam, Setelah selesai bahan dicuci panas,
cuci dingin, keringkan. hidrolisa 2(C 6 H 10 O 5 )n + nh 2 O nc 12 H 22 O 11 Kanji (Pati) alkali
maltosa (gula) 4. Penghilangan Kanji dengan Enzim Penghilangan kanji dengan enzim sekarang
banyak dilakukan baik oleh industri besar maupun industri kecil. Karena ada beberapa kelebihan
dalam penggunaannya yaitu : Hidrolisa kanji berjalan cepat, waktu pengerjaan lebih pendek (¼ -
½ jam) sehingga produktifitas lebih tinggi. Tidak terjadi kerusakan pada serat. Senyawa protein
yang berfungsi sebagai katalisator. Tidak perlu ada tambahan apa-apa. Terdapat 3 golongan
enzima yang digunakan untuk proses penghilangan kanji yaitu :

14 - Enzym Mouth / Malt diastase (enzim dari tumbuh-tumbuhan) - Enzym Pankreas diastase
(dalam pankreas babi) - Enzym Bakteri diastase Enzim Konsentrasi Suhu ph Mouth / Malt
diastase 5 20 gr/l o C Pankreas diastase 1 3 gr/l o C Bakteri diastase gr/l o C 6-7 Dalam proses
penghilangan kanji dengan enzim perlu memperhatikan faktor suhu dan ph, karena pada ph dan
suhu tersebut daya kerja enzym akan berkurang dan hasil kurang sempurna. Prinsip
penghilangan kanji dengan enzim adalah merendam peras kain dalam larutan enzim selanjutnya
kain diperam selama 6 8 jam tergantung jenis enzimnya. Perendaman dapat dilakukan dengan
cara kain digulung, ditutup plastik dan dimasukan dalam suatu ruang kemudian diputar (batcher),
atau dapat pula dilakukan dengan cara kain ditumpuk dan ditutup plastik. Reaksi yang terjadi
pada perubahan kanji menjadi gula yang larut pada penghilangan kanji dengan enzym dapat
digambarkan sebagai berikut : 2 (C 6 H 10 O 5 )n + nh 2 O nc 12 H 22 O 11 2nC 6 H 10 O 5 +H
2 O Kanji(amilum) enzyma maltosa (gula) glukosa (gula) Maltosa Rendam peras dapat
dilakukan bersamaan proses pembakaran bulu. Kain setelah dibakar dilewatkan dalam bak
pemadam api yang mengandung larut enzim. Proses penghilangan kanji simultan dengan proses
pembakaran bulu lebih efesien, efektif, dan hasilnya lebih baik. 5. Penghilangan Kanji dengan
Oksidator Zat pengoksid dapat digunakan untuk menghilangkan kanji jenis tapioka, poliaksilar
dan lain-lain. Sedangkan zat oksidator yang sering digunakan adalah Natrium sulfo kloramida
(aktivin S) pemakaiannya1 3 g/l, penggunaan aktivin S selain menghilangkan kanji juga terjadi
efek pengelantangan. Garam persulfat salah satu nama dagangnya adalah Ractogen. Pemakaian
ractogen 1% dengan penambahan natrium hidroksida 1%, pembasah 0,5 sampai 1% dan
dikerjakan pada suhu 80 o C, selama 30 menit.

15 Hidrogen peroksida pemakaiannya dapat menggunakan sistem rendam peras jigger (Pad Jig)
maupun rendam peras gulung putar (Pad batch). Penggunaan zat pengoksid dapat dilakukan pada
ph dan suhu tinggi sehingga proses penghilangan kanji ini bisa dilakukan bersama-sama dengan
proses pemasakan pada mesin kier ketel, atau proses kontinyu dengan mesin parble range
bersamaan dengan proses pemasakan, dan pengelantangan. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut : Oksidator + H 2 O H 2 O + On H 2 O 2 H 2 O + On (C 6 H 10 O 5 )n n(c 6 H 10 O 5 )
Kanji (amilun) Kanji (amilum) rantai panjang rantai pendek Prosesnya : Bahan direndam dalam
larutan yang terdiri dari 1 2% peroksida, natrium hidroksida(naoh), 0,5 2% dan pembasah
(Tepol) 0,1 0,5% pada suhu 400C. Diperas dengan pad lalu digulung (batch), putar selama 1 jam.
Setelah selesai bahan dicuci panas, bilas dengan air dingin dan diperiksa masih ada kandungan
kanji pada bahan yang telah diproses. Pemeriksaan Hasil Proses Penghilangan Kanji
Pemeriksaan hasil proses penghilangan kanji dapat dilakukan dalam dua cara yaitu, 1. Kuantitatif
Dengan cara menghitung pengurangan berat % kanji yang hilang = A B x 100 % A A = Berat
bahan sebelum proses B = Berat bahan setelah proses 2. Kualitatif

16 Untuk mengetahui hasil proses penghilangan kanji secara kualitatif, perlu dilakukan
pengujian dengan menggunakan zat pereaksi larutan KJ Jodium. Cara pembuatan larutan KJ
Jodium adalah 10 gram/liter KJ (Joodikal) dan 10 gram jodium dilarutkan ke dalam 1 liter
larutan. Dari hasil pengujian bahan yang sudah diproses penghilangan kanji ditetasi dengan
laurtan KJ Jodium akan timbul warna yang menunjukkan tingkat kesempurnaan hasil proses
yaitu sebagai berikut : NO WARNA YANG TIMBUL Biru Ungu Merah Coklat Biru
Kehijauhijauan ARTI WARNA TERSEBUT Kain mengandung kanji Kain Mengandung dekstril
Kain mengandung eritrodekstrin Kain mengandung akro dekstrin maltosa/glukosa (Kanji sudah
bersih) Kain mengandung polivinil alkohol Pembakaran Bulu (Singeing) Pembakaran bulu
bertujuan untuk menghilangkan bulu bulu yang tersembul pada permukaan kain. Bulu bulu pada
kain timbul sebagai akibat adanya tegangan benang dan gesekan benang pada proses pertenunan.
Bulu bulu yang timbul pada permukaan kain mengurangi kualitas kain dan mengurangi kualitas
hasil proses merserisasi, pencelupan, dan pencapan. Tidak semua kain dibakar bulunya. Terdapat
kain yang tidak boleh dibakar bulunya yaitu: Kain handuk Kain karpet Kain flanel, dsb. Tetapi
untuk kain-kain berikut harus dilakukan proses pembakaran bulu yaitu : Kain untuk lapis
(voering) Kain anyaman keeper, tenunan wafel, dan Kain-kain yang berusuk garis-garis ke
dalam.

17 Kain - kain yang akan di merser, dicelup, dan dicap. Kain kain murahan untuk meningkatkan
kualitasnya. Pembakaran bulu dapat dilakukan dengan beberapa macam mesin seperti mesin
bakar bulu plat, silinder, pembakar bulu gas dan listrik. Pemasakan (Scouring) Pemasakan adalah
proses yang bertujuan untuk menghilangkan bagian dari komponen penyusun serat berupa
minyak-minyak, lemak, lilin, kotoran-kotoran yang tidak larut dan kotoran-kotoran kain yang
menempel pada permukaan serat dapat dihilangkan, sehingga proses selanjutnya seperti
pengelantangan, pencelupan, pencapan dan sebagainya dapat berhasil dengan baik. Pada
dasarnya proses pemasakan serat-serat alam dilakukan dengan alkali seperti natrium hidroksida
(NaOH), natrium carbonat (Na 2 CO 3 ) dan air kapur, campuran natrium carbonat dan sabun,
amoniak dan lain-lain. Sedangkan pemasakan serat buatan (sintetik) dapat dilakukan dengan zat
aktif permukaan yang bersifat sebagai pencuci (detergen). Ditinjau dari sistem yang digunakan,
proses pemasakan dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu pemasakan sistem tidak kontinyu
(discontinue) contohnya pemasakan dengan bak, mesin jigger, mesin haspel, mesin clapbau,
mesin kier ketel dan pemasakan sistem kontinyu (continue) contohnya pemasakan dengan mesin
J-Box, L-Box. Sedangkan kalau ditinjau dari tekanan mesin yang digunakan, proses pemasakan
dibagi menjadi 2 macam, yaitu pemasakan tanpa tekanan misalnya menggunakan bak, mesin
jigger, haspel, Clapbau, J-Box dan L-Box dan pemasakan dengan tekanan, misalnya
menggunakan mesin kier ketel, jigger tertutup. Pada proses pemasakan bahan dari serat kapas
terjadi hal-hal sebagai berikut : Safonifikasi minyak menjadi garam-garam larut. Pektin dan
pektosa berubah menjadi garam-garam yang larut.

18 Protein akan pecah menjadi asam amino asam amonia. Mineral-mineral dilarutkan Minyak-
minyak yang tidak tersafonifikasi diemulsikan oleh sabun yang terbentuk. Kotoran-kotoran lain
disuspensikan oleh sabun yang terbentuk. Zat-zat penguat yang terdapat pada serat akan terlepas.
Kotoran-kotoran yang disuspensikan oleh sabun yang terbentuk. Kotoran-kotoran luar, sisa daun,
sisa biji dapat dihilangkan secara mekanik pada meisnmesin tertentu dengan menggunakan alkali
kuat. Pengelantangan (bleaching) Proses yang bertujuan untuk menghilangkan warna-warna
yang disebabkan oleh karena adanya pigmen-pigmen alam atau zat-zat lain, sehingga diperoleh
bahan yang putih. Zat-zat pengelantang: 1. Bersifat oksidator: - Mengandung khlor: - Kaporit
(CaOCl 2 ) - Natrium hipokhlorit (NaOCl) - Natrium khlorit (NaClO 2 ) - Tidak mengandung
khlor: - Hidrogen peroksida (H 2 O 2 ) - Natrium peroksida (Na 2 O 2 ) - Natrium perborat
(NaBO 3 ) - Kalium bikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) - Kalium permanganat (KMnO 4 ) 2. Bersifat
reduktor: - Sulfur dioksida (SO 2 ) - Natrium sulfit (Na 2 SO 3 ) - Natrium bisulfit (NaHSO 3 ) -
Natrium hidrosulfit (Na 2 S 2 O 4 )

19 Proses pengelantangan bahan tekstil dapat dilakukan tidak terhadap semua jenis bahan dari
serat yang berbeda dengan zat pengelantang yang sama, tetapi harus dipilih kesesuaiannya agar
dapat memperoleh hasil yang baik. Bahan tekstil dari serat selulosa seperti kapas dan rayon
viskosa dapat dikelantang dengan kaporit, natrium hipokhlorit dan hidrogen peroksida.
Pengelantangan rayon viskosa biasanya menggunakan natrium hipokhlorit akan lebih aman
daripada dengan kaporit. Sedangkan pengelantangan dengan hidrogen peroksida juga lebih baik,
karena tidak terjadi kerusakan serat, tetapi harganya lebih mahal dan memerlukan pemanasan.
Untuk serat protein tidak dapat dikelantang dengan zat oksidator yang mengandung khlor, karena
dapat terjadi kerusakan serat oleh khlor, sehingga lebih baik pengelantangan serat protein dapat
digunakan dengan zat pengelantang yang tidak mengandung khlor seperti hidrogen peroksida
dan zat pengelantang yang bersifat reduktor. Sedangkan bahan dari serat sintetik dan rayon asetat
paling baik dikelantang dengan natrium khorit (Textone) dalam suasana asam. Rayon asetat
dapat pula dikelantang dengan natrium hipokhlorit dalam suasana asam Merserisasi dan
Kostiksasi Tujuan dari proses merserisasi adalah untuk memperbaiki kilap kain, meningkatkan
daya celup dan memperbesar reaktifitas terhadap zat2 kimia. Proses merserisasi pada umumnya
menggunakan larutan soda kotik dingin BE suhu C umumnya di pabrik dikerjakan dengan suhu
20 C selama 30 sec dan dilakukan dengan diberikan tegangan sehingga dihasilkan kain dengan
kilap yang permanen dan terjadi penggelembungan ke arah lebar dan penyusutan ke arah
panjang. Proses kostiksasi sama dengan proses merserisasi hanya dilakukan tanpa
tegangan/tarikan sehingga tidak dihasilkan kilap yang permanen. Proses merserisasi akan
memberikan keuntungan - keuntungan sbb: 1. Menambah kilap kain 2. Daya serat terhadap zat
warna bertambah 3. Memperbaiki kestabilan dimensi

20 4. Kekuatan tarik bertambah 5. Memperbaiki dan menghilangkan efek negatif kapas yang
belum matang atau mati Jenis2 mesin yang digunakan untuk proses merserisasi adalah : 1. Mesin
merserisasi berantai ( Chain mercerisation machine ) 2. Mesin Merserisasi roll ( Roller
mercerisation machine )

21 3. Mesin merserisasi benang ( Yarn mercerisation Machine) Istilah istilah tambahan : Filamen
Serat yang sangat panjang (dapat sampai tidak terhingga panjangnya). Contoh : Pada umumnya
serat buatan (poliester, poliamida, poliakrilik, polietilena dsb.) berupa

22 filamen yang dapat dibuat menjadi bentuk stapel. Sutera adalah satu satunya serat alam yang
berbentuk filamen. Lihat Serat (fiber) dan Stapel. Heat setting Suatu proses pemantapan terhadap
kain (pada umumnya) yang terbuat dari serat termoplastik menggunakan panas dengan tujuan
untuk mestabilkan dimensi. Prosesnya dilakukan dengan pemanasan pada temperatur tinggi
sambil dikontrol dimensinya menggunakan stenter, lalu didinginkan dengan segera. Polimer dari
serat sintetik yang baru dihasilkan melalui proses pemintalan, distribusi molekulnya belum
terorientasi sempurna sehingga tidak dapat digunakan sebagai bahan pakaian. Untuk itu
diperlukan penarikan sehingga molekul tersebut terorientasi sempurna yaitu sejajar satu terhadap
lainnya dan kompak. Dengan heat setting kondisi tersebut dapat dicapai. Lihat pre, intermediate
dan post setting. 1. Pre setting Heat setting yang dilakukan terhadap kain gray (mentah), jadi
sebelum kain tersebut mengalami proses persiapan penyempurnaan (singeing, desizing, scouring
dan bleaching) maupun proses pencelupan dan atau pencapan. Kain yang di heat set dengan cara
ini apabila terdapat kotoran pada kain akan terfiksasi sehingga sulit dihilangkan 2. Intermediate
setting Heat setting yang dilakukan terhadap kain yang telah mengalami proses persiapan
penyempurnaan (singeing, desizing, scouring dan bleaching) 3. Post setting Heat setting yang
dilakukan terhadap kain yang telah mengalami proses persiapan penyempurnaan (singeing,
desizing, scouring bleaching) dan proses pencelupan atau proses pencapan. Zat warna yang
digunakan pada pencelupan harus memiliki ketahanan sublimasi yang tinggi agar tidak rusak
pada waktu di heat set. Stapel Serat berukuran tidak terlalu panjang (hanya beberapa inci).
Contoh : Hampir semua serat alam seperti wool, kapas dsb. Berbentuk staple kecuali sutera
berbentuk filamen.

23 Degumming Proses penghilangan gum yang terdapat pada serat sutera yang berasal dari
mulut ulat sutera ketika proses penyempurnaan serat sutera. Vervilting Kerusakan pada wol
akibat adanya gesekan antara satu sama lain. Setting Lebar Proses untuk menetukan lebar kain,
dilakukan pada mesin stenter. Burn Out Suatu proses yang dilakukan pada serat campuran
misalnya serat kapas dan serat poliester, untuk menghilangkan salah satu serat pada serat
campuran tersebut. Weight Reduce Proses pengikisan kain menjadi lebih tipis supaya nyaman
dipakai. Proses ini dilakukan pada kain poliester yang sifatnyatebal dan daya serapnya kurang
bagus. Serisin Protein albumin yang tidak larut dalam air, lunak dalam air panas, larut dalam
alkali lemah dan sabun. Serisin terdapat pada serat sutera sebagai pelindung mekanik serat sutera
dan juga menyebebkan pegangan serat sutera kaku dan kasar. Proses Kontinyu Proses pembuatan
kain pada mesin yang berlanjut, tidak berhenti, dari mulai proses awal sampai akhir. Proses
Diskontinyu Proses pembuatan kain yang dilakukan dalam satu mesin saja dimana tiap proses
dilakukan bergantian atau tidak berlanjut maka obat pada mesin pun harus diganti-ganti sesuai
proses yang hendak dilakukan. Relaksasi

24 Proses peregangan benang setelah mengalami proses antihan. Proses Pencelupan (Dyeing)
Pada hakikatnya pencelupan adalah proses pemberian warna kebahan tekstil. Secara material
proses pencelupan bisa dilakukan dalam tahap tahap yang berbeda, tergantung pada jenis serat.
Pencelupan merupakan suatu upaya dalam meningkatkan nilai komersil dari barang. Nilai
komersil ini menyangkut nilai indra seperti warna, pola dan mode, dan nilainilai guna yang
tergantung dari apakah produk akhir dipakai untuk pakaian, barang-barang rumah tangga atau
penggunaan lain. Lagi pula, nilai-nilai guna sebagai pakaian tergantung pada tingkatan yang
dikehendaki dari sifat-sifat penyesuaian seperti misalnya sifat-sifat pemakaian, sifat-sifat
pengolahan, sifat-sifat perombakan dan sifat-sifat sebagai cadangan. Nilai-nilai ini dapat
diberikan dengan cara yang beraneka ragam oleh macam -macam bahan, seperti serat kapas,
benang, kain tenun, dan kain rajut, bermacam-macam cara proses, termasuk pencelupan.
Pencelupan adalah suatu proses pemberian warna pada bahan secara merata dan baik, sesuai
dengan warna yang diinginkan. Sebelum pencelupan dilakukan maka harus dipilih zat warna
yang sesuai dengan serat. Pencelupan dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik dengan
menggunakan alat-alat tertentu pula. Pencelupan pada umumnya terdiri dari melarutkan atau
mendispersikan zat warna dalam air atau medium lain, kemudian memasukkan bahan kedalam
larutan tersebut sehingga terjadi penyerapan zat warna kedalam serat. Penyerapan zat warna
kedalam serat merupakan suatu reaksi eksotermik dan reaksi kesetimbangan. Beberapa zat
pembantu misalnya garam, asam, alkali atau lainnya ditambahkan kedalam larutan celup dan
kemudian pencelupan diteruskan hingga diperoleh warna yang dikehendaki.

25 Vickerstaf menyimpulkan bahwa dalam pencelupan terjadi tiga tahap, yaitu : 1. Tahap
pertama merupakan molekul zat warna dalam larutan yang selalu bergerak, pada suhu tinggi
gerakan molekul cepat. Kemudian bahan dimasukkan kedalam larutan celup. Serat dalam larutan
bersifat negatif pada permukaannya sehingga dalam tahap ini terdapat dua kemungkinan yakni
molekul zat warna akan tertarik oleh serat atau tertolak menjauhi serat. Oleh karena itu perlu
penambahan zat zat pembantu untuk mendorong zat warna lebih mudah mendekati permukaan
serat. Peristiwa tahap pertama tersebut sering disebut difusi zat warna dalam larutan. 2. Dalam
tahap kedua molekul zat warna yang mempunyai tenaga cukup besar dapat mengatasi gaya gaya
tolak dari permukaan serat, sehingga molekul zat warna tersebut dapat terserap menempel pada
permukaan serat. Peristiwa ini disebut adsorpsi. 3. Tahap ketiga yang merupakan bagian yang
terpenting dalam pencelupan adalah penetrasi atau difusi zat warna dari permukaan serat
kepusat. Tahap ketiga merupakan proses yang paling lambat sehingga dipergunakan sebagai
ukuran menentukan kecepatan celup. Langkah awal sebelum melakukan pencelupan adalah :
Mendispersikan (melarutkan) zat pewarna dalam air Menyuapkan larutan zat warna kedalam
mesin mengalihkan zat warna dari larutan ke serat membiarkan zat warna menyusup masuk
kedalam struktur serat dan menetapkannya Mencuci bahan untuk menghilangkan zat warna dari
permukaan atau larutan yang tersisa

26 Pencelupan berbagai serat tekstil dengan jenis jenis zat warna Zat Warna Jenis Serat Selulosa
Proteina Asetat Poliamida Poliakrilat Poliester Asam (+) - Basa (+) + (+) Direk + (+) - (+) - -
Morden Kompleks Logam (+) - Naftol + - (+) - (+) (+) Reaktif Belerang + (+) Bejana + (+)
Bejana larut Oksidasi Dispersi Pigmen Keterangan : + bisa langsung dicelup (+) membutuhkan
proses pendahuluan (tidak bisa langsung) Zat warna untuk proses pencelupan kain : a. Zat warna
asam (acid dye) adalah zat warna anion dengan molekul sedang, larut dalam air, digunakan untuk
mewarnai serat protein atau poliamida.

27 b. Zat warna basa (basic dye) atau zat warna kation (cationic dye) adalah zat warna larut
dalam air, yang bagian kationnya berwarna, digunakan untuk mencelup serat-serat protein dan
poliakrilat. c. Zat warna bejana (vat dye) adalah zat warna tidak larut dalam air, digunakan untuk
mewarnai serat selulosa dengan cara dibejanakan atau direduksi dalam suasana alkali. d. Zat
warna bejana larut (soluble vat dye) adalah zat warna bejana yang telah direduksi dan distabilkan
sehingga larut dalam air. e. Zat warna bejana belerang adalah zat warna belerang yang telah
diperbaiki struktur molekulnya, digunakan untuk mewarnai serat selulosa dengan cara direduksi
dalam suasana alkali. f. Zat warna belerang (sulphur dye) adalah zat warna tidak larut dalam
air,bermolekul besar dan amorf, mengandung unsur belerang, digunakan untuk mencelup serat
selulosa dengan cara direduksi dalarn suasana alkali. g. Zat warna direk (direct dye) adalah zat
warna garam atau (salt colour) atau zat warna subtantif (substantif dye) adalah zat warna anion
dengan berat molekul besar, larut dalam air, digunakan untuk mewarnai serat selulosa secara
langsung. h. Zat warna dispersi (disperse dye) adalah zat warna dengan berat molekul kecil
sedikit larut air, mernbentuk larutan dispersi, digunakan untuk mewarnai serat asetat, poliamida,
poliakrilat, dan poliester. i. Zat warna kompleks logam (metal lise tlye) adalah zat warna asam
yang di dalam molekulnya mengandung logam. j. Zat warna kompleks logam 1 : 1 (metal
complex 1 : 1 ) atau zat warna kompleks logam celupan asam (metal compiex acid dyeing)
adalah zat warna kompleks logam yang satu atom logamnya mengikat satu molekul zat warna. k.
Zat warna kompleks logam 1 : 2 (metal complex 1 : 2) atau zat warna celupan netral (metal
complex netral dyeing) adalah zat warna kompleks logam yang satu atom logamnya mengikat
dua molekul zat warna. l. Zat warna mordan (mordant dye) adalah zat warna yang dalam
pencelupannya memerlukan zat perantara agar dapat berikatan dengan serat dan membentuk
suatu senyawa berwarna yang tidak larut dalam air. m. Zat warna naftol (naphthol dye) atau zat
warna azoat (azoic dye) adalah zat warna azo tidak larut dalam air, dibentuk dalam serat dari
komponen naftol dan garam diazonium yang mengadakan reaksi gandeng (coupling), digunakan
untuk mewarnai serat-serat selulosa.

28 n. Zat warna oksidasi (oxydize dye) zat warna hitam anilina (anilina black) atau warna hitam
difenilamina (di phertil amina) adalah zat warna tidak larut dalam air, dibentuk dalarn serat dari
komponen senyawa anilina atau difenilamina dengan cara oksidasi kuat, digunakan untuk
mewarnai serat selulosa. o. Zat warna pigrnen pigment dye) adalah zat warna tidak larut dalam
air, berpartikel besar, digunakan untuk mewarnai bahan tekstil dengan bantuan zat pengikat atau
dicampurkan dalam cairan polimer pada seat pembuatan serat buatan. p. Zat warna reaktif
(reactive dye) adalah zat warna anion larut dalam air, memiliki gugus reaktif yang dapat bereaksi
dengan serat, digunakan untuk mewarnai serat selulosa, protein dan poliamida. tidak. Kelebihan
zat warna sintetik adalah dapat dicampur warnanya, sementara zat warna alam Zat warna yang
tidak larut dalam air : Naftol, dilarutkan dengan coustic soda Belerang, dilarutkan dengan Na 2 S
Bejana, dilarutkan dengan Na 2 S 2 O 4 + NaOH agar dapat larut dalam air Pemilihan zat warna
berdasarkan : a) Jenis kain b) Variant warna c) Ketahanan warna d) Peralatan produksi yang
tersedia e) Biaya Metode atau pengerjaannya 1. Sistem BATCH (discontinous system) atau
exhauset dyeing dalam langkah ini zat wrna dilarutkan dalam larutan celup, bahan direndam
dalam larutan celup dan kemudian di pindahkan setelah sebagian besar zat warna dialihkan,
didistribusikan secara merata dan seragam serta masuk kedalam serat dan menetap kedalam
bahan tekstil pada akhir proses bahan dicuci untuk menghilangkan sisa zat warna.

29 2. Sistem kontinyu atau semi kontinyu (pad dyeing) Proses ini dilakukan dengan
menggunakan alat mekanis cairan celup didistribusikan secara homogen ke kain (zat warna
didistribusikan secara merata) zat warna menyusup masuk ke kain dan kemudian dimantapkan.
lalu pada akhirnya bahan dicuci. Proses Pencapan ( Printing ) Teknologi pencapan (printing)
dapat diterangkan sebagai suatu teknologi seni pemindahan motif (corak) pada bahan tekstil
dengan menggunakan pasta cap sebagai pembentuk motif warna. Metode printing hasilnya tidak
lepas dari suatu nilai-nilai seni, sedangkan teknologi yang diterapkan diharapkan dapat menjadi
kualitas dari hasil seni tersebut. Tidak berbeda jauh dengan teknologi pencapan, pencapan dapat
diartikan sebagai suatu proses untuk mewarnai bahan tekstil dengan melekatkan zat warna pada
kain secara tidak merata sesuai dengan motif yang diinginkan. Secara umum prosedur pencapan
screen pada bahan tekstil meliputi persiapan dan tahapan proses sebagai berikut : 1. Persiapan
kain. Bahan tekstil sebelum dicap harus melalui proses persiapan penyempurnaan, seperti proses
pembakaran bulu, penghilangan kanji, pemasakan, pengelantangan, merserisasi atau proses-
proses pengerjaan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan proses pencapan yang akan dilakukan.
2. Persiapan gambar. Gambar didisain yang akan dicapkan pada bahan dipindahkan kekasa/ke
screen dari kertas gambar ada beberapa cara pemindahan gambar /disain kekasa yaitu dengan
cara pemotongan, penggambaran langsung, atau cara profilm (afdruk). 3. Persiapan kasa cap
Persiapan kasa cap adalah pekerjaan terhadap kasa cap sampai terjadi pemindahan gambar/disain
ke kasa sehingga kasa siap digunakan untuk pencapan. 4. Persiapan pasta cap Untuk pencapan
larutan zat warna harus dibuat pasta dengan viskositas tertentu. Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam pembuatan pasta cap adalah kesesuaian zat warna dengan jenis serat yang akan dicap,
peralatan/jenis metode pencapan yang digunakan, jenis pengental, obat-obat pembantu, kondisi
pengeringan, fiksasi zat warna setelah pencapan. 5. Persiapan mesin/alat cap

30 Persiapan mesin adalah kegiatan untuk menyiapkan mesin dan alat kelengkapannya agar
pengerjaan pencapan dapat berjalan efisien. Misalnya mengatur meja pencapan, rakel, tempat
pengeringan dan lain sebagainya. Proses pencapan dilakukan secara manual (tangan) atau
dilakukan oleh mesin (otomatis). Secara manual sangat dibutuhkan ketrampilan yang baik
terutama dalam proses perakelan pasta cap pada screen, penuangan pasta cap, urutan proses dan
lain sebagainya. Pengeringan Proses pengeringan dilakukan setelah kain dicap diperlukan untuk
menghilangkan kelembapan lapisan pasta cap agar motif yang telah menempel pada bahan tidak
blobor (bleeding) dan untuk memudahkan proses fiksasi berikutnya. Proses fiksasi zat warna
Proses fiksasi adalah proses masuknya zat warna ke dalam serat dan membentuk ikatan dengan
serat sehingga warna tidak luntur. Metode fiksasi yang dapat digunakan adalah dengan : Metode
penguapan (steamer ) Uap air yang meresap ke dalam bahan melarutkan zat warna yang terikat
pada pasta cap sehingga berdifusi masuk ke dalam serat sehingga molekul zat warna dan serat
berikatan. Pengerjaan dengan larutan kimia Yaitu kain yang telah dicap dicelupkan kedalam
larutan kimia yang berfungsi untuk mengkondisikan agar bahan tekstil dan zat warna membentuk
ikatan kimia sehingga warna yang terjadi tidak luntur. Misalnya pada pencapan dengan zat warna
bejana dilarutkan/difiksasi dengan larutan garam nitrit. Proses udara panas Prinsip fiksasi dengan
udara panas adalah merangsang molekul-molekul zat warna oleh energi udara panas dan
meningkatkan gerakan molekul serat sehingga memungkinkan terjadinya fiksasi zat warna
kedalam serat. Pencucian Proses pencucian setelah fiksasi zat warna dimaksudkan untuk
menghilangkan sisa-sisa warna ataupun pasta cat (pengental) dan zat-zat lain yang tidak
terfiksasi sehingga hasil warna menjadi lebih tajam, dan mempunyai ketahanan luntur yang baik.

Anda mungkin juga menyukai