Disusun Oleh:
Lina Oktaviani 180020113111007
Kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya mempedulikan sumber daya di bumi untuk
kepentingan generasi mendatang, melahirkan kepedulian akan pentingnya menjaga kelestarian dan
ketersediaan sumber daya. Kepedulian pada lingkungan yang meliputi kualitas udara, air dan
bahan beracun yang dapat merusak alam juga berpengaruh terhadap bisnis perusahaan yang
Hal ini menyebabkan perusahaan harus berusaha memenuhi tuntutan ini dengan melakukan
bisnis yang ramah lingkungan. Perusahaan harus menyiapkan anggaran yang terkait dengan
aktivitas untuk memastikan bahwa mereka tidak menghasilkan/ harus mengolah limbah yang
berbahaya bagi lingkungan. Hal ini pada akhirnya akan menjadi biaya bagi perusahaan.
Perusahaan harus memikirkan bagaimana agar dapat meminimalkan atau bahkan menghilangkan
Salah satu pendekatan manajemen terkait biaya lingkungan adalah environment cost of quality.
Makalah ini akan membahas mengenai biaya lingkungan, bagaimana meminimalkan biaya
lingkungan dan bahkan menggunakan biaya lingkungan yang dikeluarkan untuk mendapatkan
keuntungan tambahan dari peningkatan-peningkatan yang dilakukan. Selain itu makalah ini akan
membahas mengenai triple bottom line yang merupakan pendekatan yang memperhatikan tidak
industri, mendorong munculnya banyak peraturan yang mewajibkan perusahaan untuk melakukan
pengelolaan atas dampak yang dihasilkan dari kegiatan produksi. Hal ini mendorong perusahaan
perlu mengeluarkan biaya yang tidak sedikit terkait lingkungan. Untuk meminimalkan biaya yang
harus dikeluarkan terkait lingkungan, maka perusahaan harus menerapkan suatu sistem produksi
yang ramah lingkungan. Oleh karena itu muncul suatu konsep yang dinamakan ecoefficiency.
Ekoefisiensi merupakan suatu konsep yang bertujuan untuk menyatukan antara tujuan bisnis
perusahaan dengan menyelesaikan berbagai permasalahan terkait lingkungan sebagai akibat dari
kegiatan produksi. Secara esensi, ekoefisiensi menjaga agar organisasi dapat memproduksi makin
banyak barang dan jasa yang mana secara simultan mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan, konsumsi sumber daya, dan biaya. Ekoefisiensi paling tidak mengandung tiga hal
penting. Pertama, peningkatan kinerja ekologi dan ekonomi dapat dan sudah seharusnya saling
melengkapi. Kedua, peningkatan kinerja lingkungan seharusnya tidak lagi dipandang hanya
sebagai amal dan untuk nama baik, tetapi juga sebagai suatu persaingan (competitiveness). Ketiga,
pengembangan yang memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa mengurangi kemampuan generasi masa
lingkungan. Ada sejumlah sumber dari insentif dan penyebab peningkatan efisiensi, diantaranya:
1. Pelanggan menginginkan produk yang lebih bersih, yaitu produk yang diproduksi tanpa
keuntungan eksternal, seperti biaya modal yang lebih rendah dan tingkat asuransi yang
lebih rendah.
4. Kinerja lingkungan yang lebih baik dapat menghasilkan keuntungan sosial yang signifikan,
5. Fokus pada peningkatan kinerja lingkungan membangkitkan keinginan para manajer untuk
bersaing.
Pengurangan biaya dan insentif kompetitif merupakan hal yang penting. Biaya lingkungan
dapat merupakan persentase yang signifikan dari biaya operasional total. Pengetahuan mengenai
biaya lingkungan dan penyebab-penyebabnya dapat mengarah pada desain ulang proses yang
dapat mengurangi bahan baku yang lingkungan saat ini dan di masa depan dikurangi sehingga
Sebelum informasi biaya lingkungan dapat diberikan kepada manajemen, biaya lingkungan
harus didefinisikan. Berbagai kemungkinan bisa saja ada terkait definisi biaya lingkungan, namun
pendekatan menarik yaitu mengadopsi definisi yang konsisten yang dikenal dengan total
environmental quality model (TEQM). Dalam model ini, keadaan yang ideal adalah tidak ada
seperti emisi residu benda padat, cair, atau gas ke dalam lingkungan (misalnya: pencemaran air
dan polusi udara), atau degradasi tidak langsung seperti penggunaan bahan baku dan energi yang
tidak perlu.
Dengan demikian, biaya lingkungan dapat disebut juga sebagai biaya kualitas lingkungan.
Dalam arti yang sama dengan biaya kualitas, biaya lingkungan adalah biaya yang dikeluarkan
karena kualitas lingkungan yang buruk ada atau mungkin ada. Dengan demikian, biaya lingkungan
berkaitan dengan penciptaan, deteksi, perbaikan, dan pencegahan degradasi lingkungan. Dengan
definisi ini, biaya lingkungan dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori, yaitu:
Biaya yang terkait ini adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk mencegah
diproduksinya limbah dan/atau sampah yang dapat merusak lingkungan. Contoh: Evaluasi
dan pemilihan pemasok, evaluasi dan pemilihan alat untuk mengendalikan polusi, desain
proses dan produk untuk mengurangi dan menghapus limbah, melatih pegawai,
mempelajari dampak lingkungan, audit risiko lingkungan, daur ulang produk, pemerolehan
Biaya yang terkait deteksi adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan dalam
menentukan bahwa produk, proses, dan aktivitas lain di perusahaan telah memenuhi
standar lingkungan yang berlaku atau tidak. Contoh: Audit aktivitas lingkungan,
tingkat pencemaran.
sampah, tetapi tidak dibuang ke lingkungan luar. Contoh: Pengoperasian peralatan untuk
pemeliharaan peralatan polusi, lisensi fasilitas untuk memproduksi limbah, serta daur ulang
sisa bahan.
Adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan serta melepas limbah atau sampah ke
dalam lingkungan. Biaya ini terbagi menjadi dua, yaitu: biaya kegagalan eksternal yang
direalisasi (realized external failure costs) dan biaya kegagalan eksternal yang tidak
direalisasi adalah biaya yang dialami dan dibayar oleh perusahaan. Biaya kegagalan
eksternal yang tidak direalisasikan adalah biaya sosial disebabkan oleh perusahaan, tetapi
dialami dan dibayar oleh pihak-pihak di luar perusahaan. Biaya sosial ini dapat
diklasifikasikan sebagai biaya yang dihasilkan dari degradatio lingkungan dan yang
berhubungan dengan dampak negatif terhadap properti atau kesejahteraan individu. Dalam
kedua kasus, biaya ditanggung oleh orang lain dan bukan oleh perusahaan meskipun
Contoh biaya kegagalan eksternal yang direalisasi adalah: pembersihan danau yang tercemar,
pembersihan minyak yang tumpah, pembersihan tanah yang tercemar, penggunaan bahan baku
dan energi secara tidak efisien, penyelesaian klaim kecelakaan pribadi dari praktik kerja yang tidak
ramah lingkungan, dll. Contoh biaya sosial adalah: mencakup perawatan medis karena udara yang
terpolusi (kesejahteraan individu), hilangnya kegunaan danau sebagai tempat rekreasi karena
pencemaran (degradasi), hilangnya lapangan pekerjaan karena pencemaran (kesejahteraan
lingkungan dan pengendalian biaya lingkungan. Langkah pertama yang baik adalah laporan yang
merinci biaya lingkungan berdasarkan kategori. Pelaporan biaya lingkungan berdasarkan kategori
mengungkapkan dua hasil penting, yaitu: (1) dampak dari biaya lingkungan terhadap profitabilitas
perusahaan dan (2) jumlah relatif yang dikeluarkan dalam setiap kategori.
Contoh Pelaporan Biaya Lingkungan (Hansen et al., 2009) Dari laporan ini, terlihat upaya
persentase dari total biaya operasional. Dalam laporan ini, biaya lingkungan merupakan 30 persen
dari total biaya operasional, merupakan jumlah yang signifikan. Dari sudut pandang praktis, biaya
lingkungan akan menjadi perhatian manajerial hanya jika mewakili jumlah yang signifikan. Ketika
menjadi biaya yang sangat signifikan, maka manajer cenderung berusaha melakukan upaya
Investasi lebih dalam kegiatan pencegahan dan deteksi dapat menghasilkan penurunan yang
signifikan pada biaya kegagalan lingkungan. Bahkan investasi pada peralatan yang mendukung
pengurangan konsumsi energi, air, dan bahan kimia dapat menghasilkan penghematan. Biaya
lingkungan tampaknya berperilaku dalam banyak cara yang sama seperti biaya kualitas. biaya
lingkungan terendah yang dicapai pada titik kerusakan sama seperti zero-defect dalam model biaya
kualitas. Dengan demikian, solusi ekoefisien lebih berfokus pada pencegahan dengan pandangan
bahwa pencegahan lebih murah daripada mengobati. Analogi ini sama dengan total quality model,
selain pelaporan biaya lingkungan, mengapa tidak melaporkan manfaat lingkungan? Dalam suatu
periode tertentu, ada tiga jenis manfaat, yaitu: pendapatan tambahan, tabungan saat ini, dan biaya
yang dihindari (penghematan yang sedang berlangsung). Pendapatan tambahan adalah pendapatan
yang mengalir ke dalam organisasi karena tindakan lingkungan seperti daur ulang kertas,
menemukan aplikasi baru untuk limbah tidak berbahaya (misalnya, menggunakan scrap kayu
untuk membuat potongan-potongan kayu dan papan catur), dan peningkatan penjualan karena
pencitraan atas ramah lingkungan ditingkatkan. Menghindari biaya mengacu pada penghematan
atas biaya yang telah dibayarkan pada tahun sebelumnya. Tabungan saat ini mengacu pada
pengurangan biaya lingkungan yang dicapai pada tahun berjalan. Dengan membandingkan
manfaat yang dihasilkan dengan biaya lingkungan yang terjadi dalam suatu periode tertentu, jenis
laporan keuangan lingkungan dibuat. Manajer dapat menggunakan pernyataan ini untuk menilai
kemajuan (manfaat yang dihasilkan) dan potensi untuk kemajuan (biaya lingkungan). Laporan
keuangan lingkungan juga dapat menjadi bagian dari laporan kemajuan lingkungan yang diberikan
kerangka kerja terkait pengendalian lingkungan. Terdapat lima tujuan utama yang dapat
pelepasan residu baik padat, cair atau gas, dan terakhir memaksimalkan peluang daur ulang.
Dalam melakukan hal ini peran penting dari aktivitas manajemen tidak bisa dihindarkan.
Aktivitas manajemen yang dilakukan mulai dari mengidentifikasi aktivitas lingkungan, menilai
biaya yang diperlukan berdasarkan aktivitas lingkungan. Prosedur pengendalian kemudian dapat
dilakukan setelah mengetahui biaya lingkungan dan produk serta proses apa yang menghasilkan
biaya lingkungan.
diklasifikasikan sebagai aktivitas lingkungan bernilai tambah dan yang tidak bernilai tambah.
selanjutnya. Perusahaan kemudian dapat meredesain produk dan prosesnya untuk meminimalkan
Desain yang dirancang adalah desain yang ramah lingkungan. Hal ini meliputi produk, proses,
material, energi, dan daur ulang. Jadi desain ini mencakup seluruh siklus hidup produk dan
pengaruhnya bagi lingkungan diperhitungkan. Hal yang tidak bisa dilupakan juga adalah terkait
pengukuran keuangan. Manajemen berperan untuk memastikan bahwa peningkatan perhatian pada
aspek lingkungan seharusnya memberikan konsekuensi bagi perusahaan berupa keuntungan secara
ekonomi. Perusahaan harus menghitung total biaya lingkungan yang dikeluarkan selama beberapa
Menurut Boer, Curtin, & Hoyt (1998), terdapat tiga strategi untuk mengelola biaya lingkungan,
yaitu:
air limbah, dan filter karbon udara adalah contoh-contoh strategi akhir pipa. Pendekatan
ini kurang menguntungkan, karena menambah biaya dalam laporan keuangan tanpa ada
Dengan pendekatan ini, perusahaan mencari jalan untuk mendaur ulang limbah secara
internal untuk mengurangi sisa produksi, atau mengadopsi proses produksi yang tidak
menghasilkan sisa. Cara ini dapat meningkatkan meningkatkan profit dan juga mengurangi
3. Prevention strategy
Merupakan strategi utama untuk memaksimalkan nilai dari kegiatan yang berhubungan
dengan cara tidak memproduksi sama sekali polutan. Dalam strategi ini, perusahaan sangat
menghindari semua masalah dengan otoritas yang berwenang, dan bahkan dalam banyak
kasus perusahaan yang melakukan strategi ini dapat meningkatkan profit secara signifikan.
Dewasa ini konsep CSR semakin berkembang, dan dengan berkembangnya konsep CSR
tersebut maka banyak teori yang muncul yang diungkapkan mengenai CSR ini. Salah satu yang
terkenal adalah teori triple bottom line dimana teori ini memberi pandangan bahwa jika sebuah
memperhatikan “3P”. Selain mengejar keuntungan (profit), perusahaan juga harus memperhatikan
dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkontribusi aktif
Profit atau keuntungan menjadi tujuan utama dan terpenting dalam setiap kegiatan usaha.
Tidak heran bila fokus utama dari seluruh kegiatan dalam perusahaan adalah mengejar profit dan
mendongkrak harga saham setinggi-tingginya. karena inilah bentuk tanggung jawab ekonomi yang
paling esensial terhadap pemegang saham. Aktivitas yang dapat ditempuh untuk mendongkrak
profit antara lain dengan meningkatkan produktivitas dan melakukan efisiensi biaya. Peningkatan
produktivitas bisa diperoleh dengan memperbaiki manajemen kerja mulai penyederhanaan proses,
mengurangi aktivitas yang tidak efisien, menghemat waktu proses dan pelayanan. Sedangkan
efisiensi biaya dapat tercapai jika perusahaan menggunakan material sehemat mungkin dan
People atau masyarakat merupakan stakeholders yang sangat penting bagi perusahaan,
karena dukungan masyarakat sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup, dan
perkembangan perusahaan. Maka dari itu perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya
memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat. Dan perlu juga disadari bahwa operasi
perusahaan berpotensi memberi dampak kepada masyarakat. Karena itu perusahaan perlu untuk
Planet atau Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang dalam
kehidupan manusia. Karena semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia sebagai makhluk hidup
selalu berkaitan dengan lingkungan misalnya air yang diminum, udara yang dihirup dan seluruh
peralatan yang digunakan, semuanya berasal dari lingkungan. Namun sebagian besar dari manusia
masih kurang peduli terhadap lingkungan sekitar. Hal ini disebabkan karena tidak ada keuntungan
Maka, manusia sebagai pelaku industri hanya mementingkan bagaimana menghasilkan uang
dengan melestarikan lingkungan, manusia justru akan memperoleh keuntungan yang lebih,
terutama dari sisi kesehatan, kenyamanan, di samping ketersediaan sumber daya yang lebih
terjamin kelangsungannya.
Dalam era globalisasi peursahaan tidak hanya mementingkan aspek ekonomi saja, tetapi
harus memperhatikan aspek sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, setiap perusahaan berusaha untuk
memenuhi kegiatan yang berkaitan dengan memperhatikan kepentingan sosial dan lingkungan.
Seperti penelitian Sandra (2011) menyatakan bahwa perusahaan yang berkelanjutan bukan hanya
mengejar keuntungan financial, bukan hanya peningkatan nilai pemegang saham. Namun yang
paling baik adalah dicapai melalui kerangka kerja yang luas di bidang ekonomi, sosial, lingkungan
dan nilai-nilai etika serta tujuan bersama yang melibatkan interaksi antara perusahaan dan berbagai
pemangku kepentingan.
Selanjutnya, konsep ini dikembangkan seperti penelitian Zu (2009) dalam Sandra (2011)
mengungkapkan tentang teori triple bottom line dengan tiga aspek utama yaitu, ekonomis, sosial
dan lingkungan. Triple bottom line menangkap spektrum yang lebih luas dari nilai-nilai dan
kriteria untuk mengukur kesuksesan organisasi yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial. Hal ini
berarti memperluas kerangka kerja pelaporan sederhana untuk memperhitungkan kinerja sosial
dan lingkungan disamping kinerja keuangan. Ini juga menangkap esensi pembangunan
berkelanjutan (sustainability development) dengan mengukur dampak ketiga aspek tersebut dari
sustainability development memberi dampak besar kepada perkembangan konsep triple bottom
line selanjutnya. Sebagai contoh the organization for economic cooperation and development
(OECD merumuskan “kontribusi bisnis bagi pembangunan berkelanjutan serta adanya perilaku
korporasi yang tidak semata-mata menjamin adanya pengembalian kepada para pemegang saham,
upah bagi karyawan dan pembuatan produk serta jasa bagi para pelanggan melainkan perusahaan
bisnis juga harus memberi perhatian terhadap berbagai hal yang dianggap penting serta nilai-nilai
masyarakat”.
Pada tahun 2010an, Burger King, Unilever, Nestle dan Kraft Foods memutuskan
menghentikan pembelian minyak kelapa sawit yang diproduksi oleh Grup Sinar Mas. Alasan
mereka adalah dugaan adanya perusakan hutan tropis yang membahayakan kehidupan satwa,
mengurangi kemampuan penyerapan karbon dioksida yang merupakan salah satu penyebab utama
Di luar negeri, Timberland, salah satu produsen pakaian dan sepatu outdoor juga didera hal
yang sama (Harvard Business Review, September 2010). Pagi hari 1 Juni 2009, Jeff Swartz,
menerima e-mail dari 65 ribu aktivis dan pelanggan yang marah. Mereka menuduh Timberland
membeli materialnya dari hutan yang ditebang secara ilegal di Amazon. Parahnya, awalnya
Timberland tidak mengetahui apakah material yang mereka beli benar berasal dari Amazon atau
tidak, yang mengimplikasikan mungkin saja tuduhan tersebut benar. Bukan itu saja, di bulan Mei
2010, seluruh dunia gempar dengan kasus bunuh diri di pabrik FoxConn, Cina. Delapan
perusahaan masa kini tidak bisa sekadar memperhatikan profit lagi. John Elkington tahun 1988
memperkenalkan konsep Triple Bottom Line (TBL atau 3BL). Atau juga 3P – People, Planet and
Profit. Singkat kata, ketiganya merupakan pilar yang mengukur nilai kesuksesan suatu perusahaan
Sebenarnya, pendekatan ini telah banyak digunakan sejak awal tahun 2007 seiring
perkembangan pendekatan akuntansi biaya penuh (full cost accounting) yang banyak digunakan
oleh perusahaan sektor publik. Pada perusahaan sektor swasta, penerapan tanggung jawab sosial
(Corporate Social Responsibility/CSR) pun merupakan salah satu bentuk implementasi TBL.
kepentingan stakeholder (semua pihak yang terlibat dan terkena dampak dari kegiatan yang
diingkari, masih banyak perusahaan yang melihat program ini sebagai suatu program yang
menghabiskan banyak biaya dan merugikan. Bahkan, beberapa perusahaan menerapkan program
ini karena “terpaksa” untuk mengantisipasi penolakan dari masyarakat dan lingkungan sekitar
perusahaan. Selain sisi internal perusahaan, hambatan lainnya dari sisi eksternal karena belum
adanya dukungan regulator dan profesi akuntansi tentang penyajian pelaporan non finansial.
Ahli manajemen dari Harvard Business School, Michael Porter, dalam tulisannya yang
berjudul Strategy and Society: The Link Between Competitive Advantage and Corporate Social
Responsibility (Harvard Business Review, Desember 2006), telah melakukan riset dan
mengemukakan bahwa konsep sosial harus menjadi bagian dari strategi perusahaan. Strategi
perusahaan terkait erat dengan program tanggung jawab sosial. Perusahaan tidak akan
menghilangkan program tanggung jawab sosial itu meski dilanda krisis, kecuali ingin mengubah
strateginya secara mendasar. Sementara pada kasus program tanggung jawab dipotong lebih dulu.