TINJAUAN PUSTAKA
ini absolut maupun relatif (Haznam, 1991). Menurut WHO, DM adalah penyakit
kronis yang terjadi baik ketika pankreas tidak menghasilkan insulin yang cukup
atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan
(WHO, 2008).
oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi
insulin yang dilatarbelakangi oleh kerusakan sel beta pankreas dan resistensi
tubuh kekurangan insulin atau jumlah cukup tetapi tidak efektif akan
puasa yang lebih tinggi dari 110 mg/dL. Kadar glukosa serum puasa normal
adalah 70 sampai 110 mg/dL. Glukosa difiltrasi oleh glomerulus dan hampir
semuanya difiltrasi oleh tubulus ginjal selama kadar glukosa dalam plasma tidak
DM dan gangguan toleransi glukosa yaitu kadar glukosa darah sewaktu (plasma
glukosa plasma ≥ 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram pada Test
Ebers di Mesir kurang lebih 1500 SM, digambarkan adanya penyakit dengan
30SM juga menemukan penyakit tersebut. Pada 200 tahun kemudian, Artaeus
menamai penyakit itu Diabetes dari kata Diabere yang berarti siphon atau tabung
untuk mengalirkan cairan dari suatu tempat ke tempat lain (Suyono,dkk, 2007).
Cendekiawan India dan Cina pada abad ke 3 sampai dengan 6 masehi juga
manis. Pada tahun 1674 Willis melukiskan urin tersebut seperti digelimangi madu
dan gula. Sejak saat itu nama penyakit ditambah dengan kata Mellitus yang berarti
Ibnu Sina pertama kali melukiskan ganggren diabetik pada tahun 1000.
Pada tahun 1889 Von Mehring dan Minowski mendapatkan gejala diabetes pada
anjing yang diambil pankreasnya. Kemudian pada abad ke-20, tepatnya tahun
1921 seorang ahli bedah Frederick Grant Banting dan Charles Herbert Best
sulfonilurea yang dapat meningkatkan kadar insulin. Tahun 1969 ditemukan jenis
a. Menurut Orang
diatas 64 tahun (Wild, dkk, 2004). Pada umur 40 sampai 70 tahun diabetes lebih
banyak pada wanita, tetapi pada umur yang lebih muda frekuensi diabetes lebih
DM tipe II adalah penduduk berusia ≥40 tahun. Menurut penelitian Lina (2011) di
berdasarkan kelompok umur tertinggi adalah pada kelompok umur 51-60 tahun
(Sinaga, 2012).
b. Menurut Tempat
rural. Hal ini menunjukkan bahwa gaya hidup mempengaruhi kejadian diabetes.
kayu putih adalah 5,6%, sedangkan didaerah rural di suatu daerah di Jawa Barat
di daerah urban Indonesia untuk usia di atas 15 tahun yaitu 5,7% (PERKENI,
2011).
c. Menurut Waktu
yang tercatat pada tahun 1990 mencapai angka 80 juta, dan mengalami
peningkatan tajam empat tahun kemudian mencapai angka 110,4 juta. Pada tahun
oleh faktor genetik, life style dan faktor lingkungan.Pada tahun 2011 penderita
DM mencapai angka 346 juta dan lebih dari 80% terdapat di negara berkembang.
diabetes. Ini terjadi karena DNA pada orang diabetes mellitus akan ikut
(Riyadi dan Sukarmin, 2008).Sekitar 40% penderita diabetes terlahir dari keluarga
kemungkinan terkena diabetes 1:17. Namun bila kedua orang tua menderita DM
anak memiliki kemungkinan 1:7 untuk menderita DM bila salah satu orang tuanya
menderita DM pada usia kurang dari lima puluh tahun dan 1:13 bila salah satu
orang tuanya menderita DM pada usia lebih dari lima puluh tahun. Namun bila
b. Usia
DM tipe I banyak ditemukan pada anak atau usia muda. Sebaliknya pada DM tipe
II, lebih banyak pada usia setelah 40 tahun diakibatkan terjadinya penurunan
fisiologis yang secara dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun.
Penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk
Pola makan di kota-kota besar telah bergeser dari pola makan tradisional
yang mengandung banyak kerbohidrat dan serat dari sayuran ke pola makan
lemak, gula, garam, dan mengandung sedikit serat.Komposisi makanan seperti ini
terutama terdapat pada makanan siap saji yang akhir-akhir ini sangat digemari
Kondisi ini akan membutuhkan jumlah hormon insulin yang banyak untuk
melakukan aktifitas fisik maka sejumlah glukosa akan diubah menjadi energi
sehingga kadar gula dalam darah akan berkurang dan kebutuhan insulin juga akan
berkurang. Pada orang yang jarang berolahraga, zat makanan yang masuk ke
dalam tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula.
Jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi energi maka akan
sebab. Penyebab lain yang dicurigai adalah berbagai jenis virus. Virus yang dapat
mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta pankreas, virus ini menyebabkan
kerusakan atau destruksi sel. Virus ini dapat juga menyerang melalui reaksi
didahului dengan infeksi flu atau batuk pilek yang berulang-ulang, yang
disebabkan oleh virus mumps dan coxsackievirus.DM akibat bakteri masih belum
bisa dideteksi. Namun para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan
makanan dipecah menjadi bahan dasar dari makanan itu. Karbohidrat menjadi
glukosa, protein menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak.Didalam
tubuh, zat makanan terutama glukosa dibakar melalui proses metabolisme, dan
sel, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar (Suyono,dkk, 2007).
mengatur tingkat glukosa dalam darah. Setelah makan, kadar glukosa darah akan
melepaskan lebih banyak insulin ke dalam aliran darah untuk membantu glukosa
memasuki sel-sel dan menurunkan kadar glukosa darah setelah makan. Ketika
kadar glukosa darah diturunkan, maka pelepasan insulin dari pankreas dihentikan
tipe I. Pada pasien DM Tipe I, sel-sel beta pankreas yang bertanggung jawab
untuk produksi insulin diserang oleh sistem kekebalan tubuh.Hal ini diyakini
yang abnormal.Selain itu, paparan terhadap infeksi virus tertentu atau racun-racun
Dalam DM tipe II, pasien dapat memproduksi insulin, tetapi tidak dapat
disebut juga diabetes onset-anakkarena banyak terjadi pada usia muda dan
ketoasidosis(Arisman, 2011).
berat badan yang rendah, dan kadar gula darah puasa >140 mg/dL (Arisman,
2011).
diakui kasusnya memang sangat jarang. Mungkin ini disebabkan karena sebagian
tidak terdiagnosis atau tidak diketahui sampai pasien mengalami komplikasi atau
pada usia tua atau 40 tahun dan diabetes resistan-ketosis karena DM tipe ini
familier yang mewakili kurang lebih 85% kasus DM di negara maju dengan
prevalensi sangat tinggi pada masyarakat gaya hidup tradisional menjadi modern.
(Arisman, 2011).
memerlukan obat yang bekerja untuk memperbaiki fungsi insulin dan menurunkan
menyadari akan adanya perubahan. Gejala klinis yang khas penyakit DM seperti
mendiagnosis DM dan disebut sebagai Trias P (3P) (Riyadi dan Sukarmin, 2008).
ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan
lapar) diakibatkan habisnya cadangan gula didalam tubuh meskipun kadar gula
Keluhan yang dialami juga oleh penderita DM seperti rasa lelah dan
kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes, kelainan kulit
berupa gatal-gatal, biasanya terjadi di daerah lipatan kulit seperti diketiak dan di
bawah payudara, kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati. Pada penderita
dasar utama yang berasal dari protein (Riyadi dan Sukarmin, 2008).
diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis, pemeriksaan yang
darah plasma vena. Untuk memastikan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah
yang tidak bergejala, yang mempunyai risiko DM. Serangkaian uji diagnostik
polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvea
tiga cara:
penurunan berat badan) maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu > 200
c. Tes toleransi glukosa oral (TTGO) dengan kadar gula plasma 2 jam pada
2011).
gula darah. Ketika kadar gula darah tidak terkontrol (kadar gula darah tinggi)
maka kadar gula darah akan berikatan dengan hemoglobin. Oleh karena itu, rata-
rata kadar gula darah dapat ditentukan dengan cara mengukur kadar
gula darah rata-rata selama 3 bulan. Kadar normal HbA1C <7% (Soegondo, dkk,
2009).
pasien DM. Pemeriksaan pertama untuk mengetahui keadaan glikemik pada tahap
a. Hipoglikemia
b. Hiperglikemia
menyebabkan penderita menjadi tidak sadarkan diri dan meninggal (Price dan
Lorraine, 2006).
produksi glukosa hati.Hal ini dapat menyebabkan penumpukan glukosa pada sel
a. Ketoasidosis
hiperglikemia dimana terbentuk banyak asam dalam darah. Hal ini terjadi
akibat sel otot tidak mampu lagi membentuk energi sehingga dalam
keadaan darurat ini tubuh akan memecah lemak dan terbentuklah asam
yang bersifat racun dalam peredaran darah yang disebut keton (Suastika,
2008).
hipovolemia sampai syok. Bau aseton dari hawa napas tidak terlalu mudah
(Soewondo, 2009).
kelainan neurologis, hipotensi postoral, bibir dan lidah kering), tidak ada
bau aseton yang tercium dari hawa napas dan tidak ada pernafasan
kapiler.Darah yang keluar dari pembuluh darah inilah yang menutup sinar yang
2003).
ditemukan pada usia dewasa antara 20-74 tahun. Resiko mengalami retinopati
dan sesudah 20 tahun lebih dari 90% pasien sudah menderita retinopati diabetik
(Pandelaki, 2009).
keluhan nyeri yang hebat.Keluhannya dapat berupa neuropati lokal atau sistemik,
semua tergantung pada lokasi dan jenis saraf yang terkena lesi.Pasien diabetes
(Subekti, 2009).
glukosa dalam darah sangat tinggi, sehingga ginjal dipacu lebih berat akibatnya
terjadi penyempitan pembuluh darah kapiler dalam darah. Pada saat terdiagnosis
DM, khususnya bila kadar glukosa darah tinggi maka mekanisme Glomerular
kejadian nefropatik diabetik pada DM tipe 1 dan 2 sebanding, tetapi insidens pada
tipe 2 sering lebih besar dari tipe 1 karena jumlah penderita DM tipe 2 lebih
mencegah kematian dan disabilias akibat tekanan darah yang tinggi. Penderita
hipertensi pada penderita DM ada dua yaitu hipertensi primer yang berkaitan
Cushing(Sjaifoellah, 1996).
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai darah berkurang dan tekanan darah
meningkat. Keluhan sakit jantung sangat bervariasi, biasanya tidak ada keluhan,
tetapi selanjutnya akan timbul gejala akibat penyumbatan antara lain sesak nafas,
nyeri dada, rasa lelah, sakit kepala, detak jantung cepat dan tidak teratur, banya
berkeringat. Akan tetapi, kadang pada penderita diabetes keluhan sakit jantung
tidak disertai dengan rasa nyeri.Hal ini disebabkan karena saraf yang mengantar
f. Ulkus/ Ganggren
gambaran kelainan pada tungkai bawah berupa ulkus maupun gangren selanjutnya
disebut kaki diabetik.Kaki diabetik merupakan luka terbuka pada permukaan kulit
sering tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh
g. Dispepsia
sehingga fungsi lambung untuk menghancurkan makanan menjadi lemah. Hal ini
tinggal dalam lambung. Gangguan pada usus yang sering dialami oleh penderita
DM adalah sukarbuang air besar, perut gembung, dan kotoran kerasdan kadang-
Kunci utama pencegahan DM terletak pada tiga titik yang saling berkaitan
yaitu pengendalian berat badan, olahraga, dan makan makanan sehat. Bentuk
pengendalian ini dilakukan dengan menurunkan berat badan sekitar 5-7% dari
total berat badan dengan 30 menit kegiatan fisik/olahraga 5 hari per minggu, dan
pada individu yang beresiko mengidap DM atau pada populasi umum. Adapun
b) Diet Sehat. Dapat dilakukan dengan mengatur jumlah asupan kalori agar
tercapai berat badan yang ideal. Mengatur makanan yang rendah lemak
latihan jasmani dianjurkan 3-4 kali setiap minggu selama kurang lebih ½
jam. Tetapi hal yang perlu diingat ketika melakukan olahraga adalah jika
starvasi sel dengan cepat dan akan berdampak pada nekrosis sel
resiko tinggi DM dapat terjaring untuk diperiksa dan kemudian yang dicurigai
DM akan dapat ditindak lanjuti, sampai diyakini benar mereka mengidap DM.
selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum
insulin oleh sel beta pankreas, dan merupakan pilihan utama untuk
makan.
5. DPP-IV inhibitor
b) Insulin
a. Yang kerjanya cepat yaitu Regular Insulin (RI) dengan masa kerja 2-4
jam.
c. Yang kerjanya lambat yaitu PZI (Protamme Zinc Insulin) dengan masa
Untuk pasien yang pertama kali akan dapat insulin, sebaiknya dimulai
dengan dosis rendah (8-20 unit) disesuaikan dengan reduksi urin dan
kendali kadar glukosadarah yang buruk (HbA1C > 7,5% atau kadar
glukosa darah puasa > 250 mg/dL), riwayat pankreatektomi, atau disfungsi
DM temasuk kedalam pencegahan tersier. Upaya ini terdiri dari 3 tahap yaitu:
penyakit organ.
atau jaringan.
Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien dengan
dokter maupun antara dokter ahli diabetes dengan dokter-dokter yang terkait
1. Sosiodemografi
Umur
Jenis Kelamin
Suku
Pekerjaan
Pendidikan
Daerah Asal
2. Tipe DM
3. Jenis Komplikasi
4. Kategori Komplikasi
5. Pemeriksaan HbA1C
6. Kadar HbA1C
7. Pengobatan
8. Sumber Biaya
9. Lama Rawatan Rata-Rata
10. Keadaan sewaktu pulang