PEDOMAN Upaya Pelayanan Gizi
PEDOMAN Upaya Pelayanan Gizi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
menyebutkan tujuan perbaikan gizi adalah untuk meningkatkan mutu gizi
perorangan dan masyarakat. Mutu gizi akan tercapai antara lain melalui
penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional di semua
institusi pelayanan kesehatan. Salah satu pelayanan kesehatan yang penting
adalah pelayanan gizi di puskesmas, baik rawat inap maupun rawat jalan.
Pendekatan gizi ditakukan melalui kegiatan spesifik dan sensitif, sehingga
peran program dan sektor terkait harus sinergis.
Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi di
dalam gedung dan di luar gedung. Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya
bersifat individual, dapat berupa pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Kegiatan di dalam gedung juga meliputi perencanaan program
pelayanan gizi yang akan dilakukan di luar gedung. Sedangkan pelayanan
gizi di luar gedung umumnya pelayanan gizi pada kelompok dan masyarakat
dalam bentuk promotif dan preventif. Dalam pelaksanaan pelayanan gizi di
puskesmas diperlukan pelayanan yang bermutu, sehingga dapat
menghasilkan status gizi yang optimal dan mempercepat proses
penyembuhan pasien.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Tersedianya acuan dalam melaksankaan pelayanan gizi di puskesmas dan
jejarinya.
2. Tujuan Khusus
a. Tersedianya acuan tentang jenis pelayanan gizi, peran dan fungsi
ketenagaan, sarana dan prasarana di Puskesmas dan jejaringnya.
b. Tersedianya acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu di
Puskesmas dan jejaringnya
c. Tersedianya acuan bagi teanga gizi puskesmas untuk bekerja sama secara
profesional memeberikan pelayanan gizi yang bermutu kepada pasien/kelien
di puskesmas dan jejaringnya.
d. Tersedianya acuan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi di puskesmas dan
jejaringnya.
C. Ruang Lingkup Pelayanan
1. Kebijakan Pelayanan Gizi di Puskesmas
D. Batasan Operasional
1. Asuhan gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/ terstruktur
untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.
2. Dietetik adalah integrasi, aplikasi, dan komunikasi dari prinsip-prinsip
keilmuan makanan, gizi, sosial, bisnis, dan keilmuan dasar untuk mencapai
dan mempertahankan status gizi yang optimal sescara individual melalui
pengembangan, penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi dan makanan
berbagai area/lingkungan/latar belakang praktek pelayanan.
3. Edukasi gizi/pendidikan gizi adalah serangkaaian kegiatan penyampaian
pesan-pesan gizi dan kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk
menanmkan dan meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku positif
pasien/klien dan lingkungannya terhadap upaya perbaikan gizi dan
kesehatan. Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan
masyarakat masal dan target yang diharapkan adalah pemahaman perilaku
aspek ksehatan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Food model adalah bahan makanan atau makanan contoh yang terbuat dari
bahan sitentis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan sauan tertentu
sesuai dengan kebutuhan yang digunakan untuk konseling gizi kepada
pasien rawat inap maupun pengunjung rawat jalan.
5. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.
6. Gizi klinik adalah suatu ilmu yang mempelajaria tentang hubungan antara
makanan, kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat-zat gizi dan
bagaimana dicerna, diserap, digunakan, dimetabolisme, disimpan, dan
dikeluarkan dari tubuh.
7. Kegiatan spesifik adalah tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya
ditujukan khusus untuk kelompok 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan seperti
imunisasi, PMT ibu hamil dan balita, monitoring pertumbuhan balita di
posyandu, suplemen tablet tambah darah (TTD), promosi ASI eksklusif, MP-
ASI, dsb. Kegiatan spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat
dalam waktu relatif pendek.
8. Kegiatan sensitif adalah berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor
kesehatan. Sasarannya adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 100
HPK. Namun apabila direncanakan secara khusus dan terpadu dengan
kegiatan spesifik dampaknya sensitif terhadap proses keselematan proses
pertumbuhan dan perkembangan 1000 HPK.
9. Konseling gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua
arah yang dilaksanakan oleh tenaga gizi puskesmas untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku pasien dalam mengenali dan
mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan
dilakukannya.
10. Mutu pelayanan gizi adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan pelayanan gizi sesuai dengan standar dan memuaskan, baik
kualitas dari petugas maupun sarana serta prasarana untuk kepentingan
pasien/klien.
11. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan
wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan
teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik, baik di
masyarkaat maupun puskesmas dan unit pelaksana kesehatan lainnya,
berpendidikan dasar Akademi Gizi/Diploma III Gizi.,
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
C. Jadwal Kegiatan
No Kegiatan Petugas Sasaran Lokasi Waktu Pelaksanaan
1 Asuhan Gizi Nutrisionis Paisen/Klien Puskesmas Apabila ada pasien
beresiko masalah
gizi, dirujuk untuk
mendapatkan
asuhan gizi
2 Edukasi Gizi Dokter, Kelompok Posyandu Setiap bulan
Petugas Masyarakat Kelas Ibu 1 tahun sekali, 4
Gizi, kali pertemuan
Promkes, Sekolah 1 tahun sekali
Bidan
3 Konseling ASI Petugas Ibu Hamil, Puskemas Setiap ada klien ibu
Eksklusif Gizi, atau Posyandu hamil dan ibu
Bidan keluarga, kelas Ibu menyusui yang
yang kelompok bermasalah dalam
sudah masyarakat menyusui.
mengikuti ibu yang Terintegrasi dengan
pelatihan mempunyai program dalam
konselor anak usia 0- kelas balita dan
ASI 24 bulan kelas ibu
4 Pengelolaan Petugas Kader Posyandu Setiap bulan
pemantauan gizi, bidan posyandu
pertumbuhan di desa
posyandu
5 Pengelolaan Petugas Bayi dan Posyandu Bulan Februari dan
Pemberian gizi, bidan balita Agustus
Vitamin A desa Ibu nifas Puskesmas Setiap bulan
6 Pengelolaan Petugas Ibu hamil Puskesmas Setiap bulan
Pemberian gizi, bidan, dan ibu Posyandu
Tablet Tambah pengelola nifas, ratri Praktek
Darah (TTD) obat Bidan
untuk ibu Sekolah
hamil, ibu nifas
dan ratri
7 Edukasi dalam Petugas Remaja Sekolah Setahun sekali
rangka gizi, putri, WUS
pencegahan tenaga
enemia pada kesehatan
remaja putri lainnya
dan WUS
8 Pengelolaan Petugas Balita gizi Masyarakat/ Pemberian PMT
pemberian MP- gizi, bidan, buruk, klien selama 90 hari
ASI dan PMT- kader balita gizi makan anak dan 90
Pemulihan kurang, ibu hari makan bumil
hamil KEK pemantauan
dilaksanakan
No Kegiatan Petugas Sasaran Lokasi Waktu Pelaksanaan
selama pemberian
dan sesudah
pemberian
9 Surveilens gizi Petugas Bayi, balita, Masyarakat Setahun sekali
- Operasi timbang gizi, bidan, remaja,
- Pemantauan kader anak 2 kali setahun
konsumsi garam sekolah, (Februari dan
beriodium di WUS, ibu Agustus)
rumah tangga hamil, ibu
menyusui,
lansia
10 Skrening GAKY Petugas Ibu hamil, Masyarakat/ Dilakukan skrening
gizi bayi, balita, klien GAKY pada bayi,
WUS balita, ibu hamil
dan WUS yang
suspeck GAKY
11 Kerjasama lintas Petugas Lintas Puskesmas 3 bulan sekali
sektor dan gizi sektor, untuk lintas sektor,
lintas program lintas sebulan sekali
program untuk lintas
program di Minlok
Puskesmas
12 Penyelenggaraan Petugas Pasien rawat Puskesmas Setiap hari
makanan rawat gizi, Tata inap
inap boga,
Petugas
dapur
BAB III
STANDAR FASILITAS
B. Standar Fasilitas
1. Ruang Konsultasi Gizi
a. Letak
Letak ruang konsultasi gizi meruapkan ruang konseling bersama di ruang
promosi kesehatan, berada pada bagian depan puskesmas, area publik,
bersamaan dengan berdekatan dengan klinik-klinik lainnya yang
mempunyai akses langsung dengan lingkungan luar puskesmas.
b. Persyaratan Ruang
1) Luas : luas ruangan konsultasi gizi adalah 3 m x 3 m
2) Atap : atap harus kuat terhadap kemungkinan bencana, tidak bocor, tahan
lama dan tidak menjadi tempat perindukan vektor.
3) Langit-langit: langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah
dibersihkan, ketinggian langi-langit dari lantai minimal 2,8 m.
4) Dinding: material dinding harus keras, tidak berpori/tidak berserat, tidak
menyebabkan silau, kedap air, mudah dibersihkan, dan tidak ada
sambungan agar mudah dibersihkan.
5) Lantai :material lantai harus kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin,
warna terang, mudah dibersihkan.
6) Pintu dan jendela: lebar bukaan pintu minimal 190 cm, bukaan jendela
diupayakan dapat dibuka secara maksimal.
c. Persyaratan prasarana
1) Sanitasi
Pada ruangankonsultasi gizi sebaiknya disediakan wastafel dengan debit air
mengalir yang cukup. Dilengkapi pula dengan tempat sampah yang tertutup.
2) Ventilasi
Ventilasi harus cukup agar sirkulasi udara dalam ruangan tetap terjaga.
Jumlah bukaan ventilasi sebaiknya 15% terhadap luas lantai ruangan. Arah
bukaan ventilasi tidak boleh berdekatan dengan tempat pembuangan
sampah, toilet dan sumber penularan penyakit lainnya.
3) Pencahayaan
Pada siang hari sebaiknya menggunakan pencahayaan alami. Intensitas
cahaya cukup agar dapat melakukan pekerjaan dengan baik.
4) Listrik
Tersedia kotak kontak yang aman untuk peralatan perlengkapan.
d. Persyaratan peralatan perlengkapan
Peraltan perlengkapan yang disediakan pada ruangan konsultasi gizi antara
lain:
1) Meja
2) Kursi
3) Media KIE (poster, brosur makanan sehat sesuai kelompok umur, brosur diet
penyakit, dll)
4) Standar makanan diet, standar pemantauan pertumbuhan baita dan anak,
tabel IMT, dll.
5) Food model
6) Daftar penukar bahan makanan
7) Alat ukur antropometri (timbangan berat badan, mocrotois, pita lila, dll)
2. Ruang Produksi Makanan
a. letak
1) strategi dan mudah dicapai dari ruang perawatan.
2) Mudah dicapai oleh kendaraan yang membawa bahan makanan.
3) Tidak berdekatan dengan tempat pembuangan sampah (TPS), toilet, dan
sumber penularan lainnya.
b. Persyaratan Ruang
Persyaratan yang perlu diperhatikan pada ruang produksi makanan adalah
sebagai berikut:
1) Tata ruang produksi makanan puskesmas rawat inap harus memperhatikan
alur (flow) kegiatan mulai dari penerimaan, penyimpanan, persiapan dan
pengolahan bahan makanan, penyajian makanan, sapmai dengan pencucian
alat dan penyimpanan perlengkapan.
2) Luas ruang produksi makanan harus sesuai dengan kebutuhan dan
diperhitungkan kemungkinan perluasannya di masa mendatang. Ruang
produksi makanan di puskesmas rawat inap minimal mempunyai luas
ruangan 3m x 3m yang dapat memfasilitasi beberapa area, yang terdiri dari:
a) Area penerimaan bahan makanan
(1) Pada area ini dilaksanakan kegiatan pencatatan dan pengujian kualitas dan
kuantitas bahan makanan.
(2) Area ini dilengkapi dengan meja untuk pencatatan bahan makanan masuk,
alat uji kuantitas.
b) Area penyimpanan bahan makanan
Area penyimpanan bahan makanan dibedakan menjadi 2, yaitu:
(1) Tempat penyimpanan bahan makanan segar/ basah (lemari pendingin
dengan suhu antara -5 s/d 100 C)
(2) Tempat penyimpanan bahan makanan kering (lemari/rak tertutup)
c) Area persiapan dan pengolahan bahan makanan
(1) Kegiatan yang dilakukan mulai dari membersihkan dan memotong bahan
makanan, mempersiapkan bumbu, sampai dengan pengolahan/memasak
bahan makanan.
(2) Pada area ini perlu disediakan meja kerja yang dilengkapi bak cucu (snik).,
meja kerja harus cukup untuk menyiapkan bahan makanan dan meletakkan
kompor, penanak nasi, blender, oven, dll.
(3) Meja kerja memiliki ketinggian 60 s.d. 80 cm di atas permukaan lantai,
terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak mudah berkarat, tidak
mudah berjamur (contoh: meja stainless steel, meja cor yang dilapis keramik,
dll)
d) Area penyajian makanan
e) Area pencucian dan penyimpanan alat
Pada area ini harus dilengkapi bak cuci dan lemari/ rak alat
c. Persyaratan komponen bangunan adalah sebagai berikut:
1) Atap : tap harus kuat, tidak bocor, material atap tidak mudah terbakar dan
tidak menjadi tempat perindukan vektor.
2) Langit-langit: ketinggian plafon sebaiknya dapat membuat kalor panas
tersirkulasi dengan baik.
3) Dinding: bahan dinding tahan air, tidak mudah terbakar dan mudah
dibersihkan.
4) Lantai: bahan penutup lantai kuat, permukaan rata, tidak licin, tahan
terhadap air dan mudah dibersihkan.
5) Pintu dan jendela: material pintu dan jendela tidak mudah terbakar dan tidak
dapat memungkinkan vektor masuk
Layout ruang produksi makanan
d. Persyaratan Prasarana
1) Sanitasi
a) Untuk memenuhi persyaratan sistem sanitasi, harus dilengkapi dengan
sistem air bersih, sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah serta
kotoran dan sampah.
b) Di dalam sistem penyaluran/pembuangan air kotor dan/atau air limbah
disediakan perangkap lemak untuk memisahkan dan/atau menyaring
kotoran/ lemak.
2) Ventilasi
a) Ventilasi harus cukup agar sirkulasi udara dalam ruang dapur tetap terjaga
dan tidak terlalu panas. Jumlah bukan ventilasi sebaiknya 15% terhadap
luas lantai ruangan.
b) Arah bukaan ventilasi tidak boleh berdekatan dengan tempat pembuangan
sampah (TPS), toilet, dan sumber penularan lainnya.
3) Pencahayaan
a) Pada siang hari sebaiknya menggunakan pencahayaan alami.
b) Intensitas cahaya cukup agar dapat melakukan pekerjaan dengan baik.
4) Listrik
Listrik minimal tersedia untuk pencahayaan. Apabila dipasang kotak kontak
untuk peralatan, maka jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan dan
dipasang pada ketinggian + 120 cm dari permukaan lantai.
e. Persyaratan Peralatan/Perlengkapan
1) Peralatan besar
Yang dimaksud dengan peralatan besar adalah:
a) Kompor minyak/gas/listrik
b) Dandang/kukusan nasi/penanak nasi otomatis
c) Panci Enamel/Stainless Steel/aluminium diamter 30 cm.
d) Wajan Enamel/Stainless Steel diameter 40 cm
e) Meja kerja (apabila belum terintalasi pada ruang)
f) Lemari es/kulkas
g) Meja persiapan dan bak cuci (apabila belum terinstalasi pada ruang)
h) Trolley makana susun 3
i) Lemari/rak tertutup untuk penyimpanan bahan makanan
j) Lemar/rak tertutup untuk penyimpanan peralatan
k) Timbangan 2 kg
2) Peralatan kecil
a) Pisau dapur
b) Sendok sayur
c) Parutan
d) Sodet
e) Serokan
f) Cobek + ulekan
g) Talenan
h) Saringan kelapa
i) Pembuka botol/kaleng
3) Alat-alat makan, antara lain:
a) Sendok dan garpu
b) Plato Stainless Steel tertutup
c) Gelas minum
d) Mangkuk sayur
e) Piring kue
f) Cangkir tertutup
g) Tutup dan tatakn gelas
4) Peralatan kebersihan dan pencucian alat
a) Tempat sampah tertutup
b) Perlengkapan kebersihan (sapu, sikat, serokan dan lap pel)
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
c) Penyelenggara Makanan
Penyelenggaraan makanan Puskesmas Rawat Inap merupakan rangkaian
kegaitan mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan
makanan, perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan,
penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan, distribusi dan
pencatatan pelaporan serta evaluasi. Penyelenggaraan makanan di
Puskesmas Rawat Inap dilaksanakan dengan tujuan menyediakan makanan
yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman, dan dapat diterima oleh
pasien guna mencapai status gizi yang optimal.
(1) Alur Penyelenggaraan Makanan di Puskesmas Rawat Inap
Gambar alur penyelenggaraan makanan
alur penyelenggaraan makanan
(2) Sasaran
Sasaran penyelenggaraan makanan di Puskesmas Rawat Inap adalah pasien
rawat inap
(3) Bentuk Penyelenggaraan Makanan di Puskesmas Rawat Inap
Kegiatan penyelenggaraan makanan merupakan bagian dari unit produksi
makanan di Puskesmas Rawat Inap. Sistem penyelenggaraan makanan di
Puskesmas dilakukan secara Sistem Swakelola. Pada pasien
penyelenggaraan makanan Swakelola, unit produksi makanan bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan penyelenggaraan makanan.
(4) Mekanisme Penyelenggaran Makanan
(a) Perencanaan Anggaran Belanja Makanan
Perencanaan anggaran belanja makanan adalah suatu kegiatan penyusunan
anggaran biaya yang diperlukan untuk pengadaan biaya yang diperlukan
untuk pengadaan bahan makanan bagipasien dalam jangka waktu 1 bulan.
Besar anggaran belanja makanan dalam satu bulan dihitung berdasarkan
gambaran pelaksanaan pada bulan yang sedang berjalan dan kemungkinan
prakiraan kenaikan harga dengan melihat jumlah pasien 1 bulan terakhir.
(b) Pengadaan bahan makanan
Kegiatan pengadaan bahan makanan meliputi penetapan spesifikasi bahan
makanan, perhitungan harga, pemesanan dan pembelian bahan makanan.
(c) Penyimpanan bahan makanan dan makanan
Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan,
memelihara jumlah, kualitas, dan keamanan bahan makanan kering dan
segar di tempat penyimpanan bahan makanan adalah tersedinya bahan
makanan yang siap digunakan dalam jumlah dan kualitas yang tepat sesuai
dengan kebutuhan.
(d) Pengolahan bahan makanan
Proses pengolahan bahan makanan meliputi proses persiapan bahan
makanan, pemasakan makanan, pendistribusian dan penyajian makanan.
Persiapan bahan makanan
Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam
mempersiapkan bahan makanan yang siap diolah (mencuci, memotong,
menyiangi, meracik, dsb) sesuai dengan menu, standar resep, standar porsi,
standar bumbu, dan jumlah klien/pasien yang akan dilayani.
Pemasakan makanan
Pemasakan bahan makanan merupakan suatu kegiatna mengubah
(memasak) bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan,
berkualitas dan aman untuk dikonsumsi. Proses pemasakan ini bertujuan
untuk:
Mengurangi resiko kehilangan zat-zat gizi bahan makanan
Meningkatkan nilai cerna
Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, keempukan, dan
penampilan makanan.
Bebas dari organisme dan zat yang berbahaya untuk tubuh.
Pendistribusian dan penyajian makanan
Pendistribusian makanan adalah serangkaian proses kegiatna penyampaian
makanan sesuai dengan jenis makanan dan jumlah porsi pasien/konsumen
yang dilayani. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pendistribusian
makanan yaitu:
Kerjasama tim di ruang rawat inap antara dokter, perawat/bidan, tenaga gizi
dalam hal penentuan diet, pemesanan makanan, penyajian dan pengawasan
makanan.
Alat penyaji makanan harus sesuai dengan macam masakan yang
dihidangkan.
Sebaiknya digunakan alat yang baik, kuat dan menarik.
Ketepatan waktu penyajian makanan pasien
Kerapian dan kebesrsihan makanan yang sampai pada pasien
4) Monitoring dan evaluasi asuhan gizi rawat inap
Setelah rangkaian proses asuhan gizi yang dimulai dari pengkajian gizi,
penentuan diagnosis gizi, dan pelaksanaan intervensi gizi, kegiatan
berikutnya adalah monitoring evaluasi asuhan gizi. Kegiatan utama dari
monitoring dan evaluasi asuhan gizi adalah memantau pemberian intervensi
gizi secaa berkesinambungan untuk menilai kemajuan penyembuhan dan
status gizi pasien. Hal-hal yang dimonitoring dan evaluasi dalam asuhan gizi
rawat inap antara lain:
a) Perkembangan data antropoometri
b) Perkembangan data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi
c) Perkembangand ata pemeriksaan fisik/klinis
d) Perkembangan asupan makan termasuk daya terima makanan
e) Perkembangan diagnosis gizi
f) Perubahan perilaku dan sikap
g) Perubahan diet
Pemantauan tersebut mencakup antara lain respon pasien terhadap diet
yang diberikan, bentuk makana, toleransi terhadap makanan yang diberikan,
adanya mual, muntah, keadaan klinis, defekasi, perubahan data
laboratorium, dll. Tindak lanjut yang dilaksanakan berdasarkan kebutuhan
sesuai dengan hasil evaluasi asuhan gizi antara lain pesrubahan diet yang
dilakukan dengan mengubah preskripsi diet sesuai perkembangan kondisi
pasien. Untuk pasien yang dirawat perlu mendapat perhatian agar tidak
terjadi Hospital Malnutrition terutama pada pasien yang mempunyai
masalah dalam asupan makanannya seperti adanya mual, muntah, nafsu
makan berkurang. Selain itu evaluasi status gizi dan asupan makan juga
dilakukan secara rutin.
BAB V
LOGISTIK
Peralatan :
1. Timbangan berat badan balita/dewasa
2. Timbangan bayi
3. Alat ukur tinggi badan (microtoise)
4. Alat ukur panjang badan
5. Pita LILA
6. Food model
7. Iodina test
8. Kit Konseling ASI
9. Tabel WHO-NCHS Depkes RI
10. Tabel IMT
11. Standar pemantauan pertumbuhan bayi/balita (Buku GPA)
12. Buku KIA
13. KMS balita laki-laki dan perempuan
14. KMS anak sekolah
15. Daftar penukar bahan makanan
16. Daftar Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG)
17. Media KIE (poster, brosur makanan sehat/diet, leaflet gizi)
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
BAB IX
PENUTUP