Anda di halaman 1dari 12

BORAKS

Memasyarakatkan Pengganti Bleng

A. Pendahuluan
Krupuk sudah menjadi makanan yang familiar di masyarakat. Selain sebagai camilan,
krupuk juga digunakan sebagai pendamping makan nasi, gado-gado, lotek dan sebagainya.
Bahkan ada yang bilang belum terasa makan kalau tidak menggunakan krupuk. Bermacam-
macam kerupuk beredar di masyarakat ada krupuk sermier, krupuk gendar, krupuk jengkol,
krupuk tela, krupuk rambak dan lain-lain.

Kerupuk gendar adalah krupuk yang sudah dibuat secara turun temurun. Kerupuk gendar
atau kadang disebut gendar saja adalah kerupuk yang terbuat dari adonan nasi ditambah bumbu/
penambah rasa, kemudian dikukus dan ditumbuk kemudian diiris tipis-tipis lalu dijemur kurang
lebih 2-3 hari, baru digoreng. Karena ketidaktahuan, masyarakat sering menambahkan Bleng
agar adonan kerupuk gendar menjadi kenyal (kompak) dan mudah diiris. Bleng yang beredar
di pasaran bermacam-macam merk antara lain cap Semar, cap Djago, cap Wayang dan lain
sebagainya. Nama kimia dari bleng adalah Boraks, di berbagai daerah di Indonesia dikenal
dengan banyak istilah antara lain bubuk gendar, pijer tjetitet atau air ki.

Gambar 1. Boraks murni yang dijual dalam kemasan eceran dan dikenal dengan nama “PIJER” atau dengan
merek dagang “DJAGO”
B. Bahaya Bleng Mengandung Boraks
Boraks merupakan senyawa dengan nama kimia Natrium Tetraborat yang berbentuk
kristal lunak. Boraks bila dilarutkan dalam air akan terurai menjadi natrium hidroksida dan
asam borat.
Boraks sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, mata dan tertelan. Akibat yang
ditimbulkan dapat berupa iritasi pada saluran pencernaan, iritasi pada kulit dan mata, mual,
sakit kepala, nyeri hebat pada perut bagian atas. Jika dikonsumsi dalam jangka panjang akan
menyebabkan kerusakan ginjal, kegagalan sistem sirkulasi akut bahkan kematian. Konsumsi
Boraks 5-10 gram oleh anak-anak dapat menyebabkan shock dan kematian. Beberapa
penyalahgunaan Boraks dalam pangan diantaranya bakso, cilok, lontong dan mie.
Boraks dilarang digunakan untuk pangan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan.
Kegunaan Boraks sebenarnya untuk campuran pembuatan gelas, pengawet kayu, salep
kulit, dan campuran pupuk tanaman.
Ciri-ciri pangan mengandung Boraks antara lain bakso memiliki tekstur kenyal, dengan
warna cenderung agak putih dan rasa sangat gurih, sedangkan kerupuk memiliki tekstur sangat
renyah dan rasa getir.

C. Memasyarakatkan Pengganti Bleng


BBPOM di Yogyakarta bersama lintas sektor terkait seperti Dinas Kesehatan,
Disperindag, Dinas Pasar dan lain-lain tak henti-hentinya menginformasikan kepada
masyarakat terkait larangan penggunaan Bleng pada pada pangan, baik melalui media cetak,
elektronik maupun secara langsung. Hal ini sebagai salah satu upaya pencegahan timbulnya
penyakit-penyakit tidak menular di masyarakat.
Penggunaan Bleng pada pembuatan bakso dapat diganti dengan Sodium Tri Poli
Phosphat (STPP) atau misonyal yang dapat dibeli di toko yang menjual bahan-bahan untuk
kue. Sedangkan bahan alami tepung kanji/ tapioka dapat digunakan sebagai pengganti bleng
pada pembuatan kerupuk gendar. Berikut tips pembuatan kerupuk gendar tanpa menggunakan
Bleng :
Gambar 2. Tips membuat kerupuk Gendar tanpa bleng
Masih banyaknya masyarakat yang menggunakan Bleng yang mengandung Boraks,
menjadi tantangan kita semua untuk terus menginformasikan bahaya Boraks bagi kesehatan.
Informasi harus terus disebarkan melalui media-media efektif seperti media sosial facebook,
twitter dan Instagram serta melalui grup-grup watshap. Informasi juga harus diberikan kepada
pedagang di pasar-pasar tradisional, warung dan toko-toko kelontong Berikut percakapan
tentang bleng yang dapat disebarluaskan ke masyarakat :
Serial POMPI : PENGGANTI BLENG
Pompi : "Ucup ...kamu mau kemana?"
Ucup : "Aku disuruh emak ke warung membeli bleng,untuk membuat kerupuk/ lempeng gendar dari nasi ...emak punya
sisa banyak nasi dirumah."
Pompi : "Jangan memakai bleng Cup....bleng biasanya mengandung Boraks, Boraks itu termasuk bahan berbahaya yang
dilarang ditambahkan pada makanan karena bisa membahayakan kesehatan."
Ucup : "Oh...gitu ya...terus diganti dengan apa Pom?"
Pompi : "Bisa diganti dengan Misonyal atau bisa juga diganti STPP (Sodium Tri Poli Phosphat) yang bisa dibeli di toko
bahan-bahan kue."
Ucup : "Kalau pengganti Boraks dari bahan yang alami ada gak Pom?"
Pompi : "Ada...bisa menggunakan kanji."
Ucup : "Wow bisa pakai kanji?...siip...itu mudah didapat, lalu berapa takarannya Pom?"
Pompi : "Kira-kira satu ons untuk satu kilo nasi, penggunaanya dicampurkan dengan nasi dan bumbu-bumbu lainnya
seperti bawang putih dan garam."
Ucup : "Apakah hasilnya sama dengan kalau pakai bleng? Bisa kenyal dan diiris tipis-tipis gitu Pom?"
Pompi : "Hasilnya memang tidak sekenyal kalau memakai bleng, bisa dicetak dengan cara di pres, atau kalau kamu tetap
ingin mengiris tipis-tipis, masukkan dulu hasil adonan yang sudah jadi ke dalam kulkas selama beberapa
jam,adonan akan mengeras sehingga bisa diiris tipis-tipis."
Ucup : "Ok Pom...terimakasih infonya ya, aku meluncur ke warung dulu untuk membeli kanji..sampai jumpa..."
Pompi : "Sama-sama Cup...hati-hati ya, semoga sukses membuat kerupuk/ lempeng gendarnya."

Adanya peredaran bleng di masyarakat menjadi tanggung jawab kita bersama, rantai
peredarannya harus segera dipotong, agar tidak ada lagi penggunaan bleng di masyarakat
karena ketidaktahuan akan bahaya yang mengancam. Masih tingginya angka penyakit tidak
menular di masyarakat yang berasal dari pangan yang tidak aman harus menjadi perhatian,
D. Tips Sehat Untuk Konsumen
Masyarakat harus menjadi konsumen cerdas, agar terhindar dari pangan yang
mengandung bahan berbahaya seperti Boraks. Berikut hal-hal yang bisa dilakukan untuk
menjadi konsumen cerdas :
- Konsumen agar berhati-hati dalam memilih produk pangan
- Perhatikan ciri-ciri produk pangan yang mengandung Boraks, bila ragu tidak perlu membeli
- Cari dan tambah pengetahuan melaui seminar, televisi, radio, koran, leaflet, booklet, poster, dll
(Sumber : Badan POM, ditulis oleh Wulandari/BBPOM di Yogyakarta)
BAHAYA BORAKS BORAX = PIJER = OBAT GENDAR =
BLENG = CETITET = OBAT PULI=OBAT LONTONG
Bleng (dari bahasa Jawa) sudah diproduksi sejak tahun 1700 di Indonesia, dalam bentuk air bleng. Bleng biasanya dihasilkan dari
ladang garam atau kawah lumpur (seperti di Bledug Kuwu, Jawa Tengah). Jadi bleng merupakan campuran garam mineral
konsentrasi tinggi yang dipakai dalam pembuatan beberapa makanan tradisional, seperti karak dan gendar. Nama lain dari bleng
adalah natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat. Bleng adalah bentuk tidak murni dari boraks, sementara asam borat
murni buatan industri farmasi lebih dikenal dengan nama boraks. Dalam dunia industri, boraks menjadi bahan solder, bahan
pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoak.

Boraks adalah senyawa kimia yang mempunyai sifat dapat mengembangkan,


memberi efek kenyal, serta membunuh mikroba. Boraks sering digunakan oleh produsen
untuk dijadikan zat tambahan makanan (ZTM) pada bakso, tahu, mie, bihun, kerupuk,
maupun lontong.
Boraks maupun bleng tidak aman untuk dikonsumsi sebagai makanan dalam dosis
berlebihan, tetapi ironisnya penggunaan boraks dalam dosis berlebihan sebagai komponen
dalam makanan sudah meluas di seluruh dunia. Mengkonsumsi makanan berboraks dalam
jumlah berlebihan akan menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal. Dalam jumlah banyak,
boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem
saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal,
pingsan, hingga kematian. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tidak
serta berakibat buruk terhadap kesehatan tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit
karena diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Boraks yang terserap dalam tubuh
ini akan disimpan secara akumulatif di dalam hati, otak, dan testes (buah zakar). Pada anak
kecil dan bayi, boraks sebanyak 5 gram di dalam tubuhnya dapat menyebabkan kematian.
Sedangkan kematian pada orang dewasa terjadi jika dosisnya mencapai 10-20 gram atau
lebih.

Secara visual dan rasa, keracunan boraks dan turunannya sebagai berikut:

 Jika terhirup Rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan, sukar bernapas, napas
pendek,
 sakit kepala, kanker paru-paru.
 Jika terkena kulit Kemerahan, gatal, kulit terbakar.
 Jika terkena mata Kemerahan, gatal, mata berair, kerusakan mata, pandangan kabur,
kebutaan.
 Jika tertelan Mual, muntah, perut perih, dalam jumlah banyak menyebabkan kurang
darah, muntah darah, mati.
Oleh karenanya Keberadaan boraks pada makanan tidak ditoleransi (tidak boleh ada dalam
kadar berapapun) karena sangat berbahaya bagi kesehatan, oleh sebab itu penggunaan
boraks dilarang (tidak ada standar kadar boraks dalam makanan) oleh Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM).
BORAX DALAM MAKANAN
Penggunaan bleng dalam makanan bertujuan untuk memberikan aroma dan rasa khas di
samping mengenyalkan dan membuat adonan mengembang. Tekstur dan rupa makanan
menjadi bagus. Bleng membuat kerupuk gendar/karak/puli mekar saat digoreng dan terasa
renyah. Zat ini juga berperan sebagai pengawet dan pengeras.Bleng atau boraks biasanya
dipakai dalam pembuatan makanan berikut ini:
 karak/lèmpèng (kerupuk beras), sebagai komponen pembantu pembuatan gendar
(adonan calon kerupuk)
 mi
 lontong, sebagai pengeras
 ketupat, sebagai pengeras
 bakso, sebagai pengawet dan pengeras
 kecap, sebagai pengawet
 cenil, sebagai pengeras
Temuan penggunaan Borax juga ditemukan pada pengolahan sayur di rumah makan Padang.
Bleng menjadi solusi ampuh mengatasi masalah sayur singkong yang cepat menghitam ini.
Menurut mereka, saat memakai bleng, daun singkong lebih cepat masak, juga tahan lebih
lama.
Penjual sayur pecel keliling, juga mengaku menggunakan bleng alias Borax ini sebagai bahan
tambahan saat memasak. Penjual sayur pecel keliling, juga mengaku menggunakan bleng
alias Borax ini sebagai bahan tambahan saat memasak.
CIRI-CIRI BEBERAPA MAKANAN MENGANDUNG BLENG/BORAKS DAN ALIAS-ALIAS
LAINNYA
Bakso: Ciri baso mengandung boraks: teksturnya sangat kenyal, warna tidak kecokelatan
seperti penggunaan daging namun lebih cenderung keputihan. Bila digigit akan kembali ke
bentuk semula. Ia juga tahan lama dan awet hingga beberapa hari.
Kalau masih ragu, coba lembar bakso ke lantai. Apabila memantul seperti bola bekel, berarti
bakso itu mengandung boraks.

Mie Basah: Ciri-ciri mie basah mengandung boraks: Teksturnya kenyal, lebih mengkilat, tidak
lengket, dan tidak cepat putus.
Lontong: Lontong: sangat kenyal, terasa tajam, sangat gurih, membuat lidah bergetar dan
meberikan terasa getir
Kerupuk: Ciri-ciri kerupuk mengandung boraks: teksturnya renyah dan bisa menimbulkan rasa
getir, apabila dimakan menyakiti kerongkongan.

ALAT PENDETEKSI BORAKS SEDERHANA


Dua pelajar dari SMA Negeri 3 Semarang Dayu Lalas Wening dan Luthfia Adhila, menemukan
cara yang lebih mudah dan sederhana untuk mendteksi Bakso berborax, yaitu dengan tusuk
gigi yang sebelumnya dicelupkan ke dalam larutan Kunyit.
Kunyit dapat di jadikan indikator keasaman seperti kertas Lakmus (Jika terkena bahan kimia
yang bersifat asam, maka kunyit akan tetap Kuning, jika terkena basa maka kunyit akan
berubah menjadi merah kecoklatan) karena Borax bersifat Basa.
Cara pakai alat ini pun sama, cukup menusukan ke bakso dalam 5 detik hasil sudah dapat
dilihat.

Cara membuat Detektor Dengan Tusuk Gigi.


Siapkan parutan kunyit sebanyak 30 gram kemudian campurkan dengan tusuk gigi dalam
wadah kaca, setelah tusuk gigi berwarna oranye kecoklatan, pisahkan dan keringkan.
Jika telah kering, maka Tusuk gigi dapat langsung digunakan.
Substitusi bleng/boraks
Karena penggunaan bleng/boraks adalah sebagai pengenyal, bahan pengganti dapat dicari
untuk fungsi yang sama. Air merang dan klaras (daun pisang kering) dapat digunakan sebagai
pengenyal dan pengawet alami.
Apakah boraks dan bleng itu sama?. Banyak kerancuan dimasyarakat yang
mengatakan bahwa bleng dan boraks itu sama. Bleng dan boraks itu hampir
serupa, walaupun ada perbedaan, namun keduanya tetap sama bahayanya bagi
kesehatan jika dikonsumsi. Mari Mengenal Lebih Jauh Tentang Bleng Dan
Boraks, Serta Bahan Pengganti Yang Alami Dan Aman Bagi Kesehatan
Perbedaan Bleng Dan Boraks BLENG – Bleng adalah sebutan populer untuk salah
satu zat kimia berbahaya yang bernama Natrium Biborat, Natrium Piroborat,
Natrium Teraborat. Bleng adalah bentuk tidak murni dari boraks atau asam
borat murni yang biasa dibuat oleh industri farmasi. BORAKS – Boraks adalah
senyawa kimia yang berbahaya untuk dikonsumsi, yang memiliki sebutan kimia
natrium tetrabonat (NaB4O7 10H2O). Bisa ditemukan dalam bentuk padat, dan
jika larut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3).
Boraks atau asam borat umumnya digunakan untuk bahan pembuatan deterjen,
bersifat antiseptik dan mengurangi kesadahan air. Baik Boraks atau blenk
sangat diharamkan pemerintah untuk dikonsumsi, namun masih banyak
digunakan sebagai bahan tambahan pada makanan. Secara umum untuk
diketahui agar kita berhari-hati, umumnya makanan olahan yang paling sering
dicampur borak seperti, mie, bakso, dan kerupuk. Penyalah gunaan boraks yang
juga telah umum untuk makanan juga sering ditemui pada lontong, ketupat, dan
kecap. Karena masih belum banyak terkontrol penggunaannya pada makanan,
Sebagai konsumen kita harus lebih teliti terhadap makanan olahan yang sehari
hari kita makan. Bahaya Dan Efek Samping Boraks Atau Bleng Bagi Kesehatan
Efek negatif boraks bisa berdampak sangat buruk bagi kesehatan manusia jika
dikonsumsi dlam jangka lama. Boraks memiliki efek racun yang membahayakan
sistem metabolisme manusia. Mekanisme toksifikasi boraks telah diketahui
berbeda dari mekanisme racun formalin pada makanan. Boraks yang dikonsumi
manusia kemudian substansinya akan diserap oleh usus, lebih lanjut akan
disimpan terus menerus secara kumulatif didalam hati, otak, ginjal, atau bahkan
testis, hingga akhirnya dosis toksin yang berasal dari boraks semakin tinggi
dalam tubuh. Pada dosis penggunaan normal yang masih di bawah batas
ambang maksimal, efek negatif racun boraks pada manusia masih hanya
sebatas pada nafsu makan yang menurun, gangguan pada sistem pencernaan,
gangguan sistem pernafasan. Selain itu juga dapat menyebabkan gangguan
sistem saraf pusat ringan, seperti mudah bingung, gejala anemia, dan
kerontokan rambut. Namun bila dosis toksinboraks sudah melebihi ambang
batas maksimal, maka akan dapat mengakibatkan dampak yang fatal bagi
kesehatan, mulai dari muntah-muntah, gejala diare, gejala sesak nafas, gejala
kram perut dan gejala lain seperti nyeri perut bagian atas (epigastrik), seperti
mual, lemas, pendarahan gastroentritis yang disertai muntah darah yang diiringi
sakit kepala hebat. Bayi dan anak kecil bisa meninggal dunia hanya dengan
dosis toksin boraks dalam tubuh yang telah mencapai lebih dari 5 gramn.
Sementara pada orang dewasa, bisa berujug kematian jika toksin boraks telah
mencapai 10-20 gram. Berikut Tips Mudah, Agar Kita Bisa Mengetahui Seperti
Apa Yang Tidak Mengandung Boraks: Ciri-ciri mie basah mengandung boraks:
Teksturnya kenyal, sangat mengkilat, tidak lengket, dan tidak mudah putus. Ciri
bakso mengandung boraks: teksturnya sangat kenyal, warna tidak kecokelatan
seperti penggunaan daging, dan lebih cenderung berwarna keputihan. Ciri-ciri
jajanan, misalnya lontong yang mengandung boraks: teksturnya sangat kenyal,
rasanya tajam, sangat gurih serta terasa getar dan getir pada lidah. Ciri-ciri
kerupuk mengandung boraks: teksturnya renyah , juga bisa menimbulkan rasa
getir atau getar pada lidah. Akan tetapi, makanan yang telah diberi boraks
sebenarnya masih sangat sulit untuk dibedakan. Beberapa makanan dapat
diketahui dengan pasti, setelah dilakukan uji khusus boraks di laboratorium. Zat
Pengganti Boraks Atau Bleng Yang Lebih Aman Untuk Dikonsumsi. Bagi
produsen makanan yang biasa menggunakan boraks, sadarlah karena perbuatan
tersebut bisa meracuni sesama anak bangsa. Untuk itu,
sebaiknya menggunakan bahan yang lebih alami dan aman bagi kesehatan jika
dikonsumsi. Bahan alami yang bisa digunakan untuk menggantikan borak
maupun bleng, yang memberikan efek yang sama (umumnya sebagai pengenyal
maupun pengawet), adalah air abu. Untuk mendapatkan air abu, kita bisa
membakar merang (tangkai padi kering) atau klaras (daun pisang kering)
hingga menjadi abu, kemudian abu bakaran kedua bahan tersebut direndam
selama 2-3 hari dengan air bersih. Ambil air rendamannya, dan kemudian dapat
dimanfaatkan sebagai pengenyal maupun pengawet makanan alami. Bahan yang
lebih aman lainnya yang dapat digunakan adalah air kapur sirih.
RHODAMIN B

Memprihatinkan, akhir-akhir ini makin banyak ditemukan adanya rhodamin B dalam makanan dan
kosmetik. Padahal rhodamin B merupakan bahan pewarna yang digunakan dalam industri tekstil dan
kertas. Rhodamin B juga biasa digunakan sebagai reagen di laboratorium untuk pengujian antimon,
kobal, niobium, emas, mangan, air raksa, tantalum, talium dan tungsten. Produsen menggunakan
rhodamin B sebagai bahan pewarna pada produk mereka untuk menarik konsumen. Mereka enggan
menggunakan bahan pewarna yang selayaknya digunakan pada makanan dan kosmetik karena
harganya yang mahal.
Rhodamin B adalah zat warna sintetis berbentuk serbuk kristal berwarna kehijauan, berwarna merah
keunguan dalam bentuk terlarut pada konsentrasi tinggi dan berwarna merah terang pada konsentrasi
rendah. Pemerintah telah melarang penggunaan rhodamin B untuk makanan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 239/ Menkes/ Per/ V/ 1985 tentang zat warna tertentu yang
dinyatakan sebagai bahan berbahaya. Pelarangan tersebut tentunya berkaitan dengan dampaknya
yang merugikan kesehatan manusia. Pengkonsumsian rhodamin B dapat membahayakan kesehatan
manusia.

Jika dikonsumsi berulang-ulang rhodamin B dapat menimbulkan efek toksik akumulatif yang tidak
langsung muncul. Efek toksik baru terlihat beberapa tahun kemudian. Ini sangat berbahaya, karena
sebagian besar konsumen tidak mengetahui adanya rhodamin B dalam makanan yang mereka
konsumsi. Dan lebih parahnya lagi mereka tidak mengetahui bahwa tubuh mereka telah dirusak
perlahan-lahan oleh zat berbahaya ini. Rhodamin B dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan,
iritasi kulit, iritasi pada mata, iritasi pada saluran pencernaan, keracunan, gangguan hati/liver, dan yang
paling serius adalah kanker hati. Belakangan juga terungkap bahwa bahan pewarna berbahaya
ternyata dapat mempengaruhi fungsi otak termasuk gangguan perilaku pada anak sekolah. Gangguan
perilaku tersebut meliputi: gangguan tidur, gangguan konsentrasi, gangguan emosi, hiperaktif dan
memperberat gejala pada penderita autism.

Hal ini yang harus menjadi perhatian karena konsumen terbesar yang mengkonsumsi makanan
mengandung rhodamin B adalah anak sekolah. Mereka masih belum bisa memilih makanan yang aman
dan sehat untuk dikonsumsi. Apalagi jajanan yang sering mereka beli di pedagang kaki lima di
lingkungan sekolah masih diragukan keamanannya. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan di
sekolah-sekolah di Jakarta, ditemukan jajanan di sekolah yang mengandung rhodamin B. Es sirop
berwarna merah mencolok yang biasanya hanya dijual 500 rupiah dan saos tanpa merek untuk
campuran bakso dan cilok positif mengandung rhodamin B. Para pedagang menjajakan jajanan
tersebut karena anak-anak akan tertarik membeli makanan yang berwarna dan karena harganya yang
murah, sehingga dapat mendapatkan keuntungan yang lumayan.

Selain dalam jajanan rhodamin B juga sering ditemukan dalam kerupuk, terasi, dan jajanan pasar yang
berwarna mencolok. Pada produk kosmetik rhodamin B biasanya ditemukan pada lipstik yang berwarna
merah mencolok, lipstik yang water proof (tahan air), blush on (pemerah pipi), dll. Walaupun hanya
digunakan di luar tubuh pemakaian rhodamin juga dapat menimbulkan bahaya. Rhodamin B dalam
konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan kerusakan hati.

Yang harus dilakukan masyarakat sebagai konsumen adalah harus waspada dalam memilih makanan
dan produk kosmetik. Ciri-ciri produk yang mengandung pewarna Rhodamin B warna merah mencolok
dan cenderung berpendar serta banyak memberikan titik-titik warna karena tidak homogen (misalnya
pada kerupuk, es puter, dan lipstick akan terlihat titik-titik warna yang tidak merata). Agar anak-anak
sekolah lebih hati-hati dalam membeli jajanan sebaiknya dilakukan penyuluhan ke sekolah-sekolah dan
kepada pedagang jajanan tentang bahaya rhodamin B.
RHODAMIN B, RACUN ‘K ESUKAAN’ MANUSI A
February 21, 2015

Rhodamin B, adalah salah satu zat pewarna sintetis. Biasa digunakan sebagai pewarna
pada industri tekstil & kertas. Sama sekali, bukan untuk pewarna makanan. Bukan. Jelas
berbahaya, bila dikonsumsi. Bukan peruntukannya.

Zat pewarna buatan ini, telah ditetapkan pemerintah, sebagai zat yang dilarang
penggunaannya untuk pewarna makanan. Pelarangan ini, tertuang dalam Peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85. Tapi, masih saja orang
tidak bertanggung jawab, memakainya untuk makanan. Sepertinya, pemerintah ‘kalah’.
Maka, rakyatnyalah yang harus ‘melek’. Ya nggak.
Sayang sekali, masyarakat masih menggunakannya untuk pewarna makanan. Beberapa
penggerebekan yang dilakukan, hasil laporan masyarakat, masih banyak dijumpai
pemaian zat kimia berbahaya ini untuk pewarna makanan.

Salah satu stasiun TV nasional, ada yang rajin melakukan investigasi lapangan. Tentang
pemakaian zat ini, dengan kamera terembunyi. Kadang sampai wawancara, dengan
nama, suara, wajah disamarkan. Mulai proses pembuatan, bahan yang dipakai, hingga
pemasaran hasil olahan mereka. Para wartawan, menggunakan kamera tersembunyi.

Reportasi itu juga dilengkapi pengambilan sampel. Kemudian diuji di laboratorium.


Untuk pengujian ini, mereka bekerja sama dengan Jurusan Teknologi Makanan
Universitas Pasundan Bandung. Tentunya, hasil reportase itu menjadi lengkap & bisa
dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Berikut ini contoh reportase itu:

Pemakaian zat pewarna berbahaya ini, luas dipakai. BPOM di Makassar


juga menemukan zat Rhodamine-B dipakai pada makanan-makanan seperti: kerupuk,
sambal botol, kecap, &sirup. Pemeriksaan pada sejumlah sampel makanan & minuman,
melalui pengujian . dilakukan di lab, membuktikan ini.

Rhodamin B sangat dilarang penggunaannya, untuk makanan. Rhodamin B ini


berbentuk kristal hijau atau serbuk ungu-kemerah – merahan. Larut dalam air yang
akan menghasilkan warna merah kebiru-biruan & berfluorensi kuat. Rhodamin B juga
merupakan zat yang larut dalam alkohol, HCl, dan NaOH, & air.

Sifat racun dalam Rhodamine B, tidak hanya oleh senyawa organiknya saja, tetapi juga
senyawa anorganiknya. Jika Rhodamin B ini terkontaminasi oleh senyawa anorganik
lain, seperti timbal & arsen. Kontaminasi ini, menyebabkan Rhodamin B , menjadikan
zat pewarna ini menjada berbahaya untuk pewarna makanan.

Selain itu, di dalam Rhodamin B terdapat ikatan dengan klorin ( Cl ). Senyawa klorin ini,
sering dipakai sebagai disenfektan, pembunuh kuman untuk air pdam atau kolam
renang. Klorin, merupakan senyawa anorganik yang reaktif & juga berbahaya. Rekasi
mengikat ion klorin, disebut sebagai sintesis zat warna.
Klorin yang ada pada Rhodamin B, menyebabkan terjadinya efek toksik atau beracun,
bila masuk ke tubuh manusia. Atom Cl (klor) termasuk dalam halogen, dalam susunan
unsur berkala. Sifat halogen dalam senyawa organik, akan menyebabkan toksik
& karsinogen (beracun & berpotensi kanker).

Bahaya Rhodamin B, antara lain:

 iritasi bila kena mata,


 kulit iritasi
 kemerahan bila terkena kulit, mirip sifat klorin
Sudah jelas, bahan ini berbahaya & memicu kanker. Tapi kenapa masih luas dipakai?
Sepertinya negara ‘tidak berdaya’. Padahal, saat ini sedang gencar membangun manusia
untuk menghadapi globalisasi. Sementara, manusianya malah ‘makan racun’?!
Penduduknya, suka makanan favorit bakso atau mie ayam dengan saos ‘racun &
kanker’. Tidak sadar, bahaya mengancam di balik warnanya yang mencolok itu.

Beberapa Ciri Makanan Memakai Pewarna ‘Racun & Kanker’

1. Makanan atau minuman warnanya lebih cerah, ngejreng


2. Rasa makanan & minuman sedikit pahit (sirop atau limun).
3. Tenggorokan gatal setelah mengkonsumsi
4. Bau makanan minuman tidak alami
5. Harga relatif murah, dibuat di industri rumahan tanpa memenuhi aspek higienis.
Pencegahan Keracunan
Bila terlanjur mengkonsumsi makanan yang mengandung zat berbahaya ini, menurut
situs ik.pom.go.id/ lebih baik segera menghentikan. Efek jangka panjang, dapat
membehayakan organ dalam. Seperti hati, & ginjal. Ingat prinsip ‘mencegah lebih baik,
dari pada mengobati’.
Tindakan yang dapat dilakukan adalah:

 Teliti membeli produk pangan, hindari jajanan yang berwarna menyolok, terutama jajanan di
pinggir jalan.
 Mengenali kode registrasi produk, produk pangan sudah terdaftar di Badan POM atau untuk
pangan industri rumah tangga terdaftar di Dinas Kesehatan setempat.
 Tidak membeli produk yang tidak mencantumkan informasi kandungannya pada labelnya.

Anda mungkin juga menyukai