A. Pendahuluan
Krupuk sudah menjadi makanan yang familiar di masyarakat. Selain sebagai camilan,
krupuk juga digunakan sebagai pendamping makan nasi, gado-gado, lotek dan sebagainya.
Bahkan ada yang bilang belum terasa makan kalau tidak menggunakan krupuk. Bermacam-
macam kerupuk beredar di masyarakat ada krupuk sermier, krupuk gendar, krupuk jengkol,
krupuk tela, krupuk rambak dan lain-lain.
Kerupuk gendar adalah krupuk yang sudah dibuat secara turun temurun. Kerupuk gendar
atau kadang disebut gendar saja adalah kerupuk yang terbuat dari adonan nasi ditambah bumbu/
penambah rasa, kemudian dikukus dan ditumbuk kemudian diiris tipis-tipis lalu dijemur kurang
lebih 2-3 hari, baru digoreng. Karena ketidaktahuan, masyarakat sering menambahkan Bleng
agar adonan kerupuk gendar menjadi kenyal (kompak) dan mudah diiris. Bleng yang beredar
di pasaran bermacam-macam merk antara lain cap Semar, cap Djago, cap Wayang dan lain
sebagainya. Nama kimia dari bleng adalah Boraks, di berbagai daerah di Indonesia dikenal
dengan banyak istilah antara lain bubuk gendar, pijer tjetitet atau air ki.
Gambar 1. Boraks murni yang dijual dalam kemasan eceran dan dikenal dengan nama “PIJER” atau dengan
merek dagang “DJAGO”
B. Bahaya Bleng Mengandung Boraks
Boraks merupakan senyawa dengan nama kimia Natrium Tetraborat yang berbentuk
kristal lunak. Boraks bila dilarutkan dalam air akan terurai menjadi natrium hidroksida dan
asam borat.
Boraks sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, mata dan tertelan. Akibat yang
ditimbulkan dapat berupa iritasi pada saluran pencernaan, iritasi pada kulit dan mata, mual,
sakit kepala, nyeri hebat pada perut bagian atas. Jika dikonsumsi dalam jangka panjang akan
menyebabkan kerusakan ginjal, kegagalan sistem sirkulasi akut bahkan kematian. Konsumsi
Boraks 5-10 gram oleh anak-anak dapat menyebabkan shock dan kematian. Beberapa
penyalahgunaan Boraks dalam pangan diantaranya bakso, cilok, lontong dan mie.
Boraks dilarang digunakan untuk pangan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan.
Kegunaan Boraks sebenarnya untuk campuran pembuatan gelas, pengawet kayu, salep
kulit, dan campuran pupuk tanaman.
Ciri-ciri pangan mengandung Boraks antara lain bakso memiliki tekstur kenyal, dengan
warna cenderung agak putih dan rasa sangat gurih, sedangkan kerupuk memiliki tekstur sangat
renyah dan rasa getir.
Adanya peredaran bleng di masyarakat menjadi tanggung jawab kita bersama, rantai
peredarannya harus segera dipotong, agar tidak ada lagi penggunaan bleng di masyarakat
karena ketidaktahuan akan bahaya yang mengancam. Masih tingginya angka penyakit tidak
menular di masyarakat yang berasal dari pangan yang tidak aman harus menjadi perhatian,
D. Tips Sehat Untuk Konsumen
Masyarakat harus menjadi konsumen cerdas, agar terhindar dari pangan yang
mengandung bahan berbahaya seperti Boraks. Berikut hal-hal yang bisa dilakukan untuk
menjadi konsumen cerdas :
- Konsumen agar berhati-hati dalam memilih produk pangan
- Perhatikan ciri-ciri produk pangan yang mengandung Boraks, bila ragu tidak perlu membeli
- Cari dan tambah pengetahuan melaui seminar, televisi, radio, koran, leaflet, booklet, poster, dll
(Sumber : Badan POM, ditulis oleh Wulandari/BBPOM di Yogyakarta)
BAHAYA BORAKS BORAX = PIJER = OBAT GENDAR =
BLENG = CETITET = OBAT PULI=OBAT LONTONG
Bleng (dari bahasa Jawa) sudah diproduksi sejak tahun 1700 di Indonesia, dalam bentuk air bleng. Bleng biasanya dihasilkan dari
ladang garam atau kawah lumpur (seperti di Bledug Kuwu, Jawa Tengah). Jadi bleng merupakan campuran garam mineral
konsentrasi tinggi yang dipakai dalam pembuatan beberapa makanan tradisional, seperti karak dan gendar. Nama lain dari bleng
adalah natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat. Bleng adalah bentuk tidak murni dari boraks, sementara asam borat
murni buatan industri farmasi lebih dikenal dengan nama boraks. Dalam dunia industri, boraks menjadi bahan solder, bahan
pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoak.
Secara visual dan rasa, keracunan boraks dan turunannya sebagai berikut:
Jika terhirup Rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan, sukar bernapas, napas
pendek,
sakit kepala, kanker paru-paru.
Jika terkena kulit Kemerahan, gatal, kulit terbakar.
Jika terkena mata Kemerahan, gatal, mata berair, kerusakan mata, pandangan kabur,
kebutaan.
Jika tertelan Mual, muntah, perut perih, dalam jumlah banyak menyebabkan kurang
darah, muntah darah, mati.
Oleh karenanya Keberadaan boraks pada makanan tidak ditoleransi (tidak boleh ada dalam
kadar berapapun) karena sangat berbahaya bagi kesehatan, oleh sebab itu penggunaan
boraks dilarang (tidak ada standar kadar boraks dalam makanan) oleh Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM).
BORAX DALAM MAKANAN
Penggunaan bleng dalam makanan bertujuan untuk memberikan aroma dan rasa khas di
samping mengenyalkan dan membuat adonan mengembang. Tekstur dan rupa makanan
menjadi bagus. Bleng membuat kerupuk gendar/karak/puli mekar saat digoreng dan terasa
renyah. Zat ini juga berperan sebagai pengawet dan pengeras.Bleng atau boraks biasanya
dipakai dalam pembuatan makanan berikut ini:
karak/lèmpèng (kerupuk beras), sebagai komponen pembantu pembuatan gendar
(adonan calon kerupuk)
mi
lontong, sebagai pengeras
ketupat, sebagai pengeras
bakso, sebagai pengawet dan pengeras
kecap, sebagai pengawet
cenil, sebagai pengeras
Temuan penggunaan Borax juga ditemukan pada pengolahan sayur di rumah makan Padang.
Bleng menjadi solusi ampuh mengatasi masalah sayur singkong yang cepat menghitam ini.
Menurut mereka, saat memakai bleng, daun singkong lebih cepat masak, juga tahan lebih
lama.
Penjual sayur pecel keliling, juga mengaku menggunakan bleng alias Borax ini sebagai bahan
tambahan saat memasak. Penjual sayur pecel keliling, juga mengaku menggunakan bleng
alias Borax ini sebagai bahan tambahan saat memasak.
CIRI-CIRI BEBERAPA MAKANAN MENGANDUNG BLENG/BORAKS DAN ALIAS-ALIAS
LAINNYA
Bakso: Ciri baso mengandung boraks: teksturnya sangat kenyal, warna tidak kecokelatan
seperti penggunaan daging namun lebih cenderung keputihan. Bila digigit akan kembali ke
bentuk semula. Ia juga tahan lama dan awet hingga beberapa hari.
Kalau masih ragu, coba lembar bakso ke lantai. Apabila memantul seperti bola bekel, berarti
bakso itu mengandung boraks.
Mie Basah: Ciri-ciri mie basah mengandung boraks: Teksturnya kenyal, lebih mengkilat, tidak
lengket, dan tidak cepat putus.
Lontong: Lontong: sangat kenyal, terasa tajam, sangat gurih, membuat lidah bergetar dan
meberikan terasa getir
Kerupuk: Ciri-ciri kerupuk mengandung boraks: teksturnya renyah dan bisa menimbulkan rasa
getir, apabila dimakan menyakiti kerongkongan.
Memprihatinkan, akhir-akhir ini makin banyak ditemukan adanya rhodamin B dalam makanan dan
kosmetik. Padahal rhodamin B merupakan bahan pewarna yang digunakan dalam industri tekstil dan
kertas. Rhodamin B juga biasa digunakan sebagai reagen di laboratorium untuk pengujian antimon,
kobal, niobium, emas, mangan, air raksa, tantalum, talium dan tungsten. Produsen menggunakan
rhodamin B sebagai bahan pewarna pada produk mereka untuk menarik konsumen. Mereka enggan
menggunakan bahan pewarna yang selayaknya digunakan pada makanan dan kosmetik karena
harganya yang mahal.
Rhodamin B adalah zat warna sintetis berbentuk serbuk kristal berwarna kehijauan, berwarna merah
keunguan dalam bentuk terlarut pada konsentrasi tinggi dan berwarna merah terang pada konsentrasi
rendah. Pemerintah telah melarang penggunaan rhodamin B untuk makanan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 239/ Menkes/ Per/ V/ 1985 tentang zat warna tertentu yang
dinyatakan sebagai bahan berbahaya. Pelarangan tersebut tentunya berkaitan dengan dampaknya
yang merugikan kesehatan manusia. Pengkonsumsian rhodamin B dapat membahayakan kesehatan
manusia.
Jika dikonsumsi berulang-ulang rhodamin B dapat menimbulkan efek toksik akumulatif yang tidak
langsung muncul. Efek toksik baru terlihat beberapa tahun kemudian. Ini sangat berbahaya, karena
sebagian besar konsumen tidak mengetahui adanya rhodamin B dalam makanan yang mereka
konsumsi. Dan lebih parahnya lagi mereka tidak mengetahui bahwa tubuh mereka telah dirusak
perlahan-lahan oleh zat berbahaya ini. Rhodamin B dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan,
iritasi kulit, iritasi pada mata, iritasi pada saluran pencernaan, keracunan, gangguan hati/liver, dan yang
paling serius adalah kanker hati. Belakangan juga terungkap bahwa bahan pewarna berbahaya
ternyata dapat mempengaruhi fungsi otak termasuk gangguan perilaku pada anak sekolah. Gangguan
perilaku tersebut meliputi: gangguan tidur, gangguan konsentrasi, gangguan emosi, hiperaktif dan
memperberat gejala pada penderita autism.
Hal ini yang harus menjadi perhatian karena konsumen terbesar yang mengkonsumsi makanan
mengandung rhodamin B adalah anak sekolah. Mereka masih belum bisa memilih makanan yang aman
dan sehat untuk dikonsumsi. Apalagi jajanan yang sering mereka beli di pedagang kaki lima di
lingkungan sekolah masih diragukan keamanannya. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan di
sekolah-sekolah di Jakarta, ditemukan jajanan di sekolah yang mengandung rhodamin B. Es sirop
berwarna merah mencolok yang biasanya hanya dijual 500 rupiah dan saos tanpa merek untuk
campuran bakso dan cilok positif mengandung rhodamin B. Para pedagang menjajakan jajanan
tersebut karena anak-anak akan tertarik membeli makanan yang berwarna dan karena harganya yang
murah, sehingga dapat mendapatkan keuntungan yang lumayan.
Selain dalam jajanan rhodamin B juga sering ditemukan dalam kerupuk, terasi, dan jajanan pasar yang
berwarna mencolok. Pada produk kosmetik rhodamin B biasanya ditemukan pada lipstik yang berwarna
merah mencolok, lipstik yang water proof (tahan air), blush on (pemerah pipi), dll. Walaupun hanya
digunakan di luar tubuh pemakaian rhodamin juga dapat menimbulkan bahaya. Rhodamin B dalam
konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan kerusakan hati.
Yang harus dilakukan masyarakat sebagai konsumen adalah harus waspada dalam memilih makanan
dan produk kosmetik. Ciri-ciri produk yang mengandung pewarna Rhodamin B warna merah mencolok
dan cenderung berpendar serta banyak memberikan titik-titik warna karena tidak homogen (misalnya
pada kerupuk, es puter, dan lipstick akan terlihat titik-titik warna yang tidak merata). Agar anak-anak
sekolah lebih hati-hati dalam membeli jajanan sebaiknya dilakukan penyuluhan ke sekolah-sekolah dan
kepada pedagang jajanan tentang bahaya rhodamin B.
RHODAMIN B, RACUN ‘K ESUKAAN’ MANUSI A
February 21, 2015
Rhodamin B, adalah salah satu zat pewarna sintetis. Biasa digunakan sebagai pewarna
pada industri tekstil & kertas. Sama sekali, bukan untuk pewarna makanan. Bukan. Jelas
berbahaya, bila dikonsumsi. Bukan peruntukannya.
Zat pewarna buatan ini, telah ditetapkan pemerintah, sebagai zat yang dilarang
penggunaannya untuk pewarna makanan. Pelarangan ini, tertuang dalam Peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85. Tapi, masih saja orang
tidak bertanggung jawab, memakainya untuk makanan. Sepertinya, pemerintah ‘kalah’.
Maka, rakyatnyalah yang harus ‘melek’. Ya nggak.
Sayang sekali, masyarakat masih menggunakannya untuk pewarna makanan. Beberapa
penggerebekan yang dilakukan, hasil laporan masyarakat, masih banyak dijumpai
pemaian zat kimia berbahaya ini untuk pewarna makanan.
Salah satu stasiun TV nasional, ada yang rajin melakukan investigasi lapangan. Tentang
pemakaian zat ini, dengan kamera terembunyi. Kadang sampai wawancara, dengan
nama, suara, wajah disamarkan. Mulai proses pembuatan, bahan yang dipakai, hingga
pemasaran hasil olahan mereka. Para wartawan, menggunakan kamera tersembunyi.
Sifat racun dalam Rhodamine B, tidak hanya oleh senyawa organiknya saja, tetapi juga
senyawa anorganiknya. Jika Rhodamin B ini terkontaminasi oleh senyawa anorganik
lain, seperti timbal & arsen. Kontaminasi ini, menyebabkan Rhodamin B , menjadikan
zat pewarna ini menjada berbahaya untuk pewarna makanan.
Selain itu, di dalam Rhodamin B terdapat ikatan dengan klorin ( Cl ). Senyawa klorin ini,
sering dipakai sebagai disenfektan, pembunuh kuman untuk air pdam atau kolam
renang. Klorin, merupakan senyawa anorganik yang reaktif & juga berbahaya. Rekasi
mengikat ion klorin, disebut sebagai sintesis zat warna.
Klorin yang ada pada Rhodamin B, menyebabkan terjadinya efek toksik atau beracun,
bila masuk ke tubuh manusia. Atom Cl (klor) termasuk dalam halogen, dalam susunan
unsur berkala. Sifat halogen dalam senyawa organik, akan menyebabkan toksik
& karsinogen (beracun & berpotensi kanker).
Teliti membeli produk pangan, hindari jajanan yang berwarna menyolok, terutama jajanan di
pinggir jalan.
Mengenali kode registrasi produk, produk pangan sudah terdaftar di Badan POM atau untuk
pangan industri rumah tangga terdaftar di Dinas Kesehatan setempat.
Tidak membeli produk yang tidak mencantumkan informasi kandungannya pada labelnya.