Anda di halaman 1dari 6

Case study 1 intranatal (laporan kelompok)

Hana seorang primigravida berusia 18 tahun menghubungi klinik bersalin karena


merasa ingin melahirkan. Hasil pengkajian perawat melalui telepon, hana sedang dalam proses
persalinan dan hana diminta untuk segera ke klinik bersalin. Saat tiba di klinik, hana
mengatakan bahwa ketubannya pecah. Hasil pemeriksaan didapatkan data kontraksi setiap 5
menit, intensitas sedang, durasi 40 detik, DJJ 135-145 x/menit, mengalami akselerasi saat janin
bergerak. Caira ketuban berwarna hijau muda dan terdapat bercak-bercak putih, dilatasi serviks
5 cm dan mendatar penuh. Bagian presentasi teraba bulat dan keras. Hana mengeluh nyeri saat
kontraksi. Setelah 4 jam diklinik bersalin, dilatasi serviks lengkap, kepala berada di station +1.
Hana merasakan keinginan untuk mengejan selama kontraksi. Hana melahirkan bayi laki-laki.
Pada menit pertama denyut jantung bayi 138 x/menit, menangis keras, tangan dan kaki fleksi,
kulit badan berwarna pink akan tetapi ekstremitas biru.
Pertanyaan :
1. Informasi apa yang harus ditanyakan oleh perawat saat hana menelepon untuk
menentukan apakah hana sedang mengalami tanda persalinan asli ?

2. Apakah prioritas tindakan keperawatan saat hana tiba di klinik dan mengatakan
ketubannya sudah pecah ?

Saya izin menjawab untuk no.2 :


Menurut Norwitz, dkk (2006) dapat dilakukan pemeriksaan fisik yaitu :
1. Pemeriksaan abdomen
2. Pemeriksaan speculum secara streril

Izin menambahkan untuk pemeriksaan abdomen dapat dilakukan dengan


melakukan palpasi abdomen pada kehamilan dapat dilakukan guna menilai ukuran
dan presentasi dari janin.

Untuk menentukan diagnosis dari KPD, baik aterm maupun preterm, selalu ditinjau
berdasarkan riwayat ibu, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan USG dan
Laboratorium.
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan untuk lebih memeriksa apakah itu ketuban atau
tidak. Menurut Norwitz, dkk (2006), pemeriksaan fisik harus meliputi pemeriksaan
abdomen dan pemeriksaan spekulum secara steril.

3. Jenis pemeriksaan apa yang dapat digunakan untuk memastikan ketuban pecah

Saya izin menjawab no.3 jenis pemeriksaan yang dapat digunakan yaitu :

Pemeriksaan fisik dapat dilakukan untuk lebih memeriksa apakah itu ketuban atau
tidak. Menurut Norwitz, dkk (2006), pemeriksaan fisik harus meliputi
a. pemeriksaan abdomen dapat dilakukan dengan melakukan palpasi abdomen pada
kehamilan dapat dilakukan guna menilai ukuran dan presentasi dari janin.
b. dan pemeriksaan spekulum secara steril.
Serta menurut Menurut Oxom & Wiliam (2010) untuk mengetahui penentuan cairan
ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (Nitrazin test) merah menjadi biru.

Ketuban Pecah Dini merupakan diagnosis klinis yang mencakup 3 unsur, yaitu :
1) Adanya kumpulan cairan vagina
2) Cairan mengubah kertas lakmus menjadi biru (basa , karena pH amnion 7,0-7,7,
dibandingkan dengan cairan vagina sebesar 4,5), jika menjadi merah (asam) berarti air
kemih.
3) Ferning mikroskopik pada cairan vagina ( yaitu, kristalisasi cairan amnion saat
mengering).

4. Kala berapa dan fase apa kondisi persalinan hana saat diperiksa pertama kali ?

Saya ingin menjawab no.4 menurut Chuma, ddk (2014) yaitu :

1. Saat diperiksa pertama kali hana pada kala I yaitu adanya pembukaan dan dilatasi
serviks
2. Saat diperiksa pertama kali hana pada fase aktif adalah fase setelah fase laten,
dimana dilatasi servik membuka 4 sampai dengan 10 cm

sedangkan fase aktif adalah interval setelah fase laten yang diikuti dilatasi servik
hingga lengkap (10 cm).
Fase aktif adalah fase setelah fase laten, dimana dilatasi servik membuka 4
sampai dengan 10 cm (Chuma, Kihunrwa, Matovelo and Mahendeka, 2014). Rata-rata
lama pada fase aktif ini adalah 6 jam. Fase aktif merupakan saat yang melelahkan dan
berat bagi ibu. Nyeri juga dirasakan mulai punggung sampai dengan anus. Selain itu
ibu juga merasakan tidak nyaman pada daerah kaki. Hal inilah yang menunjukan
karakteristik pada fase aktif.
5. Apakah kondisi cairan ketuban pecah pada kasus diatas normal ?

Apabila ketuban pecah terjadi selama proses persalinan disebut ketuban pecah spontan,
apabila terjadi sebelum proses persalinan disebut sebagai ketuban pecah dini. Sebagian besar
AK tetap berada dalam rahim sampai neonatus lahir

Amniotic Fluid Abnormalities - March of Dimes . Diunduh Mei 2008 dari URL:
http://www.marchofdimes. com/professionals/14332_4536.asp

Warna AK kehijauan atau kecoklatan menunjukkan bahwa neonatus telah mengeluarkan


mekonium (kotoran yang terbentuk sebelum lahir, pada keadaan normal keluar setelah lahir
saat pergerakan usus yang pertama kali). Hal ini dapat menjadi petanda bahwa neonatus
dalam keadaan stres. Keadaan hipoksia menyebabkan peristaltik usus dan relaksasi otot
sfingter ani, maka mekonium dapat keluar melalui anus.

Ahanya SN, Lakshmanan J, Morgan BL, Ross MG. Meconium passage in utero: mechanisms,
consequences, and management. Obstet Gynecol Surv 2005;60:45-56.

6. Apakah presentase janin hana ?


7. Apakah intervensi keperawatan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan hana ?

8. Saat hana merasa ingin mengejan, bagaimana anjuran mengejan, bagaimana anjuran
mengejan yang aman?
Menurut Ardiani (2015), teknik mengedan yang baik dan benar sesuai dengan
asuhan persalinan normal (APN) tahun 2013, yakni
1. dianjurkan ibu untuk mengedan mengikuti dorongan alamiahnya selama kontraksi,
2. beritahukan untuk tidak menahan napas saat mengedan,
3. minta untuk berhenti mengedan dan beristirahat di antara kontraksi,
4. jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebih mudah untuk
mengedan
5. jika lutut ditarik ke arah dada dan dagu ditempelkan dada, minta ibu untuk tidak
mengangkat bokong saat mengedan,
6. tidak diperbolehkan untuk mendorong fundus untuk membantu kelahiran bayi,
7. ibu harus tetap tenang dan rileks, penolong persalinan tidak boleh mengatur posisi
mengedan, penolong persalinan harus memfasilitasi ibu dalam memilih sendiri
posisi mengedan dan menjelaskan alternatif-alternatif posisi mengedan yang dipilih
ibu tidak efektif.

Saya ingin menjawab no.8 :

Teknik mengedan pada ibu bersalin memasuki kala II persalinan yang termuat dalam
buku JNPK-KR (Jaringan Nasional Pelatihan KlinikKesehatan) Tahun 2007, untuk
mengkoordinasikan semua kekuatan menjadi optimal saat his dan mengedan dapat
dilakukan halhal sebagai berikut:
a) ibu mengedan dimulai saat persalinan memasuki kala ke-II persalinan;
b) ibu mengikuti perintah bidan untuk mengedan pada saat ada kontraksi;
c) ibu menarik napas panjang, pada saat mulai mengedan dan ibu mengatur nafas
dengan baik dengan cara membuang napas sedikit demi sedikit;
d) ibu mengangkat kepala saat mengedan dan merangkul kedua pahanya, sehingga
dapat menambah pembukaan pintu bawah panggul;
e) ibu berkonsentrasi mengedan pada daerah perut (bukan pada otot leher);
f) mata ibu tetap terbuka dan arah pandangan ibu ke perut pada saat mengedan;
g) kaki ibu dilemaskan dan tidak tegang pada saat apapun posisi melahirkan ibu;
h) ibu menutup mulut, kemudian mengedan ke daerah perut;
i) ibu berhenti mengedan pada saat penolong persalinan memerintahkan berhenti; dan
j) ibu dapat beristrirahat di sela periode mengedan dengan bernapas cepat (panting),
kemudian menghembuskan napas pendek-pendek dari mulut dan mengulangi teknik
mengedan yang baik sesuai dengan anjuran bidan.

9. Kapan hana diposisikan untuk melahirkan ?

Saya ingin menjawab no.9 :

Menurut Wigand & Leigh (2012) yaitu bahwa posisi tegak pada persalinan kala I fase
aktif dapat memperpendek waktu persalinan lebih kurang 1 jam dan dapat memberikan
relaksasi pada pembuluh darah dan juga dapat memberikan percepatan penurunan
kepala karena adanya gaya gravitasi bumi sehingga dapat memperpendek kala I. Posisi
tegak juga dapat meningkatkan kontrol diri terhadap rasa nyeri. Ada sedikit
pengurangan tekanan pada sirkulasi darah sehingga memberikan suplai oksigen ke bayi
lebih banyak yang sangat baik untuk ibu maupun bayi.

10. Berapa APGAR score bayi hana pada menit pertama ?


Saya ingin menjawab no.10 :

Menurut Prawirohardjo (2010) nilai APGAR adalah suatu metode sederhana yang digunakan
untuk menilai keadaan umum bayi sesaat setelah kelahiran. Penilaian ini perlu untuk
mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak, yang dinilai adalah
1. frekuensi jantung (Heart rate) > 100 x/menit
2. usaha nafas (respiratory effort)
3. tonus otot (muscle tone),
4. warna kulit (colour)
5. dan reaksi terhadap rangsang (respon to stimuli)

Sesuai dengan yang terdapat dikasus yaitu hana melahirkan bayi laki-laki. Pada menit
pertama denyut jantung bayi 138 x/menit, menangis keras, tangan dan kaki fleksi, kulit
badan berwarna pink akan tetapi ekstremitas biru. Sehingga dapat diketahui bahwa nilai
APGAR score nya 7 yaitu asfiksia ringan (normal)

Anda mungkin juga menyukai