Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN SMALL GROUP DISCUSSION (SGD) 3

BLOK REST AND ACTIVITY

SEMESTER V

NAMA : TIANA DEWI

NIM : I1B015032

KELOMPOK 4

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

PURWOKERTO

2017
BAB I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Tidur merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang bersifat fisiologis, sama
dengan kebutuhan akan makan dan minum. Setiap individu membutuhkan istirahat dan
tidur untuk memulihkan kembali kesehatannya. Adapun beberapa gangguan tidur yang
dapat mengancam jiwa baik secara langsung (misalnya insomnia yang bersifat
keturunan dan fatal dan apnea tidur obstruktif) atau secara tidak langsung misalnya
kecelakaan akibat gangguan tidur.
Terapi farmakologis maupun non farmakologis merupakan cara yang digunakan
untuk mengatasai masalah gangguan tidur. Ada berbagai macam obat yang dapat
digunakan akan tetapi kita juga harus mengetahui berapa dosis penggunaannya serta
apa sajakah efek samping yang akan timbul. Serta selain dapat menggunakan obat kita
juga dapat melakukan terapi berupa guide imagery, terapi music, massage, relaksasi
otot progressive, dan hypnosis yang akan saya bahas dalam laporan ini.

2. Tujuan
2.1.Untuk mengetahui apa saja terapi farmakologis gangguan tidur, dosis, dan efek
sampingnya
2.2.Untuk mengetahui berbagai terapi modalitas apa saja yang digunakan untuk
mengatasi gangguan tidur meliputi, guide imagery, terapi music, massage, relaksasi
otot progressive, dan hypnosis.
BAB II. PEMBAHASAN

3. Terapi farmakologis, dosis dan efek samping


Terapi farmakologis adalah terapi yang menggunakan obat bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup dengan menghilangkan keluhan pasien. Adapun beberapa
jenis obat yang dapat diberikan pada pasien dengan gangguan tidur, meliputi :
3.1.Benzodiazepin
Benzodiazepine adalah obat yang paling sering digunakan dan tetap merupakan
pilihan utama untuk mengatasi insomnia baik primer maupun sekunder. Obat ini
dapat diberikan untuk dua atau tiga hari dan dapat diulang tidak lebih dari tiga kali,
karena jika penggunaannya dalam jangka panjang dapat menimbulkan masalah
tidur atau dapat menutupi penyakit yang mendasari, selain itu dalam mengkonsumsi
obat ini harus hati-hati pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik,
obesitas, dan gangguan jantung dengan hipoventilasi (printz, dkk 2000 dan
Guelleminault , 1990).
Benzodiazepin memiliki beberapa jenis yaitu obat dengan waktu paruh pendek
(triazolam dan zolpidem) merupakan obat pilihan untuk membantu orang-orang
yang sulit masuk tidur. Sebaliknya, obat yang waktu paruhnya panjang (estazolam,
temazepam, dan lorazepam) berguna untuk penderita yang mengalami interupsi
tidur.
3.2.Non benzodiazepine
Obat non benzodiazepine ini memiliki keefektifan pada usia lanjut karena dapat
diberikan dalam dosis yang rendah. Obat golongan ini juga mengurangi efek
hipotoni otot, gangguan prilaku, kekambuhan insomnia jika dibandingkan dengan
obat golongan benzodiazepine. Adapun beberapa obat dengan golongan non
benzodiazepine yaitu:
3.2.1. Zaleplon yaitu obat yang dapat digunakan baik untuk jangka pendek
maupun jangka panjang dan tidak ditemukan terjadinya kekambuhan atau
withdrawal symptom setelah obat dihentikan. Dosis yang dapat diberikan
dari obat zaleplon adalah 5-10 mg, akan tetapi waktu paruhnya hanya 1 jam
(Kamel NS, 2006;119:463-469).
3.2.2. Zolpidem merupakan obat hipnotik dengan memiliki efektifitas pada usia
lanjut yang berikatan secara selektif pada reseptor benzodiazepine subtife 1
di otak. Zolpidem memiliki waktu paruh 2,5-2,9 jam dengan dosis 5-10 mg.
Efek samping dari diberikannya obat zolpidem adalah mual, menggigil atau
gemetar dan efek ketergantungan jika digunakan lebih dari 4 minggu (Petit
L, 2003;32;19-25).
3.2.3. Eszopiclone memiliki waktu paruh lama yaitu selama 5 jam, jika dosis
pemberian obat ini sebanyak 2 mg akan memberikan efek yaitu menurunkan
sleep latency dan meningkatkan kualitas dan kedalaman tidur, sedangkan
jika dosis pemberian obat ini sebanyak 3 mg maka efek yang didapat yaitu
dapat membantu mempertahankan tidur setiap malamnya dan dapat
membantu untuk meningkatkan kualitas tidur pada pasien dengan insomnia
kronik (Kristal AD, dkk, 2003;26(7):793-799).
3.2.4. Melatonin Reseptor Agonist (Ramelteon) merupakan obat baru untuk terapi
insomnia kronis pada usia lanjut.6 Ramelteon ini bekerja secara selektif
pada reseptor melatonin MT1 dan MT2. Obat ini dapat menurunkan sleep
latency dan obat ini tidak menimbulkan withdrawal effect (Petit L,
2003;32;19-25).
3.2.5. Sedating antidepressant adalah obat yang hanya diberikan pada pasien
insomnia yang diakibatkan oleh depresi. Obat jenis ini yang paling sering
digunakan adalah trazodone dengan pemberian dosisnya yaitu sebanyak 25-
50 mg perhari, efek samping yang dapat ditimbulkan dari trazodone adalah
kelelahan, gangguan sistem pencernaan, dizziness, mulut kering, sakit
kepala dan hipotensi (Kamel NS, 2006;119:463-469).
4. Terapi mordalitas
4.1.Guide imagery
Guided imagery adalah proses dimana menggunakan kekuatan pikiran dengan
rileks melalui komunikasi dalam tubuh yang dapat melibatkan semua indra meliputi
sentuhan, penciuman, penglihatan, dan pendengaran (Potter & Perry, 2005 : 1503).
Terapi dengan guided imagery digunakan untuk mengelola stres dan koping dengan
cara berkhayal atau membayangkan sesuatu. Manfaat dari terapi ini yaitu untuk
menurunkan kecemasan, kontraksi otot, meningkatkan tidur dan menfasilitasi tidur
(Black and Matassarin, 1997). Relaksasi dengan teknik guided imagery ini akan
membuat tubuh lebih rileks dan nyaman dalam tidurnya. Dengan melakukan nafas
dalam secara perlahan, tubuh akan menjadi lebih rileks. Perasaan rileks akan
diteruskan ke hipotalamus untuk menghasilkan Corticotropin Releasing Factor
(CRF). Selanjutnya CRF merangsang kelenjar pituitary untuk meningkatkan
produksi Proopioidmelano-cortin (POMC) sehingga produksi enkephalin oleh
medulla adrenal meningkat. Kelenjar pituitary juga menghasilkan endorphin
sebagai neurotransmitter yang mempengaruhi suasana hati menjadi rileks (Guyton
and Hall, 2007 : 677).
4.2.Terapi music
Pemberian terapi musik adalah usaha untuk meningkatkan kualitas fisik dan mental
dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk
dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat
untuk kesehatan fisik dan mental. Hal ini disebabkan musik memiliki beberapa
kelebihan, yaitu karena musik bersifat nyaman, menenangkan, membuat rileks,
berstruktur, dan universal (Pusat Riset Intervensi Musik, 2011). Salah satunya yaitu
pemberian musik dengan tempo lambat yang dapat membantu dalam memenuhi
kebutuhan tidur pada pasien baik secara kualitas maupun kuantitas. Musik ini dapat
mengembalikan tubuh dalam kondisi yang tenang dengan menurunkan rangsangan
stressor yang ditangkap oleh panca indera (American Music Therapy Association,
2011). Intervensi ini dapat menonaktifkan panca indera dari rangsangan stressor
walau hanya sementara sehingga tubuh mendapat sinyal baru untuk tenang dan
dapat segera tertidur/beristirahat.
4.3.Massage
Terapi Pijat (massage) dapat dilakukan oleh diri sendiri ataupun dengan bantuan
dari para ahli, terapi pijat ini merupakan upaya penyembuhan yang aman, efektif,
dan tanpa efek samping (Firdaus, 2011). Salah satu terapi pijat yang dapat diberikan
adalah terapi pijat punggung yang dapat memberikan respon relaksasi pada tubuh
(Berman, 2009). Terapi pijat tidak hanya berguna untuk kesembuhan penyakit fisik,
tetapi juga dapat membantu membuat rileks pikiran sehingga dapat mengurangi
stres dan membuat nyaman, dan dapat memicu terlepasnya endorfin, zat kimia otak
(neurotransmitter) yang menghasilkan perasaan nyaman. Adapun beberapa langkah
yang dapat dilakukan dalam terapi pijat pada bagian punggung antara lain :
1) Effleurage (membelai) yaitu gerakan mengusap yang ringan dan menenangkan
saat memulai dan mengakhiri pijatan
2) Petrissage (adonan) yaitu suatu gerakan pijatan dengan mengunakan empat jari
merapat berhadapan dengan ibu jari yang selalu lurus dan supel.Gerakan seolah-
olah akan memisahkan otot dari tulang selaputnya atau dari otot yang lain
dengan meremas otot yang sedikit ditarik.
3) Shacking atau goncangan adalah suatu gerakan berupa goncangan dengan
mempergunakan satu tangan atau kedua belah tangan dan biasanya dilakukan
dibagian otot-otot paha, tungkai bawah, kaki, tengkuk, bahu, lengan atas dan
bawah, tangan dan bagian perut. Bagian yang dilakukan shacking harus lemas
dan rilek dahulu.
4) Tapotemen atau pukulan merupakan suatu gerakan pukulan dengan
menggunakan satu tangan atau kedua belah tangan yang dipukul-pukul pada
objek pijat secara bergantia
5) Friction atau gerusan adalah suatu gerakan gerusan kecil-kecil yang dilakukan
dengan mempergunakan ujung tiga jari (jari telunjuk, jari tenggah, dan jari
manis) yang merapat. Ibu jari, ujung siku, pangkal telapak tangan dan yang
bergerak berputar-putar searah atau berlawanan arah dengan jarum jam.
6) Vibration atau gesekan yaitu getaran yang dilakukan dengan mempergunakan
ujung jari-jari atau seluruh permukaan telapak tangan.
7) Stroking atau mengurut yaitu gerakan mengurut dengan mengunakan ujung-
ujung tiga jari yang merapat (jari telunjuk, jari tengah, jari manis)
8) Skin rolling atau melipat dan menggeser kulit yaitu gerakan melipat atau
menggeser kulit. Sikap pertama seperti mencubit, kemudian kulit digeserkan.
Jari-jari menekan bergerak maju dan ibu jari menekan mendorong dibelakang.

4.4.Relaksasi otot progressive


Relaksasi otot progresif merupakan salah satu teknik untuk mengurangi ketegangan
otot dengan proses yang simpel dan sistematis dalam menegangkan sekelompok
otot kemudian merilekskannya kembali (Marks, 2011) Relaksasi ini diperkenalkan
oleh Edmund Jacobson pada tahun 1938 (Conrad dan Roth, 2007). Selain untuk
memfasilitasi tidur, relaksasi otot progresif juga bermanfaat untuk ansietas,
mengurangi kelelahan, kram otot sertanyeri leher dan punggung (Berstein,
Borkovec, dan Steven, 2000). Adapun beberapa tahapan dalam terapi relaksasi otot
progressive menurut neila (2012) antara lain :
1) Klien diminta membuat kepalan yang semakin kuat sambil merasakan sensasi
ketegangan yang terjadi. Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk
merasakan rileks selama 10 detik. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua
kali sehingga klien dapat membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan
keadaan relaks yang dialami.
2) Gerakan yang kedua ini untuk melatih otot tangan bagian belakang. Gerakan ini
dilakukan dengan cara menekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan
tangan sehingga otot-otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah
menegang, jari-jari menghadap ke langit-langit.
3) Gerakan ketiga adalah untuk melatih otot-otot Biceps. Otot biceps adalah otot
besar yang terdapat di bagian atas pangkal lengan. Gerakan ini diawali dengan
menggenggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan kemudian membawa
kedua kepalan ke pundak sehingga otot-otot biceps akan menjadi tegang.
4) Gerakan keempat ditujukan untuk melatih otot-otot bahu. Relaksasi untuk
mengendurkan bagian otot-otot bahu dapat dilakukan dengan cara mengangkat
kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu akan dibawa hingga
menyentuh kedua telinga. Fokus gerakan ini adalah kontras ketegangan yang
terjadi di bahu, punggung atas, dan leher.
5) Gerakan kelima sampai ke delapan adalah gerakan-gerakan yang ditujukan
untuk melemaskan otot-otot di wajah. Otot-otot wajah yang dilatih adalah otot-
otot dahi, mata, rahang, dan mulut. Gerakan untuk dahi dapat dilakukan dengan
cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot-ototnya terasa dan kulitnya keriput.
Gerakan yang ditujukan untuk mengendurkan otot-otot mata diawali dengan
menutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di sekitar mata
dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.
6) Gerakan kesembilan dan gerakan kesepuluh ditujukan untuk merilekskan otot-
otot leher bagian depan maupun belakang. Gerakan diawali dengan otot leher
bagian belakang baru kemudian otot leher bagian depan. Klien dipandu
meletakkan kepala sehingga dapat beristirahat, kemudian diminta untuk
menekankan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga
klien dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan punggung atas.
Sedangkan gerakan kesepuluh bertujuan untuk melatih otot leher bagian depan.
Gerakan ini dilakukan dengan cara membawa kepala ke muka, kemudian klien
diminta untuk membenamkan dagu ke dadanya. Sehingga dapat merasakan
ketegangan di daerah leher bagian muka.
7) Gerakan kesebelas bertujuan untuk melatih otot-otot punggung. Gerakan ini
dapat dilakukan dengan cara mengangkat tubuh dari sandaran kursi, kemudian
punggung dilengkungkan, lalu busungkan dada. Kondisi tegang dipertahankan
selama 10 detik, kemudian rileks. Pada saat rileks, letakkan tubuh kembali ke
kursi, sambil membiarkan otot-otot menjadi lemas.
8) Selanjutnya yaitu gerakan yang bertujuan untuk melatih otot-otot perut.
Gerakan ini dilakukan dengan cara menarik kuat-kuat perut ke dalam, kemudian
menahannya sampai perut menjadi kencang dan keras. Setelah 10 detik
dilepaskan bebas, kemudian diulang kembali seperti gerakan awal untuk perut
ini.
9) Gerakan terakhir yaitu bertujuan untuk melatih otot-otot paha, dilakukan
dengan cara meluruskan kedua belah telapak kaki sehingga otot paha terasa
tegang. Gerakan ini dilanjutkan dengan mengunci lutut, sedemikian sehingga
ketegangan pidah ke otot-otot betis. Sebagaimana prosedur relaksasi otot, klien
harus menahan posisi tegang selama 10 detik baru setelah itu melepaskannya.
Setiap gerakan dilakukan masing-masing dua kali.
4.5.Hypnosis
Hypnosis merupakan bahasa yang digunakan oleh otak untuk berkomunikasi
dengan tubuh. Hypnosis terbentuk melalui rangsangan yang diterima oleh berbagai
indera gambar, suara, dan sentuhan. Respon tersebut timbul karena otak kanan dan
kiri tidak mengetahui perbedaan antara bayangan dan aktivitas nyata, dengan
menstimulasi otak melalui hipnosis dapat menimbulkan pengaruh langsung pada
system saraf dan endokrin (Rusli & Wijaya, 2009). Hipnosis merupakan salah satu
jenis dari terapi sehingga manfaat dari terapi hipnosis ini adalah penyembuhan yang
efektif. Terapi ini dapat mengurangi nyeri, mengatasi gangguan sulit tidur atau
insomnia, membantu untuk mendidik anak dan berhenti merokok (Kahija, 2007).
Tahapan hipnosis menurut Rusli & Wijaya ( 2009) yaitu :
1) Preinduction (Prainduk) adalah tahapan seperti sebuah keadaan di mana dua
orang sedang melakukan percakapan pada tahap awal perkenalan.
2) Induction (induksi) adalah teknik untuk membawa seorang suyet yang sedang
dalam keadaan sadar (conscious mind) masuk ke dalam keadaan bawah sadar
(subconscious). Dalam tahapan induction, seorang hipnosis harus dapat
membawa pikiran seorang suyet dari keadaan beta menjadi keadaan alfa atau
teta.
3) Rapid Induction adalah induksi secara cepat dapat diberikan kepada suyet
dengan tingkat sugesti tinggi. Seorang hipnosis harus benar-benar yakin sejak
tahap preinduction bahwa suyet yang dipilih adalah orang yang tepat untuk
mengunakan teknik rapid induction atau berakibat kegagalan.
4) Shock Induction adalah teknik yang dapat digunakan jika seorang suyet tersebut
memiliki tingkat sugesti yang tinggi. Selain itu, suyet harus merasa nyaman
terhadap lingkungan sekitarnya.
5) Depth Level Test (Tes kedalaman hipnosis) dapat digunakan untuk mengetahui
kedalaman suyet dalam memasuki alam bawah sadarnya.
6) Pemberian sugesti hypnosis adalah nilai atau sugesti baru bagi suyet yang telah
disadarkan dari tidur hypnosis.
7) Terminasi adalah proses berpindah kembalinya pikiran bawah sadar
(subconscious) ke pikiran sadar (conscious).
BAB III. PENUTUP

5. Kesimpulan
Tidur merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi karena jika tidur tidak dapat dipenuhi
itu merupakan tanda adanya gangguan tidur pada seseorang. Masalah pada gangguan
tidur yang paling sering ditemui adalah insomnia. Adapun cara untuk menanggulaninya
yaitu bias dengan diberikan terapi secara farmakologi dan non farmakologi. Cara terapi
farmakologi yaitu bias dengan diberikan obat jenis benzodiazepine ataupun obat jenis
non benzodiazepine, akan tetapi selama penggunaan obat baik yang benzodiazepine
maupun non benzodiazepine haruslah memerhatikan dosis penggunaan serta efek
samping selama penggunaan. Selain itu kita juga dapat menggunakan terapi non
farmakologis meliputi massage, terapi music, guide imagery, relaksasi otot progresif
dan hypnosis. Masing-masing dari terapi non farmakologis tersebut menggunakan cara
yang berbeda akan tetapi walaupun menggunakan cara yang berbeda-beda ataupun
hamper sama terapi non farmakologis tersebut memiliki manfaat yang sama yaitu
meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur, memberikan rasa nyaman dana man bagi
pasien dengan masalah gangguan tidur.
DAFTAR PUSTAKA

American Musik Therapy association. (2011). Musik Therapy The New Times Company,
Diakses Januari 2016 dari http://www.Musik therapy.org//about/quates
Berman, Audrey, dkk. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb.Jakarta:EGC
Berstein,A.D.Borkovec.Stevens, et al.(2000).The Journal : New Direction in Progressive
Relaxation Training a Guidebook for Helping. USA: Praeger Publisher.USA
Black, J.M., 1997, Wound Healing dalam Black, J.M. dan Matassarin-Jacobs E. (eds.): Medical

Surgical Nursing Clinical Management for Continuity of Care, 5th ed., WB Saunders

Company, Philadelphia, h. 426-47.

Conrad, A. & Roth, W.T. (2007). Muscle Relaxation for Anxiety Disorder: It works but how?.
The Journal of Anxiety Disorder, 243-264.Oktober 12, 2011.
http://www.laboratoriosilesia.com

Firdaus. (2011). Terapi pijat untuk kesehatan kecerdasan otak dan kekuatan daya ingat. Buku
Biru : Jogyakarta

Guelleminault C. Benzodiazepine, breathing, and sleep. Am J Med 1990, 88: 25-8.

Guyton, A. C.& Hall, J.E. (2000). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta: EGC

Kahija.2007. Hipnoterapi, Prinsip-prinsip Dasar Praktik Psikoterapi. Jakarta.

Kamel NS, Gammack JK. Insomnia in the Elderly: Cause, Approach, and Treatment. The
American Journal of Medicine. 2006;119:463-469.

Kristal AD, Walsh JK, Laska E, Caron J, Amanto DA, Wessel TC, Roth T. Sustained efficacy
of Eszopiclone Over 6 Month of Nightly tratment: Results of a Randomized, Double
Blind, Placebo-Controlled Study in Adults with Chronic Insomnia.
SLEEP.2003;26(7):793-799.

Marks,I. Tracey. (2011). Master your Sleep, Proven Methode Simplied. USA: Bascom Hills
Publish Group

Neila (2012) Langkah-langkah relaksasi otot progresif.


http://www.psikologizone.com/langkah-langkah-relaksasi-otot-progresif/06511533
Petit L, Azad N, Byszewski A, Sarazan F, Power B. Non-pharmacological management of
primary and secondary insomnia among older people: review of assessment tools and
treatments. Age and Ageing.2003;32;19-25.

Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.2005

Primadita, A. (2011).Efektifitas intervensi terapi musik klasik terhadap stress dalam menyusun
skripsi pada mahasiswa PSIKUNDIPSemarang.Skripsi, Universitas Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id

Printz PN, Vittelo MV. Sleep disorders. Dalam: Comprehensive Textbook of Psychiatry.
Sadock BJ, Sadock VA, eds, 7th ed, Lippincott Williams & Wilkins. A Wolters Kluwer
Co.; 2000. hal. 3053-59.

Rusli & Wijaya, J. 2009. The Secret of Hynopsis. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai