Anda di halaman 1dari 13

ABSTRAK

Sikap Generasi Muda Terhadap Pelestarian Adat Perkawinan Lampung


Pesisir

Oleh

(Azmi Fikron, Irawan Suntoro, Yunisca Nurmalisa)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan sikap generasi


muda terhadap pelestarian adat perkawinan Lampung Pesisir di Desa Way Nukak
Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang
bersifat kuantitatif. himpunan muli meghanai Pekon Perpasan Umpu Buway
Bujalan Diway dengan jumlah 33 orang responden dan dijadikan sampel dari
populasi dengan jumlah 33 orang. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui
angket dan dokumentasi, adapun teknik analisa data menggunakan rumus
presentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: sikap generasi muda terhadap pelestarian


adat perkawinan Lampung Pesisir memiliki sikap yang cenderung kurang
mendukung dikarenakan dalam proses perkawinan adat Lampung Pesisir untuk
menentukan pasangan tidaklah harus ditentukan oleh kedua orang tuanya, mereka
lebih memilih mencari dan menentukan pasangannya sendiri, mereka juga
menentang apabila dalam proses pendekatan dengan gadis harus dengan adat
sebab memiliki noma yang mereka anggap sangat rumit. Dalam aspek
pemahaman generasi muda sudah memiliki pemahaman yang baik tentang
pelestarian adat perkawinan Lampung Pesisir. Dalam aspek perasaan atau
tanggapan generasi muda sudah memiliki tanggapan yang positif terhadap
pelestarian adat perkawinan Lampung Pesisir.Dalam aspek kecenderungan
bertindak generasi muda kurang setuju terhadap pelestarian adat perkawinan
Lampung.

Kata Kunci : Adat Perkawinan, Generasi Muda, Melestarikan.


ABSTRACT

Young Generation’s Attitude Toward Traditional Wedding Preservation Of


Lampung Pesisir

By

(Azmi Fikron, Irawan Suntoro, Yunisca Nurmalisa)

This research aimed at analyzing and describing young generation’s attitude


toward traditional wedding preservation of Lampung Pesisir, in Way Nukak
village, Sub-district of Karya Penggawa the regency of Pesisir Barat.

Descriptive Method type of Quantitative was applied as the research method in


this research. A group of Muli Meghanai Perpasan village Umpu Buway Bujalan
Diway with 33 people as the respondents and became the sample of the population
were among 33 people. The data in this research were gethered by using
questionnare and documentation. In addition, persentage formulation was used as
data analysis technique in the research.

The results show that: young generation’s attitude toward Lampung Pesisir’s
traditional wedding preservation have less support tendencies toward traditional
wedding because in the process of Lampung Pesisir’s traditional wedding, they
tend to choose and determine their partner at will not parents’ willing. They also
oppose against the traditional regulation that said the relationship between man
and a woman should be based on the traditional values as they found the
regulation was so hard. In the aspect of youth’s comprehending, they have better
understanding regarding traditional wedding preservation of Lampung Peisisir. In
the aspect of yout’ sense, they have possitive thinking toward traditional wedding
preservation of Lampung Pesisir. While, in the aspect of acting tendencies, the
youth have less support toward traditional wedding preservation of Lampung
Pesisir.

Key words: Preservation, Traditional Wedding, Young Generation.


PENDAHULUAN Secara garis besar suku Lampung
dibedakan menjadi dua kelompok
Latar Belakang masyarakat, masyarakat yang
bearadat Pepadun (Jurai Pepadun)
Indonesia merupakan negara dan masyarakat yang beradat
kepulauan yang memiliki ribuan Saibatin (Jurai Sai Batin). Dalam
pulau dan di setiap pulau-pulau bertutur masyarakat Jurai Saibatin
tentunya memiliki penduduk asli menggunakan Dialek A (Api) dan
daerah yang mempunyai tata cara masyarakat Jurai Pepadun
dan aspek-aspek kehidupan yang menggunakan Dialek O (Nyow).
berbeda-beda. Oleh karena itu, Hadikusuma dalam Ali imron (1989)
Indonesia merupakan negara yang lebih rinci membedakan kedua Jurai
kaya akan adat istiadat, suku bangsa, Saibatin dan Pepadun antara lain
dan budaya yang sampai saat ini tentang bentuk perkawinan. Jurai Sai
masih tetap di junjung tinggi serta Batin dengan bentuk perkawinan
dilestarikan oleh setiap penduduk asli bujujogh dan Semanda sedangkan
yang ada di setiap daerah di Jurai Pepadun hanya Bentuk
Indonesia. Kebudayaan daerah Perkawinan bujujogh.
Indonesia yang beraneka ragam
menjadi suatu kebanggaan sekaligus Masyarakat yang berada di desa Way
tantangan untuk mempertahankan Nukak Kecamatan Karya Penggawa
serta mewariskan kepada generasi Kabupaten Pesisir Barat Merupakan
selanjutnya. Kebudayaan yang Mayoritas Masyarakat Lampung
merupakan hasil dari warisan oleh yang Berdialek A (api), sebagian
para luhur berabad-abad yang lalu besar masyarakatnya masih
merupakan unsur penting yang harus melestarikan perkawinan dengan
diresapi, dihayati dan dilestarikan menggunakan adat Lampung.
sebagai pedoman hidup dalam Perkawinan adat merupakan tradisi
berbangsa dan bernegara bagi turun temurun yang masih tetap
masyarakat Indonesia. dijaga oleh masyarakat di Desa Way
Nukak Kecamatan Karya Penggawa
Salah satu daerah yang memiliki Kabupaten Pesisir Barat. Terdapat
ragam kebudayaan, adat istiadat dan rangkaian proses atau ritual
suku adalah Lampung. Daerah pelaksanaan perkawinan yang harus
Lampung menjadi provinsi setelah di lalui oleh seseorang dalam
memisahkan diri dari Provinsi melaksanakan perkawinan, mulai
Sumatra Selatan pada tanggal 18 dari penjodohan, non-penjodohan
Maret 1964 berdasarkan UU No. 14 (acara tanam dan panen (Ngumbai),
tahun 1964 daerah Lampung acara nyambai, acara berzanji dan
merupakan daerah yang dikenal bediker), berpacaran, dan lain-
dengan sebutan “Sang Bumi Rua lainnya. Namun dalam rangkaian
Jurai” atau “Rumah Tangga Dua pelaksanaan proses adat perkawinan
(Asal) keturunan” yaitu penduduk ini yang melakukannya semua
pendatang dan penduduk Lampung hampir orang tua, sedangkan salah
asli. Penduduk pendatang sebagian satu yang memiliki peranan penting
besar berasal dari Jawa dan Bali. dalam pelestarian adat perkawinan
ini adalah generasi muda. Generasi
muda merupakan generasi yang
menjadi harapan bangsa untuk makanannya sendiri di meja yang
menjadikan negaranya lebih baik telah disediakan), proses yang
lagi, generasi muda adalah agen dilakukan sudah lebih modern dan
perubahan serta sebagai sosial nasional. Tanpa mereka sadari akibat
kontrol dalam sebuah pemerintahan dari masyrakat yang mulai menyukai
di masyarakat, namun dewasa ini hal-hal yang lebih mudah dalam
peranan dari generasi muda mulai rangkaian proses adat perkawinan
berkurang, generasi muda mulai budaya adat yang menjadi cirri khas
bersikap apatis dan kurang peduli dalam sebuah masyarakat mulai
terhadap adat istiadat serta luntur dan terlupakan.
kebudayaan daerahnya sendiri
khususnya dalam rangkaian acara Berdasarkan wawancara peneliti
adat perkawinan. dapat menyimpulkan bahwa budaya
adat perkawinan Lampung Pesisir
Berdasarkan hasil wawancara yang kurang diminati dikalangan generasi
dilakukan pada hari Minggu 30 muda disebabkan oleh pergeseran
Oktober 2016, kepada salah satu budaya akibat dari globalisasi.
tokoh adat yang ada di Desa Way Pemuda atau remaja beranggapan
Nukak, Kecamatan Karya Penggawa bahwa ikut terlibat di dalam proses
Kabupaten Pesisir Barat: rangkaian adat perkawinan tidak
Pemuda-pemuda yang ada di desa begitu penting, kurangnya ajakan
kurang ikut berpartisipasi dalam dari tokoh-tokoh adat yang mengerti
rangkaian proses ada perkawinan akan rangkaian proses adat
dikarnakan pemuda-pemudanya perkawinan tersebut, tidak adanya
sudah menganggap hal itu tidak kegiatan atau pelatihan-pelatihan
terlalu dipentingkan lagi sebab yang bersifat untuk melestarikan
anggapan mereka hal tersebut sudah budaya adat perkawinan, selain itu
bukan zamannya lagi. Terkai hal dikalangan masyarakat juga sudah
tersebut tidak sepenuhnya salah dari menganggap rangkaian proses adat
pemuda-pemudanya sebab dari pihak perkawinan pada zaman dahulu
masyarakat khususnya yang mengerti terlalu panjang dan lama. Oleh
akan rangkaian proses adat karena itu banyak dikalangan
perkawinan tersebut kurang masyarakat yang mulai melupakan
mengajak lapisan pemuda- adat perkawinan yang merupakan ciri
pemudanya untuk ikut serta dalam khas dari masyarakat adat Lampung
rangkaian proses adat perkawinan Pesisir dan pindah dengan rangkaian
tersebut, tokoh-tokoh masyarakat proses adat yang lebih mudah dan
yang mengerti dalam bidang tersebut cepat yaitu proses perkawinan secara
juga sudah mulai acuh dan penyederhaan.
beranggapan sama bahwasanya itu
sudah mulai tidak perlu dilakukan Proses perkawinan dengan
lagi. Selain itu dalam hal proses menggunakan adat Lampung Pesisir
rangkaian perkawinan pada zaman ini sangat perlu dilestarikan sebab
sekarang sudah mulai dilakukan merupakan suatu identitas dari suat
dengan proses yang lebih mudah
yaitu prasmanan (proses perkawinan
dengan cara pada saat penjamuan
makanan, tamu undangan mengambil
masyarakat yang membedakan tersebut untuk membuat respon atau
dengan masyarakat yang lain, selain berperilaku dalam cara yang tertentu
dari itu apabila adat perkawinan ini yang dipilihnya”.
tetap dijaga kelestariannya akan
menghasilkan keuntungan dibidang Berdasarkan pendapat di atas, dapat
ekonomi serta kegiatan gotong ditarik kesimpulan bahwa sikap
royong di dalam suatu masyarakat merupakan perilaku yang ditujukan
akan tetap terjaga. Hal ini tentunya untuk megkomunikasikan kepada
sangat perlu dukungan dari orang lain yang secara mental
pemerintah khususnya pemerintahan menentukan respons atau cara
daerah kabupaten Pesisir Barat. tertentu yang dipilihnya terhadap
berbagai objek dan situasi.
Berdasarkan latar belakang di atas, Menurut Mar’at (1982: 13) sikap
penulis mencoba memaparkan memiliki tiga komponen sikap, yaitu
tersebut dalam suatu penelitian yang :
berjudul:SIKAP GENERASI MUDA a. Komponen kognisi yang
TERHADAP PELESTARIAN hubungannya dengan belief,
ADAT PERKAWINAN LAMPUNG ide, dan konsep.
PESISIR (Studi Kasus di Desa Way b. Komponen afeksi yang
Nukak Kecamatan Karya Penggawa menyangkut kehidupan
Kabupaten Pesisir Barat)” Tahun emosional seseorang.
2016. c. Komponen konasi yang
merupakan kecenderungan
TINJAUAN PUSTAKA bertingkah laku.
Deskripsi Teoris
2. Pengertian Generasi Muda
Tinjauan Umum Tentang Sikap
Generasi Muda Menurut Santrock (2003:26) “remaja
diartikan sebagai masa
1. Pengertian Sikap perkembangan transisi antara masa
anak dan masa masa dewasa yang
Menurut Winarti (2007:13) “sikap mencakup perubahan bioligis,
merupakan cara melihat sesuatu kognitif, dan sosial-emosional”.
secara mental yang mengarah pada
perilaku yang ditujukan pada orang Menurut Hall dalam Santrock
lain, ide, objek, dan kelompok (2003:10) “remaja adalah masa
tertentu serta cara kita antara usia 12 sampai 23 tahun dan
mengkomunikasikan suasana hati penuh dengan topan dan tekanan.
kepada orang lain dan juga Topan dan tekanan (storm-and-
merupakan cerminan jiwa, cara kita stress) adalah konsep Hall tentang
melihat sesuatu secara mental”. remaja sebagai masa goncangan yang
di tandai dengan konflik dan
Menurut Walgito (2003:127) “sikap perubahan suasana hati”.
itu merupakan organisasi pendapat,
keyakinan seseorang mengenai objek Berdasarkan pendapat di atas, dapat
atau situasi yang relatif ajeg, yang ditarik kesimpulan bahwa remaja
disertai adanya perasaan tertentu, dan
memberikan dasar kepada orang
adalah masa dimana manusia berada terarah dan terpadu, guna
dalam proses transisi dari masa anak- mewujudkan tujuan tertentu di aspek
anak ke masa dewasa dengan stabilisasi manusia, serta kegiatan
mencakup perubahannya baik pencerminan dinamika seseorang.
psikologis, kognitif, serta sosial Oleh karna itu, demi tetap terjaganya
ekonominya menjadi manusia yang suatu adat istiadat dalam suatu
lebih mandiri. masyarakat, seluruh lapisan
masyarakat mempunyai wewenang
Tinjauan Umum Tentang untuk menjaga, merawat, serta
Pelestarian Adat Perkawinan melestarikan adat istiadat mereka
Lampung Pesisir. demi tetap terjaga dan tidak tergeser
serta luntur oleh zaman.
1. Pengertian Pelestarian Adat
2. Pengertian Perkawinan
Menurut Peraturan Menteri Dalam
Negeri No.52 Tahun 2007 tentang Menurut Afandi dalam Natadimaja
pedoman pelestarian dan (2013:22) “perkawinan adalah suatu
pengembangan adat istiadat dan nilai persetujuan kekeluargaan.
sosial budaya masyarakat pasal 1, Persetujuan kekeluargaan yang
yaitu: dimaksud bukanlah seperti
Pelestarian adalah upaya persetujuan biasa, tetapi mempunyai
menjaga dan memelihara adat ciri-ciri tertentu”.
istiadat dan nilai sosial budaya
masyarakat yang Menurut UU No. 1 Tahun 1974,
bersangkutan, terutama nilai- Perkawinan adalah ikatan lahir antara
nilai etika, moral, dan adab seorang pria dan seorang wanita
yang merupakan inti dari adat sebagai suami istri dengan tujuan
istiadat, kebiasaan-kebiasaan membentuk keluarga (rumah tangga)
dalam masyarakat, dan yang bahagia dan kekal berdasarkan
lembaga adat agar Ketuhanan Yang Maha Esa.
keberadaanya tetap terjaga dan Berdasarkan penjelasan di atas,
berlanjut. perkawinan merupakan suatu ikatan
lahir antara pria dan wanita sebagai
Dalam undang-undang Republik suami istri yang memiliki tujuan
Indonesia No. 11 tahun 2010 tentang membentuk keluarga bahagia dengan
cagar budaya bahwa, “pelestarian landasan Ketuhanan Yang Esa yang
adalah upaya dinamis untuk telah mendapatkan persetujuan orang
mempertahankan keberadaan cagar tua atau keluarga dari kedua belah
budaya dan nilainya dengan cara pihak.
melindungi, mengembangkan, dan
memanfaatkannya”. 3. Perkawinan Adat Lampung
Pesisir
Berdasarkan definisi di atas dapat
Menurut Sabaruddin (2012:152)
disimpulkan, bahwa kegiatan
“sistem perkawinan dalam
pelestarian dan kelestarian adalah
masyarakat Lampung Pesisir pada
upaya untuk membuat sesuatu tetap
umumnya, yaitu kawin secara adat,
selama-lamanya tidak berubah yang
cagha semanda (mengambil laki-
dilakukan secara terus menerus,
laki) dan kawin secara lari”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat generasi muda terhadap
disimpulkan bahwa sistem pelestarian budaya adat
perkawinan masyarakat Lampung perkawinan Lampung
Pesisir/Saibatin memiliki dua cara Pesisir.
metode yaitu laki-laki mengambil
wanita (bujujogh) dan wanita yang METODOLOGI PENELITIAN
mengambil laki-laki (semanda),
dimana apabila laki-laki mengambil Jenis Penelitan
wanita secara langsung dapat dengan
cara adat (berlarian, dan terang- Metode penelitian yang digunakan
terangan), serta apabila wanita dalam penelitian ini adalah metode
mengambil laki-laki dapat ditempuh deskriptif yang bersifat kuantitatif,
dengan 8 cara seperti yang dijelaskan karena dalam penelitian ini
di atas. Hal tersebut dibenarkan mendeskripsikan keadaan yang
sebab itu sudah menjadi suatu terjadi saat ini secara sistematis dan
budaya di dalam masyarakat menuntut untuk dicarikan jalan
Lampung Pesisir/Saibatin. keluarnya. Penelitian ini membahas
masalah yang terjadi dalam
Menurut Imron (2005:40) “ada enam kehidupan masyarakat khususnya
ritual pelaksaan perkawinan yang pemuda, yaitu sikap generasi muda
harus dilaksanakan, yaitu pemilihan terhadap pelestarian adat perkawinan
jodoh, perkenalan dan tempat Lampung Pesisir (studi kasus di Desa
bertemu (berpacaran), pembatasan Way Nukak Kecamatan Karya
jodoh dalam perkawinan, melamar Penggawa Kabupaaten Pesisir Barat).
atau nyakko kicek an, penentuan
maskawin, upacara perkawinan”. Populasi dan Sampel

TUJUAN PENELITIAN A. Populasi

Adapun tujuan penelitian ini untuk Berdasarkan penelitian pendahuluan


menganalisis dan mendeskripsikan di Desa Way Nukak Kecamatan
sikap generasi muda terhadap Karya Penggawa Kabupaten Pesisir
pelestarian adat perkawinan Barat diketahui bahwa jumlah
Lampung Pesisir di Desa Way himpunan muli meghanai Pekon
Nukak Kecamatan Karya Penggawa Perpasan Umpu Buway Bujalan
Kabupaten Pesisir Barat, secara Diway adalah 33 orang.
khusus menndeskipsikan:
A. Pemahaman generasi muda B. Sampel
terhadap pelestarian budaya
adat perkawinan Lampung Menurut Suharsimi Arikunto
Pesisir. (2002:62) mengemukakan bahwa:
B. Tanggapan/perasaan Apabila subjek kurang dari 100
generasi muda terhadap lebih baik diambil semua,
pelestarian budaya adat sehingga penelitiannya
perkawinan Lampung merupakan penelitian populasi.
Pesisir. Jika subjeknya besar atau lebih
C. Tindakan atau dari 100 dapat diambil 10-15%
kecanderungan bertindak atau 20-25% atau lebih
tergantung setidak-tidaknya 2. Pelestarian Perkawinan Adat
dari: Lampung Pesisir
1. Kemampuan peneliti
dilihat dari segi waktu, Pelestarian adalah upaya menjaga
tenaga dan dana. dan memelihara adat istiadat dan
2. Sempitnya wilayah nilai sosial budaya masyarakat yang
pengamatan dari setiap bersangkutan, terutama nilai-nilai
subjek karena menyangkut etika, moral, dan adab yang
hal banyak sedikitnya data. merupakan inti dari adat istiadat,
3. Besarkecilnya resiko yang kebiasaan-kebiasaan dalam
ditanggung peneliti. masyarakat, dan lembaga adat agar
keberadaanya tetap terjaga dan
C. Teknik Sampling berlanjut. Adapun indikator-indikator
yang dapat mengukur pelestarian
Menurut Sudjarwo dan Basrowi adat perkawinan Lampung Pesisir
(2005:271) “Teknik yang digunakan adalah:
dalam penelitian ini adalah non a. Pemilihan jodoh dalam
probability sample dengan bentuk perkawinan.
sampling purposif (bertujuan) yaitu b. Perkenalan dan tempat
cara pengambilan sampel yang bertemu (berpacaran).
ditetapkan secara sengaja oleh c. Pembatasan jodoh dalam
peneliti atas dasar perkawinan.
kriteria/pertimbangan tertentu sesuai d. Melamar atau nyakko kicek
dengan tujuan peneliti”. an.
e. Penentuan maskawin.
Variabel Penelitian f. Upacara pernikahan.
Variabel penelitian ini adalah A. Teknik Pokok
Variabel tunggal, yaitu:
A. Sikap Generasi Muda Teknik yang digunakan untuk
B. Pelestarian adat mendapatkan data pokok penulis
perkawinan Lampung menggunakan angket. Dalam
Pesisir. penelitian ini angket disebar
dimasyarakat khususnya pemuda di
Definisi Operasional Desa Way Nukak Kecamatan Karya
1. Sikap Generasi Muda Penggawa Kabupaten Pesisir Barat
untuk mengetahui bagaimanakah
Sikap gerasi muda merupakan sikap generasi muda terhadap
suatu pemikiran dari seseorang pelestarian adat perkawinan
yang diwujudkan terhadap suatu Lampung Pesisir.
tindakan. Adapun Indikator yang
dijadikan tolak ukur dalam Angket dalam penelitian ini dipakai
pengukuran sikap generasi muda karena data yang diperlukan adalah
yaitu: angka-angka yang berupa skor nilai,
a. Pemahaman (Aspek untuk memperoleh data utama dan
Kognitif) dianalisis. Dalam setiap tes memiliki
b. Perasaan (Aspek Afektif) tiga alternatif jawaban dan masing-
c. Perilaku (Konatif) masing mempunyai bobot atau skor
nilai yang berbeda. Menurut 1. Menguji coba angket kepada 10
Mohammad Natsir (1999:404) “skor orang diluar responden
yang diberikan adalah: 2. Diperoleh data uji coba yaitu
a. Untuk jawaban yang sesuai sebagai berikut:
dengan harapan diberikan ∑X = 309 ∑Y= 320 ∑XY= 9900
skor 3. ∑X2 =9569 ∑Y2= 10264 N= 10
b. Untuk jawaban yang kurang
Berdasarkan data tersebut untuk
sesuai dengan harapan mengetahui reliabilitas, selanjutnya
diberikan skor 2. dikorelasikan diolah dengan
c. Untuk jawaban yang tidak menggunakan rumus product
sesuai dengan harapan moment dan dilanjutkan dengan
diberikan skor 1. rumus spearman brown untuk
mencari reliabilitas alat ukur dan
B. Teknik Penunjang diperoleh koefisien korelasi dengan
angka 0,70. Berdasarkan hal tersebut
1. Teknik Wawancara peneliti mengkorelasikan dengan
kriteria reliabilitas dan masuk dalam
Wawancara merupakan teknik kriteria Sedang kemudian dapat
pengumpulan data yang digunakan dipergunakan sebagai instrument
dengan menyusun daftar pertanyaan penelitian selanjutnya.
terlebih dahulu kemudian baru
dilakukan wawancara dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
responden mengenai masalah yang
diteliti yaitu sikap generasi muda 1. Sikap Generasi Muda
terhadap pelestarian adat perkawinan Terhadap Pelestarian Adat
Lampung Pesisir. Perkawinan Lampung
Pesisir.
2. Teknik Dokumentasi
Terdapat 5 responden atau 15%
Teknik dokumentasi digunakan generasi muda termasuk kategori
untuk memperoleh data yang lengkap tidak baik karena generasi muda
mengenai gambaran umum lokasi tersebut belum mengerti pentingnya
penelitian dan fakta-fakta yang mengetahui rangkaian proses
terjadi pada objek penelitian yaitu di perkawinan secara adat, menjaga dan
Desa Way Nukak Kecamatan Karya melestarikan budaya adat istiadat
Penggawa Kabupaten Pesisir Barat. sendiri khususnya perkawinan adat
Lampung Pesisir, serta kurangnya
Uji Validitas dan Reliabilitas partisipasi pada saat dilakukannya
perkawinan yang menggunakan adat.
Untuk mengetahui tingkat validitas
soal angket, peneliti melakukan Untuk kategori cukup baik terdapat
dengan cara konsultasi dengan dosen Sebanyak 21 responden atau 64% hal
pembimbing. ini dikarenakan generasi muda sudah
Langkah-langkah yang ditempuh cukup memahami rangkaian proses
dalam melakukan uji reliabilitas perkawinan secara adat meskipun
ialah: dalam waktu pelaksanaanya masih
kurang keikut sertaanya.
Kemudian berdasarkan data yang istilah tata cara dalam berkunjung
diperoleh terdapat 7 responden atau kerumah seorang gadis dalam
21% generasi muda termasuk dalam perkawinan adat Lampung Pesisir
kategori baik. Hal ini dikarenakan serta pembagian manjau atau
mereka sudah memahami pentingnya berpacaran dalam perkawinan adat
mengetahui rangkaian proses Lampung Pesisir.
perkawinan secara adat dan
memahami norma dalam berkujung Untuk kategori kurang paham
kerumah gadis dalam perkawinan diperoleh Sebanyak 13 responden
adat Lampung Pesisir serta ikut atau 39% hal ini dikarenakan
terlibat dalam proses pelaksaan generasi muda masih kurang
perkawinan adat Lampung Pesisir memahami pentingnya mengetahui
guna menjaga dan melestarikan rangkaian proses perkawinan secara
budaya adat istiadat sendiri. adat serta kurang mengetahui
pembagian perkawinan dalam
Maka berdasarkan data hasil perkawinan adat Lampung Pesisir.
penelitian, menurut peneliti
masyarakat yang dalam penelitian ini Kemudian berdasarkan data yang
adalah Generasi Muda, sudah diperoleh yaitu terdapat 16
memiliki sikap yang cukup baik responden atau 49% generasi muda
tentang pelestarian adat perkawinan termasuk dalam kategori paham. Hal
Lampung Pesisir, mereka masih tetap ini dikarenakan mereka sudah
menjaga serta melestarikan adat memahami pentingnya mengetahui
perkawinan Lampung Pesisir. Hal rangkaian proses perkawinan secara
ini juga didukung dari wawancara adat dan memahami norma dalam
dan observasi yang telah dilakukan berkujung kerumah gadis dalam
oleh peneliti, masih cukup banyak perkawinan adat Lampung Pesisir.
generasi muda yang mengerti adab
atau norma dalam berkunjung Maka berdasarkan data hasil
kerumah gadis, tampil dalam acara penelitian, menurut peneliti
nyambai (proses perkenalan antara masyarakat yang dalam penelitian ini
bujang dan gadis), ikut hadeghaan adalah generasi muda, sudah
(rebanaan), serta masih tetap memiliki pemahaman yang baik
menjaga budaya adat yang ada tentang pelestarian adat perkawinan
meskipun ada beberapa adat atau tata Lampung Pesisir, mereka telah
cara yang sudah disederhanakan. memahami proses perkawinan
dengan adat serta sudah mengetahui
A. Indikator Pemahaman norma-norma yang harus dipatuhi
Generasi Muda Terhadap dalam berkunjung kerumah gadis,
Pelestarian Adat Perkawinan istilah-istilah yang dipakai dalam
Lampung Pesisir. kegiatan upacara adat perkawinan
Lampung Pesisir.
Terdapat 4 responden atau 12%
generasi muda termasuk kategori Hal ini juga didukung dari
tidak paham karena generasi muda wawancara dan observasi yang telah
tersebut tidak mengetahui apa dilakukan oleh peneliti, mayoritas
pentingnya mengetahui rangkaian masyarakat khususnya generasi
proses perkawinan secara adat, muda yang telah menikah
menggunakan cara dengan semi adat pembagian upacara adat perkawinan
atau dengan penyederhanaan, mereka Lampung Pesisir dan memahami
melakukan resepsi perkawinan tetap pentingnya menjaga dan
dengan adat yang ada tetapi melestarikan adat perkawinan
ditambahkan dengan beberapa acara Lampung Pesisir.
dengan nuansa nasional tetapi tidak
meninggalkan adat yang berlaku. Berdasarkan data hasil penelitian,
maka menurut peneliti pada indikator
Namun hasil dari peneletian ini perasaan atau tanggapan generasi
terhadap indikator pemahaman muda sudah memiliki tanggapan
generasi muda terhadap pelestarian yang positif atau setuju, hal ini
adat perkawinan Lampung Pesisir didukung pula dari hasil wawancara
berbeda dengan hasil dari observasi dan observasi yang telah dilakukan
dan wawancara pada penelitian kepada masyarkat, Tokoh adat dan
pendahuluan, hal ini disebabkan Kepala Pemuda. Generasi muda telah
karena ada kesalahan dari peneliti mengerti salah satu proses adat
dalam menentukan responden waktu perkawinan Lampung Pesisir yakni
melaksanakan pengambilan data dapat membedakan upacara yang
awal pada penelitian pendahuluan. dilakukan dengan skala kecil atau
bedu’a dilamban dengan skala besar
B. Indikator Tentang atau nayuh. Oleh karena generasi
Perasaan/Tanggapan Generasi muda yang sudah memiliki
Muda Terhadap Pelestarian tanggapan yang baik terhadap
Adat Perkawinan Lampung pelestarian adat perkawinan
Pesisir. Lampung Pesisir diharapkan terus
konsisten dan tidak terpengaruh oleh
Terdapat 10 responden atau 30 % arus globalisasi atau perbahan
generasi muda dalam kategori tidak zaman.
setuju, karena belum memahami
pembagian upacara adat perkawinan C. Indikator Tentang
Lampung Pesisir, serta belum Kecenderungan Bertindak
mengetahui jujogh atau maskawin Generasi Muda Terhadap
yang harus diberikan kepada pihak Pelestarian Adat Perkawinan
gadis. Lampung Pesisir.
Selanjutnya diperoleh data Sebanyak
11 responden atau 37% generasi Terdapat 5 responden atau 15%
muda masuk kedalam kategori generasi muda masuk dalam kategori
kurang setuju, hal ini dikarenakan tidak setuju, alasanya ialah tidak
apabila dalam pembatasan jodoh setuju apabila dalam melakukan
perkawinan adat Lampung Pesisir pertemuan bujang gadis haruslah
dilaksanakan lagi serta kurang melibatkan kepala bujang, tokoh adat
memahami pembagian upacara adat serta keluarga hal ini disebabkan
perkawinan Lampung Pesisir. karna tidaklah harus serumit itu
dalam pelaksanaanya.
Terdapat 12 responden atau 37 %
generasi muda masuk kedalam Terdapat 23 responden atau 70%
kategori setuju, hal ini dikarenakan generasi muda masuk dalam kategori
mereka sudah mengetahui kurang setuju karena dalam
menentukan jodohnya mereka tanggapan yang positif terhadap
haruslah diberikan keleluasan atau pelestarian adat perkawinan
kebebasan menentukan pasangannya. Lampung Pesisir.Dalam aspek
kecenderungan bertindak generasi
Selanjutnya berdasarkan data pada muda kurang setuju terhadap
indikator kecenderungan bertindak pelestarian adat perkawinan
Terdapat 5 responden atau 15% Lampung.
generasi muda masuk dalam kategori
setuju, karena setiap pemuda sudah Saran
mengerti proses upacara adat Setelah penulis menyelesaikan
perkawinan serta mengerti aturan penelitian, membahas, menganalisis
dalam berkunjung kerumah gadis. data dan mengambil kesimpulan dari
hasil penelitian kemudian saran yang
Berdasarkan hasil angket penelitian dapat diberikan adalah sebagai
dan juga didukung dari hasil berikut:
wawancara dan dokumentasi yang A. Karena generasi muda masih
telah dilakukan, generasi muda telah mengerti adat perkawinan
memiliki kecenderungan bertindak Lampung Pesisir , maka
positif yang kurang setuju Pesisir generasi muda haruslah terus
sebab dalam menentukan menjaga dan melestarikannya
pasangannya generasi muda lebih sebab generasi muda
memilih diberikan kebebasan merupakan tonggak penerus
menentukan pasangan hidupnya. dalam suatu bangsa.
B. Tokoh adat haruslah
KESIMPULAN DAN SARAN memberikan pemahaman
akan pentingnya menjaga
Kesimpulan serta melestarikan proses
Sikap generasi muda terhadap perkawinan adat Lampung
pelestarian adat perkawinan Pesisir.
Lampung Pesisir memiliki sikap C. Perlu adanya dukungan dari
yang cenderung kurang mendukung pemerintah daerah yaitu
dikarenakan dalam proses melalui kepala desa dengan
perkawinan adat Lampung Pesisir membuat karang taruna serta
untuk menentukan pasangan tidaklah mengadakan kegiatan atau
harus ditentukan oleh kedua orang lomba-lomba yang bersifat
tuanya, mereka lebih memilih melestarikan budaya.
mencari dan menentukan
pasangannya sendiri, mereka juga
menentang apabila dalam proses DAFTAR PUSTAKA
pendekatan dengan gadis harus
dengan adat sebab memiliki noma Ali, Mohammad.1985. Penelitian
yang mereka anggap sangat rumit. Pendidikan Prosedur dan
Dalam aspek pemahaman generasi Strategi. Angkasa: Bandung.
muda sudah memiliki pemahaman
yang baik tentang pelestarian adat Kartono,Kartini. 1994. Psikologi
perkawinan Lampung Pesisir. Dalam Sosial Untuk Manajemen,
aspek perasaan atau tanggapan perusahaan dan Industri.
generasi muda sudah memiliki Jakarta: Grafindo Persada.
Sabaruddin.2012.Lampung Pupadun
dan Lampung Saibatin/Pesisir.
Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Samovar,Larry A.2010. Komunikasi


Lintas Budaya. Jakarta:
Salemba Humnika.

Imron,Ali.2005. Pola Perkawinan


Saibatin. Bandar
Lampung: Universitas
Lampung.

Kartono,Kartini. 1994. Psikologi


Sosial Untuk Manajemen,
perusahaan dan Industri.
Jakarta: Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai