Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang hasil dan pembahasan
laporan kasus pengelolaan keperawatan pada Ny. S pada hari Selasa, 12 Maret
2019 sampai Kamis, 14 Maret 2019 dan pengelolaan Keperawatan pada Ny. R
pada hari Sabtu, 15 Maret 2019 sampai Senin, 17 Maret 2019. Pada bab ini
akan diuraikan tentang hasil serta pembahasan yang berfokus pada masalah
keperawatan yang muncul pada proses keperawatan yang diawali dari
pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
tindakan keperawatan dan evaluasi keperawatan. Uraian yang akan ditulis pada
bab ini berupa narasi, penulis juga mencantumkan keterbatsan selama
pelaksanaan studi kasus.

A. Hasil
Penelitian yang dilakukan di RSUD Bendan Kota Pekalongan
melibatkan dua orang responden yaitu Ny. S dan Ny. R yang sesuai dengan
kriteria inklusi yang telah ditetapkan penulis. Uraian yang akan dituliskan
berisi tentang hasil laporan kasus pengelolaan keperawatan kecemasan pada
ibu bersalin dengan Sectio Caesarea. Uraian tersebut menjelaskan tentang
pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,
tindakan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian pada Ny. S dilakukan pada hari Selasa, 12 Maret 2019
pukul 08.00 WIB di Ruang VK RSUD Bendan Kota Pekalongan dan
pengkajian pada Ny. R dilakukan pada hari Sabtu, 15 Maret 2019 pukul
12.00 WIB di Ruang Nifas RSUD Bendan Kota Pekalongan. Data yang ada
diperoleh dari wawancara, observasi dan studi dokumen bersama klien,
keluarga dan perawat.
a. Biodata Klien
Klien yang bernama Ny. S berumur 33 tahun, jenis kelamin
perempuan, pendidikan terakhir SMA, No.RM 189056, klien adalah
seorang ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di daerah
Landungsari, Kota Pekalongan, klien masuk rumah sakit pada hari
Senin, 11 Maret 2019 pukul 21.30 WIB dengan diagnosa medis
G2P1A0 dengan Kala II Lama. Suami klien bernama Tn. H, jenis
kelamin laki-laki yang berumur 35 tahun sebagai penanggung jawab
klien selama di rumah sakit bekerja sebagai buruh harian lepas yang
juga bertempat tinggal di Landungsari, Pekalongan.
Klien yang bernama Ny. R berumur 35 tahun, jenis kelamin
perempuan, pendidikan terakhir SMP, No. RM 189239, klien adalah
seorang ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di Kedungwuni,
Kab. Pekalongan, klien masuk rumah sakit pada hari hari Sabtu, 03.00
WIB dengan diagnosa medis G3P2A0 dengan Kala I Lama. Suami
klien bernama Tn. D, jenis kelamin laki-laki yang berumur 38 tahun
sebagai penanggung jawab klien selama di rumah sakit bekerja
sebagai pedagang yang juga bertempat tinggal di Kedungwuni, Kab.
Pekalongan.
b. Alasan masuk
Ny. S dibawa ke rumah sakit dengan diagnosa medis G2P1A0
dengan Kala II lama dan Ny.R dibawa ke rumah sakit dengan diagnosa
medis G3P2A0 dengan Kala I Lama.
c. Stressor Predisposisi
Ny. S mengatakan dirinya merasakan cemas ketika diberitahu
oleh bidan jaga ruangan bahwa harus segera dilakukan tindakan
operasi sesar karena Ny. S mengatakan sebenarnya dirinya dan
keluarga berharap Ny. S dapat melakukan persalinan secara normal.
Ny. S mengatakan takut karena pertama kali dilakukan operasi sesar
dan persalinan yang sebelumnya secara normal. Ny. S mengatakan
takut karena merasa gagal menjadi seorang ibu karena tidak
melahirkan secara normal dan mendengar kata orang lain bahwa akan
terasa sakit ketika dilakukan tindakan operasi sesar.
Ny. R mengatakan merasa cemas karena bayi yang
dikandungnya tidak kunjung lahir dan Ny. R mencemaskan kondisi
bayinya di dalam rahim serta terkejut ketika diberitahu akan dilakukan
tindakan operasi sesar. Ny. R mengatakan tidak mengetahui tentang
operasi sesar karena di persalinannya yang sebelumnya melahirkan
secara normal. Ny. R mengatakan takut akan terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan pada bayinya.
d. Fisik
Pengkajian fisik pada Ny. S dilakukan pada saat kala II lama
sebelum dilakukan tindakan Sectio Caesarea. Tekanan darah Ny. S
150/100 mmHg, nadi 90x/menit, pernafasan 24x/menit, suhu 36° C.
Ny. S mengalami mengalami tremor, reaksi terkejut, mata berkedip-
kedip, lingkar hitam di bawah mata, kaku, gelisah, wajah tegang.
Respon fisiologisnya, B1: nafas cepat, terengah-engah, B2: jantung
berdebar, TD meningkat, nadi cepat, B3: tremor, reaksi terkejut, mata
berkedip-kedip, lingkar hitam di bawah mata, kaku, gelisah, wajah
tegang, B4: tidak dapat menahan kencing, sering berkemih, B5: tidak
nafsu makan, menolak makan, nyeri abdomen, mual, B6: Lemah.
Skala HARS 22 skor.
Pengkajian fisik pada Ny. R dilakukan pada saat kala I lama
sebelum dilakukan tindakan Sectio Caesarea. Tekanan darah Ny. R
150/90 mmHg, nadi 95x/menit, pernafasan 25x/menit, suhu 36,5° C.
Ny. R mengalami tremor, reaksi terkejut, agitasi, wajah tegang, lemah,
kaki goyah, keringat berlebih. Respon fisiologisnya, B1: sesak nafas,
terengah-engah, B2: jantung berdebar, TD meningkat, nadi cepat, B3:
tremor, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, lingkar hitam di bawah
mata, kaku, gelisah, wajah tegang, B4: tidak dapat menahan kencing,
sering berkemih, B5: tidak nafsu makan, menolak makan, nyeri
abdomen, mual, nyeri ulu hati, rasa tidak nyaman pada abdomen, B6:
Lemah. Skala HARS 25 skor.
e. Psikososial
1) Konsep Diri
Ny. S mengalami keringat yang berlebihan, wajah tampak
tegang, dan tremor. Ny. S mengalami kecemasan karena
perempuan lebih banyak menggunakan pikiran sehingga bisa
menimbulkan stress berat. Ny. S sedikit sulit diajak
berkomunikasi karena menahan rasa takut terhadap tindakan
operasi sesar dan rasa nyeri yang dirasakan. Ny. S tampak berpikir
terlalu berat dengan banyak menarik napas dalam, sering melihat
ke satu objek. Ny. S mengatakan dirinya merasa tidak berguna
karena tidak bisa melahirkan secara normal seperti persalinan
yang sebelumnya.
Ny. R mengalami tremor, gelisah, keringat berlebihan dan
wajah tampak tegang. Ny. S mengalami kecemasan karena
perempuan lebih banyak menggunakan pikiran sehingga bisa
menimbulkan stress berat. Ny. R sedikit sulit ketika
berkomunikasi karena memikirkan kondisi bayinya di dalam
rahim dan tindakan operasi sesar yang akan dilakukan. Ny . R
tampak banyak memikirkan apa yang dirasakan dengan fokus
pada satu objek, sering mengelus-elus perut, kaki digerak-
gerakkan. Ny. R mengatakan dirinya takut terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan pada bayinya jika kondisinya terus-menerus
memburuk.
2) Hubungan Sosial
Ny. S mengatakan orang yang paling berarti dalam
hidupnya adalah keluarganya. Ny. S mengatakan terkadang
pernah mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan
masyarakat. Ny. S tidak kesulitan dalam berhubungan dengan
orang lain.
Ny. R mengatakan orang yang paling berarti dalam
hidupnya adalah keluarganya. Ny. R mengatakan tidak pernah
mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan masyarakat.
Ny. S kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
3) Spiritual
Ny. S mengatakan beragama islam dan selalu berdoa dan
beribadah sesuai dengan keyakinannya. Ny. R mengatakan
beragama islam dan selalu berdoa dan beribadah sesuai dengan
keyakinannya.
f. Status Mental
Pada saat dilakukan pengkajian Ny. S berpenampilan tidak
rapi, bicaranya cepat dan banyak, kadang-kadang keras. Ny. S tampak
tegang, lesu, gelisah, tremor, sedih, putus asa, perasaan labil, kontak
mata kurang, lapang persepsi sangat sempit. Proses pikir Ny. S yaitu
presevarsi. Isi pikir Ny. S yaitu obsesi. Tingkat kesadaran klien
compos mentis. Ny. S tampak kurang berkonsentrasi karena ketika
diajak komunikasi sering berhenti sejenak seperti sedang mengingat-
ingat sesuatu. Ny. S sedikit kesulitan dalam berkonsentrasi dan terjadi
gangguan kemampuan penilaian ringan. Ny. S merasa dirinya tidak
menjadi seorang ibu sepenuhnya karena tidak bisa melahirkan secara
normal.
Pada saat dilakukan pengkajian Ny. R berpenampilan tidak
rapi, bicara pelan, gagap. Ny. R tampak lesu, tegang, agitasi, tremor,
sedih, ketakutan, khawatir, perasaan labil, kontak mata kurang, lapang
persepsi sangat sempit. Proses pikir Ny. R yaitu persevarsi. Isi pikir
Ny. R phobia. Tingkat kesadaran compos mentis. Ny. R tampak
kurang berkonsentrasi karena hanya fokus pada satu objek dan sering
berhenti sejenak seperti sedang mengingat-ingat sesuatu. Ny. R sedikit
kesulitan dalam berkonsentrasi dan mengalami gangguan kemampuan
penilaian ringan. Ny. R merasa dirinya tidak bisa menjaga bayinya dan
khawatir mengenai kondisi bayinya di dalam rahim.
g. Kebutuhan Persiapan Pulang
Ny. S sudah bisa melakukan kegiatan sehari-hari secara
mandiri, seperti kebutuhan makanan, keamanan, tempat tinggal, nutrisi
dan tidur. Untuk perawatan diri, Ny. S masih dibantu oleh ibunya. Ny.
R dalam memenuhi perawatan diri, nutrisi, dan tidur masih dibantu
oleh ibunya. Secara mandiri, dalam pemenuhan kebutuhan makanan
dan tempat tinggal.
h. Mekanisme Koping
Ny. S menggunakan mekanisme pertahanan ego dalam
penanganan ansietasnya. Ny. S banyak bicara, bicara cepat dan
kadang-kadang keras, seolah-olah dirinya baik-baik saja. Ny. R
menggunakan reaksi yang berorientasi pada tugas dalam penanganan
ansietasnya. Ny. R berbicara pelan dan gagap seperti merenungi apa
yamg sedang terjadi dan mencoba menenangkan diri.
i. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Ny. S mengatangan tidak pernah mengikuti kegiatan-kegiatan
yang ada di lingkungan masyarakat. Ny. S mengatakan tidak
mengalami gangguan yang berhubungan dengan lingkungan,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi, maupun pelayanan
kesehatan.
Ny. R mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan-kegiatan
yangada di lingkungan masyarakat dan Ny. R pernah putus sekolah
sehingga tidak bisa melanjutkan ke jenjang SMA. Ny. R mengatakan
tidak mengalami gangguan yang berhubungan dengan lingkungan,
pekerjaan, perumahan, ekonomi, maupun pelayanan kesehatan.
j. Pengetahuan Kurang
Ny. S mengatakan tidak mengetahui apa penyebab kecemasan
yang dirasakan, bagaimana mengatasi kecemasannya. Ny. R
mengatakan tidak mengetahui bagaimana mengatasi dan mengetahui
kecemasannya dan apa penyebabnya.
k. Aspek medik
Ny. S mengalami keceemasan dengan gejala-gejala, seperti otot
kaku, jantung berdebar-debar, mual, sering buar air kecil, sukar tidur,
mudah tersinggung, gemetar, nafas cepat, mudah lelah. Ny. R
mengalami kecemasan ditandai gejala, seperti, gemetar, tidak bisa
diam, otot kaku, mulut kering, sering buang air kecil, pusing, jantung
berdebar-debar, sulit berkonsentrasi, sukar tidur.
l. Data fokus
Ny. S mengatakan dirinya merasakan cemas ketika diberitahu
oleh bidan jaga ruangan bahwa harus segera dilakukan tindakan
operasi sesar karena Ny. S mengatakan sebenarnya dirinya dan
keluarga berharap Ny. S dapat melakukan persalinan secara normal.
Tekanan darah Ny. S 150/100 mmHg, nadi 90x/menit, pernafasan
24x/menit, suhu 36° C. Ny. S mengalami mengalami tremor, reaksi
terkejut, mata berkedip-kedip, lingkar hitam di bawah mata, kaku,
gelisah, wajah tegang. Respon fisiologisnya, B1: nafas cepat,
terengah-engah, B2: jantung berdebar, TD meningkat, nadi cepat, B3:
tremor, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, lingkar hitam di bawah
mata, kaku, gelisah, wajah tegang., B4: tidak dapat menahan kencing,
sering berkemih, B5: tidak nafsu makan, menolak makan, nyeri
abdomen, mual, B6: Lemah. Skala HARS 22 skor.
Ny. R mengatakan merasa cemas karena bayi yang
dikandungnya tidak kunjung lahir dan Ny. R mencemaskan kondisi
bayinya di dalam rahim serta terkejut ketika diberitahu akan dilakukan
tindakan operasi sesar. Tekanan darah Ny. R 150/90 mmHg, nadi
95x/menit, pernafasan 25x/menit, suhu 36,5° C. Ny. R mengalami
tremor, reaksi terkejut, agitasi, wajah tegang, lemah, kaki goyah,
keringat berlebih. Respon fisiologisnya, B1: sesak nafas, terengah-
engah, B2: jantung berdebar, TD meningkat, nadi cepat, B3: tremor,
reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, lingkar hitam di bawah mata,
kaku, gelisah, wajah tegang, B4: tidak dapat menahan kencing, sering
berkemih, B5: tidak nafsu makan, menolak makan, nyeri abdomen,
mual, nyeri ulu hati, rasa tidak nyaman pada abdomen, B6: Lemah.
Skala HARS 25 skor.
m. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium pada Ny. S
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
DARAH
LENGKAP
Hemoglobin 11.8 gr/dL 13.0-18.0
Hematokrit 34.3 L % 39.0-54.0
Leukosit 16.55 H 10 3/uL 4.0-10.0
Trombosit 299 10 3/uL 150-450
Eritrosit 4.2 L 10 3/uL 4.4-6.0
INDEX
EROTROSIT
MCV 80.9 H 79-99
MCH 27.8 pg 27-31
MCHC 34.4 g/dL 33-37
RDW-CV 13.2 % 11.5-14.5
RDW-SD 38 Fl 35-47
PDW 10.0 fL 9.0-13.0
MPV 9.5 fL 7.9.11.1
P-LCR 20.2 % 15.0-25.0
HITUNG JENIS
Eosinofil 0.00 % 0-3
Basofil 0.10 % 0-1
Neutrofil 78.40 H % 50-70
Limfosit 17.50 L % 20-40
Monosit 4.00 % 2-8
SEROLOGI
Sipilis Negative
Hb Sag Negative
URINE
Proteinurin Negative
2) Pemeriksaan Laboratorium pada Ny. R
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
DARAH
LENGKAP
Hemoglobin 10.2 L gr/dL 13.0-18.0
Hematokrit 33.3 L % 39.0-54.0
Leukosit 16.36 H 10 3/uL 4.0-10.0
Trombosit 309 10 3/uL 150-450
Eritrosit 5.13 10 3/uL 4.4-6.0
INDEX
EROTROSIT
MCV 64.3 H 79-99
MCH 19.9 L pg 27-31
MCHC 30.6 L g/dL 33-37
RDW-CV 19.4 H % 11.5-14.5
RDW-SD 42.5 Fl 35-47
PDW 12.4 fL 9.0-13.0
MPV 11.1 fL 7.9.11.1
P-LCR 34.4 H % 15.0-25.0
HITUNG JENIS
Eosinofil 0 % 0-3
Basofil 0.2 H % 0-1
Neutrofil 86.3 H % 50-70
Limfosit 9.1 L % 20-40
Monosit 4.4 % 2-8
SEROLOGI
Sipilis Negative
Hb Sag Negative
URINE
Proteinurin Negative
n. Terapi
1) Terapi Ny. S
Inf. RL 20 tpm
Inj. Cefotaxime 2x1
Inj. Ranitidine 1 amp
Inj. Ketorolac 3x1
2) Terapi Ny. R
Inf. RL 20 tpm
Inj. Cefotaxime 2x1
Inj. Ketorolac 3x1
p.o Asam Mefenamat 3x1
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan uraian data fokus Ny. S dan Ny. R di atas, penulis
merumuskan masalah Pre dan Post Sectio Caesarea yaitu kecemasan
berhubungan dengan krisis siturasi dan maturasi.
3. Perencanaan Keperawatan
Menurut Stuart (2013), perencanaan keperawatan pada Ny. S dan
Ny. R terdapat tujuan dan kriteria hasil serta rencana tindakan keperawatan.
Diagnosa keperawatan kecemasan berhubungan dengan krisis situasi dan
maturasi memiliki tujuan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x7 jam masalah kecemasan dapat berkurang, menunjukkan
pengendalian diri terhadap kecemasan dengan kriteria hasil klien
bisamengontrol kecemasannya sehingga tidak menambah tingkat
kecemasannya menjadi naik tingkat, tanda dan gejala yang telah dijelaskan
oleh perawat, klien mampu menyebutkannya kembali, klien mampu
mengontrol rasa cemas secara mandiri.
Perencanaan keperawatan pada Ny. S dibuat pada hari Selasa, 12
Maret 2019 dan perencanaan keperawatan pada Ny. R dibuat pada hari
Sabtu, 15 Maret 2019.
Rencana tindakan yang akan dilakukan yaitu kaji tingkat kecemasan
klien, bantu klien menentukan penyebab kecemasan, jelaskan pada
keluarga klien tentang tanda dan gejala kecemasan yang dialami klien,
berikan penjelasan pada keluarga perbedaan gejala secara fisik atau
gangguan serangan panik, jaga diri perawat untuk tetap tenang dalam
menangani klien dengan kecemasan, dorong pasien mengungkapkan
perasaan dan pikiran klien, ajak klien fokus pada situasi, ajak klien tuk
berdzikir, ajarkan teknik imajinasi bombing dan relaksasi progresif, beri
pujian pada klien yang mampu beraktivitas sehari-hari, motivasi klien baik
secara verbal maupun nonverbal, beri kesempatan klien untuk
mengekspresikan kemarahannya dengan menangis, kurangi rangsangan di
sekitar klien, seperti cahaya yang tidak terlalu terang, tidak terlalu banyak
orang, dan dekorasi yang tidak terlalu berlebihan, jauhkan sumber-sumber
yang dapat menambah kecemasan.
4. Tindakan Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada Ny. S dilakukan pada hari
Selasa-Kamis, 12-14 Maret 2019 untuk melaksanakan rencana yang telah
disusun. Tindakan keperawatan pada hari Selasa, 12 Maret 2019 adalah Pre
Sectio Caesarea, Rabu, 13 Maret 2019 adalah hari pertama Post Sectio
Caesarea, dan hari Kamis, 14 Maret 2019 adalah hari kedua Post Sectio
Caesarea. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada Selasa, 12
Maret 2019 pukul 08.00 WIB mengkaji tingkat kecemasan klien. Pukul
08.30 WIB membantu klien menentukan penyebab kecemasan. Pukul
09.00 WIB menjelaskan pada keluarga klien tentang tanda dan gejala
kecemasan yang dialami klien. Pukul 09.30 WIB mendampingi klien ketika
mengalami kecemasan. Pukul 10.00 WIB mengajarkan relaksasi napas
dalam. Pukul 10.30 WIB mengajak klien untuk berdzikir. Pukul 11.00 WIB
melibatkan keluarga dalam pengurangan kecemasan. Pukul 11.30 WIB
mengurangi rangsangan di sekitar klien. Pukul 12.00 WIB memotivasi
klien baik secara verbal maupun nonverbal.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada hari Rabu, 13
Maret 2019 pukul 08.00 mengucapkan selamat kepada klien atas kelahiran
anaknya. Pukul 08.30 WIB mengkaji tingkat kecemasan klien. Pukul 09.00
WIB membantu klien menentukan penyebab kecemasan. Pukul 09.30 WIB
menjauhkan sumber-sumber yang dapat menambah kecemasan. Pukul
10.00 WIB menjelaskan pengaruh cemas terhadap kesembuhan luka pada
ibu dan dampak pada bayi. Pukul 10.30 WIB menyampaikan teknik-teknik
pengurangan kecemasan. Pukul 11.00 WIB mendiskusikan bersama klien
mengenai alternatif dalam mengurangi kecemasan. Pukul 11.30 WIB
mengajarkan relaksasi napas dalam. Pukul 12.00 WIB mengajak klien
untuk berdzikir. Pukul 12.30 WIB mengurangi rangsangan di sekitar klien.
Pukul 13.00 WIB memotivasi klien baik secara verbal maupun nonverbal.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada hari Kamis, 14
Maret 2019 pukul 14.00 WIB mengkaji tingkat kecemasan klien. Pukul
14.30 WIB memotivasi klien baik secara verbal maupun nonverbal. Pukul
15.00 WIB menjelaskan pengaruh cemas terhadap kesembuhan luka pada
ibu dan dampak pada bayi. Pukul 15.30 WIB menjauhkan sumber-sumber
yang dapat menambah kecemasan.
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada Ny. R dilakukan pada hari
Sabtu-Senin, 15-17 Maret 2019 untuk melaksanakan rencana yang telah
disusun. Tindakan keperawatan pada hari Sabtu, 15 Maret 2019 adalah Pre
Sectio Caesarea, Minggu, 16 Maret 2019 adalah hari pertama Post Sectio
Caesarea, dan hari Senin, 17 Maret 2019 adalah hari kedua Post Sectio
Caesarea.Tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada hari Senin, 15
Maret 2019 pukul 12.00 WIB mengkaji tingkat kecemasan klien. Pukul
12.30 WIB membantu klien menentukan penyebab kecemasan. Pukul
13.00 WIB menjelaskan pada keluarga klien tentang tanda dan gejala
kecemasan yang dialami klien. Pukul 13.30 WIB mendampingi klien ketika
mengalami kecemasan. Pukul melibatkan keluarga dalam pengurangan
kecemasan. Pukul 14.00 WIB mengajarkan relaksasi napas dalam. Pukul
14.30 WIB mengajak klien untuk berdzikir. Pukul 15.00 WIB melibatkan
keluarga dalam pengurangan kecemasan. Pukul 15.30 WIB mengurangi
rangsangan di sekitar klien. Pukul 16.00 WIB memotivasi klien baik secara
verbal maupun nonverbal.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada hari Minggu, 16
Maret 2019 pukul 14.00 WIB mengucapkan selamat kepada klien atas
kelahiran anaknya. Pukul 14.30 WIB mengkaji tingkat kecemasan klien.
Pukul 15.00 WIB membantu klien menentukan penyebab kecemasan.
Pukul 15.30 WIB menjauhkan sumber-sumber yang dapat menambah
kecemasan. Pukul 16.00 WIB menjelaskan pengaruh cemas terhadap
kesembuhan luka pada ibu dan dampak pada bayi. Pukul 16.30 WIB
menyampaikan teknik-teknik pengurangan kecemasan. Pukul 17.00 WIB
mendiskusikan bersama klien mengenai alternatif dalam mengurangi
kecemasan. Pukul 17.30 WIB mengajarkan relaksasi napas dalam. Pukul
18.00 WIB mengajak klien untuk berdzikir. Pukul 18.30 WIB mengurangi
rangsangan di sekitar klien. Pukul 19.00 WIB memotivasi klien baik secara
verbal maupun nonverbal. Pukul 21.00 WIB menjauhakan sumber-sumber
yang dapat menambah kecemasan
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada hari Senin, 17
Maret 2019 pukul 08.00 WIB mengkaji tingkat kecemasan klien. Pukul
08.30 WIB membantu klien menentukan penyebab kecemasan. Pukul
09.00 WIB memotivasi klien baik secara verbal maupun nonverbal. Pukul
09.30 WIB menjauhkan sumber-sumber yang dapat menambah kecemasan.
Pukul 10.00 WIB menjelaskan pengaruh cemas terhadap kesembuhan luka
pada ibu dan dampak pada bayi.
5. Evaluasi Keperawatan
Catatan perkembangan mengenai respon Ny. S dari tindakan yang
telah dilakukan selama 3 hari didapatkan evaluasi yang terdiri dari
Subjektif (S), Objektif (O), Assesment (A), Planning (P). Selasa, 12 Maret
2019 catatan perkembangan yang diperoleh diantaranya Subjektif (S) klien
mengatakan merasa cemas akan dilakukan tindakan operasi sesar, dan kata
orang operasi sesar itu sakit. Objektif (O) tanda-tanda vital klien, TD:
150/100 mmHg, RR: 24x/menit, nadi: 97x/menit,suhu: 36°C, Skala HARS
22 skor, klien mengalami gelisah, wajah tegang mata berkedip-kedip,
tremor, kaku, reaksi terkejut, lingkar hitam di bawah mata, keluarga klien
bisa menyebutkan tanda dan gejala kecemasan. Assesment (A) masalah
belum teratasi. Planning (P) lanjutkan intervensi (kaji tingkat kecemasan
klien, ajarkan relaksasi napas dalam, ajak klien untuk berdzikir, motivasi
secara verbal maupun nonverbal).
Rabu, 13 Maret 2019 catatan perkembangan yang diperoleh
diantaranya Subjektif (S) klien mengatakan cemas karena terdapat luka
pada perutnya dan luka terasa nyeri, P: nyeri luka post SC, Q: seperti
ditusuk-tusuk, R: pada luka post SC, S: 2, T: ketika bergerak. Objektif (O)
klien tampak menahan sakit, TD: 130/90 mmHg, RR: 22x/menit, nadi:
90x/menit, suhu: 36,5°C, skala HARS 15 skor. Assesment (A) masalah
belum teratasi. Planning (P) lanjutkan intervensi (kaji tingkat kecemasan
klien, ajarkan relaksasi napas dalam, ajak klien untuk berdzikir, motivasi
secara verbal maupun nonverbal, kolaborasi dengan dokter pemberian obat
analgetik).
Kamis, 14 Maret 2019 catatan perkembangan yang diperoleh
diantaranya Subjektif (S) klien mengatakan sudah tidak merasa cemas.
Objektif (O) klien tampak rileks, TD: 130/80 mmHg, RR: 19x/menit, nadi:
88x/menit, S: 36°C, skala HARS 6 skor. Assesment (A) masalah teratasi.
Planning (P) hentikan intervensi.
Catatan perkembangan mengenai respon Ny. R dari tindakan yang
telah dilakukan selama 3 hari didapatkan evaluasi yang terdiri dari
Subjektif (S), Objektif (O), Assesment (A), Planning (P). Sabtu, 15 Maret
2019 catatan perkembangan yang diperoleh diantaranya Subjektif (S) klien
mengatakan cemas karena bayinya yang dikandungnya tidak kunjung lahir
dan mencemaskan kondisi bayinya serta terkejut ketika diberitahu akan
dilakukan operasi sesar. Objektif (O) tanda-tanda vital klien, TD: 150/90
mmHg, RR: 25x/menit, nadi: 95x/menit, suhu: 36,5°C, skala HARS 25
skor, klien mengalami tremor, reaksi terkejut, agitasi, wajah tegang, lemah,
kaki goyah, keringat berlebih, keluarga klien bisa menyebutkan tanda dan
gejala kecemasan. Assesment (A) masalah belum teratasi. Planning (P)
lanjutkan intervensi (kaji tingkat kecemasan klien, ajarkan relaksasi napas
dalam, ajak klien untuk berdzikir,motivasi secara verbal maupun
nonverbal).
Minggu, 16 Maret 2019 catatan perkembangan yang diperoleh
diantaranya Subjektif (S) klien mengatakan cemas karena badan kaku dan
nyeri luka operasi, P: nyeri luka post SC, Q: seperti berdenyut-denyut, R:
pada luka post SC, S: 3, T: intermitten. Objektif (O) klien tampak menahan
sakit, TD: 140/90 mmHg, RR: 22x/menit, nadi: 90x/menit, suhu: 36,3°C,
skala HARS 19 skor. Assesment (A) masalah belum teratasi. Planning (P)
lanjutkan intervensi (kaji tingkat kecemasan klien, ajarkan relaksasi napas
dalam, ajak klien untuk berdzikir, motivasi secara verbal maupun
nonverbal, kolaborasi dengan dokter pembeian obat analgetik.
Senin, 17 Maret 2019 catatan perkembangan yang diperoleh
diantaranya Subjektif (S) klien mengatakan sedikit cemas, karena nyeri
luka masih terasa, P: nyeri luka post SC, Q: seperti berdenyut-denyut, R:
pada luka post SC, S: 2, T: intermitten. Objektif (O) klien tampak rileks,
TD: 140/80 mmHg, RR: 20x/menit, nadi: 90x/menit, suhu: 36,5°C, skala
HARS 12 skor. Assesment (A) masalah belum teratasi. Planning (P)
lanjutkan intervensi (kaji tingkat kecemasan klien, ajarkan relaksasi napas
dalam, ajak klien untuk berdzikir, motivasi secara verbal maupun
nonverbal, kolaborasi dengan dokter pembeian obat analgetik.

B. Pembahasan
Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang gambaran hasil
pengkajian pengelolaan keperawatan kecemasan pada ibu bersalin dengan
Sectio Caesarea yang dilakukan pada Ny. S dengan diagnosa medis G2P1A0
dengan kala II lama dan pada Ny. R dengan diagnosa medis G3P2A0 dengan
kala I lama di RSUD Bendan Kota Pekalongan. Gambaran hasil yang didapat
penulis akan bandingkan dengan teori-teori yang terdapat dalam tinjauan
pustaka yang diawali dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan
evaluasi keperawatan. Tujuan dari pembahasan yaitu untuk mengetahui ada
atau tidaknya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada di tempat penelitian.
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada Ny. S pada hari Selasa, 12 Maret
2019 pukul 08.00 WIB didapatkan data subjektif dan objektif yang
mendukung diagnosa kecemasan. Data subjektif yang didapatkan, Ny. S
mengatakan dirinya merasakan cemas ketika diberitahu oleh bidan jaga
ruangan bahwa harus segera dilakukan tindakan operasi sesar karena Ny. S
mengatakan sebenarnya dirinya dan keluarga berharap Ny. S dapat
melakukan persalinan secara normal. Data objektif yang didapat, tekanan
darah Ny. S 150/100 mmHg, nadi 90x/menit, pernafasan 24x/menit, suhu
36° C. Ny. S mengalami mengalami tremor, reaksi terkejut, mata berkedip-
kedip, lingkar hitam di bawah mata, kaku, gelisah, wajah tegang. Respon
fisiologisnya, B1: nafas cepat, terengah-engah, B2: jantung berdebar, TD
meningkat, nadi cepat, B3: tremor, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip,
lingkar hitam di bawah mata, kaku, gelisah, wajah tegang., B4: tidak dapat
menahan kencing, sering berkemih, B5: tidak nafsu makan, menolak
makan, nyeri abdomen, mual, B6: Lemah. Skala HARS 22 skor.
Pada saat dilakukan pengkajian Ny. S berpenampilan tidak rapi,
bicaranya cepat dan banyak, kadang-kadang keras. Ny. S tampak tegang,
lesu, gelisah, tremor, sedih, putus asa, perasaan labil, kontak mata kurang,
lapang persepsi sangat sempit. Proses pikir Ny. S yaitu presevarsi. Isi pikir
Ny. S yaitu obsesi. Tingkat kesadaran klien compos mentis. Ny. S tampak
kurang berkonsentrasi karena ketika diajak komunikasi sering berhenti
sejenak seperti sedang mengingat-ingat sesuatu. Ny. S sedikit kesulitan
dalam berkonsentrasi dan terjadi gangguan kemampuan penilaian ringan.
Ny. S merasa dirinya tidak menjadi seorang ibu sepenuhnya karena tidak
bisa melahirkan secara normal.
Pengkajian yang dilakukan pada Ny. R pada hari Sabtu, 15 Maret
2019 pukul 12.00 WIB didapatkan data subjektif dan data objektif yang
mendukung diagnose kecemasan. Data subjektif yang didapatkan, Ny. R
mengatakan merasa cemas karena bayi yang dikandungnya tidak kunjung
lahir dan Ny. R mencemaskan kondisi bayinya di dalam rahim serta terkejut
ketika diberitahu akan dilakukan tindakan operasi sesar. Data objektif yang
didapatkan, tekanan darah Ny. R 150/90 mmHg, nadi 95x/menit,
pernafasan 25x/menit, suhu 36,5° C. Ny. R mengalami tremor, reaksi
terkejut, agitasi, wajah tegang, lemah, kaki goyah, keringat berlebih.
Respon fisiologisnya, B1: sesak nafas, terengah-engah, B2: jantung
berdebar, TD meningkat, nadi cepat, B3: tremor, reaksi terkejut, mata
berkedip-kedip, lingkar hitam di bawah mata, kaku, gelisah, wajah tegang,
B4: tidak dapat menahan kencing, sering berkemih, B5: tidak nafsu makan,
menolak makan, nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati, rasa tidak nyaman
pada abdomen, B6: Lemah. Skala HARS 25 skor.
Pada saat dilakukan pengkajian Ny. R berpenampilan tidak rapi,
bicara pelan, gagap. Ny. R tampak lesu, tegang, agitasi, tremor, sedih,
ketakutan, khawatir, perasaan labil, kontak mata kurang, lapang persepsi
sangat sempit. Proses pikir Ny. R yaitu persevarsi. Isi pikir Ny. R phobia.
Tingkat kesadaran compos mentis. Ny. R tampak kurang berkonsentrasi
karena hanya fokus pada satu objek dan sering berhenti sejenak seperti
sedang mengingat-ingat sesuatu. Ny. R sedikit kesulitan dalam
berkonsentrasi dan mengalami gangguan kemampuan penilaian ringan. Ny.
R merasa dirinya tidak bisa menjaga bayinya dan khawatir mengenai
kondisi bayinya di dalam rahim.
Jenita (2017) menyebutkan tanda dan gejala yang terlihat pada
individu yang mengalami kecemasan, diantaranya: tanda dan gejala secara
fisik, seperti napas pendek, tekan darah dan nadi meningkat, sianosis,
anoreksia, diare atau konstipasi, gelisah, tremor, berkeringat, sulit tidur,
dan sakit kepala, tanda dan gejala secara kognitif, dilihat dari cara
mempersepsikan sesuatu. Persepsi individu tersebut cenderung sempit.
Tanda dan gejala secara perilaku, ditandai dari gerakan individu, seperti
gerakan yang tersentak-sentak dengan cara bicara yang cepat dan
berlebihan,tanda dan gejala secara emosi, individu memperlihatkan rasa
menyesal, sedih yang terlalu mendalam, rasa takut, gugup, dan suka cita
yang berlebihan.
Dari hasil pengkajian yang didapat sesuai dengan teori yang
disebutkan Jenita (2017), tetapi tidak semua yang disebutkan Jenita (2017)
terdapat dalam hasil pengkajian pada klien. Hanya sebagian data yang ada
pada hasil pengkajian yang sesuai dengan teori yang disebutkan Jenita
(2017) karena kedua klien termasuk dalam kategori kecem asan sedang
dan juga dilihat dari kondisi dan situasi masing-masing individu.
Menurut studi pendahuluan yang dilakukan Dwi Hastuti (2015),
bahwa 6 dari 10 ibu merasakan kecemasan ketika akan dilakukan tindakan
SC dan 4 dari 10 ibu mengatakan tidak mengetahui keperluan yang harus
dipersiapkan sebelum tindakan Sectio Caesarea. Hasil pengkajian yang
didapat sesuai dengan studi pendahuluan yang dilakukan Dwi Hastuti
(2015), Ny. S mengatakan merasa cemas karena pertama kali dilakukan
tindakan SC, Ny. R mengatakan merasa cemas tidak mengetahui tindakan
SC karena persalinan sebelumnya secara normal.
Ny. S dan Ny. R mengalami kenaikan tekanan darah karena
mengalami kecemasan akan dilakukan tindakan SC. Tekanan darah Ny. S
yaitu 150/100 mmHg, tekanan darah Ny. R 150/ 90 mmHg. Hasil tersebut
sesuai dengan studi pendahuluan yang dilakukan Sukartinah (2016), bahwa
terdapat 2 dari 5 ibu mengalami kenaikan tekanan darah akibat kecemasan
akan dilakukan tindakan SC. Beberapa perubahan fisiologis yang
ditunjukkan kedua klien akibat tekanan darah meningkat juga sesuai
dengan teori yang yang disebutkan oleh Irianto (2014).
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan konsep teori Sectio Caesarea didapatkan diagnosa
keperawatan kecemasan berhubungan dengan krisis situasi dan maturasi
(Judith, 2016). Rumusan masalah utama yang dirumuskan penulis adalah
kecemasan berhubungan dengan krisis situasi dan maturasi. Tidak terjadi
kesenjangan antara keduanya karena diagnosa keperawatan yang penulis
rumuskan sesuai dengan konsep teori yang ada.
Penulis memprioritaskan diagnosa kecemasaan karena merupakan
keluhan utama yang dirasakan klien ketika akan dilakukan tindakan SC.
Kedua klien mengatakan cemas ketika akan dilakukan tindakan SC karena
pertama kali dilakukan dan terlihat keduanya menunjukkan tanda dan
gejala kecemasan dan kedua klien juga merasakan cemas akibat rasa nyeri
pada luka operasi.
3. Perencanaan Keperawatan
Intervensi yang ditetapkan penulis sesuai diagnosa kecemasan
berhubungan dengan krisis situasi dan maturasi fokus pada pengurangan
kecemasan. Tujuan dan keriteria hasil yang ditetapkan sesuai dengan NOC
(Nursing Outcome Classification) yang disebutkan oleh NANDA NIC
NOC (2016). Tujuan yang ingin dicapai adalah kecemasan berkurang, dan
klienmenunjukkan pengendalian diri terhadap kecemasan. Kriteria hasil
yang ditentukan adalah klien bisa mengontrol kecemasannya, klien atau
keluarga mampu menyebutkan tanda dan gejala kecemasan yang sudah
dijelaskan, dan klien mampu mengontrol rasa cemas secara mandiri.
(Judith, 2016)
Penulis menetapkan intervensi yang sama pada kedua klien karena
kesamaan kondisi klien yang didapat pada saat dilakukan pengkajian dan
sesuai NIC (Nursing Intervention Classification) yang disebutkan NANDA
NIC NOC (2016) antara lain kaji tingkat kecemasan klien, bantu klien
menentukan penyebab kecemasan, jelaskan pada keluarga klien tentang
tanda dan gejala kecemasan yang dialami klien, berikan penjelasan pada
keluarga perbedaan gejala secara fisik atau gangguan serangan panik, jaga
diri perawat untuk tetap tenang dalam menangani klien dengan kecemasan,
dorong pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran klien, ajak klien fokus
pada situasi, ajak klien tuk berdzikir, ajarkan teknik imajinasi bombing dan
relaksasi progresif, beri pujian pada klien yang mampu beraktivitas sehari-
hari, motivasi klien baik secara verbal maupun nonverbal, beri kesempatan
klien untuk mengekspresikan kemarahannya dengan menangis, kurangi
rangsangan di sekitar klien, seperti cahaya yang tidak terlalu terang, tidak
terlalu banyak orang, dan dekorasi yang tidak terlalu berlebihan, jauhkan
sumber-sumber yang dapat menambah kecemasan.
4. Tindakan Keperawatan
Menurut Judith (2016), Implementasi keperawatan adalah tindakan
yang sesuai dengan yang telah direncanakan; mencakup tindakan mandiri
dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan
berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk
tenaga kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan
yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dokter atau petugas
kesehatan lain. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan merupakan
cara untuk merealisasikan rencana keperawatan yang telah dibuat sesuai
diagnosa yang telah dirumuskan.
Kedua klien dilakukan tindakan keperawatan yang sama. Pada hari
pertama tindakan yang dilakukan yaitu mengkaji tingkat ansietas klien,
membantu klien menentukan penyebab ansietas, menjelaskan pada
keluarga klien tentang tanda dan gejala ansietas yang dialami klien,
mendampingi klien ketika mengalami kecemasan, melibatkan keluarga
dalam pengurangan kecemasan, mengajarkan relaksasi nafas dalam,
mengajak klien untuk berdzikir, mengurangi rangsangan disekitar klien,
seperti cahaya yang tidak terlalu terang, tidak terlalu banyak orang, dan
dekorasi ruangan yang tidak terlalu berlebihan, memotivasi pasien baik
secara verbal maupun nonverbal.
Menurut Thbihari, dkk (2015) perubahan-perubahan fisiologis yang
muncul akibat kecemasan diantaranya nadi meningkat, tekanan darah
meningkat, dan nafas lebih dalam. Pada hari pertama fokus pada
pengurangan kecemasan untuk mengurangi beban pikiran klien yang
sehingga tekananan darah klien menurun karena kedua klien tekanan
darahnya tinggi. Kecemasan pada ibu juga berdampak pada janin, sesuai
dengan teori Shahhosseini, dkk (2015), mnyebutkan dampak pada janin
diantaranya janin mengalami stres, terjadi gangguan emosional, gangguan
hiperaktifitas, kurang asupan nutrisi, desentralisasi, dan dalam jangka
panjang akan mengganggu dalam motorik dan kognitif anak.
Pada hari kedua dan ketiga, kedua klien merasa cemas karena
masalah utama nyeri luka post SC. Penulis fokus dalam pengurangan rasa
nyeri dengan mengajarkan teknik relaksasi napas dalam dan mengajak
klien untuk berdzikir sehingga dapat mengurangi nyeri. Selain itu, penulis
juga berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik yaitu
ketorolac 30 mg diberikan melalui IV. Penulis juga menjelaskan pengaruh
cemas pada proses penyembuhan luka. Terdapat 3 fase dalam proses
penyembuhan luka, seperti fase inflamasi, fase fibroblastik, dan fase
pematangan. Jika pada fase awal dalam proses penyembuhan luka
terhambat, fase selanjutnya pun ikut terhambat. Fase inflamasi terhambat
karena terjadi gangguan pada glukokortikoid yang termasuk pada jalur
neuroendokrin, jika kurun waktu fase inflamasi terlewati maka sulit bagi
jahitan luka untuk menyatu dan berisiko terjadinya infeksi (Ahmad Yusuf,
dkk, 2017),
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Judith (2016), evaluasi keperawatan 2016 adalah hasil
perkembangan yang berpedoman pada hasil dan tujuan yang akan dicapai.
Evaluasi dilakukan selama tiga hari setelah dilakukan tindakan
keperawatan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tiga hari dari
12-14 Maret 2019 dan 15-17 Maret 2019 didapatkan hasil berupa catatan
perkembangan klien diantaranya subjektif, objektif, assessment, dan
planning. Catatan perkembangan merupakan hasil yang didapat dari
diagnosa yang sudah dirumuskan pada pre dan post Sectio Caesarea yaitu
kecemasan berhubungan dengan krisis situasi dan maturasi.
Evaluasi pada Ny. S teratasi dan pada Ny. R belum teratasi. Masalah
pada Ny. S teratasi dengan skalah HARS 6 karena terdapat beberapa faktor
yang mendukung kecemasan Ny. S dapat berkurang, seperti kondisi
interpersonal klien yang positif, keluarga klien yang kooperatif, dan
kondisi bayi yang sehat. Masalah pada Ny. R belum teratasi karena Ny. R
masih merasa sedikit cemas dengan skala HARS 12 skor, Ny. R masih
merasakan kecemasan akibat kondisi bayinya yang prematur, kondisi
interpersonal klien dan keluarga yang kurang mendukung klien dalam
pengurangan kecemasan. Hasil yang didapatkan dari penelitian yang
dilakukan penulis pada Ny. S dan Ny. R sesuai dengan teori tentang
kecemasan yang dikemukakan oleh Suliswati (2014), antara lain teori
psikoanalitik mengatakan bahwa kecemasan yang terjadi pada individu
diakibatkan oleh kurangnya respon psikologis dalam pemenuhan
kebutuhan orgasme tiap individu, teori interpersonal mengemukakan
bahwa kecemasan bisa timbul akibat individu tidak mampu bergaul dengan
orang lain atau akibat dari lingkungan yang tidak menerima keberadaan
individu tersebut, teori perilaku mengemukanan bahwa kecemasan akan
muncul karena beberapa konflik yang terjadi pada tiap individu, teori
keluarga mengemukakan kecemasan muncul dalam keluarga akibat
perbedaan karakter tiap individu dalam keluarga, dan teori biologis
mengemukakan kecemasan timbul pada seseorang yang mengalami
gangguan pada neurotransmitter.
6. Keterbatasan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini terdapat keterbatasan yang
ditemukan penulis. Ny. S merasa ragu pada awal dilakukan pengkajian dan
saat diajukan inform consent, setelah diberikan penjelasan mengenai tujuan
dari penelitian karya tulis ilmiah ini klien bersedia. Ny. R kooperatif tetapi
menjawab dengan nada pelan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan
penulis karena kecemasan yang dialaminya sehingga membuat penulis
mengulangi pertanyaan yang diajukan.

Anda mungkin juga menyukai