MAKALAH
Disusun Oleh :
-Dadan Suhendar
-Nita Mulyana
-Atik Suharti
-Yopan Bagus G
-Yustika Rusminanti
AKPER YPIB MAJALENGKA
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatakan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ” Asuhan
Keperawatan Perawatan Diri “. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata
kuliah Keperawatan Jiwa 1 program study D3 Keperawatan AKPER YPIB Majalengka.
Selain itu, penyusun menyadari dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangan dan
banyak kesalahan. Oleh karena itu dimohon kritik dan sarannya.
penyusun
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR
............................................................................................
DAFTAR ISI
............................................................................................
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
............................................................................................
............................................................................................
1
BABII PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
.............................................................................................
.............................................................................................
2. 3 Etiologi
.............................................................................................
.............................................................................................
.............................................................................................
.............................................................................................
.............................................................................................
3.1 Kesimpulan
. ............................................................................................
3.2 Saran
.... ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
.... ............................................................................................
8
BAB I
PENDAHULUAN
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya,
kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya.Defisit perawatan diri merupakan
suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati
aktivitas perawatan diri secara mandiri.
Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan.
Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal hygienenya sendiri. Cara perawatan diri
menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien. Selain itu,beragam faktor pribadi
dan sosial budaya mempengaruhi praktik hygiene klien.
Karena perawatan hygiene seringkali memerlukan kontak yang dekat dengan klien maka perawat
menggunakan ketrampilan komunikasi untuk meningkatkan hubungan terapeutik dan belajar tentang
kebutuhan emosional klien.
Oleh karena itu penulis membahas makalah ini untuk mempelajari tentang defisit perawatan diri dan
mengkaji pasien dengan gangguan perawatan diri.
1. 2 Tujuan
Tujuan utama dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata
kuliah Keperawatan Jiwa.Adapun tujuan lainnya yaitu:
e. Mahasiswa mengetahui dan memahami intervensi dari defisit perawatan diri dan dapat
mengimplementasikannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna
memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya,
klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes
2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri
(mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
http://2.bp.blogspot.com/-uz9Tji_5OVs/Thz3-qcCIoI/AAAAAAAAABk/6PCw0sOtny0/s200/dpd.jpeg
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana
seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2000).
Defisit Perawatan Diri adalah Suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan
dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri.
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas
mandi/kebersihan diri.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan
aktivitas berdandan sendiri.
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79)
2.3 Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000) penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan kesadaran
1. Faktor predisposisi:
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya situasi lingkungan
mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,
kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah / lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000 : 59) faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah :
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri, misalnya dengan
adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri maka kemungkinan akan terjadi perubahan
pada personal hygiene.
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat
mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan
kesehatan. Misalnya pada pasien diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan
sabun, shampoo dan lain – lain.
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukannya.
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan
perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan
membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah kebutuhan rasa nyaman,
kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah :
1. Fisik
2. Psikologis
3. Sosial
a. Interaksi kurang.
b. Kegiatan kurang
d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak
mampu mandiri
2. 4 Mekanisme Koping
1. Regresi
2. Penyangkalan
4. Intelektualisasi
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri sendiri adalah :
c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya, kamar
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : Tn. A
Umur : 35 Tahun
tinggal :
Status :
2. Riwayat kesehatan
3. Keluhan utama
Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri,Defisit perawatan diri dan Isolasi Sosial
B.Analisa Data
1. Data subyektif
· Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin atau di RS tidak
· Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK atau BAB.
2. Data obyektif
kotor, kulit berdaki, dan berbau, serta kuku panjang dan kotor.
kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur (laki-laki), atau tidak
berdandan (wanita).
C. Diagnosa Keperawatan
Menurut Depkes (2000: 32) diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien defisit perawatan
diri yaitu:
3. Isolasi Sosial.
D. Intervensi Keperawatan
Tujuan Umum
Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan kebersihan diri.
Tujuan Khusus
Kriteria evaluasi
b. Mau berkenalan
Intervensi :
Kriteria evaluasi
Klien dapat menyebutkan kebersihan diri pada waktu 2 kali pertemuan, mampu menyebutkan
kembali kebersihan untuk kesehatan seperti mencegah penyakit dan klien dapat meningkatkan cara
merawat diri.
Intervensi
b. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian tentang arti
bersih dan tanda- tanda bersih.
d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan
dengan kebersihan diri.
e.Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri.
f. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti kebersihan diri.
g. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal
2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika
panjang.
TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat.
Kriteria evaluasi
Klien berusaha untuk memelihara kebersihan diri seperti mandi pakai sabun dan disiram pakai air
sampai bersih, mengganti pakaian bersih sehari–hari, dan merapikan penampilan.
Intervensi
a. Motivasi klien untuk mandi.
b. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk mendemonstrasikan cara memelihara
kebersihan diri yang benar.
e. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan kebersihan diri, seperti
mandi dan kebersihan kamar mandi.
f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti odol, sikat gigi,
shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.
Kriteria evaluasi
Setelah satu minggu klien dapat melakukan perawatan kebersihan diri secara rutin dan teratur
tanpa anjuran, seperti mandi pagi dan sore, ganti baju setiap hari, penampilan bersih dan rapi.
Intervensi
Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir,
gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.
Kriteria evaluasi
Intervensi
Kriteria evaluasi
Keluarga selalu mengingatkan hal–hal yang berhubungan dengan kebersihan diri, keluarga
menyiapkan sarana untuk membantu klien dalam menjaga kebersihan diri, dan keluarga membantu dan
membimbing klien dalam menjaga kebersihan diri.
Intervensi
a. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri.
b. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien selama di RS dalam menjaga
kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS.
c. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan yang telah dialami di RS.
d. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga kebersihan diri klien.
f. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan diri
mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain.
E. Implementasi.
terapeutik.
b. Bediskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara
kebersihan diri.
kebersihandiri.
sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas
DX. Memonitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk
mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.
DX . 1. Memberi reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.
DX. a. Menjelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga
kebersihan diri.
selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS.
d.Menjelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga
diri
mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain.
F. Evalusi
Setelah diberikan asuhan keperawatan terhadap klien, kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya
guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi
kesehatannya
3.1 Saran
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan saran sangat
diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta : CV
Sagung Seto
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima Medika.
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri edisi 3. Jakarta.
EGC
Berbagi
Posting Komentar
Beranda
Mengenai Saya
Foto saya
Sangraja kaler